Anda di halaman 1dari 54

DOWNY MILDEW (PENYAKIT EMBUN BULU/BUSUK DAUN) PADA

TANAMAN LABU-LABUAN

12:45:00 PM ditulis-dipublikasikan oleh Heri Sunarko


kategori: Fungi, Klinik Tanaman

Pendahuluan

Downy mildew atau busuk daun (embun bulu) merupakan salah satu penyakit penting tanaman
cucurbitaceae. Petani di daerah Kediri dan sekitarnya menyebut penyakit ini dengan sebutan
Penyakit Trotol atau Kresek. Bisa dipahami jika petani menyebutnya demikian, karena sebutan
tersebut didasarkan pada gejala dan akibatnya terhadap tanaman. Daun tanaman yang terserang
oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala bercak berwarna kuning agak bersudut, seperti
mengikuti alur tulang daun dan dapat menyerang dalam satu daun secara terpisah-pisah. Jika
serangan penyakit parah, daun-daun tersebut dapat mengering sehingga daun akan mudah hancur
dan mengeluarkan bunyi “renyah” menyerupai suara plastik kresek jika diremas. Meskipun dapat
menyebabkan kerusakan yang parah pada daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan
membuat kerusakan buah secara langsung. Penurunan produktifitas buah disebabkan oleh kinerja
daun yang terganggu karena kerusakan sel-selnya (nekrosis), dengan demikian pertumbuhan
tanaman terhambat dan meyebabkan buah terpapar matahari. Namun, menurut Celetti dkk.
(2009), pada suatu waktu pathogen juga dapat menyerang buah. Buah yang dihasilkan dari
tanaman yang terinfeksi berukuran kecil dan tidak bagus (marketable).

Patogen ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman melon, mentimun, labu, squash,
pumpkin (Celetti dkk. 2009), belewah atau garbis, semangka dan tanaman suku cucurbitaceae
lainya. Meskipun memiliki inang yang luas, patogen cenderung hanya dapat menyerang tanaman
yang masih dalam satu suku. Tanaman seperti legum (kacang-kacangan) dan bayam tidak akan
terinfeksi oleh pathogen ini. Diantara tanaman dalam suku cucurbitaceae tersebut, mentimun
merupakan tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini (Celetti dkk. 2009), tetapi
kurang merugikan pada tanaman melon (Semangun, 2000). Selain terdapat perbedaan
patogenisitas antar tanaman, gejala yang ditimbulkannya juga tidak sama tergantung tanaman
inang dan kondisi lingkungan. Gejala yang timbul pada tanaman mentimun mirip dengan
tanaman gambas dan pumpkin, tetapi berbeda dengan gejala yang timbul pada tanaman melon
dan semangka. Gejala yang muncul pada tanaman mentimun terlihat lebih jelas berbatas
(confine) dan bersudut/bersiku (angular), tetapi gejala pada daun tanaman melon terlihat agak
membulat, tidak beraturan (irregular) dan cepat meluas serta mengering yang berwarna
kehitaman.

Beberapa strain patogen (patotipe) organisme ini telah diidentifikasi, beberapa hanya dapat
menyerang mentimun, sementara yang lain dapat menyerang melon, mentimun, pumpkin dan
squash. Hingga saat ini, telah diketahui paling sedikit terdapat 6 strain (patotipe) yang masing-
masing memiliki kekhususan/spesifikasi inang

Gejala

Gejala serangan Downy Mildew saat fase awal pertumbuhan, berupa bercak kecil berwarna
kuning pada permukaan daun bagian atas yang berusia tua, kadang-kadang nampak berminyak.
Gejala yang muncul pada fase ini terlihat belum begitu jelas, masih menyerupai virus mosik-
motel yang kemudian akan berubah warna menjadi kuning atau kecoklatan dan mengalami
kematian jaringan (nekrosis). Dalam perkembangannya, bercak dapat meluas dan bermultiplikasi
menyebabkan bercak yang lain sehingga dapat menyebabkan bercak yang lebih luas karena bisa
saling menyatu.

Pada kondisi lembab, bulu halus (downy) dapat segera terbentuk di permukaan daun bagian
bawah dan kerusakan berupa bercak (spot) berwarna kuning terang terlihat di permukaan daun
bagian atas. Sporangia berupa bulu halus (downy) biasanya akan terlihat dengan jelas pada saat
pagi hari dengan warna ungu gelap di bawah warna kuning terang yang terlihat dari atas
permukaan daun. Sporangia (kantong spora) itu dapat dilihat dengan menggunakan lensa (lup),
dan menjadi kunci dalam mendiagnosis penyakit ini. Kerusakan jaringan daun yang disebabkan
oleh cendawan/jamur ini kadang-kadang menjadi tempat hidupnya patogen sekunder seperti
bakteri busuk lunak dan cendawan/jamur lain. Gejala serangan patogen ini akan nampak setelah
4-12 hari setelah terjadi infeksi.

Biologi Patogen

Patogen memproduksi struktur mikroskopis menyerupai kantung yang disebut sporangia pada
kisaran suhu antara 5-30 Derajat Celcius . Suhu optimum bagi pembentukan sporangia terjadi
pada kisaran suhu 15-20 Derajat Celcius dan membutuhkan waktu paling sedikit 6 jam pada
kelembaban yang tinggi. Spora yang telah terbentuk dapat menular ke tanaman sehat karena
terpaan angin dan percikan air hujan. Spora akan segera berkecambah dan dan dapat menginfeksi
tanaman secara lansung apabila mendarat pada inang yang rentan hanya dalam waktu satu jam
saja. Selama dalam musim hujan (basah) yang panjang sporangia dapat melepaskan zoospora
dalam jumlah yang banyak. Zoospora ini dapat berenang di dalam filum air secara terus-menerus
hingga mencapai stomata. Lubang alami ini merupakan tempat utama patogen masuk ke dalam
jaringan tanaman, sehingga dapat menyebabkan infeksi yang lebih banyak pada daun.

Patogen akan berkembang lambat dan mungkin berhenti sementara apabila suhu lebih dari 30
Derajat Celcius selama siang hari. Suhu pada malam hari yang berkisar antara 12-23 Derajat
Celcius akan merangsang perkembangan patogen, terutama jika keadaan disekitarnya cukup
lembab. Apabila suhu lingkungan pada malam hari berada pada kisaran sekitar 15 dan 25 Derajat
Celcius pada siang hari, infeksi downy mildew pada tanaman cucurbitaceae dapat memproduksi
lebih banyak inokulum dalam waktu 4 hari.

Kelangsungan hidup (Survival) Patogen dan Penyebarannya

Downy mildew merupakan patogen yang bersifat obligat. Patogen ini selalu memerlukan
jaringan tanaman hidup agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Sporangia yang telah
terbentuk akan terbawa oleh angin dalam jarak tertentu. Dalam perjalanannya itu, sporangia
mungkin akan bertahan beberapa hari hingga menemukan inang rentan. Jika patogen sudah
berada suatu tempat, maka sporangia dapat disebarkan secara terlokalisir pada tempat tersebut
dari tanaman satu ke tanaman lain dan dari lahan satu ke lahan lain melalui percikan air hujan,
aliran irigasi, pergerakan serangga, peralatan pertanian dan pakaian yang digunakan petani di
lahan yang terinfeksi, serta cara penanganan tanaman yang terinfeksi.

Pengendalian (Manajemen)

Pengendalian Penyakit dapat dilakukan melalui cara bercocok tanam (kultur teknis) dan
penggunanaan pestisida. Cara-cara pengendalian tersebut antara lain adalah:
1. Menanam tanaman yang sehat, terbebas dari patogen.
2. Pilih dan atur lahan sehingga dapat membuat pergerakan udara lancar dan mengurangi
kelembaban disekitar kanopi tanaman.
3. Lakukan pengolahan tanah dengan membaliknya pada waktu siang hari
4. Hindari pengairan yang berlebih. Pertimbangkan pemberian air irigasi selama pagi hari untuk
memberi kesempatan daun mengering. Jika memungkinkan, beri air sedikit saja hingga dirasa
cukup.
5. Lakukan pengamatan atau monitoring terhadap kemungkinan munculnya gejala penyakit tiap
minggu atau sesering mungkin.
6. Lakukan pengendalian gulma di lahan, karena sebagian gulma dapat menjadi inang alternatif
bagi patogen ini.
7. Perlakuan fungisida dilakukan untuk upaya pencegahan terhadap serangan patogen dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan. Aplikasi fungisida dilakukan tiap 5 hari sekali jika
kondisi lingkungan lembab dan basah, namun jika kondisi cuaca sedang kering, maka aplikasi
fungisida dapat dilakukan dalam inetrval waktu 7-10 hari
8. Aplikasikan fungisida dengan volume 250-300 liter air per hektar dan pastikan bahwa,
fungisida mencukupi dan penyemprotan dapat meliput/terkena kanopi tanaman.
9. Lakukan aplikasi secara bergiliran dengan fungisida yang memiliki bahan aktif berbeda dan
gunakan fungisida yang memiliki cara kerja ganda dan tunggal.
10. Cuci atau bersihkan peralatan sebelum digunakan pada lahan lain.
11. Cuci dan bersihkan tangan sebelum berpindah ke lahan lain dan selalu menggunakan pakaian
baru (selalu berganti pakaian yang telah dicuci) tiap hari.
Family CUCURBITACEAE                   Deskripsi

Timun (Cucumber) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan
perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral.

Manfaat

Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah timun dimakan mentah
sebagai lalap. Atau, buah itu dapat pula diasinkan sebagai teman nasi. Buah timun banyak
mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.

Syarat Tumbuh

Timun jepang seperti jenis lainnya dapat hidup pada lahan berketinggian sekitar 200 – 800 m
dpl. Pertumbuhan optimalnya dapat dicapai jika di tanam pada lahan yang berada pada
ketinggian 400 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah berkadar liat
rendah dengan pH tanah sekitar 6 – 7.

