Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KOMUNIKASI POLITIK

Kajian Teori Dramaturgis Dalam Komunikasi Politik

NAMA : ADEK PRADANA

NIM : 170240058

KELAS: Ilmu Komunikasi / 3B

Mata Kuliah: Komunikasi Politik


 Sejarah Teori Dramaturgi

Dramaturgi, menurut Kathleen M. German melalui Encyclopedia of Communication


Theory (2009 : 320), disebut juga dengan dramatisme, yaitu suatu pendekatan yang digunakan
untuk memahami penggunaan simbol-simbol dalam dunia sosial. Pendekatan dramatisme yang
dikenalkan pertama kali oleh Kenneth Burke pada awal tahun 1950an menyatakan bahwa
interaksi manusia dapat digambarkan sebagai sebuah drama. Menurutnya, hubungan antara
kehidupan dan teater bersifat literal bukan metafora. Pendekatan dramatisme sangat penting
dalam teori komunikasi menurut para ahli karena penggunaan simbol utamanya terjadi
melalui bahasa sebagai alat komunikasi.

Pendekatan dramatisme kemudian merambah ke dalam berbagai disiplin ilmu seperti


ilmu politik, sosiologi, retorika, komunikasi organisasi, komunikasi antar pribadi atau
komunikasi interpersonal dan kritik literal. Para murid Burke kemudian menerapkan konsep
dramatisme ke dalam filsafat oleh Susan Sontag, sosiologi oleh Hugh Dalziel Duncan, ilmu
politik oleh Doris Graber, dan komunikasi interpersonal oleh Erving Goffman. Pendekatan ini
terus dikembangkan oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Dramatisme kemudian
berkembang sebagai suatu sarana untuk memahami kompleksitas penggunaan simbol-simbol
manusia dalam komunikasi.

Kemudian pada tahun 1959, melalui bukunya bertajuk The Presentation of Self in
Everyday Life, Erving Goffman mengembangkan suatu teori yang menggambarkan interaksi
sosial sebagai sebuah teater. Teori dramaturgi terinspirasi konsep dasar interaksi sosial yang
dikemukakan oleh George Herbert Mead dan tentunya dipengaruhi oleh pendekatan
dramatisme

 Asumsi Dasar

Dramaturgi sejatinya adalah sebuah perspektif sosiologi yang menitikberatkan pada


manajemen dalam kehidupan sehari-hari. Erving Goffman melalui teori dramaturgi mencoba
untuk membandingkan dunia manusia dengan dunia teater serta menggambarkan perbandingan
antara manusia di kehidupan nyata dengan para pemain atau pemeran di atas panggung.
Teori ini sering kali tumpang tindih dengan teori komunikasi sosial. Teori dramaturgi
mengeksplorasi bentukan diri sosial, hubungan, dan kenyataan sosial melalui penggunaan bahasa
dan interaksi secara mikroanalisis. Teori dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving
Goffman ini mengasumsikan bahwa identitas disajikan kepada suatu khalayak pada suatu
kejadian tertentu dan di tempat tertentu.

Aspek penting dalam teori dramaturgi dalam konteks komunikasi adalah konsep khalayak
dan hubungan antara individu dengan khalayak dalam suatu waktu dan tempat tertentu. Melalui
pengelolaan kesan atau impression management, individu harus mengendalikan presentasi
dirinya untuk membangkitkan reaksi khalayak terhadap presentasi yang disajikan. Dalam teori
dramaturgi, kita dapat melihat dua elemen sekaligus yaitu pengelolaan kesan atau impression
management serta cermin diri looking-glass self.

 Esensi Teori Dramaturgi

Teori dramaturgi menganalisis interaksi sosial sebagai suatu pertunjukan teatrikal.


Kehidupan normal dibandingkan dengan suatu penampilan di atas panggung dimana manusia
masing-masing memainkan peran dalam kehidupan.

Peran yang manusia mainkan adalah suatu bentuk citra atau bayangan yang ingin
diwujudkan oleh masing-masing individu dengan script sebagai sebuah isi yang
dikomunikasikan kepada khalayak. Tujuan pertunjukan adalah untuk membuat khalayak percaya
terhadap apa yang disajikan.

