Anda di halaman 1dari 87

REVISI HASIL PENELITIAN

ANALISA KOMUNIKASI POLITIK MAHASISWA

(STUDI PADA PEMILIHAN BEM FISIP)

Oleh :
S U K I R M AN
C1D1 06 090

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi merupakan sarana yang paling vital bagi setiap manusia

untuk mengerti dirinya sendiri, mengerti orang lain dan memahami

lingkungannya. Mengetahui tempat dan cara kehadirannya di masyarakat serta

hubungan dengan sesama yang ada di sekitarnya. Hampir di setiap aspek

kehidupan manusia terjalin proses komunikasi yang disadari maupun tidak

disadari.

Pada setiap proses politik, komunikasi menempati posisi yang strategis.

Bahkan, komunikasi dinyatakan sebagai urat nadi proses politik.

Berbagai struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik,

lembaga swadaya masyarakat, kelompok kepentingan, dan warganegara biasa

memperoleh informasi politik melalui komunikasi politik ini.

Komunikasi politik merupakan fungsi dalam sistem politik yang sangat

penting. Komunikasi politik menyalurkn informasi dan kepentingan politik.

Komunikasi politik menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik yang

menjadi input sistem politik dan pada waktu yang sama ia juga menyalurkan

kebijakan yang diambil atau output sistem politik itu. Melalui komunikasi

politik, orang-orang memberi dukungan, menyampaikan aspirasi dan

melakukan pengawasan terhadap system politik. Melalui itu pula mereka

mengetahui apakah dukungan, aspirasi dan pengawasan itu tersalur atau tidak
sebagaimana dapat mereka simpulkan dari berbagai kebijakan politik yang

diambil (Maswadi dkk, 1993).

Kampus memiliki struktur formal keorganisasian seperti negara yang

punya presiden, dewan perwakilan, menteri dan gubernur bahkan bupati.

Untuk mengisi posisi di struktur keorganisasian, di kampus pun dilakukan

pesta rakyat yaitu pemilihan umum.

Pemilihan ketua dan wakil ketua BEM FISIP merupakan sarana

pembelajaran demokrasi (politik) bagi mahasiswa khususnya dalam lingkup

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Ini menjadi media pembelajaran

berdemokrasi, regenerasi dan aktualisasi diri bagi mahasiswa yang diharapkan

membentuk kesadaran kolektif segenap unsur mahasiswa tentang pentingnya

memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya. Pemilihan merupakan suatu

prosedur yang melalui para anggota masyarakat atau organisasi orang untuk

memegang suatu jabatan tertentu, pemilihan umum merupakan suatu cara

untuk menemukan orang-orang yang memenuhi kualitas perwakilan

Pemilihan ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa baik

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas maupun Fakultas

dilaksanakan setiap tahun sekali dan dilaksanakan dengan sistem pemilihan

langsung. Setiap mahasiswa kecuali mahasiswa pasca sarjana memiliki hak

untuk memilih dan dipilih, dengan syarat-syarat seperti yang tercantum dalam

SK Rektor Unhalu No. 041A Tahun 2005 yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, terdaftar aktif sebagai mahasiswa dan dapat dibuktikan dengan

kuliah dari fakultas masing-masing pada saat pemilu Mahasiswa dilaksanakan,


memiliki kemampuan akademik yang memadai, Mampu secara jasmani dan

rohani untuk menjalankan tugas dan kewajibannya, mempunyai kelakuan baik

dibuktikan dengan surat keterangan berrkelakuan baik dari polisi dan fakultas.

telah mengikuti kegiatan orientasi akademik mahasiswa yang dibuktikan

dengan piagam peserta. tidak sedang menjabat sebagai ketua/wakil ketua

dalam organisasi kemahasiswaan di lingkup Unhalu. Dan tidak penah

melakukan perbuatan tercela.

Pemilihan ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa adalah

sesuatu yang unik, dimana pemilihan dilakukan seperti didalam masyarakat

umum akan tetapi dengan pemilih dan yang dipilih adalah mahasiswa dan

merupakan orang-orang terdidik, khusus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, masyarakatnya adalah mereka yang terdidik dengan masalah politik

dan sosial sehingga diharapkan menjadi terjadinya sebuah pemilihan yang

ideal.

Pemilihan ketua dan wakil BEM Fisip periode 2008/2009 dan periode

2009/2010 masing-masing diikuti masing-masing 4 (empat) pasang calon.

Pada pemilihan ketua dan wakil ketua BEM Fisip periode 2009/2010,

pesertanya adalah Hamrul Marsula dan Nur Alam, Ibrahim dan Risdah,

Bahchtiar dan Ayu Pradesti, dan pasangan Ali Musyafar dan Baiduri.

Sedangkan pemilihan ketua dan wakil ketua BEM Fisip periode 2010/2011

pesertanya adalah La Ode Agus dan Hendri Lipi, Asrudin dan Rismawati,

Syahirudin dan Taufik idzak, serta pasangan Lahimulku dan Karmisla.

Dalam setiap pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)


FISIP, ada beberapa hal yang menarik yakni pertama, pemilih dan yang akan

dipilih saling mengenal satu sama lain, hal ini sangat dimungkinkan karena

kebanyakan calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan pasangannya

adalah orang-orang yang populer; kedua, calon ketua dan wakil ketua Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah mereka yang aktif dalam organisasi

mahasiswa diluar kampus(HMI, PMII, KAMMI, dan sebagainya),; ketiga,

Jurusan dan program studi dianggap menjadi basis pemilih bagi calon ketua

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari jurusan atau program studi yang

bersangkutan; keempat, keikutsertaan kaum mahasiswi sebagai calon wakil

ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM); dan kelima, primordial kesukuan,

menurut Agus (2009) apa yang ditampilkan sebagai sebagai komunikasi

politik yang ideal merupakan panggung depan sedangkan dibaliknya

(panggung belakang), etnisitaslah yag terjadi.

Erving Goffman menjelaskan bahwa kehidupan manusia terdiri dari

panggung depan (front region) dan panggung belakang (back stage). Dalam

teori dramaturgi, ada dua pertanyaan pokok : mengapa pada panggung depan

individu bertindak seperti sosok ideal? Sosok ideal yang dikemas dalam

topeng kehidupan akan menjaga kesatuan bertindak, dalam situasi rutin

anggota tim harus dapat dipercaya sehingga harus dipilih hati-hati.

Kedua, apa tujuan tindakan bertopeng? Tujuan secara rasional adalah

untuk menjaga kesatuan bertindak antara kondisi ideal dan real atau tetapnya

integrasi suatu integrasi sosial. Sedang secara tidak rasional tujuan tindakan itu

memang sudah dipastikan pada kehidupan yang fatalis. Hal


menggambarkan tampilan politisi dipanggung depan dalam proses selebritisasi

politik tentu tampilan performa yang ideal, yang tentu berbeda dengan

performa di panggung belakang.

Kampanye pemilihan ketua dan wakil ketua Bem tidak mampu

mendekatkan pemilih dengan para kandidat. Kampanye dialogis hanya

dilakukan satu kali dengan menampilkan para calon secara keseluruhan

bersamaan. Seleberan dan posterpun biasanya hanya diisi dengan riwayat

organisasi dan slogan-slogan dari para calon.