Pedoman Budidaya

Tanah yang telah diolah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak 10-20 kg/ha.
Setelah itu, dibuatkan bedengan dengan lebar 100 cm dan saluran air selebar 20-30 cm. Panjang
bedengan tergantung keadaan musim. Jika musim hujan, bedengan dibuat lebih tinggi agar
drainase dan aerasi baik, yaitu 30-40 cm. Sedangkan jika musim kemarau, bedengan hanya
berukuran 20-25 cm. Syarat tumbuh dan budidaya timun gherkin sama seperti budidaya timun
jepang. Yang berbeda hanya jarak tanam optimal, panen, dan ukuran buah yang dipanen.
Penanaman timun gherkin berjarak tanam optimal 60 x 50 cm. Timun ini dapat dipanen sekitar
42 hari dengan ukuran buah sekitar 6-9 cm atau tergantung permintaan pembeli. PEMILIHAN
BENIH DAN PERSEMAIAN Benih timun jepang dan timun gherkin masih diimpor dari negeri
asalnya. Sebelum benih ditanam, sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih dahulu.
Media persemaian itu berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3.
Sebagai tempat media persemaian dapat digunakan polybag atau kantung plastik transparan.
Sebelum digunakan, media semai disterilkan dulu dengan Dithane/Cobox 0,2 % clan
Furadan/Curater sebanyak 15 g/100 kg media. Meskipun benih dapat langsung ditanam, namun
untuk mengurangi kegagalan, sebaiknya benih mendapat perlakuan sebagai berikut. 1. Benih
direndam selama 15 menit. Benih yang mengapung sebaiknya dibuang. 2. Benih yang tetap
tenggelam direndam kembali selama 24 jam. 3. Selanjutnya benih dipindahkan ke lipatan handuk
basah selama 12 jam hingga bakal akarnya keluar. 4. Setelah bakal akarnya keluar, benih dapat
langsung ditanam di tempat yang telah disiapkan. Pada musim hujan, persemaian harus diberi
atap plastik transparan. Jika timun disemaikan saat musim kemarau, bedengan bisa dibuat di
tempat terbuka. Namun, pada beberapa hari pertama, bedengan harus ditutup dengan daun-daun
kering. Usahakan sinar matahari bisa masuk lebih kurang 35 %. Tanah persemaian disiram setiap
1-2 hari sekali. Apabila daun keping terbuka, bibit disemprot dengan Antracol dan Cobox
(fungisida), Karphos atau Hostathion (insektisida), dan Agrept (bakterisida) setiap 2 hari sekali.
Dosis yang digunakan setengah dari dosis yang dianjurkan. PENANAMAN Penanaman bibit
dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah memiliki dua daun. Penanaman
ini tergantung pada ketinggian tempat. Penanaman dilakukan lebih cepat 2-4 hari dari setiap
penurunan 200 m dpl. Bibit yang akan ditanam direndam dahulu dalam larutan Dithane 0,1 %
dan diberi pupuk NPK butiran sebanyak 3-6 butir/bumbung. Pada lahan yang telah dibuat
bedengan ditebarkan pupuk dasar Urea (ZA) 10 g/m2, TSP 55 g/m² dan KCl 10 g/m² secara
merata. Selanjutnya tanah diberi Furadan atau Curater B 5 g/m² ditambah Cobox atau Dithane
0,2 %. Setelah itu, penanaman dapat dimulai. Jarak tanam optimal adalah 120 x 40 cm.

Pemeliharaan

Penyiraman hanya dilakukan apabila air tanah clan air hujan kurang. Pada minggu pertama,
tanaman disiram setiap 1-2 hari sekali. Dan, pada minggu berikutnya, disiram setiap 4-6 hari
sekali. Pemupukan susulan berupa Urea dan KCl diberikan selang antara 10-14 hari sekali.
Pemberiannya dilakukan dengan cara ditugal sejauh kurang lebih 7 cm dari tanaman. Banyaknya
pupuk susulan seperti terlihat pada Tabel 7. Untuk mengatur kelembapan dan menekan
pertumbuhan gulma, tanaman diberi mulsa berupa potongan rumput atau jerami kering.
Selanjutnya setiap tanaman diberi sebuah lanjaran dan setiap lanjaran dihubungkan dengan
belahan bambu yang lebih kecil. Lanjaran dapat pula diganti dengan jaring yang pemasangannya
lebih mudah. Tanaman yang telah bercabang, berbunga, dan berbuah perlu dipangkas. Cabang
pada daun pertama sampai kelima atau ketujuh dibuang. Cabang-cabang yang tumbuh kemudian
dibuang setelah 2-3 cabangnya keluar, demikian pula dengan ranting. Setelah ketinggiannya
mencapai 150 cm, pucuk batang utama dipotong sehingga diharapkan pada ketinggian 180 cm
pertumbuhan meninggi sudah terhenti. Tanaman yang pertumbuhan daunnya terlalu lebat dapat
dijarangkan. Seminggu setelah penanaman, dilakukan penyemprotan pestisida untuk mencegah
serangan hama clan penyakit. Pada awal penyemprotan, dosisnya setengah dari yang dianjurkan.
Penyemprotan dilakukan seminggu sekali. Jika turun hujan, penyemprotan diulang kembali.

Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit pada timun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan hama dan
penyakit segera dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara
lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan
pestisida). Perlakuan terbaik adalah dengan jalan pencegahan (preventif). HAMA THRIPS
Nimfa dan imago thrips dari ordo Thysamoptera sama-sama merusak tanaman, yaitu meraut dan
mengisap cairan sel. Tanda kerusakan awal adalah apabila daun dihadapkan pada sinar matahari
akan terlihat bintik berwarna putih sebesar tubuh hama itu sendiri. Selanjutnya bintik ini meluas
dan akhirnya daun menguning dan mengering. Pengendalian serangan hama ini dilakukan
dengan cara mekanis, yaitu membunuh binatangnya bila terlihat pada batang tanaman. Cara
lainnya adalah dengan jalan memasukkan larutan insektisida ke sarangnya atau dilakukan
penyemprotan insektisida pada tanaman. JANGKRIK Jangkrik dari ordo Ortoptera menyerang
tanaman timun gherkin muda di lapang. Jangkrik ini memotong batang tanaman kemudian
potongannya ditinggalkan di tempat atau dibawa ke sarangnya. Pengendaliannya sama dengan
pengendalian pada thrips. PENYAKIT DOWNY MILDEW Serangan penyakit Downy mildew
(Pseudomonas cubensis Berk dan Curt) diawali dengan adanya bintik hitam pada permukaan
daun yang kemudian berubah menjadi kuning. Selanjutnya bintik ini meluas menjadi bercak
kotak-kotak berwarna kuning atau cokelat mengikuti besarnya jala (tulang daun) yang
menghubungkan cabang-cabang pada tulan daun. Tanda yang lain adalah terdapatnya jamur
berwarna hitam pada bagian bawah daun. Pengendalian dan pemberantasan penyakit ini
dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti Benlate atau Dithane-45. POWDERY
MILDEW Awal serangan penyakit ini ditandai dengan terdapatnya serbuk halus berwarna putih
pada permukaan atas dan bawah daun. Selanjutnya spora jamur ini akan meluas merata pada
helaian daun sehingga menyebabkan daun menguning, menebal, kaku, dan melipat ke atas.
Pengendalian dan pemberantasannya sama seperti pada penyakit Downy mildew.

Panen dan Pasca Panen

Timun gherkin dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 – 40 hari sejak tanam. Buah yang
dipanen berukuran panjang sekitar 18 – 20 cm dengan berat antara 80- 120 g. Buah yang
berbentuk lurus berdiameter 1,5 – 2,5 cm dengan berat 20 g adalah buah kualitas super. Saat
panen yang baik adalah pagi hari antara pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-
17.00.

TANAMAN MENTIMUN

Juli 15, 2009 pada 11:10 pm (Agrobisnis Yudharta Pasuruan)


Tags: Makala Campur

TANAMAN MENTIMUN

Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman
ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya mentimum sudah meluas ke seluruh
baik wilayah tropis atau subtropis.
Mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng (jawa barat), temon
atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (lampung) dan Timon (Aceh).

SYARAT PERTUMBUHAN

Iklim aaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada
iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – 26,7)°C dan tidak banyak
hujan. Ketinggian optimum 1.000 – 1.200 mdpl.
Media Tanam tnah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan
air, pH tanah 6-7.

Manfaat Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah timun dimakan
mentah sebagai lalap. Atau, buah itu dapat pula diasinkan sebagai teman nasi. Buah timun
banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.

Syarat tumbuh tmun jepang seperti jenis lainnya dapat hidup pada lahan berketinggian sekitar
200 – 800 m dpl. Pertumbuhan optimalnya dapat dicapai jika di tanam pada lahan yang berada
pada ketinggian 400 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah berkadar liat
rendah dengan pH tanah sekitar 6 – 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Pembibitan

1. sapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
2. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur
Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
3. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
4. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1
cm.
5. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
6. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
7. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.

Pengolahan Media Tanam

1. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.


2. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6 : 1-2 ton/ha)
3. Tanah dibajak/dicangkul 30-35cm sambil membalikkan tanah dan biarkan 2 minggu.
4. Olah kembali tanah sambil membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar
bedengan 30 cm.
5. Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap lubang tanam 40
x 40 x 40 cm.
6. Berikan pupuk NPK 100 kg/ha (1/3 dari dosis keseluruhan).
7. Siramkan POP SUPERNASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan
dosis ± 1 botol/1000 m² dengan cara :Alternatif 1 : 1 botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 3
liter air dijadikan larutan induk. Kemudiansetiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk
menyiram bedengan.Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makanPOP
SUPERNASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
8. Pasang mulsa. Dan 1 minggu kemudian buat lubang tanam.i. Taburkan Natural GLIO yang sudah
dikembangbiakkan dengan pukan pada setiap lubang tanam (1 kemasan + 25-50 kg pukan
matang untuk 1000 m2).

Penanaman
 Siram bibit dalam polibag dengan air
 Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
 Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

Pemeliharaan Tanaman

 Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
 Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
 Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
 Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
 Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau
menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan
dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

Waktu Pupuk (kg)

TSP Urea KCL Pukan

Pupuk Dasar 150 150 150 20.000

3-5 hst 100 150 100

10 hst 250 300 100

Setelah 250 250


berbunga

Setelah Panen I 100 100

POC NASA + Disemprotkan ke daun :


Hormonik
 Alternatif 1: 8 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 3 – 4 tutup POC
(Mulai umur NASA + 1 tutup Hormonik per tangki
2–10 minggu)
 Alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 – 8 tutup POC
NASA + 1 tutup Hormonik per tangki

Pemupukan:

Hama dan Penyakit

Hama

1. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).


Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan
daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian :
Natural BVR atau PESTONA.
2. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang
masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.
3. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun
muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk.
Pengendalian : Natural METILAT.
4. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai
hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung.
Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

Penyakit

1. Busuk daun (Downy mildew)Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi


kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut.
Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
2. Penyakit tepung (Powdery mildew )Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah
kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda
ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
3. AntraknosePenyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat
pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala
bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak
terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
sebelum tanam.
4. Bercak daun bersudutPenyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat
musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh
daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
5. VirusPenyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus,
TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan
Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi
daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor
dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit
dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.
6. Kudis (Scab)Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah
mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering
akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
7. Busuk buahPenyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora
sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di
kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah
dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan
berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi
jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk.
Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati,
penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural
GLIO sebelum tanam.
8. Panen

Ciri dan Umur Panen

Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah
tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.

Cara Panen

Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau
tajam.

Periode Panen

Mentimun sayur dipanen 5 – 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang
dikehendaki.

Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pisang

W. Rumahlewang, SP.MP
(Jurusan BDP, Faperta – Unpatti)
Sejak bayi kita sudah menikmati lezatnya buah pisang. Begitu terkenalnya buah ini,
maka setiap acara pesta tidak lengkap jika tidak menyajikan pisang sebagai makanan
penutup. Tanaman pisang (Musa paradisiaca L.) sebagai salah satu jenis tanaman
hortikultura mempun yai arti
penting bagi peningkatan gizi masyarakat karena buahnya merupakan sumber
vitamin, mineral dan juga karbohidrat, sering dijadikan buah meja, sale pisang dan
tepung pisang serta kulitnya sebagai pembungkus bermacam makanan trandisional
Indonesia. Memakan buah pisang juga merupakan pengobatan alami berbagai
penyakit.
Budidaya tanaman pisang tak lepas dari berbagai kendala, terutama serangan hama
dan panyakit yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan hasil baik kualitas
maupun kuantitasnya. Berikut ini akan dipaparkan penyakit-penyakit penting pada
tanaman pisang dan cara pengendaliannya yang diharapkan dapat sebagai bahan
informasi bagi petani di lapang.
1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp cubense)
Gejala :
Pada tepi-tepi daun paling bawah berwarna kuning tua lalu menjadi coklat dan
mengering. Tangkai daun patah di sekeliling batang palsu dan kadang-kadang lapisan
luar batang palsu terbelah dari permukaan tanah.

