Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK BUDIDAYA SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)


Laporan ini disusun bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Pertanian dan
Biosistem

Dosen Pengampu : Dr. Sumiyati, S.TP., MP.

Oleh :

Ni Putu Ely Kusumasari (1411305018)


I Gusti Putu Angga Wira Dananjaya (1411305021)
I Made Prasetia Candra Andika (1411305025)
Abi Yuda Akbar (1411305026)
I Ketut Satria Rahadi (1411305027)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif


yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
khususnya bagi para petani. Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-
obatan, tanaman hias serta sayur-sayuran seperti sayur hijau atau sawi.

Tanaman sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae atau tanaman
kubis-kubisan yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan, baik segar
maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu
sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sayur hujau. Selain itu,
terdapat pula sawi putih (Brassica rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang biasa
dibuat sup atau diolah menjadi asinan.

Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak


bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek
klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Budidaya
tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh petani
ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis tanaman ini. Budidaya tanaman sawi selain
mudah untuk dilaksanakan, juga sangat cepat panen karena tanaman ini mempunyai umur
relatif pendek, mulai dari awal tanaman hingga pada saat panen.

Tanaman sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Sawi termasuk
tanaman yang tahan terhadap hujan. Sehingga sawi dapat diatanam di sepanjang tahun.
Keadaan tanah yang diperlukan oleh tanaman sawi yaitu tanah gembur, banyak mengandung
humus, dan drainase baik dengan pH sekitar 6-7.

1.2 Tujuan

Dari latar belakang di atas, tujuan dari penulisan laporan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman sayur hijau atau sawi baik secara umum
maupum secara khusus yang mencangkup unsur-umsur biologis di dalam pembudidayaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Sawi


Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi :
Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili:
Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).
Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman
sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi
tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya.
Tanaman sawi mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta
berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya
sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan
kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam. Tanaman sawi memiliki batang pendek yang
berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang 1,5 cm dan diameter 3,5 cm (Mandha,
2010).