Cara yang lazim dilakukan dalam politik mahasiswa adalah

membangun kesan yang baik di panggung depan tentang dirinya baik pada

seluruh mahasiswa. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti

akan mempersiapkan perannya terlebih dahulu, atau kesan yang ingin

ditangkap oleh orang lain. Kesan yang hendak ditampilkan tentu saja sebagai

calon pemimpin yang baik, dan di panggung belakang, para kandidat biasanya

menyiapkan cara untuk memperoleh suara dalam jumlah banyak dan

mempertahankan suara tersebut dengan cara apapun termasuk kekerasan.

Sehingga, suasana pada hari pelaksanaan pemilihan ketua BEM Fisip cukup

menegangkan dan seringkali diwarnai dengan bentrokan fisik antara

pendukung calon ketua dan wakil ketua BEM, biasanya berasal dari suku yang

sama dengan kandidat tersebut. Bentrokan ini biasanya terjadi pasca

pemilihan, dalam pengamatan penulis bentrokan yang terjadi pada pemilihan

BEM Fisip lebih sering terjadi dibandingkan pemilihan BEM fakultas lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul Analisa Komunikasi Politik Mahasiswa (Studi Pada

Pemilihan Bem Fisip).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana komunikasi panggung depan (Front Stage) pada pemilihan

ketua bem fisip?

2. Bagaimana realitas panggung belakang (Back Stage) pada pemilihan ketua

bem fisip?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui komunikasi yang dilakukan panggung depan (Front Stage)

pada pemilihan ketua bem fisip.

2. Mengetahui realitas panggung belakang (Back Stage) pada pemilihan

ketua bem fisip.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan keilmuan khususnya kajian komunikasi politik.

2. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada seluruh masyarakat, elemen pemerintah, elemen

mahasiswa dan lembaga sosial mengenai komunikasi politik


3. Secara metodologi: dapat menjadi kajian dalam rangka pengembangan

metodologi riset yang sesuai dengan kebutuhan peneliti berikutnya

pada studi komunikasi politik, khususnya menyangkut komunikasi

politik.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan proposal ini yaitu sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan

2. Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri atas Telaah pustaka yang terbagi dalam

tiga sub bab yakni konsep komunikasi politik , teknik komunikasi, konsep

badan eksekutif mahasiswa, dan kerangka pikir

3. Bab III Metode penelitian, yang terdiri dari lokasi penelitian, subyek dan

informan, jenis data yang dibagi 2 (dua) yakni data primer dan data

sekunder, teknik pengambilan data, teknik analisis data, Desain

operasional variable, dan defenisi operasional.

4. Bab IV Hasil dan pembahasan, terdiri atas potret pemilihan ketua bem

fisip, hasil penelitian yang terbagi atas dua yakni keadaan panggung depan

pemilihan ketua bem fisip dan realitas panggung belakang pemiliha ketua

bem fisip, dan pada pembahasan

5. Bab V Penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1 Dramaturgi

Salah satu kontribusi interaksionisme simbolik adalah menjabarkan


berbagai macam pengaruh yang ditimbulkan penafsiran orang lain
terhadap identitas atau citra-diri individu yang merupakan objek
interpretasi, yang lebih jauh dijabarkan Goffman sebagai keutuhan diri.
Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori
Interaksionisme Simbolik. Dramaturgi diartikan sebagai suatu model
untuk mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu
menetapkan arti kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada
demi memelihara keutuhan diri.
Istilah dramaturgi dipopulerkan oleh Erving Goffman, salah seorang
sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya yang
berjudul The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada
tahun 1959, Goffman memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat
penampilan teateris. Yakni memusatkan perhatian atas kehidupan sosial
sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan
drama di panggung. Ada aktor dan penonton. Tugas aktor hanya
mempersiapkan dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran
yang ia mainkan, sedangkan bagaimana makna itu tercipta, masyarakatlah
(penonton) yang memberi interpretasi. Individu tidak lagi bebas dalam
menentukan makna tetapi konteks yang lebih luas menentukan makna
(dalam hal ini adalah penonton dari sang aktor). Karyanya melukiskan
bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol.
Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan
penafsiran konsep-diri, di mana Goffman menggambarkan pengertian
diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang
individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk
masyarakat berdasarkan basis jangka panjang). Sedangkan menurut
Goffman, konsep-diri lebih bersifat temporer, dalam arti bahwa diri
bersifat jangka pendek, bermain peran, karena selalu dituntut oleh peran-
peran sosial yang berlainan, yang interaksinya dalam masyarakat
berlangsung dalam episode-episode pendek (Mulyana, 2003). Berkaitan
dengan interaksi, definisi situasi bagi konsep-diri individu tertentu
dinamakan Goffman sebagai presentasi diri.
Manusia adalah aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik
personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan dramanya
sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut, manusia akan
mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.
Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor dalam drama kehidupan
juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kemudian ketika
perangkat simbol dan pemaknaaan identitas yang hendak disampaikan itu
telah siap, maka individu tersebut akan melakukan suatu gambaran-diri
yang akan diterima oleh orang lain. Upaya itu disebut Goffman sebagai
pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik-teknik yang
digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi-situasi
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyana, 2003).
Menurut Goffman, kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia
digunakan untuk presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan,
tempat kita tinggal, rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya
(furnitur dan perabotan rumah), cara kita berjalan dan berbicara,
pekerjaaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang kita
(Mulyana, 2003). Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita
berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan
orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu
kepada orang lain mengenai siapa kita.
Dalam konsep dramaturgi, Goffman menyebut aktivitas untuk
mempengaruhi orang lain itu sebagai pertunjukkan (performance), yakni
presentasi diri yang dilakukan individu pada ungkapan-ungkapan yang
tersirat, suatu ungkapan yang lebih bersifat teateris, kontekstual, non-
verbal dan tidak bersifat intensional. Dalam arti, orang akan berusaha
memahami makna untuk mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang
lain, baik yang dipancarkan dari mimik wajah, isyarat dan kualitas
tindakan (Sukidin, 2002). Menurut Goffman, perilaku orang dalam
interaksi sosial selalu melakukan permainan informasi agar orang lain
mempunyai kesan yang lebih baik. Kesan non-verbal inilah yang menurut
Goffman harus dicek keasliannya.
Goffman menyatakan bahwa hidup adalah teater, individunya
sebagai aktor dan masyarakat adalah penontonnya. Dalam pelaksanaannya,
selain panggung di mana ia melakukan pementasan peran, ia juga
memerlukan ruang ganti yang berfungsi untuk mempersiapkan segala
sesuatunya. Ketika individu dihadapkan pada panggung, ia akan
menggunakan simbol-simbol yang relevan untuk memperkuat identitas
karakternya, namun ketika individu tersebut telah habis masa
pementasannya, maka di belakang panggung akan terlihat tampilan
seutuhnya dari individu tersebut.
2.1.1.1. Panggung Pertunjukan

Goffman melihat ada perbedan akting yang besar saat aktor


berada di atas panggung depan (front stage) dan panggung belakang
(back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di panggung depan
adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada
dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha memainkan peran
kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku
kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan membuat drama yang berhasil. Sedangkan di panggung
belakang adalah keadaan di mana kita berada di belakang panggung
dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga kita dapat berperilaku
bebas tanpa memperdulikan plot perilaku bagaimana yang harus
kita bawakan.
Lebih jauh untuk memahami konsep dramaturgi, analogi
front liner hotel adalah sebagai contoh. Seorang front liner hotel
senantiasa berpakaian rapi menyambut tamu hotel dengan ramah,
santun, bersikap formil dengan perkataan yang diatur. Tetapi, saat
istirahat siang, sang front liner bisa bersikap lebih santai, bersenda
gurau menggunakan bahasa gaul dengan temannya atau melakukan
sikap tidak formil lainnya (merokok dan sebagainya). Saat front
liner menyambut tamu di hotel, merupakan saat front stage baginya
(pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut tamu hotel
dan memberi kesan baik hotel kepada tamu tersebut. Oleh
karenanya, perilaku front liner merupakan perilaku yang sudah
digariskan skenarionya oleh pihak manajemen hotel. Saat istirahat
makan siang, front liner bebas untuk mempersiapkan dirinya
menuju babak ke-dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya skenario
yang disiapkan oleh manajemen hotel adalah bagaimana front liner
tersebut dapat refresh untuk dapat menjalankan perannya di babak
selanjutnya. Akan sangat beresiko jika front liner tersebut
tertangkap basah sedang merokok oleh tamu walaupun front liner
tersebut berada di rest room, karena akan menimbulkan kesan
negatif dari tamu. Oleh karena itu, ada suatu resiko yang besar
ketika panggung belakang atau privat dari seorang individu bisa
diketahui orang lain. Mengingat dalam hal ini, panggung tersebut
bersifat rahasia, maka hal yang wajar bagi individu untuk menutupi
panggung privat tersebut dengan tampilan luar yang memukau.
Lebih jelas akan dibahas dua panggung pertunjukan dalam
kajian dramaturgi:
a. Front Stage (Panggung Depan)

Merupakan suatu panggung yang terdiri dari bagian


pertunjukkan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner)
(Sudikin, 2002:49-51). Di panggung inilah aktor akan membangun
dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan
dalam interaksi sosialnya. Pengelolaan kesan yang ditampilkan
merupakan gambaran aktor mengenai konsep ideal dirinya yang
sekiranya bisa diterima penonton. Aktor akan menyembunyikan
hal-hal tertentu dalam pertunjukkan mereka.
Menurut Goffman, aktor menyembunyikan hal-hal tertentu
tersebut dengan alasan:
1. Aktor mungkin menyembunyikan kesenangan-kesenangan

tersembunyi, seperti meminum minuman keras, yang

dilakukan sebelum pertunjukan, atau kehidupan masa lalu,

seperti pecandu alkohol, pecandu obat bius atau perilaku

kriminal yang tidak sesuai dengan panggung pertunjukan.

2. Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang terjadi

saat persiapan pertunjukan, juga langkah-langkah yang

diambil untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Misalnya,

supir taksi mulai menyembunyikan fakta ketika ia salah

mengambil arah jalan.

3. Aktor mungkin merasa perlu menunjukkan hanya produk

akhir dan menyembunyikan proses memproduksinya.

Misalnya dosen memerlukan waktu beberapa jam untuk

memberikan kuliah, namun mereka bertindak seolah-olah

mereka telah lama memahami materi kuliah itu.


4. Aktor mungkin perlu menyembunyikan kerja kotor yang

dilakukan untuk membuat produk akhir itu dari khalayak.

Kerja kotor itu mungkin meliputi tugas-tugas yang secara

fisik kotor, semi-legal, kejam dan menghinakan.

5. Dalam melakukan pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus

mengabaikan standar lain. Akhirnya aktor mungkin perlu

menyembunyikan hinaan, pelecehan atau perundingan yang

dibuat sehingga pertunjukan dapat berlangsung (Mulyana,

2003:116).

b. Back Stage (Panggung Belakang)

Merupakan panggung penampilan individu di mana ia


dapat menyesuaikan diri dengan situasi penontonnya (Sudikin,
2002:49-51). Di panggung inilah segala persiapan aktor
disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk
menutupi identitas aslinya. panggung ini disebut juga
panggung pribadi, yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Dalam arena ini individu memiliki peran yang berbeda dari
front stage, ada alasan-alasan tertentu di mana individu
menutupi atau tidak menonjolkan peran yang sama dengan
panggung depan. Di panggung inilah individu akan tampil
seutuhnya dalam arti identitas aslinya. Lebih jauh, panggung
ini juga yang menjadi tempat bagi aktor untuk mempersiapkan
segala sesuatu atribut pendukung pertunjukannya. Baik itu
make-up (tata rias), peran, pakaian, sikap, perilaku, bahasa
tubuh, mimik wajah, isi pesan, cara bertutur dan gaya bahasa.
Di panggung inilah, aktor boleh bertindak dengan cara yang
berbeda dibandingkan ketika berada di hadapan penonton,
jauh dari peran publik. Di sini bisa terlihat perbandingan
antara penampilan palsu dengan keseluruhan kenyataan diri
seorang aktor.
2.1.2 Konsep Diri
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting
dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri
merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi
kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri,
sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu
hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns,
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita
yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai
siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan
lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana,
2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang
dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau
evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui
dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain
mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang
lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai
dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang
berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan
Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai
gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan
gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri
yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri
adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105).
Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak
lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu
terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang
dimiliki individu (Rini, 2002:http:/www.e-
psikologi.com/dewa/160502.htm). Konsep diri merupakan penentu sikap
individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung
berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan
yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu
berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan
bagi dirinya.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan
perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan
tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang
akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri.
Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki
cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan
menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya
apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang
memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan
menunjukkan ketidakmampuan dalam perilakunya.
Rogers (dalam Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri
memainkan peranan yang sentral dalam tingkah laku manusia, dan bahwa
semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin
berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin
berkurang perasaan tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang
dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Konsep diri berperan dalam
mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan
harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan
keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak
seimbang atau saling bertentangan,
maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk
menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya
sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya
menjadi menyenangkan lagi.
Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti
dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi
berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan
sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk
melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian
sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan
mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa
ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi
dan sosial yang buruk pula. Konsep diri juga dikatakan berperan dalam
perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap
dirinya akan mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan setiap
aspek pengalamanpengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara-
berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena
masing-masing individu mempunyai pandangan dan sikap berbeda
terhadap diri mereka. Tafsiran-tafsiran individu terhadap sesuatu peristiwa
banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya
sendiri. Tafsiran negatif terhadap pengalaman disebabkan oleh pandangan
dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan dalam menentukan perilaku
karena konsep diri menentukan pengharapan individu. Menurut beberapa
ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan
merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi
tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.
Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap
orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu
tersebut akan benarbenar menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu
tersebut merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi
persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat
diatasi. Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label
yang diletakkan pada dirinya. Dengan kata lain sukses komunikasi
interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang,
positif atau negatif.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen ( Stuart dan Sundeen,1991 )
yaitu :

1. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara


sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini
dan masa lalu. Gambaran diri ini harus realistis karena lebih
banyak seseorang menerima dan menyukai tubunnya akan lebih
2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus


berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini dapat
berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita
nilai yang di capai. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-
kanak yang dipengaruhi oleh orang penting dari dirinya yang
memberikan tuntutan atau harapan. Pada masa remaja, ideal diri
akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan
teman. Ideal diri sebaiknya ditetapkan lebih tinggi dari kemampuan
individu saat ini tapi masih dalam batas yang dapat dicapai. Ini
diperlukan oleh individu untuk memacu dirinya ketingkat yang
lebih tinggi.
3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai


degan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri tanpa syarat
sebagai individu yang berarti dan penting walaupun salah, gagal
atau kalah. Hargadiri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan
dari orang lain yaitu perasaan dicintai, dihargai dan dihormati.
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri tinggi
atau juga harga diri rendah. Jika individu selalu berhasil maka
cenderung mempunyai harga diri yang tinggi dan jika individu
sering mengalami kegagalan maka cenderung mempunyai harga
diri yang rendah.
Untuk meningkatkan harga diri dapat dilakukan dengan cara:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil yaitu dengan

memberikan tugas yang kemungkinan dapat di selesaikan,


kemudian diberi pujian atau penghargaan atas

keberhasilannya.

b. Menanamkan gagasan dengan member gagasan yang dapat

memotivasi kreatifitas untuk berkembang.

c. Mendorong aspirasi dengan menaggapi pertanyaan dan

pendapatnya serta member dukungan terhadap aspirasi yang

positif sehingga merasa diterima. Pada masa dewasa, harga

diri semakin stabil dan memberikan gambaran yang jelas

tentang dirinya, Hal ini didapatkan dari pengalaman

menghadapi kekurangan yang ada pada diri dan

meningkatkan kemampuan secara optimal.

4. Peran

Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi di
masyarakat dapat menjadikan stressor terhadap peran karena
struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi
yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari konflik
peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran
yang berlebihan. Konflik peran dialami jika peran yang diminta
konflik dengan system individu atau peran yang konflik satu sama
lain
5. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari observasi


dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
adalah seseorang yang memandang dirinya berbeda dengan orang
lain termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin, memiliki
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek diri, mampu dan
menguasai diri, mengatur diri sendiri dan menerima diri. Siri-ciri
individu dengan identitas diri positif adalah:
a. Mengenal diri sebagai organism yang utuh, terpisah dari orang

lain.

b. Mengakui jenis kelamin sendiri

c. Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan

d. Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat

e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan dating

f. Memiliki tujuan yang dapat direalisasikan

2.1.3 Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah aspek yang selalu dapat ditemui dalam


setiap aktivitas politik. Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-
konsep dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang
berkembang terlebih dahulu ketimbang komunikasi politik. Konsep-
konsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan feedback
sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi politik. Titik perbedaan
utama adalah, komunikasi politik mengkhususkan diri dalam hal
penyampaian informasi politik.
Komunikasi politik memungkinkan bekerjanya semua fungsi
dalam sistem politik; seperti halnya darah di dalam tubuh manusia yang
menyalurkan pesan-pesan ke seluruh tubuh sistem politik.Komunikasi
politik, sebagai layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa
tuntutan, protes, dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung
(pusat) pemprosesan sistem politik; dan hasil pemprosesan itu, yang
tersimpul dalam fungsi-fungsi output, dialirkan kembali oleh komunikasi
politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik. komunikasi
menjadikan suatu sistem politik menjadi lebih dinamis
Ada beberapa defenisi komunikasi politik yakni antara lain
menurut Fagen (1966) mengatakan bahwa Komunikasi Politik sebagai
segala komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem komunikasi politik dan
anatara sistem tersebut dengan lingkungannya, cakupannya meliputi studi
mengenai jaringan komunikasi (Organisasi, Kelompok Media Massa, dan
saluran saluran Khusus) dan determinan sosial ekonomi dari pola pola
komunikasi yang ada pada sistem yang dimaksud.
Dahlan dalam Cangara (2009) mendefenisikan politik sebagai
suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan
komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau pengaruh
terhadap perilaku politik . Dengan demikian, menurut Cangara (2009,35)
komunikasi politik dirumuskan sebagai suatu pengoperan lambang-
lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik
dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk
membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan
tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.
Sementara itu, Karl W. Deutsch mendefinisikan komunikasi politik
sebagai transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian
sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial dan
sistem politik yang merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik,
sehingga hasil yang dicapai dapat mempengaruhi pembahasan suatu
kebijaksanaan yang ditujukan untuk kepentingan umum. Berkenaan
dengan itu, Dan Nimmo mendefinisikan komunikasi politik sebagai
kegiatan politik yang benar-benar mempertimbangkan dengan segala
konsekuensi kebaikan yang mengatur tingkah laku manusia dalam keadaan
yang bertentangan.Sejalan dengan pendapat Dan Nimmo di atas, maka
Maswadi Rauf menyatakan bahwa komunikasi dapat dipandang sebagai
politik, jika pesan yang dibawa itu berusaha untuk mempengaruhi proses
pembuatan yang menghasilkan kebijaksanaan publik.
Menurut Lucian Pye, antara Komunikasi dan Politik mempunyai
hubungan erat yang istimewa karena berada dalam kawasan atau
domain politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi yang
sangat fundamental. Galnoor mengatakan bahwa tanpa komunikasi ,
tidak akan ada usaha bersama, sehingga tidak ada politik.
Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah satu dari
tujuh fungsi yang dijalankan oleh setiap sistem politik. Ketujuh fungsi itu
adalah sebagai berikut: komunikasi politik; sosialisasi dan rekrutmen politik;
artikulasi kepentingan; agregasi kepentingan; pembuatan aturan; aplikasi
aturan; pengadilan atas pelaksanaan aturan (rule adjudication)
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Gabriel Almond (1960)
berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu
ada dalam setiap sistem politik. All of the functions performed in the
political system, political socialization and recruitment, interest
articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule
adjudication,are performed by means of communication. Komunikasi
politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat
keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inheren di dalam setiap fungsi sistem
politik.
Almond (1960) mengusulkan suatu pembahasan komparatif atas
penampilan komunikasi di berbagai sistem politik yang beragam.
Penampilan fungsi komunkasi itu dapat diperbandingkan menurut
struktur-struktur penampilannya, gaya penampilan itu sendiri. Semua
struktur politik badan pemerintahan, partai, kelompok kepentingan,
media komunikasi- dan semua struktur sosial seperti keluarga, kelompok
kekerabatan dan usia, klas dan status, etnis, kasta, dapat terlibat dalam
penampilan fungsi komunikasi yang dimaksud.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication)
adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor
politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan
pemerintah. Dari beberapa pengertian di atas, jelas komunikasi politik
adalah suatu proses komunikasi yang mempunyai implikasi atau
konsekuensi terhadap aktivitas politik.
Politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk perorangan,
melainkan untuk kepentingan orang banyak, maka cita-cita politik harus
diarahkan untuk menciptakan individu yang memiliki komitmen untuk
menjadi negarawan. Karena negarawan hanya bisa dicapai melalui
keikhlasan dan kejujuran, komunikasi politik memiliki filosofi, yakni
pendayagunaan sumber daya komunikasi apakah itu summber daya
manusia, infrastuktur,maupun piranti lunak untuk mendorong terwujudnya
sistem politik yang mengusung demokrasi, dimana kekuasaan
menjalankan pemerintahan ada ditangan pemenang pemilu (mayoritas)
dengan melindungi hak-hak golongan yang kalah (minoritas).
Komunikasi politik sebagai Body of Knowledge juga terdiri atas
berbagai unsur, yakni: sumber (komunikator), pesan, media, penerima, dan
efek (Nimmo: 1978, Mansfield dan Weaver: 1982, Dahlan: 1990 dalam
Cangara: 2009)
1. Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan


juga lembaga pemerintahan legislative, dan eksekutif. Dengan
demikian, sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka
yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung
makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, DPR, MPR,
KPU, gubernur, bupati, DPRD, Politisi, fungsionaris partai politik,
fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat, dan kelompok-kelompok
penekan yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan
2. Pesan Politik

Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis


maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal,
tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari, yang isinya mengandung bobot politik.
3. Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh
para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.
4. Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi


dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau
kandidat dalam pemilihan umum.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya


pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di
mana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara atau vote dalam
pemilihan umum.
Secara singkat komunikasi politik dapat digambarkan sebagai
berikut:
Komunikator Pesan Politik Media Komunikan

Feed back
Bagan 2.1. proses komunikasi politik
Sumber: hasil modifikasi penulis
1. Komunikator = Partisipan yang menyampaikan informasi politik

2. Pesan Politik = Informasi, fakta, opini, keyakinan politik

3. Media = Wadah (medium) yang digunakan untuk menyampaikan pesan

(misalnya surat kabar, orasi, konperensi pers, televisi, internet,

Demonstrasi, polling, radio)

4. Komunikan = Partisipan yang diberikan informasi politik oleh

komunikator
5. FeedBack = Tanggapan dari Komunikan atas informasi politik yang

diberikan oleh komunikator

Dean Barnlund mengatakan bahwa komunikasi politik adalah proses

transaksi makna yang memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

1. Bersifat dinamis: Komunikasi dari waktu ke waktu memiliki makna yang

berbeda.

2. Continuous: Komunikasi berlangsung terus menerus dari awal hingga

akhir.

3. Sirkuler: Seseorang berperan gkandidatsebagai komunikator komunikan.

4. Irriversibel: Proses transaksi makna yang telah disampaikan tidak dapat

ditarik lagi walaupun telah diralat.

5. Unrepeatable: Pesan dapat berubah makna apabila dilakukan pengulangan.

6. Kompleks: Prosesnya rumit, tidak secara langsung.

Politisi, professional, atau warga Negara yang aktif, satu hal yang
menonjolkannya sebagai komunikator politik adalah mereka berbicara politik.
Bagaimana pembicaraan politik itu? David V.J Bell (dalam Nimmo, 1989)
meyakini terdapat tiga jenis pembicaraan yang mempunyai kepentingan
politik. Yaitu: pembicaraan kekuasaan; pembicaraan pengaruh, dan
pembicaraan outoritas.
1. Pembicara kekuasaan merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang

lain dengan ancaman atau janji. Bentuknya yang khas adalah jika

kandidatmelakukan X, saya akan melakukan Y. kunci pembicaraan

kekuasaan adalah bahwa saya mempunyai kemampuan untuk

mendukung janji maupun ancaman (baca kekuasaan koersif).

2. Pembicaraan pengaruh merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang

lain dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan.


Bentuknya yang khas adalah jika kandidatmelakukan X, maka akan

terjadi Y. Kunci pembicaraan pengaruh adalah bagaimana si pembicara

berhasil memanipulasi persepsi atau pengharapan orang lain terhadap

kemungkinan mendapat untung atau rugi.

3. Pembicaraan autoritas adalah pemberian perintah. Bentuknya yang khas

adalah lakukan X atau Dilarang melakukan X. Yang dianggap

sebagai penguasa yang sah adalah suara outoritas dan memiliki hak untuk

dipatuhi.

Selanjutnya, komunikasi politik juga memiliki fungsi-fungsi tertentu


dalam setiap sistem sosial. Menurut A.W. Widjaja fungsi komunikasi politik
dalam setiap sistem sosial meliputi beberapa hal berikut :
a. Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita,

data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar

dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan

dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi (pemasyarakatan) : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat

yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif

di dalam masyarakat.

c. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun

jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan

keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan

tujuan bersama yang akan dikejar.


d. Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta yang

diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan

perbedaan pendapat mengenai masalah publik.

Fungsi komunikasi politik menurut Mc Nair dan digabung dengan


fungsi komunikasi politik yang dirumuskan oleh Goran Hedebro (Cangara,
2009), maka fungsi komunikasi politik yaitu:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang

dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan

pemerintah dan masyarakat.

2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga

politik

3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris dan pendukung partai

4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga

menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik

5. Mendidik masyarakat dengan memberikan informasi, sosialisasi tentag

cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi

suara

6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai pesta demokrasi dengan

menampilkan para juru kampanye, artis dan para komentator atau

pengamat politik

7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna

menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang

mengancam persatua nasional


8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan

melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap

gerakan reformasi dan demokratisasi

9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui informasi siaran berita,

agenda setting, maupun komentar-komentar politik

10. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good

governance yang transparansi dan akuntabilitas

Dalam pemilihan ketua Bem Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik,
setiap calon Ketua BEM merupakan komunikator politik, karena merekalah
yang menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Dan
Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai
berikut: politikus; professional; dan aktivis
1. Politisi adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan

pemerintah, seperti aktivis parpol, anggota parlemen, menteri, dan

sebagainya;

2. Profesional adalah orang yang menjadikan komunikasi sebagai nafkah

pencahariannya, baik di dalam maupun di luar politik, yang uncul akibat

revolusi komunikasi: munculnya media massa lintas batas dan

perkembangan sporadis media khusus (majalah internal, radio siaran, dsb.)

yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan

hiburan. Terdiri dari jurnalis (wartawan, penulis) dan promotor (humas,

jurubicara, jurukampanye, dan sebagainya.).

3. Aktivis terdiri atas (a) Jurubicara (spokesman) bagi kepentingan

terorganisasi, tidak memegang atau mencita-citakan jabatan pemerintahan,

juga bukan profesional dalam komunikasi. Perannya mirip jurnalis. (b)


Pemuka pendapat (opinion leader) yakni orang yang sering dimintai

petunjuk dan informasi oleh masyarakat; meneruskan informasi politik

dari media massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal masyarakat

kharismatis, atau siapa pun yang dipercaya public

Berbicara mengenai komunikasi dalam pemilihan Ketua dan wakil

ketua BEM, tentu tidak akan lepas dari dua komponen komunikasi yang akan

menentukan keefektifan dan keberhasilan komunikasi, yaitu :

a. Komunikator

Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan

efektifitas dalam proses komunikasi adalah sangat penting, karena dari

padanya terletak efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan.

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dipersiapkan. Persiapan

dalam arti membuat perencanaan dan strategi itu adalah tugas dan fungsi

komunikator.

Dalam menyusun perencanaan, terdapat dua faktor yang sangat

menentukan lancar dan efektifnya suatu komunikasi. Adapun kedua faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kepercayaan (credibility)

Komunikator yang baik hendaknya memiliki kredibilitas atau

kepercayaan yang baik dimata khalayaknya. Kredibilitas adalah

seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator.

Karena itu kredibilitas tidak melekat pada diri seseorang, artinya


seorang istri bisa jadi memiliki kredibilitas dimata suaminya, namun

tidak dikalangan teman-temannya (Rakhmat, 2005 : 257).

Ada tiga macam kredibilitas dilihat dari bentuknya :

1. Initial credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses

komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, seperti orang

yang terkenal.

2. Devired credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi

berlangsung, seperti tepuk tangan dari pendengar saat pidato

seseorang.

3. Terminal credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh setelah pendengar atau pembaca

mengikuti ulasannya (Cangara, 1997: 97)

Beberapa cara membangun kredibilitas (Rakhmat, 2004 : 74), yaitu :

1. Otoritas atau keahlian dibidangnya yang disampaikan

2. Good sense dengan menghindari ketidakjujuran, julukan-julukan

tertentu dan sebagainya

3. Good will dengan berbicara tentang kepentingan khalayak

4. Good character dengan menampilkan serta kata-kata yang sopan

dan ramah
5. Dinamisme jika berbicara serius, ekspresikan dengan suara yang

serius, demikian pula ketika bergembira tunjukkan dengan

semangat.

b. Daya tarik (Attractivites)

Selain memiliki kredibilitas yang baik, seorang komunikator harus

pula mampu menunjukkan daya tarik yang dimilikinya. Daya tarik

seorang komunikator dilihat dari segi fisik maupun charisma yang

dimilikinya. Dalam hal ini fisik dilihat dari penampilan, kecantikan,

dan hal lainnya yang melekat pada diri komunikator tersebut.