Gejala khas adalah gejala dalam. Jika pangkal batang


dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju semua arah, dari
batang ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai.
Pengendalian :
Tidak menanam jenis yang rentan di lahan yang terinfestasi patogen dan hanya
menanam bahan tanaman/anakan yang sehat.
Tanaman yang sakit beserta tanah di sekelilingnya dibongkar dan dikeluarkan dari
kebun.
Memelihara tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada
akar dan mengendalikan nematoda dengan nematisida.
2. Bercak Daun Cercospora (Mycosphaerella musicola)
Gejala :
Gejala pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan ke-4 dari pucuk sebagai bintik-bintik
memanjang, berwarna kuning pucat dengan ukuran panjang 1-2 mm atau lebih,

arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian da ri bintik-bintik


tersebut berkembang menjadi bercak berwarna coklat tua sampai hitam, jorong atau
bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya kurang dari sepertiga
panjangnya.
Pada daun yang lebih tua pusat becaknya mengering, berwarna kelabu mudah
dengan tepinya berwarna coklat tua dan dikelilingi oleh halo berwarna kuning cerah.
Pengendalian :
Tidak mengusahakan pisang secara komersial di lahan miskin. Kesuburan tanah harus
dipertahankan dengan pemupukan yang tepat.
Untuk mengurangi sumber infeksi daun-daun mati di sekeliling pohon dipotong dan
dibakar.
Jika dirasa perlu tanaman dapat disemprot dengan mankozeb (Dithane M-45) atau
propineb (Antracol).
3. Bercak Daun Cordana (Cordana musae)
Gejala :
Mula-mula timbul becak-becak jorong atau bulat telur, kadang berbentuk berlian,
kemudian membesar dan berwarna coklat pucat, dengan tepi yang berwarna coklat
kemerahan, dikelilingi halo berwarna kuning cerah.
Seringkali bec ak tampak bercincin-cincin, dan dapat terbentuk di
sekeliling becak sigatoka. Becak dapat menjadi besar sekali, bahkan dikatakan bahwa
panjangnya dapat mencapai 10 cm.
Bila yang terinfeksi tepi daun, becak dapat berbentuk sabit, yang kemudian dapat
memanjang menjadi coreng berwarna coklat pucat, yang dapat meluas sampai ibu
tulang daun.
Pengendalian :
Tidak menanam pisang di bawah naungan yang lebat dan tidak menanam pisang
terlalu rapat.
Jika diperlukan becak daun Cordana dapat dikendalikan dengan fungisida seperti yang
dipakai untuk becak daun Cercospora.
4. Burik (Cladosporium musae, Periconiella musae, Veroneae musae, dan
Phaeoramularia musae)
Gejala :
Gejalanya berupa becak-becak kecil pada daun, berwarna coklat tua sampai hitam,

yang mengum pul dengan jarak yang hampir sama. Masing-masing


becak adalah sebesar kepala jarum. Pada daun tua becak dapat bersatu membentuk
becak yang besar.
Burik lebih jelas terlihat pada sisi atas daun.
Pengendalian :
Pada umumnya penyakit burik tidak perlu dikendalikan. Namun jika nanti terasa
merugikan, perlu diusahakan untuk mengurangi peneduhan (karena pohon-pohon)
dan penanaman jangan terlalu rapat.
5. Antraknosa (Colletotrichum musae)
Gejala :
Mula-mula terjadi becak-becak klorosis berwarna putih kekuningan, yang bagian
tengahnya berwarna coklat. Bercak berkembang memanjang, searah dengan tulang
daun dan menyatu menjadi besar dan akhirnya daun mengering. Pada buah terdapat
bagian-bagian yang berubah dari hijau menjadi kuning, kemudian menjadi cokl

at tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning.


Pada permukaan kulit buah yang sudah berwarna hitam/membusuk timbul bintik-
bintik merah kecoklatan yang terdiri dari kumpulan aservulus jamur tersebut. Buah
yang sakit menjadi keras dan dapat menjadi kering dan berkeriput (mumifikasi).
Disimpanan, timbul becak-becak kecil berwarna coklat kehitaman dengan tepi
kebasah-basahan pada buah. Becak-becak tersebut dapat membesar atau bersatu
dan agak mengendap.
Pengendalian :
Tanaman pisang dibersihkan dari daun-daun mati dan sisa-sisa bunga.

Sehabis dipotong buah-buah sege ra diangkut ke ruang pemeraman


atau ke gudang. Ruang pemeraman dan gudang dijaga kebersihannya.
Menangani buah dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak luka.
Jika buah perlu dicuci, pencucian dilakukan dengan air mengalir dari sumber yang
bersih dan Jika sekiranya diperlukan, setelah dipetik buah disemprot atau dicelup
dengan cairan fungisida.
6. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Gejala : http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/04/penyakit-penting-tanaman-
sayuran.html
Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tandan buah.
Mula-mula satu atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda) berubah
warnanya tanpa menunjukkan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun
keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan ini dapat berlang

sung lama sampai buah hampir menyelesaikan proses


pemasakannya. Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu
satu minggu semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-
daun tadi menjadi coklat.
Perubahan yang paling khas terjadi pada buah. Mula-mula berkas pembuluh
berwarna kuning atau coklat. Perubahan ini meluas ke plasenta dan parenkim buah,
bahkan juga ke berkas pembuluh kulit buah. Seluruh badan buah terserang
menguning dan isinya terlarut sedikit demi sedikit. Ruang dalam buah terisi cairan
seperti lendir berwarna merah kecoklatan.
Pengendalian :
Rumpun yang sakit dibongkar, dibersihkan dari sisa-sisa akar, dan tempat itu baru
ditanami dengan pisang kembali 2 tahun kemudian.
Hanya memakai bibit yang diambil dari perdu yang benar-benar sehat.
Melakukan pemupukan dan pemeliharaan yang baik dan memelihara drainase kebun.
Untuk menghindarkan penularan, jika perlu parang didesinfestasi dengan
mencelupkannya dalam larutan formalin 10% selama 10 menit.
7. Kerdil Pisang atau Bunchy top (Bunchy Top Virus)
Gejala :
Jika pangkal daun nomor 2 atau 3 dari tanaman yang dicurigai dilihat permukaan
bawahnya dengan cahaya menembus, tampak adanya garis-garis hijau tua sempit
yang terputus-putus dalam garis pendek atau titik seperti kode morse, terdapat
diantara dan sejajar dengan tulang daun sekunder. Kadang
-kadang tulang daun menjadi jernih. Sebagai gejala
pertama terjadinya infeksi, pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi jernih
tadi akan tampak lebih jelas.
Pada tingkat yang lebih jauh daun-daun muda lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit
dengan tangkai daun yang lebih pendek dari pada biasa, dan menguning sepanjang
tepingya. Daun-daun rapuh dan bila dipatahkan akan patah dengan renyah. Tanaman
terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang
palsu.
Pengendalian :
Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari daerah yang terjangkit
kerdil pisang.
Rumpun yang sakit dibongkar bersih dan dicincang menjadi potongan-potongan kecil.
Hanya menanam bibit yang diambil dari rumpun yang benar sehat.
Menyemprot tanaman pisang dengan insektisida sistemik untuk memberantas
Pentalonia, khusus di pembimbitan (jika ada).

BUNCIS

September 12, 2008 · Disimpan dalam budldaya

BUNCIS

Family:Fabaceae

Deskripsi

Umumnya, sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan
lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah
yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil
berkembang pada akar lateral. Sistem perakaran yang menjangkar kuat adalah sifat penting
untuk panen dengan mesin. Berbagai kultivar P. vulgaris adalah tanaman musim panas yang
membelit dan merambat. Selain bentuk merambat indeterminate dan tidak merambat, ada bentuk
kerdil (semak) determinate dan indeterminate. Kultivar bentuk semak determinate yang ada
sekarang ini berbeda dengan bentuk merawbat indeterminate – yang terdahulu memiliki
dominansi apikal yang lebih rendali, dan sedikit atau tidak tanggap terhadap fotoperiod hari-
pendek. Kultivar indeterminate merambat dan tegak memiliki percabangan yang lebih banyak
dan, dengan jumlah buku pembungaan lebih banyak, memiliki potensi hasil yang lebih besar.
Panjang batang tipe merambat dapat mencapai 3 m, dengan lebih dari 25 buku pembungaan.
Bentuk ini sangat mudah rebah, dan karena itu, umumnya ditopang dengan lanjaran atau tiang.
Bentuk semak determinate memang pendek, beberapa jenis tidak lebih tinggi dari 60 cm,
memiliki jumlah buku sedikit, dan perbungaannya terbentuk di ujung batang tanaman. Daun
buncis beranak daun-tiga dan menyirip. Kultivar sekarang memiliki daun kecil sehingga
meningkatkan penetrasi cahaya ke dalam kanopi tanaman, khususnya untuk penanaman yang
sangat rapat. Walaupun sifat ini cenderung meningkatkan hasil-total, ukuran daun kecil
menghasilkan ukuran polong yang kecil pula. Bunga berukuran besar dan mudah terlihat,
berwarna putih, merah jambu, atau ungu. Bunga ini sempurna, dan, seperti halnya kapri,
memiliki 10 benang sari, 9 di antaranya menyatu membentuk tabung yang melingkupi bakal
buah panjang, dan satu benang sari teratas terpisah dari yang lain. Bunga menyerbuk sendiri dan
umumnya jarang terjadi persilangan terbuka. Polong tanaman ini hampir selalu memanjang,
bukan membesar; panjangnya berkisar dari 8 hingga 20 cm atau lebih, dengan lebar mulai
kurang dari 1 cm hingga beberapa cm. Bergantung pada kultivar, ujung polong – dapat
meruncing atau tumpul; bentuk potongan melintangnya beragam, mulai dari bundar hingga oval
memanjang, dan beberapa jenis berbentuk hati. Polong sebagian besar kultivar terbaru agak
lurus, walaupun beberapa jenis biasanya melengkung. Sebagian besar kultivar memiliki polong
berwarna hijau muda hingga hijau kebituan tua; yang lain kuning (berlilin), ungu, atau
multiwarna. Jumlah serat polong dan laju perkembangannya juga beragam. Melalui pemuliaan
selektif,.serat dapat sangat berkurang. Sifat tanpa-urat telah diintroduksi lebih dari 100 tahun
yang lalu. Sekarang, hanya nenek moyangnya dan kultivar buncis tua lain sajalah yang memiliki
serat lir-benang yang kuat. Calvin Keeney, petani produsen benih dari LeRoy, New York,
mendapat penghargaan karena mengintroduksikan kultivar tanpa-urat sekitar tahun 1800. Sifat
tanpa-urat adalah sifat resesif dan telah berhasil digabungkan ke dalam sebagian besar kultivar
yang ditanam dewasa ini. Kultivar tipe tanpa-urat juga merigandung lebih sedikit serat dinding.
Namun, di AS, `string bean’ (kacang buncis berurat) cenderung tetap digunakan untuk
menyebut buncis. Kata `urat’ digunakan karena kacang ini memiliki serat lir-benang yang kuat
pada sisi dorsal (perut) dan ventral (punggung) polong, urat pada sisi dorsal lebih kuat. Ketika
biji telah matang sempurna, polong akan membelah terbuka. Istilah ‘snap’ mungkin berasal dari
suara yang terdengar ketika polong segar patah. Sebagian besar polong buncis tidak berbulu
(glaborous); sedikit di antaranya yang berbulu halus. Polong tidak memiliki kelopak daun yang
persisten sebagaimana yang dimiliki kapri. Jumlah biji adalah sifat lain kultivar; sebagian besar
kultivar buncis berbiji tiga hingga lima; tipe buncis bijian atau buncis segar cenderung berbiji
lebih banyak. Ukuran dan bobot biji matang sangat beragam, panjangnya berkisar dari 5 mm
hingga 20 mm, dan bobot biji
Manfaat
Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis bijian kering, buncis
sayuran merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang penting. Selain dikonsumsi
dalam bentuk polong yang dimasak, di Afrika dan Amerika Latin, tajuk dan daunnya biasa
digunakan sebagai lalapan. Yang juga dimakan adalah biji yang keras, besar, tetapi masih muda
(biji kupasan segar), dan, dalam jumlah yang lebih terbatas, biji kering beberapa kultivar.
Syarat Tumbuh