2.2 Syarat Tumbuh Sawi


Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica
juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk
menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi
lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan
lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi. Hingga
dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh
kuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi tanaman
(Yudharta, 2010).
Sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain tahan
terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada
kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dan Tina, 2002). Syarat tumbuh tanaman sawi
yaitu, sebagai berikut.
a. Keadaan iklim
Keadaan iklim yang perlu mendapat perhatian didalam menentukan lokasi usaha
tani sawi adalah suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan penyinaran cahaya
matahari.
b. Suhu udara.
Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat
ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Suhu udara yang dikehendaki untuk
pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang
hari 21,1°C. (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996). Menurut Cahyono (2003),
pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC.
Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari
permukaan laut (dpl). Daerah yang memiliki suhu berkisar antara 19ºC - 21ºC adalah
daerah yang ketingiannya 1000-1200 m di atas permukaan laut, semakin tinggi letak
suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin rendah, sementara itu
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara. Misalnya proses perkecambahan,
pertunasan, pertumbuhan dan lain sebagainya.
Suhu yang melebihi 21ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
sawi. Jika suhu tidak sesuai maka pertumbuhannya tidak akan berjalan dengan baik,
karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi
pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar. Jika suhu sesuai dengan daerah
yang dikehendaki, maka tanaman sawi dapat melakukan fotosintesis dengan baik untuk
pembentukan karbohidrat dalam jumlah yang besar, sehingga sumber energi lebih
tersedia untuk proses pernapasan (respirasi), pertumbuhan tanaman (pembesaran dan
pembentukan sel-sel baru, pembentukan daun), dan produksi (kualitas daun baik).
c. Kelembaban udara
Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal menurut
Cahyono (2003), berkisar antara 80% sampai dengan 90%. Kelembaban yang tinggi dan
lebih dari 90% berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman tumbuh
tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan bila tanaman bertujuan
untuk pembenihan maka kualitas biji yang dihasilkan jelek. Kelembaban udara juga
berpengaruh terhadap proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan tanaman.
d. Curah hujan
Tanaman sawi dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah hujan
yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena
ketersediaan air tanah mencukupi. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan
tanaman sawi adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar
1000-1500 mm/tahun yakni daerah dengan ketinggian 1000-1500 m dpl. (Cahyono,
2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di
tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur.
e. Penyinaran cahaya matahari
Tanaman dapat melakukan fotosintesis serta memerlukan energi yang cukup.
Cahaya matahari merupakan energi yang diperlukan untuk tanaman dalam melakukan
fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 cal / cm2- 400 cal / cm2 setiap hari
(Cahyono, 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tanaman sawi untuk mendapatkan
intensitas cahaya matahari yang cukup memerlukan panjang penyinaran matahari
(fotoperiodisitas) 12-16 jam setiap hari.
f. Keadaan tanah
Sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan
terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami
pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dan Tina, 2002). Dengan kata lain
tanaman ini cukup adaptif dengan keadaan iklim di Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya
sehingga tanaman ini baik dikembangkan di Indonesia ini. Daerah tanaman yang cocok
adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter
sampai 500 meter dpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi.
2.3 Teknik Budidaya
Teknik budidaya tanaman sawi meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah,
pembibitan, tanaman, pemeliharaan. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus.
Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi
berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit
benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,
seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan
yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil
pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan
diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan tanaman sawi yang akan
dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan
dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama
penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Mandha, 2010).
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang
akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan
harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan
bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara
langsung.Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian
pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang
yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata
dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH
terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk
menaikkan derajat keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum tanaman
benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam
melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis
kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2 (Rianto,
2009).
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk tanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang
ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan
lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih,
bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram
TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu
ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih
akan tumbuh setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan (Margiyanto, 2010).
Tanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm,
seminggu sebelum tanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10
ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x
30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita
harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas
penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu
penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanaman. Caranya dengan mencabut
tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman,
penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat
mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman
yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi,
disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng tanaman. Biasanya penyiangan
dilakukan 1 atau 2 minggu setelah tanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan
pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3
minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25
gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan (Kloppenburg,
2008).
2.4 Panen
Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan panen ini adalah umur panen dan cara
panennya. Panen harus dilakukan pada waktu yang tepat agar sesuai dengan keinginan
konsumen dan baik kualitasnya. Sawi yang dipanen terlalu tua akan menjadi keras dan tidak
enak untuk dikonsumsi, sedangkan apabila dipanen terlalu muda produksinya menjadi sedikit
dan harga jualnya rendah karena tidak memenuhi standar yang diinginkan oleh konsumen.
Sawi yang telah dilakukan kegiatan panen sawi tersebut tetap bernafas dan hidup sehingga
perlu dilakukan penanganan hasil panen secara tepat. Tujuan pasca panen adalah agar sayur
yang dipanen tetap memiliki mutu yang baik hingga sampai ke tangan konsumen.
a. Umur panen
Tanaman sawi yang siap dipanen adalah yang berumur 40-50 hari, selain
berdasarkan umurnya kriteria sawi yang siap dipanen adalah dengan melihat keadaan
fisik tanaman seperti warna, bentuk, dan ukuran daun. Menurut Haryanto dan Tina
(2002), apabila daun terbawah sudah mulai menguning maka sawi harus secepatnya
dipanen karena hal ini menandakan bahwa tanaman mulai memasuki fase generatif atau
akan segera berbunga. Jika tanaman dipanen belum berbunga maka sawi yang dihasilkan
segar dan tidak keras atau kasar apabila dikonsumsi.
b. Cara panen
Cara panen sawi ada dua macam yakni cara pertama adalah dengan cara mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya. Cara panen seperti ini dilakukan untuk jenis lahan yang
lembap atau gembur seperti di dataran tinggi atau media hidroponik. Cara panen yang
kedua adalah dengan cara memotong bagian pangkal batang yang berada diatas tanah
dengan menggunakan pisau yang tajam. Cara panen seperti ini biasanya dilakukan untuk
lahan yang kering.
Pada Negara-negara maju, pemanenan sawi dilakukan dengan menggunakan alat
atau mesin pemanen yang khusus, namun di Indonesia pemanenan sawi masih dilakukan
dengan cara yang tradisional. Beberapa keuntungan yang didapatkan apabila melakukan
pemanenan secara tradisional yaitu dapat melakukan pemanenan secara selektif dan
dapat memperkecil kerusakan hasil panen. Adapun kelemahan dari pemanenan
tradisional adalah membtuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga kerja yang lebih
banyak.
2.5 Pasca Panen

Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka (2008), pasca panen
merupakan kegiatan penanganan sayur yang telah selesai dipanen (sortasi, pengkelasan,
pengemasan dan penyimpanan) berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan
hingga siap didistribusikan ke konsumen. Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya (jumlah dan
kualitas) sesuai dengan permintaan pasar baik domestik maupun global. Prosedur
pelaksanaan kegiatan pasca panen tanaman sawi yakni :

a. Pencucian dan pembuangan kotoran


Sawi yang baru saja dipanen harus dibersihkan dan dicuci. Pembersihan dilakukan
dengan membuang kotoran yang mungkin melekat atau terikut pada sayuran pada saat
dipanen. Kotoran ini dapat berupa ranting, rumput, daun kering atau bahkan tanah
sedangkan sawi yang dipanen dengan cara dicabut maka akarnya harus dipotong,
pemotongan akar sebaiknya dilakukan mulai pada pangkal batang, agar penampilan
pakcoy menjadi terlihat lebih menarik.
Setelah dilakukan pembuangan kotoran, selanjutnya sawi dicuci agar
penampakannya lebih bersih. Pencucian tidak perlu terlalu lama, cukup direndam dalam
air sebentar, kemudian dikibas-kibaskan untuk mengeringkan air yang masih menempel.
Pencucian ini juga bermanfaat sebagai tindakan precooling yakni penurunan suhu
sayuran setelah habis dipanen.
b. Sortasi
Setelah dilakukan pemanenan dan hasil panen telah terkumpul kemudian dilakukan
sortasi. Tujuan dilakukan sortasi adalah untuk memilih atau memisahkan antara sawi
yang baik dengan yang kurang baik, daun-daun yang terkena penyakit, rusak atau
abnormal sebaiknya dibuang. Kriteria sortasi dilhat dari sejauh mana batang atau daun
rusak. Kerusakan maksimum yang ditolerir sewaktu penyortiran adalah 10% dari seluruh
bagian (Haryanto dan Tina, 2002).
c. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk memudahkan dalam pengiriman, menjaga kerusakan
serta membuat penampilan lebih menarik. Petani atau pedagang pengumpul pengemasan
masih dilakukan dalam jumlah besar. Sawi diikat bagian pangkalnya sekitar 3-6 batang,
kemudian sawi diletakkan dalam karung plastik yang dilebarkan lantas disatukan dalam
gulungan atau ikatan besar. Ikatan tidak perlu terlalu erat karena apabila ikatan terlalu
erat akan merusak bagian batang dan daun dari sawi tersebut. Sawi yang hendak dikirim
dapat pula diletakkan dalam keranjang-keranjang plastik yang memang khusus dibuat
untuk pengiriman buah atau sayur.
Pada pedagang pengecer atau yang berhubungan langsung dengan konsumen
pengemasan sawi dilakukan pada ikatan yang lebih kecil. Satu ikatan dapat terdiri 2-3
batang, sebagai pengikatnya dapat digunakan aneka tali, misalnya tali plastik, tali dari
bambu, tali dari batang pisang atau yang lainnya. Pada supermarket biasanya sawi diikat
pangkalnya dengan isolasi atau plastik atau plastik pita film yang tipis dan transparant.
d. Penyimpanan
Sawi akan lebih tahan lama apabila disimpan pada ruangan bersuhu rendah, hal ini
bertujuan untuk menekan proses pelayuan, penuaan maupun kegiatan mikroba perusak.
Penyimpanan di supermarket umunya dilakukan pada suhu 00C, dengan demikian
kadar air yang terdapat dalam pakcoy tetap dipertahankan sekitar 95% hingga pakcoy
dapat tetap segar sampai ke tangan konsumen. Apabila sawi disimpan di tempat yang
baik dan tepat maka sawi dapat bertahan hingga 3-4 minggu.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Ilmu Pertanian dan Biosistem mengenai Teknik Budidaya
Sawi ini dilaksakan pada hari Jumat, 2 Desember 2016 pada pukul 10.00 – 12.00 WITA.
Bertempat di Green House Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Udayana.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum Teknik Budidaya Sawi ini yaitu,
sebagai berikut.

