Anda di halaman 1dari 7

nSejarah Sosiologi

Kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memberikan alasan tersendiri bagi


perkembangan ilmu pengetahuan. Kelahiran sosiologi tak terlepas dari tokoh-tokoh fisafat,
seperti Aristoteles dan Plato. Sebelum sosiologi lahir sebagai ilmu pengetahuan para teori
sosiologi dan tokohnya telah mendesain bagimana ilmu pengetahuan mampu memberikan
kontribusi bagi masyarakat untuk bisa hidup bahagia, kebahagian itulah menjadi latar
belakang sejarah sosiologi di lahirkan.

Adapu untuk istilah ilmu sosiologi pertama kali telah diperkenalkan oleh Auguste Comte
yang sampai saat ini dikenal dengan Bapak Sosiologi Dunia. Aguste Comte memberikan
peryataan bahwanya objek kajian sosiologi adalah manusia atau masyarakat yang
dipandang kedua hal tersebut saling bekaitan secara keseluruhan.

Jauh sebelum Auguste Comte memberikan pandangan tentang Ilmu ini, di dalam
perkembangan yang ada di dunia Arab (Islam), Kajian masyarakat telah diperkenalkan oleh
Ibnu Khaldun pada Tahun 1332 sampai tahun 1406. Dalam buku Muqaddimah karya Ibnu
Khaldun, terdapat pemikiran sosiologis lebih terperinci dan sangat maju sehingga ia sering
juga disebut sebagai peletak batu pertama dalam sejarah kajian ilmu sosiologi sebagai
ilmu.

Sejarah Awal Perkembangan Sosiologi


Sosiologi tumbuh dari gejolak sosial sejak terjadinya revolusi industri dan revolusi Perancis.
Revolusi ini menyebabkan terjadinya urbanisasi, pengekploitasian pekerja anak-anak,
demokratisasi dan lain sebaginya. Tradisi lama tidak mampu untuk menjawab lagi
perubahan ini.

Saat bersamaan berkembang metode ilmiah pada bidang ilmu kimia dan fisika. Banyak
rahasia alam terungkap. Karena tradisi tidak lagi dapat menjawab persoalan perubahan
dalam kehidupan mahluk sosial, maka dicarilah metode ilmiah (seperti metode ilmiah dalam
ilmu alam) utuk memberikan jawaban atas persoalan tersebut. Dari situlah tahap awal
perkembangan lahirnya Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.

Sejarah Sosiologi Abad ke-19


Atas dinamika kelompok sosial yang terjadi di Negara Prancis, Auguste Comte sebagai
cedekiawan yang lahir pada tahun 1798 merasa kekhawatiran yang mendalam atas
keadaan negaranya, puncak kekhawatirannya saat terjadi Revolusi Prancis. Yang banyak
menimbulkan atau menciptakan dampak negatif perubahan sosial, salah satunya terjadinya
konflik antarkelas dalam masyarakat yang seolah memberikan arah pada sikap anarkisme
di dalam kehidupan masyarakat.

Konflik ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakatnya dalam mengatasi perubahan atau hukum-
hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas masyarakat. Atas dasar ini, Comte pada
abad 19 melakukan instrumen penelitian sosial tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah
ilmu yang berdiri sendiri, dengan penelitian sosial yang didasarkan pada metode ilmiah inilah sosiologi
lahir sebagai ilmu pengetahuan pada abad 19, dengan pendiri sekaligus pencipta namanya adalah
Auguste Comte, sebagimana hal ini tertuang dalam buku berjudul Cours de Philosophie Positive.

Sosiologi di Indonesia
Sebelum terjadinya gejolak pada Perang Dunia II perkembangan ilmu sosiologi yang ada dalam kajian
keilmuah hanya dianggap sebtas pembantu bagi keperluan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, khususnya
kejaian ini berlaku di Indonesia. Akan tetapi setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada saat Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sosiologi mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

Perkembangan ini menjadi cikal bakal adanya sejarah Ilmu Sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan di
Indonesia. Untuk pelaksanaan materi penyampaian Ilmu Sosiologi, pertama kali dilakukan sistem
perkuliahan Sosiologi, yang diberikan oleh Soenario Kolopaking pada Tahun 1948.

Perkuliahan sosiologi pertama kali di Indonesia ini lakukan di dalam di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta,
yang pada saat ini Akedemi Politik berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM
(Univeritas Gajah Madah). Maka tak khalal jurusan sosiologi pertama dan tertua di Indonesia adalah
Jurusan Sosiologi di UGM.

Sejarah Akhir Perkembangan Sosiologi


Sejarah akhir perkembangan Ilmu Sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan adalah munculnya paradigam
bahwa pembangunan yang ada di dalam perkembangan suatu negara, bukan hanya di ukur dalam
pembangunan infrastruktur, atau pembangunan SDA, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah
pembangunan dalam SDM (Sumber Daya Manusia).

Dengan posisi tersebut, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan pada akhirnya mmeberikan solusi atas
permasalah yang terjadi. Salah satunya dengan memberikan berbagai cabang dalam Ilmu Pengetahuan
Sosiologi.
Sifat-sifat sosiologi

Pertama, sosiologi merupakan bagian dari rumpun ilmu sosial yang


mempelajari masyarakat sebagai ruang lingkup atau objek kajiannya.