Rata-rata suhu udara 20-25°C sudah optimum untuk pertumbuhan dan hasil . tinggi. Buncis
berlanjaran cenderung tumbuh lebih baik pada suhu agak lebih dingin, dan lebih peka terhadap
suhu tinggi pada saat pembungaan ketimbang tipe semak. Cekaman panas berpengaruh buruk
terhadap pembentukan polong, dan beberapa kultivar lebih toleran ketimbang yang lain. Suhu
tanah yang sesuai adalah 18-30°C. Buncis peka terhadap kekeringan dan genangan. Idealnya,
lengas harus tersebar merata sepanjang pertumbuhan; 250-450 mm biasanya sudah memadai.
Untuk memperoleh hasil tinggi, perlu diperhatikan pengelolaan lengas yang baik. Kelengasan
tanah harus mendekati kapasitas lapangan, khususnya selama pembungaan; penggenangan
menyebabkan anoksia (kekurangan oksigen), buncis peka terhadap kondisi ini, dan
menyebabkan meningkatnya serangan penyakit busuk akar. Cekaman lengas berpengaruh
terhadap hasil polong, jumlah dan ukuran biji, selain terhadap warna, kandungan serat, dan
kekerasan biji. Selain perkecambahan, pembungaan dan perkembangan polong paling peka
terhadap kekurangan air. Angin kering dapat menyebabkan gugur bunga. Tanah lempung liat
yang berdrainase baik, remah, dan bertekstur medium sangat sesuai untuk produksi buncis.
Pertumbuhan sangat berkurang bila tanah dipadatkan. Tanah yang agak asam paling disukai; pH
optimum berkisar antara 6,0 dan 6,5. Sebagian besar kultivar buncis yang ada sekarang ini tidak
peka terhadap fotoperiod. Namun, kultivar tertentu hanya menghasilkan tunas bunga selama hari
pendek. Perilaku yang menarik adalah sifat daun buncis yang menghadap dan mengikuti
matahari, sifat yang meningkatkan efisiensi fotosintesis. Sebaliknya, selama periode kelebihan
panas dan kelengasan tanah rendah, daun akan memutar sejajar dengan cahaya matahari
sehingga menurunkan suhu daun. Hasil berkurang jika tanaman ternaungi. Zat hara Sebagian
besar kultivar memiliki sistem perakaran yang relatif kecil, dan karenanya sering memiliki
kemampuan menyerap zat hara yang terbatas sehingga umumnya memerlukan pasokan pupuk
tambahan. Kultivar determinate, khususnya, tidak dapat memperoleh nitrogen yang tefiksasi
Rhizobium; dengan demikian, diperlukan pemupukan untuk perkembangan tanaman yang jagur.
Bentuk nitrogen nitrat lebih disukai ketimbang bentuk amonium. Fosfor sangat penting selama
pertumbuhan awal tanaman. Dosis pemupukan harus memperhatikan populasi tanaman karena
penanaman yang sangat rapat umumnya memerlukan kadar pupuk tambahan yang tinggi pula.
Buncis peka terhadap salinitas, dan selama penanaman, biji tidak boleh bersinggungan langsung
dengan pupuk. Buncis sangat peka terhadap kelebihan boron tanah.
Pedoman Budidaya

Penanaman dan jarak tanam Kotiledon besar biji buncis mudah pecah akibat kerusakan fisik,
yang dapat terjadi selama panen biji, pembersihan, dan penanaman. Perkecambahan biji buncis
adalah epigeal, dan hilangnya kotiledon seluruhnya atau sebagian dapat mempengaruhi
pertumbuhan kecambah dan hasil tanaman. Akibat buruk dari berkurangnya kekerasan biji
adalah biji semakin mudah rusak. Perbaikan peralatan pemanen biji, seperti penggunaan sabuk
karet sebagai pengganti silinder besi untuk memisahkan biji, sangat mengurangi kerusakan.
Perkecambahan biji optimum teqadi pada suhu 25-30°C; suhu kurang dari 10°C dan di atas
35°C tidak memungkinkan perkecambahan (tabel 22.3). Pada kondisi yang baik, kemunculan
kecambah dapat berlangsung dalam 7- 12 hari. Ketika ditanam di tanah dingin, perkecambahan
berlangsung lambat, dan sering terjadi pembusukan benih. Perlakuan benih dengan fungisida
pelindung berguna untuk meminimumkan pembusukan benih. Benih sering diuji dengan
perkecambahan tanah dingin untuk mengukur potensi kejagurannya pada kondisi buruk.
Perkecambahan buruk sering teriihat pada benih kultivar berkulit biji putih dibandingkan dengan
kultivar berkulit biji gelap. Pemulia tanaman telah berhasil meningkatkan sifat ini pada kultivar
berkulit biji putih yang baru. Kedalaman penanaman berkisar 3-8 cm. Kadang-kadang, benih
ditanam dalam parit dangkal yang kemudian ditimbun seiama penyiangan. Untuk memperoleh
hasil tinggi, banyak buncis semal; ditanam pada kerapatan sekitar 40 tanaman/m2. Kerapatan
tinggi dicapai melalui penanaman dengan jarak barisan rapat atau dengan cara sebar. Metode
penanaman ini tidak cocok untuk panen dengan tangan, tetapi sangat sesuai untuk panen dengan
mesin. Jarak tanam lebar digunakan untuk memungkinkan panen dengan tangan dalam produksi
buncis berlanjaran, karena tanaman indeterminate ini dapat dipanen berulang kali. Buncis
berianjaran biasanya ditanam dengan jarak sekitar 10 cm dalam barisan, dengan jarak
antarbarisan sekitar 120-150 cm. Penanaman buncis berlanjaran di atas gundukan dilakukan
dengan jarak tanam bujur sangkar, dari 90 hingga 120 cm. Penanaman di atas gundukan (hill) ini
biasanya menggunakan 5-6 biji per lubang tanam, yang kemudian dijarangkan menjadi sekitar
tiga tanaman. Di beberapa bagian aropika dan subtropika, buncis berlanjaran ditanam dengan
atau setelah tanaman jagung atau okra, sering menggunakan batang tanaman ini sebagai
lanjaran. Kerapatan fanaman buncis semak untuk panen dengan tangan adalah 45.000-60.000
tanaman per hektar, sedangkan dalam penanaman kerapatan tinggi untuk panen dsngan mesin
adalah 250.000-450.000 tanaman per hektar. Penggunaan mesin panen baris jamak
memungkinkan penanaman dengan kerapatan tinggi dalam barisan rapat. Walaupun jarak tanam
sangat rapat cenderung mengurangi warna polong, hal ini sering dimaklumi untuk memperoleh
hasil tinggi. Namun, penanaman sangat rapat dapat meningkatkan kemungkinan terserang
penyakit. Meningkatnya penggunaan mesin penanam menghasilkan jarak tanam yang akurat,
dan mengurangi jumlah benih yang ditanam; biaya pengadaan benih yang mahal juga cenderung
menurunkan dosis penanaman.

Hama dan Penyakit

Layu bakteri, Bercak coklat bakteri, Hawar umum, Hawar fuscous (basah),Hawar melingkar,
Fungi Bercak daun dan polong, Bercak daun kotak Bercak daun ascochyta, Bercak daun
cercospora, Embun jelaga Embun jelaga faba, Busuk akar fusarium, Penyakit kuning fusarium
Busuk abu-abu, Bercak daun phyllosUcta, Hawar polong Embun tepung Erysiphe polygoni
Busuk akar dan rebah kecambah Pythium spp., jugaAphanomyces, Kudis kara kratok
Antraknosa batang, Layu verticillium Busuk putih
Panen dan Pasca Panen

Panen buncis tipe semak dapat dipanen pada umur 60-70 hari; sedangkan buncis tipe merambat
umumnya memerlukan sekitar 10-20 hari lebih lama. Penentuan saat panen buncis segar
didasarkan pada fase.pertumbuhan polong. Untuk memperoleh hasil tinggi, polong buncis harus
mencapai panjang maksimum sebelum pembesaran biji terlihat nyata dan selama masih sukulen.
Situasi yang ideal adalah memanen seluruh polong pada fase perkembangan yang sama.
Pengukuran derajat-hari sering digunakan untuk memperkirakan dan menjadwalkan panen
buncis segar di negara maju. Di sebagian besar dunia, panen buncis semak dan buncis
berlanjaran umumnya dilakukan dengan tangan karena mesin tidak tersedia dengan biaya murah
di berbagai negara. Buncis berlanjaran, yang memiliki pembungaan tidak terbatas, dapat
dipanen pada periode yang relatif lebih panjang ketimbang dpe semak; akibatnya, hasilnya
biasanya lebih Unggi. Selain hasilnya mungkin lebih tinggi, produksi buncis berlanjaran
menguntungkan karena dapat lebih baik beradaptasi dengan kondisi curah hujan tinggi, dengan
rendahnya kelembapan dalam kanopi daun dan serangan penyakit. Selain itu, karena tidak
tersentuh tanah, polong yang dihasilkan bersih dan tumbuh lurus. Namun, produksi buncis
semak terus meningkat dibandingkan dengan buncis berlanjaran karena biaya produksinya lebih
rendah. Agar panen dengan mesin dapat berhasil dengan baik, peralatan dan tanaman harus
cocok. Kultivar yang ada sekarang memudahkan mekanisasi karena memiliki pembungaan dan
pembentukan polong yang terpusat, pola pertumbuhan tegak dengm polong terbentuk pada
pertengahan hingga pucuk tanaman, daun lebih sedikit, cenglceraman akar terhadap tanah kuat,
dan tahan terhadap beberapa jenis penyakit. Semua faktor tersebut meningkatkan keefektifan
kerja peralatan panen, yang bertumpu pada proses perlucutan polong dengan garpu besi yang
menyisir daun. Polong dan daun yang terlepas kemudian dipisahkan. Panen dengan mesin mula-
mula digunakan hanya pada produksi polong untuk pengolahan, karena kerusakan polong
biasanya tidak menyebabkan kerusakan produk jika polong segera diolah. Namun, pada buncis
segar, panen dengan mesin menyebabkan kerusakan yang terlihat jelas sehingga tidak dapat
diterima pasar. Berbagai mesin pemanen yang ada sekarang telah dimodifikasi untuk
mengurangi sebesar munglcin kerusakan polong, dan dapat digunakan untuk memanen polong
segar. Kultivar buncis kupasan segar dipanen ketika biji telah mecapai ukuran penuh dan agak
keras. Kelengasan biji lebih tinggi ketimbang buncis bijian kering. Tenaga kerja dan/atau mesin
biasa digunakan untuk memanen polong. Biji dikeluarkan dari polong, dan polongnya dibuang
karena berserat dan tidak sukulen. Buncis kupasan memiliki sifat tetap keras setelah dimasak,
amat mirip dengan sifat buncis bijian yang dimasak dan tidak seperti biji buncis segar yang
lembek dan empuk jika dimasak: Pascapanen dan penyimpanan Polong buncis segar memiliki
laju respirasi Unggi dan harus segera didinginkan pada suhu sekitar 5°C dan disimpan pada RH
95%. Pendinginan cair merupakan metode yang disukai untuk mencapai pendinginan cepat, dan
untuk memelihara turgor polong. Suhu kurang dari 3°C selama berhari-hari harus dihindaH
karena mendorong terjadinya kerusakan-suhu-dingin. Umur simpan polong pada kualitas yang
layak jual selama 2-3 minggu dapat dicapai melalui penyimpanan pada suhu 5-10°C dan RH
95%.