 Polybag berdiameter 20 cm  Alat pengukur intensitas cahaya (light


 Ember meter krisbow)
 Sekop kecil  Alat pengukur suhu dan RH digital
 Gelas plastik (thermihygro)
 Hand Gloves  Tanah
 Note  Pupuk
 Pulpel  Air
 Penggaris  Benih Sawi

3.3 Prosedur Kerja

Adapun tahap-tahap dari praktikum Teknik Budidaya Sawi ini yaitu, sebagai berikut.

a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.


b. Campur bahan-bahan seperti tanah dan pupuk dengan perbandingan 3 : 1 hingga
tercampur rata, kemudian siram dengan air hingga tanah lembab.
c. Masukkan tanah hasil cmpuran tadi ke dalam polybag sebanyak 6 buah, dengan volume
tanah yang secukupnya.
d. Sortir benih terbaik dengan cara merendam beberapa benih ke dalam gelas plastik yang
berisi air, kemudian ambilah benih yang tenggelam.
e. Semai 5 benih ke setiap polybag yang telah berisi tanah tadi dan beri tanda untuk
polybag di ruangan AC dan Non-AC
f. Siram bibit setiap 3 hari sekali bersamaan dengan pengamatan.
g. Lakukan pengamatan 3 hari sekali dengan mengukur suhu ruangan, RH, dan intensitas
cahaya pada ruangan AC dan Non-AC selama 1 bulan dan ukur tinggi bibit, jumlah daun,
diameter daun (10 kali pengamatan).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Selasa, 6 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 3 0.6 2
I 2 4.3 0.7 2
3 3.3 0.6 2
1 3.2 0.5 3
II 2 4.3 0.8 2
3 4.4 0.7 2
1 3.8 0.7 2
III 2 3.2 0.7 2
3 3.5 0.7 2

RuanganAC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 2 0.5 2
I 2 2 0.4 3
3 1.9 0.5 2
1 2 0.6 2
II 2 2.6 0.6 2
3 3 0.6 2
1 2.5 0.6 2
III 2 - - -
3 - - -

RH (%) Suhu (˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 74.5 28.85 833x10
Ruang AC 69.5 23.95 225x10
Jumat, 9 Desember 2016
Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 3.2 0.6 2
I 2 4.4 0.7 2
3 3.5 0.8 2
1 3.8 0.6 3
II 2 4.3 0.8 2
3 4.4 0.7 2
1 4 0.7 2
III 2 3.9 0.8 2
3 3.6 0.7 2

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (m) JumlahDaun
1 3.8 0.7 2
I 2 3.5 0.5 3
3 3.7 0.6 2
1 4.2 0.7 2
II 2 3.9 0.8 2
3 3.6 0.7 2
1 3.4 0.8 2
III 2 2.2 - -
3 1.6 - -

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 75 30.35 518x10
Ruang AC 69.5 24.25 276x10

Senin, 12 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 4.2 0.8 2
I 2 4.6 0.9 2
3 4 1 2
1 4.2 0.8 3
II 2 4.3 0.8 2
3 4.4 0.9 2
1 4.4 1 2
III 2 4.2 1.1 2
3 3.8 1.2 2
Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5 0.8 2
I 2 5 0.6 3
3 5.9 0.6 2
1 7.5 0.8 2
II 2 7 0.9 2
3 6.5 0.9 2
1 6.3 0.9 2
III 2 4.2 0.6 2
3 3 - -

