PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi
gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam
perkembangannya, masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama
saat mengemukanya tradisi pendekatan behavioral (perilaku) dan Post
Behavioral (pasca tingkah laku). Kajian-kajian partisipasi politik terutama banyak
dilakukan di negara-negara berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi
politiknya masih dalam tahap pertumbuhan
Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang
dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri.
Partisipasi politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara
maupun partai yang berkuasa (Basri, 2011: 97).
Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu
hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan
ini. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam
pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut
keputusan bersama (umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan
dibutuhkannya kerja sama antara partai politik dan masyarakat untuk
memberikan keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi negaranya.
Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik, selain partai politik, sekolah
dan keluarga, maka peran partai politik lah yang harus lebih di utamakan dalam
memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan organisasi
yang beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai politik
adalah fungsi partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai
politik untuk membawa warga Negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan.
Jenis partisipasi politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada warga
negaranya adalah kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih
pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dalam kegiatan partai politik ini untuk
memberikan pendidikan politik dapat dilakukan denga cara mengadakan
kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi,
dan debat politik. Dengan itu maka masyarakat pun mendapatkan pendidikan
politik yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat tersebut
1.2
Rumusan Masalah
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
1.3 Tujuan
1.
Untuk melengkapi tugas ujian tengah semester pendek pengantar ilmu
politik
2.
Menjelaskan bagaimana partisipasi politik dan hal-hal lain yang
menyangkut Partisipasi Politik itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
partisipasi berasal dari bahasa latin pars yang artinya bagian dan capere, yang
artinya mengambil, sehingga diartikan mengambil bagian. Dalam bahasa
Inggris,participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil
peranan. Sehingga partisipasi berarti mengambil bagian atau mengambil
peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.
2.2
Dalam tataran praktis, partisipasi politik bisa muncul dalam beberapa bentuk.
Setiap bentuk-bentuk partisipasi politik akan berisikan gaya, tuntunan, pelaku
dan sampai pada tindakan-tindakan yang dilakukan warga negara dalam
konteks politik. Selain itu juga berkanaan denganjumlah orang yang terlibat
dalam bentuk-bentuk partisipasi politik, tidak harus selalu dilakukan oleh
sekelompok orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh hanya satu orang.
Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Partisipasi aktif
bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu
sistem politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai
suatu kebijakana umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda
dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk
meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut srta dalam kegiatan
pemilihan pimpinan pemerintahan.
b. Partisipasi pasif
Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem
politik. Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan
melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi
politik menjadi:
Bentuk konvensional.
Bentuk nonkonvensional.
a. Pendidikan politik
menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk
memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,
meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak,
kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara.
b. Kesadaran politik
Menurut Drs.M. Taupan,Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang
menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran politik atau keinsafan
hidup bernegara menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat
tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan
positif dari seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang
terbengkelai.
c. Sosialisasi politik
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan
orientasi pada politik. adapun alat yang dapat dijadikan sebagai
perantara/sarana dalam sosialisasi politik.
antara lain:
keluarga(family)
sekolah
partai politik
2.6
Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain;
1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak
punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai kecurigaan yang busuk dari
manusia, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor,
tidak dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun
sia-sia dan tidak ada hasilnya.
3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik
dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai
pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng
lain tidak adil.
4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai
dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang
mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk
bertindak.
2.7
2.
Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian
sosial.
3.
4.
Sebagai sarana untuk memenuhi keutuhan alam bawah sadar dan
kebutuhan psikologis tertentu.
Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik.
1.
Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang
dibentuknya beserta sistem politik yang dibentuknya.
2.
Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan
pemerintahan
3.
Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya
sehingga kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan
dan dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan, hura-hura dan kudeta.
Partisipasi politik juga mempunyai fungsi bagi kepentingan pemerintahan. Untuk
kepentingan pemerintahan, partisipasi politik mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.
Untuk mendorong program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa
peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan
program pemerintah.
2.
Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk
masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan
pembangunan.
Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program
pembanngunan.
2.8
Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan, dengan
berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu
kebijakan pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah
melaksanakan kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan
kehidupan yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara yang
otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa
boleh satu orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.
3.2
Saran