MARSINAH
PAHLAWAN YANG DIBUNGKAM
PENYEBAB
awal tahun, 1993 gubernur KDH TK 1 mengeluarkan surat
edaran yang berisikan untuk mensejahterakan rakyat dan
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% yang mengubah
gaji dari Rp.1700 menjadi Rp. 2250 namun perusahaan
beralasan kalau mereka membutuhkan lebih banyak
pengeluaran, sehingga karyawan memutuskan unjuk rasa
pada tanggal 3-4 Mein 1993
Marsinah disiksa dengan benda tumpul sehingga mengalami luka dalam, dia juga disiksa dan disekap selama 3 hari
sebelum akhirnya dibunuh dan dibuang di hutan. dari kalimat ini sudah terlihat HAM yang dilanggar bahkan pasal
dalam hukum, Marsinah hanyalah buruh yang meminta haknya kepada pihak yang bersangkutan. demo pun merupakan
hak untuk menyampaikan aspirasi para buruh, sesuai dengan pasal 102 ayat (2) UU ketenagakerjaan. bahkan, Munir
turun tangan untuk ikut serta mencari Marsinah. tapi sayangnya dia meninggal diracuni saat berada di pesawat
menuju Amsterdam. Berdasarkan UU 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia pasal 7 huruf b UU itu
menyebutkan kejahatan kemanusiaan merupakan serangan secara sistematik yang ditujukan kepada penduduk sipil.
pelaku yang merupakan pemilik pabrik dimana Marsinah bekerja, Yudi Susanto yang harusnya dihukum 17 tahun
penjara dapat mengajukan banding dan antek-anteknya dibebaskan karena terbukti tidak bersalah oleh Mahkamah
Agung Republik Indonesia, bagaimana bisa ini terjadi jika satpam dari perusahaan tersebut mengaku dan sudah
memberi kesaksian kalau dia 'menjemput' Marsinah untuk dibawa ke pabrik. hukum di negara ini memang sangat
lemah dan akan terus-terusan begitu ketika hukum bisa dibeli dengan uang, Marsinah hanya ingin keadilan untuk
dirinya dan rekan buruhnya, kenapa ketika rakyat bersuara mereka yang diatas selalu saja menganggap remeh dan
bersikap tidak peduli. jika mereka tidak setuju dengan pemikiran rakyat yang berani menyuarakan suaranya, tinggal
'dihilangkan' saja. seperti debu di bahu tinggal di tepuk-tepuk saja. apalagi lembaga yang berjudul DPRD yang sudah
tugasnya mendengarkan aspirasi rakyat, nyatanya mereka hanya sibuk menggemukan isi dompet masing-masing
ketimbang sekedar membuka telinga untuk rakyat yang butuh keadilan. matinya sila ke-5 di negara ini.