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 55 33.45 1644x10
Ruang AC 58 28.25 633x10

Kamis, 15 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5 0.9 2
I 2 5.2 1.1 2
3 5.1 1.2 2
1 5.6 0.9 3
II 2 5.4 1 2
3 5 1.1 2
1 4.6 1.1 2
III 2 4.5 1.2 2
3 4.2 1.3 2

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 6.5 1 2
I 2 5.7 0.8 3
3 5.9 0.8 2
1 7.5 1 2
II 2 7.5 1.1 2
3 6.5 0.9 2
1 7 1 2
III 2 6 0.9 2
3 3.5 0.6 1
RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)
Ruang Non AC 73.5 29.45 892x10
Ruang AC 72 23.4 382x10

Senin, 19 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5.2 0.8 3
I 2 5.4 1 3
3 5.2 1 3
1 6.1 0.8 5
II 2 6.3 0.7 3
3 6.2 1.2 3
1 4.8 0.9 3
III 2 4.8 0.7 3
3 4.5 0.9 3

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 7.6 0.9 3
I 2 6.3 0.9 3
3 6.7 0.8 2
1 8 1.1 3
II 2 7.9 1.2 2
3 7.1 1 2
1 8.2 1.1 3
III 2 8.4 0.7 2
3 4.8 1.3 2

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 74.5 28.75 821x10
Ruang AC 65.5 24.3 236x10
Rabu, 21 Desember 2016
Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5.3 1 3
I 2 5.5 1.3 3
3 5.4 1.2 3
1 6.1 1.1 5
II 2 6.4 0,9 3
3 6.3 1.3 3
1 5 0.9 3
III 2 5.1 0.9 3
3 4.6 1.2 3

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 7.6 1.1 3
I 2 6.4 1.2 3
3 6.7 1 2
1 8.1 1.1 3
II 2 8 1.3 2
3 7.3 1.2 2
1 8.3 1.2 3
III 2 8.4 0.9 2
3 4.9 1.3 2

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 56 33.15 1321x10
Ruang AC 57.5 26.75 512x10

Sabtu, 24 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5.4 1.4 3
I 2 5.5 1.5 3
3 5.5 1.3 3
1 6.2 1.3 5
II 2 6.4 1.1 3
3 6.4 1.5 3
1 5.2 1.2 3
III 2 5.1 1.1 3
3 5 1.4 3
Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 7.8 1.3 3
I 2 6.7 1.3 3
3 6.9 1.2 2
1 8.2 1.1 3
II 2 8.1 1.4 2
3 7.4 1.3 2
1 8.5 1.4 3
III 2 8.5 1.1 2
3 5.2 1.3 2

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 50 34.2 1055x10
Ruang AC 65 26.2 265x10

Selasa, 27 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 5.9 1.6 4
I 2 5.7 1.7 3
3 5.8 1.6 3
1 6.4 1.5 5
II 2 6.6 1.4 3
3 6.5 1.7 4
1 5.7 1.3 3
III 2 5.4 1.2 3
3 5.3 1.6 3

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 7.9 1.4 3
I 2 6.9 1.5 4
3 7 1.4 2
1 8.5 1.3 3
II 2 8.4 1.6 2
3 7.6 1.5 2
1 8.8 1.7 4
III 2 8.9 1.4 3
3 6 1.5 3
RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)
Ruang Non AC 53.5 37 1929x10
Ruang AC 57 29.6 747x10

Jumat, 30 Desember 2016


Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 6.2 1.7 4
I 2 5.9 1.7 4
3 6.1 1.6 3
1 6.7 1.7 5
II 2 6.9 1.6 3
3 6.8 1.9 4
1 6.1 1.6 3
III 2 6 1.5 3
3 5.7 1.7 3

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 8.3 1.8 4
I 2 7.2 1.6 4
3 7.4 1.6 3
1 8.8 1.5 3
II 2 8.9 1.9 3
3 8.1 1.6 2
1 9 1.9 4
III 2 9.2 1.7 3
3 7.1 1.8 3

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


Ruang Non AC 73.5 28.15 862x10
Ruang AC 68.5 23.5 245x10
Senin, 2 Januari 2017
Ruangan Non AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 6.8 1.8 4
I 2 6.3 1.9 4
3 6.5 1.8 3
1 6.9 1.9 5
II 2 7.2 1.7 3
3 7.3 2.1 5
1 6.5 1.9 4
III 2 6.3 1.8 3
3 5.8 1.9 3

Ruangan AC
Polibag Tanaman Tinggi (cm) LebarDaun (cm) JumlahDaun
1 8.5 2.1 4
I 2 7.4 1.9 4
3 7.7 1.8 3
1 9 1.8 3
II 2 9.3 2.2 4
3 8.4 1.9 3
1 9.2 2.1 4
III 2 9.2 1.9 3
3 7.2 1.9 3

RH (%) Suhu(˚C) IntensitasCahaya (lux)


RuangNon AC 75.5 27.9 675x10
Ruang AC 67.5 22.9 204x10

4.2 Pembahasan

Benih yang di gunakan pada teknik budidayaan sawi hijau ( Brassica juncea L.) ini
adalah benih sawi sebanyak 18 biji. Pengamatan dilakuan dengan dua percobaan yang
diamati di dalam AC dengan suhu 22,9oC dan didalam green house ( non AC) yang masing-
masing diamati dalam 10 kali pengamatan selama 1 bulan. Pengamatan yang dilakukan
berupa tinggi tanaman, banyak daun, dan lebar daun.

Pengamatan tentang Sawi hijau (Brassica juncea L.), dari data diatas kita pilih yang
terbesar yaitu dengan jumlah daun sebanyak 4 buah, tinggi 9,3 cm , dan lebar daun 2,2 cm,
ini dilihat dari tanaman sawi yang ada pada ruangan AC. Sedanggkan tanaman sawi yang
berada diruangaan non AC dengan jumlah daun 5 buah, tinggi 7,3 cm, dan lebar daun 2,1
cm. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan telah menunjukan bahwa terdapat perbedaan
pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lebar daun sawi hijau ( Brassica juncea L.) pada
ruangan AC dan ruangan non AC. Hal ini menunjukan bahwa suhu mempengaruhi
pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lebar daun pada sawi hijau ( Brassica juncea L.). Data
pada tabel di atas juga menunjukan bahwa pada pengamatan pertama yaitu 3 hari sesudah
diadakannya pratikum, sawi hijau sudah mulai tumbuh pada ruangan non AC yang lebih
tinggi dari pada ruangan AC.

Untuk tanaman sawi pada ruang non AC terjadi pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman di ruang AC. Mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman sawi
pada tempat non AC yang lebih cepat, pelebaran daun yang cepat, dan jumlah yang lebih
banyak daripada tanaman pada ruang AC.

Semakin banyaknya jumlah daun yang dimiliki akan memiliki tinggi tanaman yang
tinggi, karena daun berfungsi sebagai tempat proses fotosintesis dan menghasilkan energi
yang pasti akan berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman sawi hijau ( Brassica juncea
L.). Namun dalam hal praktikum yang kami lakukan, tanaman sawi hijau ( Brassica juncea
L.) yang memiliki jumlah daun paling banyak hanya memiliki ketinggian 7,3 cm di ruangan
AC. Apabila ditanam di ruangan AC sawi hijau ( Brassica juncea L.) akan tumbuh lebih
panjang dan lebar daun lebih besar dari pada ditanam di ruangan non AC, namun pada
ruangan AC jumlah daun akan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah daun pada ruangan
non AC. Pristiwa ini terjadinya karena adanya pengaruh suhu. Pada tanaman sawi hijau (
Brassica juncea L.) yang sangat dibutuhkan adalah daunnya yang akan dikonsumsi, sehingga
perlu diperhatikan jumlah daun yang ada.