Di sini jelas dikatakan bahwa ilmu sosial memiliki objek kajian yang
luas. Sosiologi fokus pada aspek sosial kemasyarakatan yang menjadi
objek kajian. Dengan menempatkan masyarakat sebagai objek kajian,
sosiologi memiliki kejelasan tentang apa yang dikaji. Sebagaimana
ilmu sosial lain, misalnya psikologi yang fokus pada kajian tentang
jiwa manusia, sosiologi fokus pada hubungan antara manusia yang
membentuk masyarakat.

Baca juga: Objek Kajian Sosiologi

Kedua, sosiologi merupakan disiplin ilmu yang kategoris, yaitu


mempelajari apa yang senyatanya terjadi dan bukan apa yang
seharusnya terjadi.

Sifat ini biasa disebut juga dengan das sein, yang artinya senyatanya.
Sosiologi mempelajar gejala-gejala dan fakta-fakta sosial. Sebagai
contoh, fenomena bunuh diri yang menimpa kalangan remaja putus
cinta, akan dilihat sebagai sebuah fakta. Sebagai manusia hidup,
mungkin kita miris dan tidak menghendaki bunuh diri terjadi pada
mereka. Kita berpikir bahwa seharusnya bunuh diri tidak terjadi.
Namun nyatanya terjadi. Sosiologi mempelajari apa yang senyatanya
terjadi.
Ketiga, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni sekaligus
terapan, yaitu ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan ilmu itu
sendiri dan ilmu yang dikembangkan untuk transformasi sosial.

Ilmu murni atau dalam bahasa Inggris pure science, mengkaji teori
untuk mengembangkan teori. Ketika teori tersebut diterapkan untuk
mengubah tatanan sosial di masyarakat, maka sudah menjadi ilmu
terapan. Sosiologi memiliki kapasitas untuk berperan sebagai
keduanya. Sebagai contoh, seorang sosiolog meneliti pola interaksi
sosial masyarakat kota. Pola interaksi tersebut terus berkembang
menghasilkan teori baru tentang interaksi sosial kaum urban. Ketika
sosiolog tersebut menurunkan teorinya kepada para pembuat
kebijakan untuk mengubah pola interaksi masyarakat urban, maka
ilmu sosiologi yang digunakan sudah menjadi terapan.

Baca juga Sosiologi: Sebuah Ringkasan

Keempat, sosiologi bersifat abstrak dan bukan konkret, yaitu fokus


perhatian sosiologi adalah pada pola-pola sosial yang ajeg, bukan
insidental dan individual.

Misalnya, seorang perampok bunuh diri setelah gagal merampok.


Sosiolog tidak menaruh perhatian pada insiden tersebut. Namun
apabila dalam masyarakat terjadi fenomena sosial yang berpola, yaitu
misalnya sekelompok perampok dalam kurun waktu seminggu terakhir
bunuh diri karena gagal merampok, sosiologi akan menaruh perhatian
untuk mengkajinya. Komplotan perampok yang bunuh diri massal
merupakan feomena sosial yang berpola. Keajegan bisa diidentifikasi
dari beberapa hal, misal bunuh diri terjadi berurutan dalam waktu
seminggu. Semua yang bunuh diri adalah perampok, dan sebagainya.

Kelima, sosiologi menghasilkan pengertian-pengertian umum sosial


kemasyarakatan. Pengertian tersebut tak jarang menjadi prinsip dan
hukum-hukum sosial.

Sebagai contoh, sosiologi mendefinisikan pola konsumsi masyarakat


terhadap budaya pop sebagai upaya pendefinisian identitas diri dan
kelas sosial. Seseorang yang memilih main golf untuk diposting
di Instagram sedang berupaya untuk mendefinisikan siapa dirinya dan
berasal dari kelas mana. Main golf sebagai olah raga sekaligus gaya
hidup tidak lepas dari upaya menunjukkan dan menjaga identitas diri.
Prinsip dan hukum sosial yang muncul dari contoh tersebut, misalnya
adalah olah raga golf menjadi penanda kelas sosial.

Baca juga: Konsep Dasar Sosiologi

Keenam, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang empiris dan


rasional. Empiris artinya hasil kesimpulan diperoleh dari observasi dan
pengalaman hidup bukan spekulasi. Sedangkan rasional artinya
argumen dibuat berdasarkan akal sehat dan bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Sebagai contoh, peneliti sosiologi mengatakan bahwa perampokan di


perumahan elit disebabkan oleh tingkat kesenjangan sosial yang
tinggi antara warga perumahan elit dan masyarakat sekitar. Argumen
ini tentu saja tidak secara langsung menyalahkan perampok yang
telah merampok, tapi cenderung menyalahkan pihak-pihak yang
membuat kesenjangan sosial semakin tinggi. Peneliti berargumen
berdasarkan data empiris dan cara berpikir rasional yang
menghasilkan temuan penelitiannya, bukan hasil spekulasi.
Dari keenam sifat sosiologi di atas kita bisa mengetahui bahwa
sosiologi telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah sebagai ilmu
pengetahuan. Berdasarkan sifat-sifatnya tersebut, sosiologi pada
hakekatnya merupakan ilmu sosial yang bisa berdiri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai