Anda di halaman 1dari 3

Kesejahteraan Sosial

(Pekerja Sosial, Pembangunan sosial Dan Kajian


Pembangunan)

Isbandi Rukminto Adi

BAB 1
Hubungan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan Pekerja Sosial
A.Latar Belakang Sejarah
Sejarah keberadaan Ilmu Kesejahteraan Sosial, pada awalnya tidak dapat dilepaskan dari
sejarah perjalanan disiplin Pekerjaan Sosial. Kedua disiplin itu mempunyai keterkaitan satu
dengan lainnya, dimana Pekerja Sosial merupakan salah satu disiplin yang berperan dalam
pembentukan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Akar sejarah dari bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial, dalam literatur ‘barat’
seringkali dikaitkan kondisi Eropa pada abad ke-13-18. Pada periode itu pemerintah inggris
telah mengeluarkan beberapa peraturan perundangan untuk menangani isu kemiskinan (Poor
Law) yang ada pada saat itu. Undang undang kemiskinan yang paling terkenal pada periode
itu adalah Elizabethan Poor Law yang dikeluarkan pada 1601 (Friendlander,1980: 14-15) dan
(zastrow, 2010 :10-11) yang membahas tiga kelompok orang miskin, dimana diantara
kelompok orang miskin ada yang dikelompokkan sebagai orang miskin yang tidak perlu
mendapatkan bantuan dari negara (the able bodied poor), dan ada pula kelompok orang
miskin yang perlu mendapatkan bantuan dari negara seperti the impotent poor dan dependent
children.

Undang undang kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth pada 1601 dianggap
sebagai awal (cikal bakal) intervensi pemerintah terhadap masyarakat (warga negara) dalam
kaitan dengan penyampaian layanan kesejahteraan sosial yang terorganisasi. Karena pada era
sebelumnya, berbagai layanan kesejahteraan sosial lebih banyak dilakukan oleh kelompok
keagamaan, seperti pihak gereja.

Selain pihak gereja, pada abad ke-6 sebelum masehi, Canda dan Furman (1999: 137-
140) melihat bahwa Agama Islam telah melakukan reformasi sosial pada masanya dalam hal
keadilan sosial, baik untuk kaum perempuan, anak anak, dan kelompok yang kurang
diuntungkan.hal ini antara lain tergambar dari pandangan mereka (Canda dan Furman,
1999:139). Dari pandangan itu terlihat bahwa kegiatan sosial dari kelompok keagamaan
sudah berakar lebih jauh sebelum abad ke-16. Yang kemudian adanya nilai kemanusiaan
(humanitarianisme) yang dijujung tinggi oleh masing masing agama yang dilakukan oleh
kelompok keagamaan

Nilai-nilai humanitarianisme inilah yang menjadi titik awal melihat bahwa apa yang
terjadi pada sekelompok orang miskin tersebut tidaklah ‘benar’ . Sehingga mereka mencoba
‘memperbaiki’ hal tersebut, yang kemudian hari sering dikenal dengan nama masalah sosial
ataupun masalah kesejahteraan sosial.

Nilai-nilai humanitarianisme yang ada pada berbagai agama menurut Canda dan Furman
(1999) merupakan titik awal perhatian dari kelompok yang mampu terhadap mereka yang
kurang mampu dalam bidang keuangan.Persamaan yang tampak dari usaha yang dilakukan
oleh berbagai kelompok keagamaan adalah penghargaan yang tinggi terhadap nilai nilai
kemanusiaan (humanitarisme). Di Indonesia pada awal abad ke-20, gerakan KH.ahmad
Dahlan dengan Muhammadiahnya telah mencoba menggerakkan ekonomi masyarakat serta
mengentaskan kemiskinan.

Isu yang terkait dengan kemiskinan dan orang yang hidup dibawah garis kemiskinan
merupakan salah satu isu yang dibahas oleh berbagai organisasi yang berbasiskan agama (
faith based organization) dalam melakukan usaha kesejahteraan sosial (social welfare
services). Gerakan untuk memperbaiki kehidupan yang kurang beruntung seperti yang
dilakukan bunda Theresa, Jane addams, Muhammadiyah, maupun Daarut Tauhid pada
contoh di atas merupakan usaha kesejahteraan sosial.

Berdasarkan perkembangan usaha kesejahteraan sosial pada periode renaissance,


sekitar abad ke-16, terlihat bahwa relawan (volunteers) memainkan peranan penting dalam
pengembangan usaha kesejahteraan sosial. Pada priode awal pengembangan bidang pekerjaan
sosial, relawan merupakan pionir dari berbagai lapangan pekerjaan sosial. Ia meletakkan
fondasi dasar dari bidang pekerjaan sosial modern. Usaha-usaha relawan untuk memperbaiki
kondisi sesama umat manusia, yang tadinya bersifat ‘amal’ (charity) dan didasari oleh
semangat filantropis kemudian berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisasi.

Berdasarkan catatan Friedlander (1980: 28-106). Terlihat bahwa organisasi relawan


seperti COS (charity organization society), yang didirikan di London, Inggris, pada tahun
1869merupakan salah satu organisasi relawan yang dikembangkan guna menggalang dan
mengoordinasikan bantuan dana material dari berbagai gereja serta kurang lebih 100 lembaga
amal(charitable agencies).

Anda mungkin juga menyukai