Komentar bertahan »

NILAM

September 12, 2008 · Disimpan dalam budldaya


BUDIDAYA NILAM

A. PENDAHULUAN

Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara
minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan
produksinya belum optimal. PT Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi minyak
nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

B. EKOLOGI

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-
400 mdpl, curah hujan antara 2500 – 3500 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 – 280C,
kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya
akan humus.

C. PEMBIBITAN

- Stek diambil dari batang atau cabang yang sudah mengayu dari bagian tengah, berdiameter 0,8-
1,0 cm, + 15-23 cm dan paling sedikit 3-5 mata tunas
- Siapkan bedengan persemaian, ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjang tergantung
kebutuhan, parit selebar 30-40 cm dan dalamnya + 50 cm
- Tanah bedengan diolah sampai gembur dicampur pasir dengan perbandingan 2:1 dan
selanjutnya diberi pupuk kandang matang yang telah dicampur Natural GLIO (1 sachet Natural
GLIO + 25-50 kg Pupuk Kandang)
- Buat naungan menghadap ke timur dengan ketinggian 180 cm timur dan 120 cm barat, letakkan
daun kelapa atau alang-alang di atas para-para.
- Stek ditanam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm dan jarak tanam 10 x 10 cm
- Siram dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10 – 15 liter air.
- Setelah umur 3-4 minggu bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan (2-4 hari) sebelum bibit
dipindah semprot POC NASA (3-4 tutup/tangki).

D. PENGOLAHAN LAHAN

- Lahan dibersihkan dari jenis rumput-rumputan, kayu-kayuan dan semak belukar.


- Tanah dicangkul atau dibajak serta digaru
- Buat parit-parit pembuangan air lebar 30-40 cm dan dalamnya 50 cm

E. JARAK TANAM

- Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x
100 cm
- Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm
- Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm
F. PENANAMAN

~ Secara tidak Langsung


- Bibit stek dicabut dari persemaian umur 3-4 minggu, bila akar terlalu panjang sebaiknya
dipotong supaya tidak mudah terserang busuk akar. – - – Setiap lubang tanam ditanami 1-2 bibit
stek
~Secara Langsung
- Tanam stek secara langsung di lahan 2-3 stek per lubang tanam
Catatan : Akan lebih baik pada penanaman secara langsung, sebelum di tanam stek direndam
dulu dalam POC NASA (1-2 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup ) per 5 -10 liter.>

G. PEMUPUKAN

Pemupukan dengan cara melingkar di sekililing pangkal tanaman


Dosis pupuk makro yang digunakan + adalah :
( lihat tabel disamping )
Aplikasi
Urea
kg/ha
DS/TSP
kg/ha
KCl
Kg/ha
NASA
btl/ha
HRN
btl/ha

Saat Tanam

25 – 50

3–5
kocor

1 bulan
37,5

20
2–5
semprot
-

1 mgg setelah panen I


56,25

30

2,5 – 5
semprot

5 – 10
semprot

1 mgg
Setelah
Panen II

56,25

30

2,5 – 5
semprot

5 – 10
semprot

TOTAL
150
25 – 50
80
10-20
10 – 20

Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 1 botol/1000
m2 dengan cara :
- alternatif 1 ; 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian
setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 ; setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram
5-10 meter bedengan.
POC NASA disemprotkan umur 20, 30, 50 dan 60 hari setelah tanam dengan dosis 4 – 5
tutup/tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup)/tangki.

H. PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang
normal

I. PENYIANGAN

Dilakukan 2 bulan setelah tanam atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30 cm dan cabang
bertingkat dengan radius 20 cm. Selanjutnya setiap 3 bulan sekali

J. PEMANGKASAN

- Penjarangan dan pemangkasan dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam. Penjarangan
dengan mencabut tanaman yang jaraknya terlalu rapat. – Pemangkasan pada tanaman yang
terlalu rimbun dan menutupi cabang lainnya, yaitu pada cabang dari tingkat tiga ke atas. Untuk
mempercepat tumbuhnya tunas baru, sebaiknya dalam tiap rumpun dibiarkan satu cabang saja
yang tumbuh dan semprot dengan POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1-2 tutup) setelah
pemangkasan.

K. PEMBUMBUNAN

Dilakukan setelah panen, cabang-cabang yang ditinggalkan setelah panen dan letaknya dekat
dengan tanah ditimbun di dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedang cabang-cabang yang
letaknya jauh dari tanah dipatahkan di bagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari batangnya,
sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.

L. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

1. H a m a
a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba stutalis)

Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh, serangan berat
hanya tinggal tulang-tulang daun saja. Pengendalian : kumpulkan dan musnahkan .

b. Belalang ( Orthoptera )

Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Serangan berat batang dimakan
akhirnya mati. Pengendalian : sanitasi lingkungan .

c. Criket Pemakan Daun (Gryllidae)

Memakan daun muda sehingga daun berlubang-lubang dan produksi turun. Pengendalian :
sanitasi lingkungan.

2. Penyakit
a. Budok (hoprosep)
Penyebabnya adalah virus, gejala daun keriting, berwarna abu-abu dan rontok, terbentuk
benjolan-benjolan pada batang sampai akar bila dipijit baunya tidak enak. Penyakit ini tumbuh
setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen.
Pengendalian : sanitas kebun, Alat-alat kerja steril.

b. Penyakit Busuk Batang

Penyebabnya jamur Fusarium sp. dan menyerang pada akar atau batang. Batang terserang akan
mengerut, warna berubah coklat lalu menghitam disekeliling batang dan akhirnya mati.
Pengendalian : kurangi kelembaban dengan cara dipangkas, hindari luka, gunakan Natural GLIO
+ SUPERNASA. Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum
mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia
lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis
+ 5 ml ( ½ tutup) pertangki

M. PANEN DAN PASCA PANEN

 - Panen dapat dilakukan pada umur 6 – 8 bulan setelah tanam


- Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang, cabang dan daun mengandung minyak atsiri
- Alat yang digunakan sabit, gunting, atau parang yang tajam dan bersih
- Panen pertama, bagian yang boleh dipangkas adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke atas,
sedang cabang-cabang tingkat pertama ditinggalkan
- Selesai panen pertama, bila cabang-cabang pertama jauh dari tanah dirundukkan tetapi tidak
putus kemudian ditimbun tanah pada setiap tunasnya
- Setelah tanaman umur 9 bulan, tanaman dapat dipanen kedua kalinya dengan cara seperti
panen pertama, sehingga akan diperoleh cabang-cabang baru dan anakan baru.
- Demikian selanjutnya sampai panenan pada bulan ke-12, 15, 18, 21, 24 , dst
- Panenan daun nilam dipotong-potong + 3-5 cm kemudian dijemur di bawah sinar matahari
sampai kadar air 15 % kemudian di Home
 Genus Capsicum
 History
 Profil

Penyakit Penting Tanaman Sayuran

October 15, 2010

agussatriyono Hama&Penyakit Leave a comment

I. Penyakit-Penyakit Bawang

1. Bercak Ungu [Alternaria pori (Ell.)Cif]

Gejala
 Terjadi becak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar becak tampak
bercincin dan warna agak keunguan.
 Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke
atas dan ke bawah becak.
 Pada cuaca lembab permukaan becak tertutup konidiofor dan konidium jamur yang berwarna
hitam.
 Ujung daun yang sakit mengering.
 Becak banyak terdapat pada daun tua.

Penyebab Penyakit : Alternaria porri (Ell.)Cif

 Dulu sering disebut Macrosporium porri Ell.

Daur Hidup

 Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan sebagai konidium.
 Jamur membentuk kondium pada malam hari.
 Infeksi terjadi melalui mulut kulit dan luka.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Tanaman yang sehat kurang mendapat gangguan.

Pengendalian :

1. Menanam bawang di lahan berdrainase baik.


2. Pergiliran tanaman (rotasi)
3. Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.

2. Bercak Daun Cercospora (Cercospora duddiae Welles.)

Gejala

 Mula-mula terjadi becak klorosis, bulat, berwarna kuning, berdiameter 3-5 mm.
 Becak paling banyak terdapat pada ujung sebelah luar daun.
 Becak-becak sering berkumpul pada ujung daun, yang pada sebelah pangkalnya terdapat banyak
becak yang terpisah, sehingga daun tampak belang.
 Ujung daun mengering dan menjadi coklat kelabu.
 Becak-becak yang terpisah mempunyai pusat berwarna coklat yang terdiri dair jaringan mati.
 Pada waktu lembab di bagian daun yang mati terdapat bintik-bintik yang terdiri dari berkas
konidiofor dengan konidium jamur.
 Kadang-kadang bintik-bintik ini juga terjadi pada jaringan yang klorosis.

Penyebab Penyakit : Cercospora duddiae Welles.

 Mempunyai konidium lurus atau agak bengkok, pangkalnya tumpul, meruncing ke ujung, hialin,
mempunyai banyak sekat, berukuran 48-99 x 6-8 µm.
 Konidiofor berwarna gelap, bersekat, berukuran 47-168 x 5-9 µm.

Pengendalian :

1. Menanam bawang di lahan berdrainase baik.


2. Pergiliran tanaman (rotasi)
3. Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.

3. Busuk daun (Perenospora destructor (Berk.)Casp.)

 Busuk daun (downy mildew), sering disebut “embun bulu” atau “embun tepung” atau “penyakit
tepung palsu”

Gejala

 Kira-kira pada saat tanaman membentuk umbi lapis.


 Di dekat ujung daun timbul becak hijau pucat
 Pada waktu cuaca lembab pada permukaan daun berkembang kapang yang berwarna putih
lembayung atau ungu.
 Daun segera menguning, layu dan mengering.
 Daun yang mati berwarna putih diliputi oleh kapang hitam.

Penyebab Penyakit : Perenospora destructor (Berk.)Casp.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam
hari rendah.

Pengendalian :

1. Pemakaian benih yang sehat


2. Jika penyakit banyak, setelah panen daun-daun dibakar. Tanah diberakan selama 3 tahun
3. Penyemprotan fungsida

II. Penyakit-Penyakit Tanaman Solanaceae (Cabai, Terung dan Tomat)

A. Penyakit-Penyakit Cabai dan Terung

1. Becak Daun Cabai (Cercospora capsici Heals et Wolf.)

Gejala

 Pada daun terdapat becak-becak bulat, kecil, kebasah-basahan. Bercak meluas hingga Ø 0,5 cm
atau lebih, pusatnya berwarna pucat sampai putih dengan tepi yang lebih tua warnanya.
 Becak-becak yang tua berlubang.
 Pada paprika tampak bahwa becak mempunyai jalur-jalur sepusat, yang tampak lebih jelas
dilihat dari permukaan atas daun.
 Apabila terdapat banyak becak, daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa
menguning lebih dulu.

Penyebab Penyakit : Cercospora capsici Heald et Wolf.

 Konodium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, dengan ukuran 60-200 x 3-5 µm.
 Konidiofor pendek, bersekat 1-3.

Daur Hidup

 C. capsici terbawa biji dan mungkin bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Kurang terdapat pada musim kemarau dan di lahan yang berdrainase baik.
 Penyakit dapat timbul di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.
 Penyakit dibantu oleh cuaca yang panas dan lembab.

Pengendalian :

 Penyemprotan fungisida tembaga, benlate (benomyl) dan topsin.

2. Antraknosa Cabai (Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev dan Colletotrichum capsici


(Syd.)Butl. Et Bisby

Gejala

Gloeosporium piperatum

 Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (die back)
 Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih
hijau atau yang sudah masak.
 Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya
menjadi semakin gelap.
 Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran sepusat, yang
membentuk masa spora (konidium) berwarna merah jambu.
 Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut.

Colletotrichum capsici

 Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak.
 Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan
konidium jamur.
 Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).
 Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.
 Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah
buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan
berkembang dengan cepat.

Penyebab Penyakit :

Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev.

 Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna
kuning jingga atau merah jambu.
 Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat.

Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb.

 Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya
samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.
 Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
 Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul,
atau bengkok seperti sabit.
 Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.

Daur Hidup

 Bertahan pada biji yang sakit.


 Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.
 C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan gulmanya
terkendali dengan baik.
 Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20 oC, sedangkan sporulasi G. piperatum pada
suhu 23oC dan C. capsici pada suhu 30oC.
 Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak.

Pengendalian :

1. Tidak menanam biji yang terinfeksi —- Biji terinfeksi diobat dengan thiram 0,2%.
2. Funfisida, antara lain Antracol, velimek, Dithane M-45, dan lain-lain.

3. Busuk Buah (Phytophthora sp.)

Gejala

 Pada buah cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna hijau suram, yang meluas
dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah.
 Buah mengering dengan cepat dan menjadi mummi.
 Biji terserang, menjadi coklat dan keriput.

Penyebab Penyakit : Phytophthora capsici Leonian

 Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu, bentuknya mirip dengan hifa biasa.
 Bentuk dan ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong memanjang, hialin,
dengan 1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56 µm. Biasanya berkecambah membentuk
zoospora, atau dalam keadaan yang kurang menguntungkan membentuk pembuluh kecambah.
 Di dalam biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm.

Daur Hidup

 P capsici dapat terbawa biji.


 Bertahan cukup lama dalam tanah.

Pengendalian :

1. Menanam cabai dan terung yang dengan jarak tanam yang cukup.
2. Memberihkan gulma dan memelihara drainase.
3. Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.
4. Jika perlu, tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45.

4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Akan dibahas pada pembahasan penyakit-penyakit penting pada tomat.

5. Mosaik

Gejala

 Mula-mula tampak sebagai menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinya jalur kuning
sepanjang tulang daun.
 Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.
 Daun menjadi lebih kecil dan sempit daripada biasa.
 Jika tanaman terinfeksi pada waktu masih sangat muda, tanaman terhambat pertumbuhannya
dan kerdil.
 Tanaman sakit menghasilkan buah yang kecil-kecil dan sering tampak berjerawat.

Penyebab Penyakit : Virus

 Pada cabai : CMV, dll


 Terung TRV, CMV, dll

Daur Hidup
 CMV ditularkan secara mekanik dengan gosokan, maupun oleh kutu daun.
 Bisa terdapat pada gulma disekeliling pertanaman cabai

Pengendalian :

1. Memberantas gulma.
2. Menangani semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan cabun atau
deterjen.
3. Tanaman bergejala segera dicabut.

B. Penyakit-Penyakit Tomat

1. Busuk Daun [Phytophthora infestan (Mont.) d By]

Gejala

Pada Daun

 Becak daun hitam kecoklatan atau keunguan mulai timbul pada anak daun, tangkai atau batang,
dan bila keadaan membantu akan tumbuh dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan
kematian.
 Pada becak yang meluas, bagian yang paling luar berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian
yang berwarna hijau biasa.
 Pada sisi bawah daun fruktifikasi jamur yang berwarna putih seperti beludu tampak pada daerah
peralihan antara pucat dan ungu.
 Perkembangan bercak akan berkembang bila kelembaban nisbi rendah. Becak akan
berkembangan kembali bila kelembaban meningkat.

Pada Buah

 Becak yang berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan
besarnya tidak tertentu.
 Pada buah hijau becak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut.
 Becak mempunyai batas yang cukup tegas, dan batas ini tetap berwarna hijau pada waktu
bagian buah yang tidak sakit matang ke warna yang biasa.
 Kadang-kadang becak mempunyai cincin-cincin.
 Dalam pengangkutan, penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan beair, yang mungkin
disebabkan oleh jasad sekunder.

Penyebab Penyakit : Phytophthota infestans (Mont.) d By.

 Miselium sekunder membentuk sporangiofor pada permukaan becak.


 Sporangiofor secara berturut-turut membentuk sporangium pada ujungnya yang tumbuh.
 Sporangium yang disebarkan oleh angin biasanya tumbuh dengan membentuk spora kembara
(zoospora), kacang-kadang tumbuh langsung dengan membentuk pembuluh kecambah.
 Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan, sehingga
mungkin tidak memegang peranan dalam daur penyakit.
Daur Hidup

 Sporangium jamur terutama disebarkan oleh angin.


 Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora
kembara (zoospora) yang dapat berenang, yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah
yang mengadakan infeksi.
 Sampai sekarang belum diketahui dengan cara bagaimana Ph. Infestans pada tomat
mempertahanakan diri dari musim ke musim.
 Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah
penanam sayuran pegunungan.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Suhu dan Kelembaban udara

Pengendalian :

1. Pemilihan waktu tanam


2. Pemakaian fungisida

2. Bercak Coklat (Alternaria solani Sor.)

Gejala

Pada Daun

 Mula-mula pada daun timbul becak-becak kecil, bulat atau bersudut, coklat tua sampai hitam,
sebesar kepala jarum sampai lebih kurang 4 mm.
 Jaringan nekrotk sering tampak seperti kulit, mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.
 Di sekitar becak nekrotik biasanya terdapat jalur klorotik (halo) sempit.
 Jika pada daun terdapat banyak becak, daun akan cepat menjadi tua, layu atau gugur sebelum
waktunya.

Pada Batang

 Terjadinya becak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.


 Jika infeksi terjadi dekat percabangan, cabang akan mudha patah jika buah-buah membesar.

Pada Semai / bibit

 Menyebabkan busuk pangkal batang.


 Infeksi terjadi setinggi permukaan tanah, meluas ke bagian bawah dan atas, dan membentuk
kanker yang melingkari pangkal batang.

Pada Buah

 Buah dapat terinfeksi pada waktu masih hijau ataupun sudah masak.
 Pada buah terjadi becak coklat gelap atau hitam, biasanya tampak mengendap (berlekuk), yang
dapat meluas ke seluruh permukaan buah.
 Jaringan sakit tampak seperti kulit dan sapat membentuk massa hitam seperti beludru yang
terdiri dari spora jamur pada permukaannya.
 Biasanya infeksi terjadi didekat tangkai, melalui luka karena pertumbuhan atau luka-luka lain.

Penyebab Penyakit : Alternaria solani Sor.

 Miselium berwarna gelap.


 Konidiofor keluar dari jaringan tanaman yang sakit, berwarna gelap dan relatif pendek.
 Konidium berparuh, berbentuk buah murbey, gelap, sendiri atau membentuk rantai dua-dua.
Rata-rata ukurannya 200 x 17 µm.

Daur Hidup

 Dari musim ke musim bertahan pada tanaman yang sakit, pada sisa-sisa tanaman sakit atau
pada biji.
 Konidium mudah terlepas dan disebarkan oleh angin dan juga kumbang-kumbang.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Konidium berkecambah pada suhu 6-34 oC. Suhu optimumnya 28-30oC. Dalam air pada suhu ini
sudah berkecambah dalam 35-45 menit.
 Faktor tanah maupun cuaca yang dapat melemahkan tanaman.
 Tanaman yang berbuah banyak cenderung lebih rentan.

Pengendalian :

1. Pemberian pupuk yang seimbang agar tanaman lebih tahan.


2. Desinfeksi biji.
3. Fungisida karbamat.

3. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp. lycopersici)

Gejala

 Gejala pertama adalah menjadi pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas,
kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara
keseluruhan.
 Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun 2 sebelah
bawah.
 Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya.
 Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan
terlihat cincin coklat dari berkas pembuluh.
 Pada tanaman yang masih muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati mendadak.

Penyebab Penyakit : Fusarium oxysporium (Schlecht) f.sp. lycopersici (Sacc.)Snyd et Hand]


 Miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang
mengandung ekstrak sayuran.
 Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak
mempunyai benang-benang berwarna oker.
 Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.
 Jamur membentuk makrokonidium bersel, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4
µm.
 Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan
bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm.
 Fox f.sp lycopersici mempunyai banyak ras fisiologi (ex. Ras 1 dan ras 0) dan 2 galur (galur putih
dan ungu).

Sehingga mempersulit usaha untuk memperoleh jenis tomat yang tahan.

Daur Hidup

Dapat bertahan dalam tanah.

 Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan
berkembang di berkas pembuluh.
 Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.
 Jamur menghasilkan likomarasmin ® menghambat permeabilitas membram plasma.
 Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang
berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.
 Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.
 Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh
alat pertanian.

Faktor yang mempengaruhi :

 Penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 oC. Suhu optimum 28 oC.
 Kelembaban tanah yang membentu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan
penyakit.
 Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium.

Pengendalian :

1. Penanaman jenis tomat yang tahan (ex. Ohio MR 9 dan Walter).


2. Fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi pencelupan akar dgn benomyl
memberikan hasil yang baik.
3. Penggunaan mulsa

4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Gejala
 Gejala permulaan adalah layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua
(daun-daun sebelah bawah).
 Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.
 Jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, tampak berkas pembuluh
berwarna kecoklatan.
 Pada stadium penyakit lanjut, bila batang dipoting, dari berkas pembuluh akan keluar massa
bakteri seperti lendir berwarna putih susu Þ dapat dibedakan dgn layu Fox.

Penyebab Penyakit : Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm

 Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak berkapsula, bergerak dengan satu
bulu cambuk, polar, aerob, gram negatif.
 Koloni di atas medium agar keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tida teratur, halus, mengkilat,
kebasah-basahan.