Menurut Erving Goffman, setiap individu membuat keputusan untuk mempresentasikan


dirinya melalui pengelolaan kesan dan melanjutkan pertunjukannya untuk memastikan bahwa
citra atau bayangan tersebut terbentuk
Dinamika politik pemilihan presiden menjadi trending topic di media massa maupun face
to face communication, mulai dari maneuver partai politik dalam menentukan siapa yang akan
diusung dan didukung untuk bakal calon presiden dan calon wakil presiden, penggalangan massa
pendukung dari berbagai elemen organisasi dan kelompok serta aktivitas yang dilakukan oleh
calon presiden dan wakilnya.

Proses dandinamika yang


berlangsungdalampemilihanpresidendanpemilihanwakilrakyatinisangatmenarikuntukdikajidaribe
rbagaiperspektifkeilmuan. Aktivitaspolitikinimemberikanpelajaranberhargakepadarakyat
Indonesia untuklebihcerdasmenilaibakalcalonpemimpinbangsa yang
menyampaikanvisimisisertaharapan-harapan yang
indahterutamapadamasakampanye.Semestinyaadapelajaranpolitik yang berhargadalammenyikapi
agenda demokrasiperlimatahunini,
sehinggapadasaatnyarakyattidaksalahdalammenentukanpilihansiapa yang
seharusnyamendapatmandatuntukmenjadiwakilrakyatdanpemimpinbangsa.

Selamarentangwaktupemilihanwakilrakyatdandiikutidenganpemilihanpresiden,
masyarakat Indonesia selaludisuguhi drama politik yang
menarikuntukdisimak.Apabilakitasimakalurceritapolitik di tanah air ini, ibarat orang yang
sedangmemainkanperansandiwara.Peranberpihakkepadarakyatjikamemangdiperlukanuntukmena
riksimpatirakyatdanperanberseberangandenganrakyatjikadiperlukanuntukmencarikeuntunganden
ganprinsipopportunisme.Penulisteringatdengan bait lagu yang pernahdipopulerkanoleh Ahmad
Albar, “Duniainipanggungsandiwara, ceritanyamudahberubah,
kisahMahabrataatautragedidariYunani, setiapinsanpunyasatuperan yang haruskitamainkan,
adaperanwajardanadaperanberpura-pura...”, Dalambanyakhal, kehidupaninimemangmiripdengan
bait lagutersebut, duniapanggungsandiwaraterutamaduniapolitik. Dalamperspektifdramaturgis,
yang diungkapkanoleh Erving Goffmanmelaluikaryanya The Presentation of Self in Everyday
Life, kehidupaniniibaratteater, interaksimanusiamiripdenganpertunjukan di ataspanggung,
pemainnyadisebutdengan “aktor”.

Dalaminteraksipolitik, hampirtiapsaatkitadisuguhi drama politik yang


menarikuntukdisimak, sepertitelenovela.Seakan-
akanparapemimpindanwakilrakyatadalahpejuang yang siaptempuruntukmembelarakyatnya,
drama-drama yang dimainkanbegitumelankolis, berliku-likudanpenuhintrik.
Namunsemuanyasepertifatamorgana, hambardanpahitdalamkehidupan, itulah
“dramaturgipolitik”, di dalamnyaadaperanganda, adakepura-puraandan drama yang
selaludimainkan.Goffmanmembagikehidupanperilakumanusiakedalamduawilayah, yaitu;
pertama, wilayahdepan (front stage) disebutjugapanggungdepan, merupakan arena
dimanaseseorangberpenampilansesuaidenganperannya. Kedua, wilayahbelakang (back stage)
yaitutempatuntukmempersiapkanperannya di wilayahdepan,disebutjugapanggungbelakang.
Layaknyapertunjukan drama, setting merupakanfaktorpendukung yang fundamental demi
terbentuknyasebuahpertunjukan drama yang diinginkan.Kadangkalaaktorberkata A,
padakesempataan lain bisaberkata B, tergantung setting-nya.

Duniapolitikadalahdunia yang penuhdengandinamikadanintrik.pelakunyaadalahpribadi


yang cair, dinamisdanopportunis. Kalautidaksiapmasukdalampanggungpolitik,
tinggalmenungguwaktuuntukterpinggirkanataujadikorbanpolitik.Kalauadapemainpemula,
merekaakanbelajardengancepatdaripengalamanpolitik yang
merekajalanidanpengalamanpolitikdari senior mereka.
Aktorpanggungpolitikmenterjemahkandinamikapolitikberdasarkanframe individudancollective
frame (partai). Duniapolitiktidakhanyahitamdanputihtetapijugaabu-
abu.Dalampolitiktidakadakawanabadiataulawanabadi yang adahanyakepentinganabadi.

Menurutpandangandramaturgis, seseorangcenderungmengetengahkansosokdiri ideal


sesuaidenganperan yang dimainkannya.Diaberusahamenyembunyikan motif
dankondisipanggungbelakangnya.Aktorakanmemainkanritme-ritmepermainan yang
disenangiolehpenontonnya. Setiapaktordalampanggungdepan (front stage),
menjalaniperandengan setting terstruktur, artinyabahwapanggungdepansudahterlembagakan,
mewakilikepentingankelompok ataupartainya. Kalauadaaktor yang
tidakmenjalaniperannyasesuaiarahansutradara, makaakandiberisanksisesuaiaturanpertunjukan.
Merekaharusmenyembunyikanhal-hal yang sudahdibicarakandandimatangkan di
panggungbelakang.Panggungdepanmemangsudah di setting sedemikianrupa,
kompakdanseirama. Olehsebabitu, sebagaipenontonatausebagaiseorangpemilih (voters),
diperlukansikap yang cerdas agar bisamenilaiperan yang dimainkanolehaktorpolitiktersebu.

Padapemilihanpresidensekarangini,
paraaktordalamhalinicalonpresidendancalonwakilpresidensedangmemainkan drama yang di-
setting olehtimsuksesmasing-masingcapres. Bagaimana sang aktorberusahamenjadisosok yang
ideal untukmenjadicalonpresiden yang sesuaidengankeinginanrakyat.
Panggungdepansudahdiatursedemikianrupa, sang aktormelakukanimpression management
(pengelolaankesan) mulaidaricaraberkomunikasi, penampilan, pakaian yang digunakan, atribut,
gesture semuasudah di setting sesuaidenganperan yang akandimainkan.
Sedangkanpanggungbelakang, timsuksesselalubekerjadanmembuatstrategibagaimana sang
aktorinidisukaiolehpenontonnya (baca: rakyat Indonesia). Tim
suksesbekerjasesuaidenganperanmerekamasing-masing, melakukanpencitraanterutamamelalui
media massa, membangunpopularitasdan image
positiftermasukmelakukankontraopiniterhadapkampanyehitam (black campaign).
Ibaratpertunjukan drama, inimerupakan drama besar yang
dimainkanolehaktorbesertapendukungnya yang senantiasabekerjakeras agar
pertunjukanbisaberjalansuksesdandisenangiolehpenontonnya.

Duniapanggungpolitikhanyacontohsebuahpanggungdiantarapanggung-
panggunglainnya.Dalamkehidupan, sebenarnyaselalutersediapanggung yang
beranekaragam.Seperti, orang memainkanperandalampanggungprofesinya,
memainkanperandalampanggungrumahtanggadansebagainya.Semogakedepansiapapunkita,
apapunprofesinya, hendaklahbisamenjalankanperandenganbaik.
Perilakumanusiabersifatdramatik, apapunperan yang dimainkanbisabermanfaatbagidirinyadan
orang lain, apabilamenjadikanhatinuranidan agama sebagailandasannya.***
Referensi
https://diandwijayanto.wordpress.com/2018/01/30/dramaturgi-dalam-panggung-politik/
http://riaupos.co/3005-opini-dramaturgi-politik.html
https://www.contoh-jurnal.com/jurnal/jurnal-teori-dramaturgi/
Paradigma teori darmaturgi terhadap kehidupan sosial oleh Sri Suneki * & Haryono**

Anda mungkin juga menyukai