Dalam sebuah essay yang ditulis oleh Adam Jones yang berjudul “Does ‘Gender’
Make the World Go Round?” bertujuan untuk membangun hubungan antara hubungan
internasional dengan kaum feminis, di mana mereka mengatakan bahwa wanita secara
stereotype merupakan makhluk yang tidak logis, tidak sehat atau terganggu pikirannya, dan
membutuhkan bimbingan dari seorang pria. Disamping itu, para feminis mengancam untuk
menghancurkan keterkaitan hubungan internasional dengan pria, negara, dan perang.
Bagi Jones, Feminisme dibagi menjadi 3 bagian, yang pertama subjek untuk feminism
adalah para wanita sebagai aktor sejarah dan politik, yang kedua epistimologi feminism, yaitu
mendasarkan pada pengalaman wanita di dunia, dan yang ketiga adalah dibagi menjadi dua,
yaitu yang pertama adalah mencari sebuah perubahan dunia kearah persamaan yang lebih
besar untuk wanita karena menurut sejarah mereka adalah kaum yang kurang mampu,
termarjinalkan, dan tidak dihargai. Sedangkan yang kedua adalah Persamaan untuk wanita
harus diatasi dengan cara bagaimana agar wanita tidak lagi ditindas oleh pria.
1. Feminis menentang konsep dualism dari realis. Konsep dualism itu sendiri adalah
struktur hak-hak istimewa yang diberikan hanya untuk kaum pria dan wanita tidak
diberikan hak-hak tersebut. Feminisme menginginkan bahwa stuktur tersebut
dilengkapi agar wanita juga dapat memperoleh peluang lebih.
2. Asumsi realis mengenai negara. Karena para feminis radikal berasumsi bahwa negara
itu hanya bagian dari kaum pria, sedangkan para feminis liberal menganggap pribadi
itu sendiri adalah politik.
3. Model aktor rasional. Label rasionalitas bergaya Barat adalah sebuah fenomena yang
mencerminkan khusus untuk kaum pria dan kekuatan yang abadi.
Di masa depan para feminis dan non-feminis menggambarkan masalah public dan
fenomena mengenai kaum pria sebagai berikut:
3. Mereka akan menjadi korban dari kekerasan negara, meliputi siksaan dan penahanan
dalam penjara.