Daur Hidup

 Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda.


 Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik

 Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai, kentang, dan
kacang-kacangan).
 Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke ladang

Faktor yang mempengaruhi :

 Penyakit dibantu oleh suhu yang relatif tinggi, sehingga penyakit didataran rendah lebih berat.

Pengendalian :

1. Pergiliran tanaman.
2. Penyambungan : Pada batang bawah yang tahan.
3. Antibiotik streptomycin.
4. Menanam jenis tomat yang tahan.

5. Penyakit Mosaik Tembakau (Marmor tabaci Holmes.)

Gejala

 Pada daun terjadi becak-becak hijau muda atau kuning yang tidak teratur.
 Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat hijau yang biasa, sehingga daun
menjadi berkerut atau terpuntir.
 Jika semai terinfeksi segera setelah muncul, semai dapat mati.
 Jika tanaman terinfeksi setelah dewasa, pengaruhnya dapat lemah sekali.
 Infeksi mosaik pada mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun jika tanaman terinfeksi sejak
awal, buah hanya kecil, bentuknya menyimpang dan pada dinding buah mungkin terdapat
becak-becak nekrotik.
 Jika mosaik tembakau dan mosaik ketimun mengadakan infeksi bersama-sama, pada batang dan
buah akan terjadi garis-garis hitam yang teridir dari jaringan mati.

Penyebab Penyakit : virus Mamor tabaci Holmes, yang disebut juga Nicotiana virus 1

(Mayer) Smith.

Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik tembakau (tobacco )

 Titik inaktivasi pemanasan 94oC, titik pengenceran terakhir 1 : 1.000.000. Dalam daun tembakau
virus bertahan sampai puluhan tahun.

Daur Hidup

 Virus menular dari tanaman ke tanaman secara mekanik, oleh tangan pekerja, ternak, atau alat-
alat pertanian.
 Virus tidak ditularkan oleh serangga.
 Virus dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah sampai 4 bulan.
 Virus dapat bertahan dari tahun ke tahun pada gulma famili Solanaceae.

Pengendalian :

1. Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, terutama pada waktu pembibitan dan
memindahkan tanaman.
2. Penyiangan
3. Pada waktu memanjatkan dan memangkas tanaman dilakukan dengan tidak terlalu banyak
dipegang dan tidak dipegang dengan keras.

6. Penyakit Mosaik Ketimun (Marmor cucumeris var. vulgare Holmes.)

Gejala

 Daun cenderung menjadi sempit, bahkan kadang-kadang menjadi seperti tali (shoestring, tali
sepatu).
 Daun juga mengeriting dan berwarna hijau muda.
 Buah lebih kecil dari biasanya. Sering pembentukan buah pada bagian puncak batang
terhambat.

Penyebab Penyakit : Marmor cucumeris var. vulgare Holmes atau Cucumis virus 1.

 Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik ketimun (cucumber mosaic virus,
cucumovirus = CMV).
Daur Hidup

 Virus dapat menular secara mekanis, beberapa kutu daun (ex. Myzus persicae, Aphis gossypii, A.
fabae dan A. maidis)
 Mempunyai banyak tanaman inang dari banyak famili [ex. Ketimun (Cucirbitaceae), sawian
(Cruciferae), terungan (Solanaceae) dan kacangan (Papilionaceae)].

Pengendalian :

1. Persemaian harus bebas dari gulma dan kutu daun.


2. Pencabutan tanaman sakit.
3. mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tomat atau gulma yang mungkin
mengandung virus.
4. Tidak menanam tanman yang dapat menjadi sumber virus (ex. Famili yang sama) didekat
pertanaman tomat.
5. Pengendalian gulma di pertanaman tomat.

Sumber: http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/04/penyakit-penting-tanaman-sayuran.html

ANTRAKNOSA ATAU PATEK PADA TANAMAN CABAI

October 14, 2010

agussatriyono Hama&Penyakit Leave a comment

Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum
capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini
merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 %
terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini
berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH
dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada
buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh
busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat
menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan
rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian
lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan

busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.

Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:

* Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau
perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum
ditanam atau menggunakan agen hayati.

* Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
* Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan
pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada
tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang
sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.

* Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat
dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen
antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.

* Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode


pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara
bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan
fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.

* Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar
matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban
tidak begitu tinggi.

* Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan
ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup
lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.

* Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun
dengan kandungan N yang tinggi.

* Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman
semakin sehat.

* Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh
antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.

* Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.

Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes,
Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat
di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen
hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian
pada agen hayati tersebut

sumber: Penyakit Penting Tanaman Sayuran

I. Penyakit-Penyakit Bawang

1. Bercak Ungu [Alternaria pori (Ell.)Cif]

Gejala
 Terjadi becak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar becak tampak
bercincin dan warna agak keunguan.
 Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke
atas dan ke bawah becak.
 Pada cuaca lembab permukaan becak tertutup konidiofor dan konidium jamur yang berwarna
hitam.

 Ujung daun yang sakit mengering.


 Becak banyak terdapat pada daun tua.

Penyebab Penyakit : Alternaria porri (Ell.)Cif

 Dulu sering disebut Macrosporium porri Ell.

Daur Hidup

 Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan sebagai konidium.
 Jamur membentuk kondium pada malam hari.
 Infeksi terjadi melalui mulut kulit dan luka.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Tanaman yang sehat kurang mendapat gangguan.

Pengendalian :

1. Menanam bawang di lahan berdrainase baik.


2. Pergiliran tanaman (rotasi)
3. Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.
2. Bercak Daun Cercospora (Cercospora duddiae Welles.)

Gejala

 Mula-mula terjadi becak klorosis, bulat, berwarna kuning, berdiameter 3-5 mm.
 Becak paling banyak terdapat pada ujung sebelah luar daun.
 Becak-becak sering berkumpul pada ujung daun, yang pada sebelah pangkalnya terdapat
banyak becak yang terpisah, sehingga daun tampak belang.
 Ujung daun mengering dan menjadi coklat kelabu.
 Becak-becak yang terpisah mempunyai pusat berwarna coklat yang terdiri dair jaringan mati.
 Pada waktu lembab di bagian daun yang mati terdapat bintik-bintik yang terdiri dari berkas
konidiofor dengan konidium jamur.
 Kadang-kadang bintik-bintik ini juga terjadi pada jaringan yang klorosis.

Penyebab Penyakit : Cercospora duddiae Welles.

 Mempunyai konidium lurus atau agak bengkok, pangkalnya tumpul, meruncing ke ujung, hialin,
mempunyai banyak sekat, berukuran 48-99 x 6-8 µm.
 Konidiofor berwarna gelap, bersekat, berukuran 47-168 x 5-9 µm.

Pengendalian :

1. Menanam bawang di lahan berdrainase baik.


2. Pergiliran tanaman (rotasi)
3. Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.

3. Busuk daun (Perenospora destructor (Berk.)Casp.)

 Busuk daun (downy mildew), sering disebut “embun bulu” atau “embun tepung” atau “penyakit
tepung palsu”

Gejala

 Kira-kira pada saat tanaman membentuk umbi lapis.


 Di dekat ujung daun timbul becak hijau pucat
 Pada waktu cuaca lembab pada permukaan daun berkembang kapang yang berwarna putih
lembayung atau ungu.
 Daun segera menguning, layu dan mengering.
 Daun yang mati berwarna putih diliputi oleh kapang hitam.

Penyebab Penyakit : Perenospora destructor (Berk.)Casp.

Faktor2 Yang Mempengaruhi


 Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam
hari rendah.

Pengendalian :

1. Pemakaian benih yang sehat


2. Jika penyakit banyak, setelah panen daun-daun dibakar. Tanah diberakan selama 3 tahun
3. Penyemprotan fungsida

II. Penyakit-Penyakit Tanaman Solanaceae (Cabai, Terung dan Tomat)

A. Penyakit-Penyakit Cabai dan Terung

1. Becak Daun Cabai (Cercospora capsici Heals et Wolf.)

Gejala

 Pada daun terdapat becak-becak bulat, kecil, kebasah-basahan. Bercak meluas hingga Ø 0,5 cm
atau lebih, pusatnya berwarna pucat sampai putih dengan tepi yang lebih tua warnanya.
 Becak-becak yang tua berlubang.
 Pada paprika tampak bahwa becak mempunyai jalur-jalur sepusat, yang tampak lebih jelas dilihat
dari permukaan atas daun.
 Apabila terdapat banyak becak, daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa
menguning lebih dulu.

Penyebab Penyakit : Cercospora capsici Heald et Wolf.

 Konodium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, dengan ukuran 60-200 x 3-5 µm.
 Konidiofor pendek, bersekat 1-3.
Daur Hidup

 C. capsici terbawa biji dan mungkin bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Kurang terdapat pada musim kemarau dan di lahan yang berdrainase baik.
 Penyakit dapat timbul di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.
 Penyakit dibantu oleh cuaca yang panas dan lembab.

Pengendalian :

 Penyemprotan fungisida tembaga, benlate (benomyl) dan topsin.

2. Antraknosa Cabai (Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev dan Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et


Bisby

Gejala

Gloeosporium piperatum

 Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (die back)
 Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih
hijau atau yang sudah masak.
 Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi
semakin gelap.
 Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran sepusat, yang
membentuk masa spora (konidium) berwarna merah jambu.
 Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut.
Colletotrichum capsici

 Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak.
 Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan
konidium jamur.
 Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).
 Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.
 Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah
buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan
berkembang dengan cepat.

Penyebab Penyakit :

Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev.

 Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna
kuning jingga atau merah jambu.
 Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat.

Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb.

 Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya
samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.
 Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
 Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul,
atau bengkok seperti sabit.
 Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.

Daur Hidup

 Bertahan pada biji yang sakit.


 Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.
 C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan gulmanya
terkendali dengan baik.
 Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20oC, sedangkan sporulasi G. piperatum pada
suhu 23oC dan C. capsici pada suhu 30oC.
 Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak.

Pengendalian :

1. Tidak menanam biji yang terinfeksi ---- Biji terinfeksi diobat dengan thiram 0,2%.
2. Funfisida, antara lain Antracol, velimek, Dithane M-45, dan lain-lain.
3. Busuk Buah (Phytophthora sp.)

Gejala

 Pada buah cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna hijau suram, yang meluas
dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah.
 Buah mengering dengan cepat dan menjadi mummi.
 Biji terserang, menjadi coklat dan keriput.

Penyebab Penyakit : Phytophthora capsici Leonian

 Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu, bentuknya mirip dengan hifa biasa.
 Bentuk dan ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong memanjang, hialin,
dengan 1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56 µm. Biasanya berkecambah membentuk
zoospora, atau dalam keadaan yang kurang menguntungkan membentuk pembuluh kecambah.
 Di dalam biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm.

Daur Hidup

 P capsici dapat terbawa biji.


 Bertahan cukup lama dalam tanah.

Pengendalian :

1. Menanam cabai dan terung yang dengan jarak tanam yang cukup.
2. Memberihkan gulma dan memelihara drainase.
3. Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.
4. Jika perlu, tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45.
4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Akan dibahas pada pembahasan penyakit-penyakit penting pada tomat.

5. Mosaik

Gejala

 Mula-mula tampak sebagai menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinya jalur kuning
sepanjang tulang daun.
 Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.
 Daun menjadi lebih kecil dan sempit daripada biasa.
 Jika tanaman terinfeksi pada waktu masih sangat muda, tanaman terhambat pertumbuhannya
dan kerdil.
 Tanaman sakit menghasilkan buah yang kecil-kecil dan sering tampak berjerawat.

