Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “ Pengaruh Iklim Dan Cuaca Terhadap Hama Dan
Penyakit Pada Tanaman Tebu “. Pada makalah ini penulis banyak mengambil dari
berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku


gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatera.

Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan


(Gramineae), Batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal
batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam
sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai
tanaman liar.

1.2 Tujuan Makalah

1. Mengetahui syarat tumbuh tanaman tebu

2. Mengetahui hama dan penyakit tanaman tebu serta cara pengendaliannya


BAB I

PEMBAHASAN

2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

a. Kesesuaian Iklim

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah
tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o
LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman
tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.

b. Curah Hujan

Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara


ideal curah hujan yang diperlukan tebu adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6
bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5
bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah
dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran
hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah
yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.

c. Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk


pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula.
Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan
besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun
malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan
menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan
naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses
pernafasan.
d. Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi


pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk
tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang
lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman
tebu yang sudah tinggi.

e. Suhu

Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab


suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini.
Suhu siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah
diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal
untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak
lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100.

f. Kelembaban Udara

Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu


asalkan kadar air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.

g. Kesesuaian Lahan

Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu.


Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik
untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang
optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm),
lempung, baik yang berpasir dan lempung liat.

Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu
berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi
tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak
dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH
tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap
sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya
karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia.
Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.

2.2 Hama Dan Penyakit Tanaman Tebu Serta Cara Pengendaliannya

Kesehatan penyakit diperhatikan sejak awal, dimulai dari penyediaan


bahan tanaman sampai akhir menjelang panen. Tindakan penyehatan tanaman
sering dilakuan melalui sanitasi kebun sebagai misal dengan melakukan
pemeliharaan tanaman pada petak kebun dengan baik dan benar. Salah satu faktor
penghambat produksi gula adalah adanya serangan hama. Penyakit dan gulma.
Upaya yang tepat pada perlindungan atau proteksi tanaman dapat menyelamatkan
produksi gula kurang lebih 20 persen.

Penggerek pucuk. Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman
sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan
insektisida carbofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan atau taburan.

Penggerek batang. Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu
sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha
pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit
karawai Trichograma spp., dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.

Kutu bulu putih. Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih
segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastic untuk dimusnahkan atau
dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan
parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya
formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gr/ha.

Uret. Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan
insektisida disarankan menggunakan carbofuran 3 persen sebanyak 50 kg/ha.
Penggunaan insektisida yang mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan
pada lahan yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping cara kimiawi,
pengendalian hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara
mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum
imago sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago
dapat dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember.

Di daerah dengan serangan hama uret kuat, dianjurkan penggunaan


insektida yang berformulasi ”slow release”, antara lain dursban 14 S sebanyak 28
kg/ ha yang diberikan di dasar juringan sebelum tebu ditanam. Insektisida ini
mampu mengendalikan uret selama tiga tahun tanpa merusak perakaran tebunya.

Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara lain


penyakit mosaik, luka api (smut), dan pokahbung.

Penyakit pokahbung. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan


terutama timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda
terlihat memutih (chlorosis). Pada serangan yang parah, pusuk tanaman menjadi
busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya (bengkok dan luka).
Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan cara disemprot bubur
Bordo 1 % seminggu sekali.

Penyakit mosaik. Penyebab penyakit ini adalah virus mosaic. Tanda-tanda


penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan
noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Cara pencegahan yang telah
dilakukan selama ini adalah dengan menggunakan bibit terseleksi yang berasal
dari tanaman sehat dan dari varietas tebu yang tahan terhadap penyakit mosaik
seperti Ps 56, F 154, F 156 atau M 442-51.

Penyakit luka api (smut). Penyebabnya adalah Ustilago scitaminea Syd.


Gejala penyakit ini timbulnya cambuk hitam pada pucuk tebu. Pencegahannya
dengan menanam bibit yang sehat dan varietas yang resisten, bibit didesinfeksi
dengan 0,5 gr b.a./triadimefon.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Faktor Iklim Sangat Berpengaruh Terhadap Perkembangan Hama Dan


Penyakit Pada Tanaman Tebu. Beberapa Indikator Pendukungnya Adalah Curah
Hujan, Sinar Matahari, Angin, Suhu Dan Sebagainya. Hama Dan Penyakit Yang
Berkembang Diantaranya Adalah Penggerek Pucuk, Penggerek Batang, Kutu
Bulu Putih ,Penyakit Mosaik, Penyakit Pembuluh, Penyakit Luka Ap,I Penyakit
Pokahbun.
DAFTAR PUSTAKA

Djasmin. 1984. Hama-hama Tebu Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero.


Surabaya.Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008.

Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2009. Statistik Perkebunan


Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.

Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve,


Jakarta.

Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat


Jenderal Perkebunan.

Wirioatmojo. 1987. The control of Sugarcane Topborer Tryporyza innotata, F.


P3GI. Pasuruan

Anda mungkin juga menyukai