Tanaman tanaman sawi dipolybag dengan ukuran diameter 20 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi polybag 20 cm. Di dalam polibag tanah dan
pupukorganik langsung di campurkan dengan perbandingan 3 : 1 yaitu sekitar 70% tanah dan
30% pupuk organik dan membasai campuran pupuk dan tanah tersebut dengan sedikit air
agar tanah lembab. Fungsi di berikannya pupuk organik yang bercampur dengan tanah subur
adalah agar kita mengetahui bagaimana cepatnya pertumbuhan sawi hijau ( Brassica juncea
L.). Pencampuran pupuk dan tanah dilakukan agar mempercepatnya pertumbuhan bagi
tanaman sawi ini. Masing-masing polybag berisikan tiga butir benih sawi hijau ( Brassica
juncea L.).
Hal yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, pada penyiraman dilakukan setiap 3
hari sekali yaitu pada siang hari. Adapun dari tanaman sawi hijau yang diantaranya mati
layau dari ke enam polybag, dalam penggantian tanaman tersebut dilakukan dengan tahap
penyulaman, penyulaman ini ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru.
Caranya yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman
yang baru.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu,
sebagai berikut :

Tanaman sawi hijau dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman sawi
hijau (Brassica juncae L) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam
tanaman semusim (berumur pendek). Pengamatan tentang Sawi hijau (Brassica juncea L.),
dari data yang terbesar ada yang mempunyai jumlah daun sebanyak 4 buah, tinggi 9,3 cm ,
dan lebar daun 2,2 cm, ini dilihat dari tanaman sawi yang ada pada ruangan AC. Sedanggkan
tanaman sawi yang berada diruangaan non AC dengan jumlah daun 5 buah, tinggi 7,3 cm,
dan lebar daun 2,1 cm. Berdasarkan teknik budidaya tanaman sawi hijau meliputi pemilihan
benih, pengolahan tanah, pembibitan, tanaman, pemeliharaan.

5.2 Saran

Setalah melakukan praktikum, terdapat beberapa kendala yang kami alami selama
proses praktikum berlangsung, dan berikut saran yang mungkin dapat kami berikan terkait
praktikum mengenai teknik budidaya sawi hijau ini yaitu pada saat pengukuran tinggi bibit
dan lebar daun diperlukan ketelitian yang cukup tinggi pada saat pengukurannya agar data
yang diperoleh juga lebih maksimal sehingga pada saat penulisan hasil dan pembahasan data
yang ditulis lebih real.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Budidaya Sawi Organik http://Uncategorized-Go Blokme.htm. ( Diakses


pada tanggal 29 april 2014)
Margiyanto E., 2010. Cahaya Tani http://Budidaya Tanaman Sawi « Cahaya
Tani.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)
Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm. ( Diakses
pada tanggal 29 april 2014)
Yudharta, 2010. Tanaman Sawi http://Tanaman Sawi « Community Aji Chrw-
95%.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)
Cahyono, B. 2003. Teknik dan strategi budidaya sawi hijau. Yayasan Pustaka Nusantara,
Yoyakarta
Haryanto, E. dan T. Suhartini. 2002. Sawi dan selada. Penebar Swadaya, Jakarta
Sastrahidayat, I. H dan Soemarmo. 1996. Budidaya tanaman tropika. Usaha Nasional,
Surabaya
https://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/

http://coretaanintan.blogspot.co.id/2015/09/laporan-budidaya-tanaman-sawi-hijau.html

http://ciciliapardede13.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-budidaya-tanaman.html

http://semuatentangpertanian.blogspot.co.id/2013/05/laporan-teknik-media-tanam-sawi.html

http://drs-oeyo.blogspot.co.id/2012/06/teknik-budidaya-tanaman-sayur-laporan.html

http://kenzhi17.blogspot.co.id/2013/06/laporan-teknik-media-tanam-pada-tanaman.html

https://ridhotogar.blogspot.co.id/2014/01/laporan-praktikum-budidaya-tanaman.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai