PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin meningkat, kebutuhan dan tuntutan hidup
juga meningkat, serta teknologi dan informasi yang terus berkembang, sedangkan
sumber daya alam, sumber-sumber penghasilan, dan sumber daya manusia yang
tidak bisa mengimbangi peningkatan-peningkatan tersebut, menyebabkan
munculnya permasalahan-permasalahan sosial yang begitu banyak dan kompleks.
Hampir di setiap daerah di Indonesia khususnya di daerah perkotaan,
permasalahan sosial ini ada dengan jenis yang beragam. Jenis Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012
adalah 26 jenis, begitu banyak menurut kami. Pengemis adalah salah satu jenis
PMKS yang begitu banyak baik dari segi jumlah maupun kompleksitas
masalahnya. Rentang usia pengemis mulai dari balita sampai dengan lanjut usia
ada, bahkan pengemis yang membawa anaknya yang masih bayi pun ada.
Pengemis dengan kondisi fisik yang tergolong normal dan pengemis dengan
kedisabilitasan pun ada. Hal ini menarik untuk diamati, sehingga kami pun
memilih pengemis sebagai sasaran kami dalam observasi ini.
Kita telah ketahui bersama bahwa kesejahteraan sosial merupakan hak
semua warga negara tanpa kecuali dan negara mempunyai kewajiban dalam
mewujudkan kesejahteran sosial tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan negara
yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, beberapa pasal di dalam batang
tubuh UUD 1945, serta di beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Akan tetapi, permasalahan-permasalahan sosial ini tidak kunjung
terselesaikan, justru semakin bertambah kompleks. Padahal baik dari pihak
pemerintah maupun pihak swasta telah melakukan berbagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut dan mencapai tujuan negara,
yaitu kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertanyaannya, kenapa permasalahan-permasalahan sosial tersebut tidak
kunjung teratasi? Sebuah pertanyaan besar bagi pemerintah dan masyarakat. Ini
pun merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama, jangan saling
1 | Page
saja
pihak
yang
teribat
dalam
permasalahan
pengemis ?
6. Sistem sumber apa sajakah yang bisa dimanfaatkan untuk
mengatasi permasalahan pengemis ?
7. Upaya/solusi
apa
saja
yang
bisa
diberikan
untuk
2 | Page
dimanfaatkan
untuk
mengatasi
permasalahan
pengemis.
6. Dapat memberikan alternatif-alternatif solusi terhadap
permasalahan pengemis khususnya di Kota Purwakarta.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 PENGERTIAN PENGEMIS
Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang dimaksud
dengan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan
untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Mengemis/meminta-minta adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang karena membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau
hal lainnya, bahkan jabatan atau pekerjaan dari orang yang mereka temui
atau dari orang yang memiliki pengaruh. Kegiatan ini dilakukan karena
mereka tidak dapat memenuhi apa yang mereka butuhkan, entah itu karena
keterbatasan pengetahuan, fisik, keterampilan, informasi, ataupun hal
lainnya. Tetapi, di dalam makalah ini yang kami maksud dengan
mengemis/meminta-minta
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
kota-kota
besar
kegiatan
mengemis/meminta-minta
yang
3 | Page
2. 3 JENIS-JENIS PENGEMIS
Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pengemis tidak hanya mereka
yang sudah lanjut usia, tetapi hampir di setiap tingkatan usia ada yang
menjadi pengemis. Berikut adalah beberapa jenis pengemis yang dapat kami
identifikasi dari berbagai sumber serta dari hasil observasi kami, di
antaranya:
1. Pengemis Dengan Anak
Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di
muka umum dengan cara memperalat anak baik anak kandung ataupun
anak pinjaman untuk mendapat belas kasihan orang lain. Anak yang
mereka bawa biasanya di gendong atau si anak dibuat tertidur lelap di
jalanan sehingga orang yang lewat di depannya merasa iba dan memberi
kepada mereka. Tapi tidak semua anak yang mereka bawa adalah
keinginan si anak, ada juga yang karena paksaan dari orang tuanya
walaupun anak melawan dan mereka hanya ingin bermain, jika si anak
melawan orang tuanya kadang memukul atau memarahi mereka agar
menuruti apa kemauan dari sang orang tua.
4 | Page
5 | Page
PENYEBAB
MUNCULNYA
PERMASALAHAN
PENGEMIS
Berikut adalah beberapa faktor penyebab munculnya permasalahan
pengemis, di antaranya:
1. Himpitan ekonomi (kemiskinan);
2. Keterbatasan fisik (penuaan/cacat tubuh);
3. Tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi;
4. Kekurangan potensi sumber daya baik alam, manusia maupun
lingkungan untuk dapat mengembangkan peluang dan kesempatan
kerja;
5. Kondisi musiman, seperti pada saat hari raya; dan
6 | Page
7 | Page
8 | Page
sumber daya alamnya, tetapi di sisi lain banyak penduduk Indonesia yang
miskin dan hidup kekurangan. Dahulu ketika orde lama Indonesia adalah
negara yang menjunjung tinggi semangat BERDIKARI berdiri di kaki
sendiri, tetapi saat ini Indonesia sangatlah bergantung pada negara lain
khususnya negara maju. Fenomena pengemis pun secara tidak langsung
mengisyaratkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki sifat ketergantungan
yang tinggi, walaupun memang kita ketahui bahwa manusia tidaklah bisa
hidup sendiri.
Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi?
Berdasarkan analisis kami mengenai fenomena pengemis, hal ini
memiliki hubungan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat, sehingga
dikatakan bahwa fenomena pengemis adalah suatu masalah dan nilai-nilai
ini pun menyebabkan fenomena pengemis saat ini banyak bermunculan, di
antaranya:
1. Nilai agama yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah, artinya memberi adalah lebih baik
daripada meminta. Dengan demikian, setiap orang akan berusaha
sekuat tenaga untuk bisa memberi/bersedekah kepada orang lain dan
berusaha untuk tidak meminta-minta. Ketika di tengah masyarakat
banyak yang meminta-minta, tentu fenomena ini akan dinilai sebagai
suatu masalah dari pandangan agama sendiri, walaupun kita tahu
bahwa mengemis itu tidaklah dilarang oleh agama.
2. Budaya gotong-royong dan saling membantu satu sama lain di dalam
masyarakat sepertinya mulai pudar, kebanyakan masyarakat saat ini
cenderung individualis dan mengabaikan orang lain, kalau tidak
diminta jarang sekali orang itu memberi. Kepekaan sosial sepertinya
mulai pudar sedikit demi sedikit, sehingga fenomena pengemis pun
mulai bermunculan.
3. Paham kapitalis yang menjadikan masyarakat sangat ketergantungan
dan tidak bisa berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Siapa
yang punya modal, maka ia yang menguasai pasar. Sumber-sumber
penghidupan seperti air, tanah, barang-barang kebutuhan pokok, dan
9 | Page
memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Oleh
karena
itu,
berganti
menjadi
nilai-nilai
10 | P a g e
yang
sifatnya
individualis
dan
11 | P a g e
3. Pemerintah
Pemerintah adalah lembaga yang berkuasa untuk menjalankan
pemerintahan di suatu negara. Segala sistem yang ada di masyarakat
dapat berjalan dengan baik maupun tidak adalah bergantung dari kinerja
pemerintah sendiri. Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Berkaitan dengan
permasalahan pengemis disini, pemerintah bertugas untuk bisa
mengurangi angka pengemis sebagai wujud dari peningkatan angka
kesejahteraan masyarakat di negaranya.
Peran
pemerintah
adalah
membuat
kebijakan-kebijakan
dan
12 | P a g e
keberfungsian
sosial
seseorang,
kelompok,
atau
13 | P a g e
development,
community
organization,
community
dengan
sumber-sumber
pelayanan
sosial
di
luar
wilayahnya.
d. Terapi Organisasi
Terapi organisasi merupakan strategi pekerjaan sosial dalam
mengoptimalkan
pencapaian
tujuan
organisasi
dan
menjamin
14 | P a g e
sosial
merefleksikan
agenda
masyarakat
dalam
Perumusan hipotesis
15 | P a g e
diatas maupun dengan cara-cara lain yang sesuai dengan wilayah praktik
seorang pekerja sosial.
2. 7 SISTEM SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL
Max Siporin D.S.W. mengatakan bahwa A resource any valuable
thing, or recerve or at hand, that one can mobilie and put to instrumental
use in order to function, meet a need resolve a problem (Siporin, 1975 :
22). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa jenis sumber dapat dipandang dari
beberapa hal, yaitu:
a. Sumber Internal dan Eksternal
Sumber internal dapat berupa kemampuan intelektual, imaginasi,
kreativitas, motivasi, kegairahan, karakter moral kekuatan dan ketahanan
fisik/jasmani,
stamina,
ketampanan/kecantikan
serta
pengetahuan.
16 | P a g e
mempunyai
arti
simbolik
yang
khusus
dan
dapat
kementerian-kementerian,
badan-badan,
ataupun
baik
berupa
bantuan
tunai
maupun
bantuan
pemberdayaan.
c. Mengadakan razia di daerah rawan gelandangan dan pengemis
melalui Satpol PP,
d. Mengadakan penampungan sementara,
e. Melakukan pembinaan mental dan ketrampilan sesuai bakat lewat
lembaga-lembaga pelayanan yang ada,
f. Mengembalikan ke daerah asal atau ke panti rehabilitasi dan
resosialisasi,
17 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber yang kami dapatkan
serta hasil observasi di sekitar Purwakarta. Kami menyimpulkan bahwa
permasalahan pengemis ini merupakan permasalahan sosial yang kompleks
dengan jenis dan motif yang beragam. Tidak hanya berkaitan dengan si
pengemis saja, tetapi juga ada kaitannya dengan kondisi keluarga si
pengemis, kondisi masyarakat, serta pemerintah. Pengemis tidak hanya
mereka yang lanjut usia atau cacat, tetapi ada juga yang dijadikan sebagai
profesi. Menjadi pengemis tidak hanya karena himpitan ekonomi tetapi,
tradisi masyarakat, momen-momen tertentu, serta nilai-nilai yang dianut
individu pun bisa menjadi motif mereka untuk menjadi seorang pengemis.
18 | P a g e
3. 2 Saran
Permasalahan pengemis yang begitu kompleks saat ini, tentunya
perlu tindakan-tindakan yang kompleks pula dalam mengatasi atau
mengurangi permasalahan tersebut. Kami hanya bisa menyarankan serta
memberi masukan kepada semua pihak yang terlibat dalam permasalahan
pengemis ini agar bekerja sama satu sama lain. Pemerintah tidak hanya
membuat kebijakan-kebijakan tetapi juga harus ikut mengawasi dan
menindaklanjuti kebijakan-kebijakan tersebut, kalau-kalau ada oknumoknum yang menyalahgunakan kebijakan-kebijakan tersebut. Untuk
masyarakat, jangan hanya mengkritik tanpa ada solusi yang konkrit,
masyarakat pun harus turut serta dalam penanganan masalah pengemis ini,
entah itu mengawasi kesesuaian pelaksanaan kebijakan, mendirikan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, ataupun menghubungkan para pengemis
kepada sumber-sumber yang dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk pekerja
sosial agar lebih teliti lagi dalam melakukan penanganan terhadap masalah
pengemis ini, sehingga solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para
pengemis.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/pengemis-dibandung-naik-20
Soehartono, Irawan. 2007. Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/mengapa-pengemismenjadi-pengemis.html
Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan
Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial.
UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
19 | P a g e
20 | P a g e