Penyebab Penyakit : Virus

 Pada cabai : CMV, dll


 Terung TRV, CMV, dll

Daur Hidup

 CMV ditularkan secara mekanik dengan gosokan, maupun oleh kutu daun.
 Bisa terdapat pada gulma disekeliling pertanaman cabai

Pengendalian :

1. Memberantas gulma.
2. Menangani semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan cabun atau
deterjen.
3. Tanaman bergejala segera dicabut.

B. Penyakit-Penyakit Tomat
1. Busuk Daun [Phytophthora infestan (Mont.) d By]

Gejala
Pada Daun

 Becak daun hitam kecoklatan atau keunguan mulai timbul pada anak daun, tangkai atau batang,
dan bila keadaan membantu akan tumbuh dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan
kematian.
 Pada becak yang meluas, bagian yang paling luar berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian
yang berwarna hijau biasa.
 Pada sisi bawah daun fruktifikasi jamur yang berwarna putih seperti beludu tampak pada daerah
peralihan antara pucat dan ungu.
 Perkembangan bercak akan berkembang bila kelembaban nisbi rendah. Becak akan
berkembangan kembali bila kelembaban meningkat.

Pada Buah

 Becak yang berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan
besarnya tidak tertentu.
 Pada buah hijau becak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut.
 Becak mempunyai batas yang cukup tegas, dan batas ini tetap berwarna hijau pada waktu
bagian buah yang tidak sakit matang ke warna yang biasa.
 Kadang-kadang becak mempunyai cincin-cincin.
 Dalam pengangkutan, penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan beair, yang mungkin
disebabkan oleh jasad sekunder.

Penyebab Penyakit : Phytophthota infestans (Mont.) d By.

 Miselium sekunder membentuk sporangiofor pada permukaan becak.


 Sporangiofor secara berturut-turut membentuk sporangium pada ujungnya yang tumbuh.
 Sporangium yang disebarkan oleh angin biasanya tumbuh dengan membentuk spora kembara
(zoospora), kacang-kadang tumbuh langsung dengan membentuk pembuluh kecambah.
 Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan, sehingga
mungkin tidak memegang peranan dalam daur penyakit.

Daur Hidup

 Sporangium jamur terutama disebarkan oleh angin.


 Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora
kembara (zoospora) yang dapat berenang, yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah
yang mengadakan infeksi.
 Sampai sekarang belum diketahui dengan cara bagaimana Ph. Infestans pada tomat
mempertahanakan diri dari musim ke musim.
 Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah
penanam sayuran pegunungan.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Suhu dan Kelembaban udara

Pengendalian :

1. Pemilihan waktu tanam


2. Pemakaian fungisida

2. Bercak Coklat (Alternaria solani Sor.)

Gejala
Pada Daun

 Mula-mula pada daun timbul becak-becak kecil, bulat atau bersudut, coklat tua sampai hitam,
sebesar kepala jarum sampai lebih kurang 4 mm.
 Jaringan nekrotk sering tampak seperti kulit, mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.
 Di sekitar becak nekrotik biasanya terdapat jalur klorotik (halo) sempit.
 Jika pada daun terdapat banyak becak, daun akan cepat menjadi tua, layu atau gugur sebelum
waktunya.

Pada Batang

 Terjadinya becak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.


 Jika infeksi terjadi dekat percabangan, cabang akan mudha patah jika buah-buah membesar.

Pada Semai / bibit

 Menyebabkan busuk pangkal batang.


 Infeksi terjadi setinggi permukaan tanah, meluas ke bagian bawah dan atas, dan membentuk
kanker yang melingkari pangkal batang.

Pada Buah

 Buah dapat terinfeksi pada waktu masih hijau ataupun sudah masak.
 Pada buah terjadi becak coklat gelap atau hitam, biasanya tampak mengendap (berlekuk), yang
dapat meluas ke seluruh permukaan buah.
 Jaringan sakit tampak seperti kulit dan sapat membentuk massa hitam seperti beludru yang
terdiri dari spora jamur pada permukaannya.
 Biasanya infeksi terjadi didekat tangkai, melalui luka karena pertumbuhan atau luka-luka lain.

Penyebab Penyakit : Alternaria solani Sor.


 Miselium berwarna gelap.
 Konidiofor keluar dari jaringan tanaman yang sakit, berwarna gelap dan relatif pendek.
 Konidium berparuh, berbentuk buah murbey, gelap, sendiri atau membentuk rantai dua-dua.
Rata-rata ukurannya 200 x 17 µm.

Daur Hidup

 Dari musim ke musim bertahan pada tanaman yang sakit, pada sisa-sisa tanaman sakit atau
pada biji.
 Konidium mudah terlepas dan disebarkan oleh angin dan juga kumbang-kumbang.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

 Konidium berkecambah pada suhu 6-34oC. Suhu optimumnya 28-30oC. Dalam air pada suhu ini
sudah berkecambah dalam 35-45 menit.
 Faktor tanah maupun cuaca yang dapat melemahkan tanaman.
 Tanaman yang berbuah banyak cenderung lebih rentan.

Pengendalian :

1. Pemberian pupuk yang seimbang agar tanaman lebih tahan.


2. Desinfeksi biji.
3. Fungisida karbamat.

3. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp. lycopersici)

Gejala
 Gejala pertama adalah menjadi pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas,
kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara
keseluruhan.
 Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun 2 sebelah bawah.
 Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya.
 Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan
terlihat cincin coklat dari berkas pembuluh.
 Pada tanaman yang masih muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati mendadak.

Penyebab Penyakit : Fusarium oxysporium (Schlecht) f.sp. lycopersici (Sacc.)Snyd et Hand]

 Miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang
mengandung ekstrak sayuran.
 Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak
mempunyai benang-benang berwarna oker.
 Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.
 Jamur membentuk makrokonidium bersel, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4
µm.
 Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat
dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm.
 Fox f.sp lycopersici mempunyai banyak ras fisiologi (ex. Ras 1 dan ras 0) dan 2 galur (galur putih
dan ungu).

Sehingga mempersulit usaha untuk memperoleh jenis tomat yang tahan.

Daur Hidup

Dapat bertahan dalam tanah.

 Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang
di berkas pembuluh.
 Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.
 Jamur menghasilkan likomarasmin  menghambat permeabilitas membram plasma.
 Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang
berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.
 Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.
 Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh
alat pertanian.

Faktor yang mempengaruhi :

 Penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 oC. Suhu optimum 28 oC.
 Kelembaban tanah yang membentu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit.
 Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium.

Pengendalian :
1. Penanaman jenis tomat yang tahan (ex. Ohio MR 9 dan Walter).
2. Fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi pencelupan akar dgn benomyl
memberikan hasil yang baik.
3. Penggunaan mulsa

4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Gejala

 Gejala permulaan adalah layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua
(daun-daun sebelah bawah).
 Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.
 Jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, tampak berkas pembuluh
berwarna kecoklatan.
 Pada stadium penyakit lanjut, bila batang dipoting, dari berkas pembuluh akan keluar massa
bakteri seperti lendir berwarna putih susu  dapat dibedakan dgn layu Fox.

Penyebab Penyakit : Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm

 Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak berkapsula, bergerak dengan satu
bulu cambuk, polar, aerob, gram negatif.
 Koloni di atas medium agar keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tida teratur, halus, mengkilat,
kebasah-basahan.

Daur Hidup

 Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda.


 Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik

 Bakteri

Terangkut dlm Pembuluh kayu dan batang

Ruang antar sel dlm kulit dan empulur

Menguraikan sel-sel shg terjd rongga-rongga

Menguraikan sel-sel shg terjd rongga-rongga

Layu

 Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai, kentang, dan
kacang-kacangan).
 Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke ladang

Faktor yang mempengaruhi :

 Penyakit dibantu oleh suhu yang relatif tinggi, sehingga penyakit didataran rendah lebih berat.

Pengendalian :

1. Pergiliran tanaman.
2. Penyambungan : Pada batang bawah yang tahan.
3. Antibiotik streptomycin.
4. Menanam jenis tomat yang tahan.
5. Penyakit Mosaik Tembakau (Marmor tabaci Holmes.)

Gejala

 Pada daun terjadi becak-becak hijau muda atau kuning yang tidak teratur.
 Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat hijau yang biasa, sehingga daun
menjadi berkerut atau terpuntir.
 Jika semai terinfeksi segera setelah muncul, semai dapat mati.
 Jika tanaman terinfeksi setelah dewasa, pengaruhnya dapat lemah sekali.
 Infeksi mosaik pada mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun jika tanaman terinfeksi sejak
awal, buah hanya kecil, bentuknya menyimpang dan pada dinding buah mungkin terdapat becak-
becak nekrotik.
 Jika mosaik tembakau dan mosaik ketimun mengadakan infeksi bersama-sama, pada batang
dan buah akan terjadi garis-garis hitam yang teridir dari jaringan mati.

Penyebab Penyakit : virus Mamor tabaci Holmes, yang disebut juga Nicotiana virus 1
(Mayer) Smith.

Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik tembakau (tobacco )


 Titik inaktivasi pemanasan 94oC, titik pengenceran terakhir 1 : 1.000.000. Dalam daun tembakau
virus bertahan sampai puluhan tahun.

Daur Hidup

 Virus menular dari tanaman ke tanaman secara mekanik, oleh tangan pekerja, ternak, atau alat-
alat pertanian.
 Virus tidak ditularkan oleh serangga.
 Virus dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah sampai 4 bulan.
 Virus dapat bertahan dari tahun ke tahun pada gulma famili Solanaceae.

Pengendalian :

1. Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, terutama pada waktu pembibitan dan
memindahkan tanaman.
2. Penyiangan
3. Pada waktu memanjatkan dan memangkas tanaman dilakukan dengan tidak terlalu banyak
dipegang dan tidak dipegang dengan keras.

6. Penyakit Mosaik Ketimun (Marmor cucumeris var. vulgare Holmes.)

Gejala

 Daun cenderung menjadi sempit, bahkan kadang-kadang menjadi seperti tali (shoestring, tali
sepatu).
 Daun juga mengeriting dan berwarna hijau muda.
 Buah lebih kecil dari biasanya. Sering pembentukan buah pada bagian puncak batang terhambat.

Penyebab Penyakit : Marmor cucumeris var. vulgare Holmes atau Cucumis virus 1.

 Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik ketimun (cucumber mosaic virus,
cucumovirus = CMV).

Daur Hidup

 Virus dapat menular secara mekanis, beberapa kutu daun (ex. Myzus persicae, Aphis gossypii,
A. fabae dan A. maidis)
 Mempunyai banyak tanaman inang dari banyak famili [ex. Ketimun (Cucirbitaceae), sawian
(Cruciferae), terungan (Solanaceae) dan kacangan (Papilionaceae)].

Pengendalian :

1. Persemaian harus bebas dari gulma dan kutu daun.


2. Pencabutan tanaman sakit.
3. mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tomat atau gulma yang mungkin mengandung
virus.
4. Tidak menanam tanman yang dapat menjadi sumber virus (ex. Famili yang sama) didekat
pertanaman tomat.
5. Pengendalian gulma di pertanaman tomat.

suling.

Anda mungkin juga menyukai