Daya tarik komunikator terletak pada empat hal, yaitu :

1. Similarity, kesamaan demografik seperti bahasa, suku, agama,

ideolagi dan lain-lain.

2. Familiarity, komunikator dikenal dengan baik

3. Liking, komunikator disukai atau diidolakan oleh khalayak

4. Physic, bentuk dan tampilan fisiknya sempurna (Cangara, 1998 :

98)

b. Pesan

Pesan sebagai terjemahan dari bahasa asing massage adalah

lambang yang bermakna (meaning for symbol) yakni, lambang yang

membawakan pikiran atau pesan komunikator.

Pengemasan pesan juga sangat menentukan berhasil tidaknya

suatu komunikasi. Pesan yang dikemas sedemikian rupa tentunya akan


mudah diserap dan dimengerti sehingga tujuan komunikasi tepat

mengenai sasaran.

Menurut Wilbur Schramm (Effendy, 2003 : 37), agar proses

penyampaian pesan dapat berjalan secara efektif, maka komunikator

harus memperhatikan kondisi-kondisi (the condition of success in

communication), berikut ini :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikan rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikannya

sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada

pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang

dikehendaki.

Mahasiswa adalah pemilih dalam pemilihan ketua Badan Eksekutif


Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Untuk memahami perilaku
pemilih dalam pemilihan tersebut. Agustino(2009) menyebutkan tiga
pendekatan teori yang sering digunakan banyak sarjana politik untuk
memahami perilaku pemilih ialah pendekatan sosiologis, pendekatan
psikologis, dan pendekatan pilihan rasional.
a. Pendekatan sosiologis menekankan pentingnya beberapa hal yang

berkaitan dengan instrument kemasyarakatan seseorang seperti, (i) status

sosioekonomi (seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan kelas),


(ii) agama, (iii) etnik, bahkan (iv) wilayah tempat tinggal (misalnya kota,

desa, pesisir, ataupun pedalaman).

b. Pendekatan kedua disebut dengan pendekatan psikologis, Pendekatan ini

(disebut juga Michigans School) menerangkan bahwa perilaku pemilih

sangat bergantung pada sosialisasi politik lingkungan yang menyelimuti

diri pemilih. Identifikasi kepartaian (party identification) adalah wujud

dari sosialisasi politik tersebut, yang bisa dibina orang tua, organisasi

sosial kemasyarakatan, dan lainnya. Sosialisasi ini berkenaan dengan nilai

dan norma yang diturunkan orang tua, organisasi sosial kemasyarakatan,

dan lainnya sebagai bentuk penurunan dan penanaman kepada generasi

baru.

c. Pendekatan ketiga, pendekatan pilihan rasional yang dipopulerkan oleh

Downs (1957) yang mengasumsikan bahwa pemilih pada dasarnya

bertindak secara rasional ketika membuat pilihan dalam tempat

pemungutan suara (TPS), tanpa mengira agama, jenis kelamin, kelas, latar

belakang orang tua, dan macam sebagainya.Dalam konteks pilihan

rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih

partai atau calon pemimpin yang tengah berkompetisi, ia tidak akan

melakukan pilihan pada pemilihan

2.1.4 Mahasiswa

Mahasiswa secara harafiah adalah orang yang belajar di perguruan


tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar
sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai
mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu.
Terdaftar sebagai pelajar di sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat
administratif menjadi mahasiswa. Menjadi mahasiswa mengandung
pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif.
Berbicara tentang mahasiswa menurut Matulessy (2005) tidak
terlepas dari dua penegertian yang paling komplementer, pertama, predikat
maha yang berarti besar menempatkan mahasiswa pada posisi atau
status sosial yang tinggi, dalam arti memiliki kapasitas mental-sosial yang
patut dibanggakan, yakni idealisme yang tinggi, kejujuran, keterbukaan,
krativitas, menolong yang lemah, berani dan berbagai predikat lain yang
sulit dicapai oleh golongan yang lain. Kedua, mahasiswa dianggap
memiliki kapasitas kecerdasan/intelektual yang melebihi kelompok lain
yang ditunjukan dengan kemampuanya untuk menganalisa persoalan,
memecahkan persoalan penting dalam kehidupan sosialnya, melakukan
kajian pada persoalan yang up-to date, mendalami ilmu, tampil dalam
mimbar ilmiah, perdebatan akademik dsb. Aktualisasi diri kedua fungsi
tersebut ditampilkan dalam berbagai kegiatan, baik yang bernuansakan
ilmiah-akademik, religius, hura-hura, lomba karya ilmiah, penyaluran
hobby sampai dengan memunculkan dalam sebuah bentuk gerakan sosial
atau lebih dikenal dengan unjuk rasa ataupun demo
Sejak masa Socrates, Plato, Aristoteles hingga Immanuel Kant,
juga para pemikir abad ke-20, terlihat peran orang-orang hasil didikan
perguruan tinggi. Peran mencolok yang jelas-jelas tertangkap adalah peran
pembaharu. Orang-orang yang berasal dari universitas banyak melakukan
pembaruan di banyak bidang kehidupan. Beratus-ratus halaman kertas
yang kita butuhkan untuk menuliskan nama para penemu yang berasal dari
perguruan tinggi
Peran pembaharu yang kelak akan dijalankan oleh mahasiswa
ketika ia terjun ke masyarakat, menuntut mahasiswa untuk melatih dirinya
sebagai pembaharu. Mahasiswa dituntut untuk memiliki kepekaan
terhadap berbagai hal yang membutuhkan pembaruan dan perbaikan di
berbagai bidang. Kepekaan itu harus dilatih sejak awal ia masuk ke
perguruan tinggi.
Peran mahasiswa sebagai calon pembaharu berkaitan erat dengan
perannya sebagai calon cendekiawan. Sebagai calon cendekiawan,
mahasiswa harus melatih kepekaannya sedemikian rupa sehingga pada
saat terjun ke masyarakat, mahasiswa siap menjalankan perannya sebagai
cendekiawan. Kelak, sebagai seorang cendekiawan, mahasiswa dituntut
menyumbangkan pemikiran untuk melakukan berbagai perbaikan. Kaum
cendekiawan adalah mereka yang berperan sebagai pihak yang memberi
petunjuk dan memberi pimpinan kepada perkembangan hidup
kemasyarakatan dan bukannya malahan menyerahkan diri kepada
golongan yang berkuasa yang memperjuangkan kepentingan mereka
masing-masing.
Selain sebagai calon pembaharu dan cendekiawan, mahasiswa juga
nantinya diharapkan akan menjadi penyangga keberlangsungan hidup
masyarakatnya. Setelah lulus, mahasiswa dituntut untuk terus
meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa dituntut
untuk dapat mengaplikasikan ilmunya agar menghasilkan produk-produk
yang bermanfaat bagi orang banyak.
Peneliti menyimpulkan definisi mahasiswa sebagai calon
pembaharu, calon cendekiawan dan calon penyangga keberlangsungan
hidup masyarakat. Tiga hal itu menjadi tujuan yang akan dicapai oleh
mahasiswa melalui perguruan tinggi, merupakan dasar bagi penentuan
kualitas-kualitas psikologis apa yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa.
Tujuan-tujuan itu juga menjadi dasar pertimbangan bagi penentuan
kegiatan-kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa.
2.1.5 Badan Eksekutif Mahasiswa Fisip

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(BEM FISIP) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan di Universitas
Haluoleo, organisasi kemahasiswaan ini merupakan wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan, peningkatan
kecendikaan serta kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.
Organisasi kemahasiswaan ini bertujuan menghimpun mahasiswa mahasiswa
dalam upaya meningkatkan pengetahuan, spiritual, teknologi dan kesenian,
keterampilan generik, dan profesional serta kepedulian sosial dalam mencapai
tujuan pendidikan tinggi. Selanjutnya, organisasi kemahasiswaan
diselenggarkan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan
memberikan peranan dan keleluaasan lebih besar kepada mahasiswa dengan
mengacu pada kebebasan akademik, etika ilmiah dan etika sosial serta norma-
norma yang berlaku dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan
tinggi merupakan penanggung jawab segala kegiatan di perguruan tinggi
dan/atau yang mengatasnamakan perguruan tinggi.
Menurut Wikipedia, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ialah
lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi serupa pemerintahan
(lembaga eksekutif). Dipimpin oleh Ketua/Presiden BEM yang dipilih melalui
pemilu mahasiswa setiap tahunnya.
Dalam tataran Universitas Haluoleo, Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), dibagi atas dua yakni; pertama, BEM yang berkedudukan di
Universitas atau BEM dan; kedua, BEM yang berkedudukan di Tingkat
Fakultas (BEMF) dan merupakan kelengkapan non struktural pada fakultas.
Perlu diketahui bahwa BEM Fakultas tidak bertanggung jawab kepada BEM
Universitas melainkan kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
(DPMF).
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah merupakan lembaga
eksekutif tertinggi (organisasi) didalam lingkungan Fakultas. BEM ini
dipimpin oleh seorang pimpinan mahasiswa yang dipilih secara langsung oleh
seluruh mahasiswa FISIP UNHALU.Badan eksekutif mahasiswa (BEM)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhalu adalah lembaga operasional
yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum dan dibantu oleh beberapa orang
pengurus yang menjabarkan dan ditetapkan oleh Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Badan Eksekutif
Mahasiswa menjadi tempat perkumpulnya perwakilan suara-suara dari
berbagai elemen mahasiswa dalam mengambil kebijakan kampus. BEM serta
lembaga mahasiswa lainnya memiliki andil penting dalam menciptakan
sebuah perubahan, termasuk merubah kebijakan birokrat kampus. Fungsi ini
mampu dikendalikan oleh BEM, BEM merupakan suatu kendaraan politik
dalam mengaspirasikan suara mahasiswa. Tempat mahasiswa berkumpul
dalam mengasah pemikirannya yang kritis serta responsive.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultasberfungsi sebagai lembaga kerja
operasional mahasiswa fakultas. Selain itu BEMF juga memiliki sejumlah
tugas pokok yakni sebagai berikut:
1. Menjabarkan dan melaksanakan garis-garis besar program kerja (GPBK)

yang disusun oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

2. Mendengarkan dan memperhatikan pendapat, usul dan saran dari Dewan

Perwakilan Mahasiswa Fakultas

3. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan didepan

forum Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

4. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan didepan forum

Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas pada akhir masa jabatan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas juga memiliki wewenang yakni


sebagai berikut:
1. Mewakili mahasiswa pada tingkat fakultas
2. Memberikan pendapat, usul dan saran kepada pimpinan fakultas yang

berkaitan dengan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

3. Mengkoordinasikan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler organisasi

kemahasiswaan di tingkat fakultas

Sebagai sebuah organisasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas pada


umumnya dan FISIP khususnya, memiliki pengurus. Adapun pengurusnya
terdiri dari mahasiswa yang terdaftar dan aktif dalam kegiatan akademik di
fakultas, pengurus tersebut dipimpin oleh seorang ketua umum dan dibantu
oleh seorang wakil ketua serta perangkat organisasi lainnya seperti sekretaris,
bendahara dan lain sebagainya. Dalam perekrutan pengurus harus
mencerminkan pola perekrutan yang aspiratif, akomodatif dan representatif
dari program studi, pengurus juga tidak boleh merangkap jabatan struktural
pada organisasi kemahasiswaan di lingkup Unhalu.Jika ada perbedaan biro-
biro pada tiap-tiap Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas di Unhalu, hal ini
bisa saja terjadi mengingat hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan BEM
yang bersangkutan. Kepengurusan hanya selama satu tahun dan setelah itu
tidak dapat dipilih kembali.
2.2. Kerangka Pikir

Sebagai calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
FISIP, pasti berjuang untuk terpilih. Mereka dituntut untuk mampu
meyakinkan pemilihnya bahwa mereka adalah orang yang tepat dalam
memimpin mahasiswa. Dalam setiap kegiatan komunikasi, khususnya
dilingkup kecil semisal kampus FISIP Unhalu, pemilih dan yang akan dipilih
pasti terjadi sebuah interaksi yang dimuati tujuan politis.
Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan teori Dramaturgi
(Mulyana, 2007) untuk membedah fenomena yang terjadi pada pemilihan
ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP. Teori ini mengasumsikan
bahwa Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik
untuk mencapai tujuan.
Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman ini adalah penerimaan
penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan
melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor
tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk
mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Dramaturgi memahami bahwa
dalam interaksi antar manusia ada kesepakatan perilaku yang disetujui yang
dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut.
Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada
tercapainya kesepakatan tersebut. Manusia menciptakan sebuah mekanisme
tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai
sosok-sosok tertentu.
Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan
karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan
dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep
dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang
mendukung perannya tersebut.
Gofmann dalam Mulyana (2007:38) membagi kehidupan social ke
dalam dua wilayah yaitu:
1. Wilayah depan (front region), yaitu tempat atau peristiwa social yang

memungkinkan indvidu menampilkan perilaku formal atau berlagak

layaknya aktor yang berperan. Wilayah ini juga disebut panggung depan

(front stage) yang ditonton khalayak

2. Wilayah Belakang (back region), yaitu tempat untuk mempersiapkan

perannya di wilayah depan. Disebut juga panggung belakang (back stage)

atau kamar rias tempat pemain sandiwara merias diri atau berlatih untuk

memainkan perannya di panggung depan.

Menurut Goffman, dua bidang penampilan yang perlu dibedakan yaitu


panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Front
adalah bagian pertunjukan yang pada umumnya berfungsi secara pasti dan
umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang menyaksikan pertunjukan
(George Ritzer, 2004; 298). Didalam front stage Goffman membedakan antara
setting dan front personal. Setting adalah sesuatu hal yang mengacu pada
pemandangan fisik yang biasanya harus ada disitu jika aktor memainkan
perannya.
Layaknya pertunjukan drama, setting merupakan faktor pendukung
yang fundamental demi terbentuknya sebuah pertunjukan drama tersebut.
Sedangkan front personal terdiri dari barang perlengkapan yang bersifat
menyatakan perasaan yang memperkenalkan penonton dengan aktor. Wujud
dari front personal dapat dibagi menjadi dua, yaitu penampilan dan gaya.
Costume merupakan salah satu bentuk dari pembentuk sebuah penampilan
yang dapat membentuk karakter. Sedangkan gaya merupakan bentuk sikap
perilaku dari aktor itu sendiri.
Interaksi yang dipelajari Goffman bukanlah individu, tetapi tim. Tim
adalah sekumpulan individu yang berkerjasama dalam membentuk dan
menuntaskan rourine masing-masing. Sedangkan back stage merupakan
tempat dimana seseorang atau individu harus mempersiapkan diri untuk
mendukung perannya dalam front stage. Kontras dengan panggung depan,
panggung belakang adalah tempat dimana seseorang menjadi I dalam kosep
mead4. Dimana seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang leluasa, dan
melakukan tindakan yang menampakan sifat asli individu, dan biasanya
tersembunyi dari khalayak. Dan audience tidak diijinkan untuk melihat
panggung belakang
Untuk mendapatkan dukungan harus melakukan sesuatu agar orang
yang akan kandidat pengaruhi mempunyai kesan yang akan mendukung. Untuk
melakukan sesuatu agar mendapat kesan atau persepsi yang baik dari seseorang
maka hal itu harus ada caranya pula. Cara itu dinamakan sebagai Manajemen
Kesan (Impression Management). Pendekatan ini berintikan pandangan bahwa
ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola kesan yang
ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadap dirinya.
Dalam Manajemen Kesan, keinginan atau tuntutan dibuat sedemikian
rupa agar hal tersebut dipersepsikan secara positif oleh orang lain akan
manfaat dari keinginan dan tuntutan itu bagi orang-orang dalam organisasi dan
lingkungan (formal dan non formal). Dalam konteks politik, hal itu agar
memungkinkan membantu membelokkan distribusi keuntungan agar
menguntungkan kepentingan/keinginan/ tuntutan.
Menurut Jones dan Pitman menjabarkan 4 (empat) teknik manajemen
kesan yaitu
1. Mengambil hati

Mereka berusaha dipandang positif dengan memuji orang lain dan


menawarkan diri untuk memberi bantuan
2. Mempromosikan diri sendiri

Mereka menunjukkan dan mengeluarkan kemampuan dan kompetensi


mereka
3. Memberikan contoh

Mereka berusaha menunjukkan diri sebagai seseorang yang berdedikasi


dengan berkinerja diatas rata-rata atau melampaui yang diminta oleh tugas
4. Memohon
Mereka berusaha dianggap sebagai seseorang yang memerlukan bantuan
karena keterbatasan mereka
Menurut Senjaya (http://agustocom.blogspot.com/2010_11_01)
Konsep diri dan pengelolaan kesan saling berkaitan. Konsep diri
merupakan suatu pengamatan yang kita lakukan terhadap diri kita
bagaimana kita melihat gambaran diri dan memberikan penilaian terhadap
diri kita sendiri. Sedangkan pengelolaan kesan berkaitan dengan
bagaimana orang melihat kita dengan segala atribut, yang notabenenya
berasal dari konsep diri kita yang kita buat. Memang tidak dapat
dipungkiri, bahwa pengaruh orang lain ketika memandang diri kita sangat
berperan dalam pembentukan konsep diri kita dan bagaimana kita
mengelola kesan (impression management)
Menurut Brooks (Rakhmat, 2000) yang menyatakan bahwa konsep
diri sebagai persepsi mengenai diri individu baik secara fisik, psikis dan
sosial yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi
individu dengan orang lain.
Konsep ini dapat membantunya untuk mengekspresikan citra apa
yang ingin dipancarkan. Citra tersebut dapat merefleksikan citra diri aktual
(actual self) yang menggambarkan gambaran saya yang sebenarnya (the
real me) maupun citra diri ideal (the ideal self) yang menggambarkan
sosok yang diinginkan (the person Id like to be). Komunikasi politik
mahasiswa dapat di tela dengan menggunakan kedua citra tersebut: dapat
digunakan untuk merefleksikan siapa diri kita, dan juga dikesempatan lain
dapat dimanfaatkan menjadi apa yang kita inginkan.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan
perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak
dari seluruh perilakunya. Apabila individu memandang dirinya sebagai
orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka
seluruh perilakunya akan menunjukkan kemampuannya. Demikian pula
sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak
mampu, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan.
Pandangan individu tentang dirinya tersebut dipengaruhi oleh peristiwa
belajar dan pengalaman, terutama yang berhubungan erat dengan dirinya,
seperti harga diri, kegagalan dan kesuksesan (Surachman dalam Rahmah,
2003).
Konsep diri memiliki 3 komponen yang sangat penting karena
akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang,
komponen tersebut antara lain (Rakhmat, 2003):
1. Diri Ideal. Gambaran seseorang tentang penampilan dan kepribadian

yang didambakannya.

2. Citra Diri. Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan

gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.

3. Harga Diri. Semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, &

hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga &

bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda.


Komunikasi Politik pada Pemilihan
Ketua BEM Fisip

Teori Dramaturgi Goffman


(Mulyana dan Solatun ,2007)

Panggung Depan Panggung belakang


(Front Stage) (Back Stage)
a. Costume

b. Manner

Manajemen Kesan

Konsep Diri
a. Diri Ideal
b. Citra Diri
c. Harga Diri

Bagan 2.2. Kerangka pikir


Sumber: Hasil Modifikasi penulis 2011
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Haluoleo, dengan pertimbangan bahwa calon ketua bem dan wakil

ketua bem melakukan dramaturgi dalam komunikasi politik pada pemilihan

ketua dan wakil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Haluoleo sehingga memungkinkan untuk mengetahui

bagaimana dramaturgi komunikasi politik dilakukan dalam pemilihan ketua

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Haluoleo

3.2.Subyek dan Informan

Subjek dari penelitian ini adalah keseluruhan peserta pemilihan ketua

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Haluoleo pada periode 2009/2010 dan 2010/2011 yang berjumlah

delapan orang pada pemilihan Ketua BEM FISIP periode 2009/2010 dan

delapan orang pada pemilihan ketua BEM FISIP selanjutnya.

Informan yang akan dipilih dalam penelitian ini berjumlah sebelas

orang, yakni mahasiswa yang pernah mencalonkan diri sebagai calon ketua

dan wakil ketua badan eksekutif mahasiswa serta mereka yang pernah terlibat

dalam pemilihan badan eksekutif mahasiswa.

Adapun informan yang akan dipilih yaitu (1) dua orang Calon Ketua

BEM FISIP periode 2009/2010 (2) dua orang Calon wakil Ketua BEM FISIP
periode 2010/2011 (3) dua orang Calon Ketua BEM FISIP periode 2009/2010,

(4) dua orang Calon wakil Ketua BEM FISIP periode 2010/2011 (5) satu orang

anggota KPUM, (6) satu orang anggota tim pemenang (7) satu orang

mahasiswa yang pernah mengikuti dua pemilihan ini.

Informan ini diambil dengan cara tertentu dari para pihak yang karena

kedudukan atau kemampuannya dianggap dapat merepresentasikan masalah

yang dijadikan obyek penelitian.

3.3. Jenis Data

Data merupakan salah satu komponen penelitian, artinya tanpa data

maka tidak ada penelitian. Menurut Nazir (1988: 58-59) jika dilihat dari segi

pengumpulan datanya dapat diperoleh dari data primer dan data skunder.

Dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Data Primer

Data Primer adalah jenis data yang langsung didapat dari sumbernya. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan

wawancara dan diskusi terhadap informan

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, khususnya

data yang ada hubungannya dengan penelitian berupa data tentang

gambaran umum lokasi penelitian dan data tentang jumlah mahasiswa,

serta kepengurusan kelembagaan mahasiswa (BEM) terkait

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik,

yang digabungkan sekaligus dalam mengambil data pada objek penelitian, hal

ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang padat, dan tepat serta

komprehensif dengan demikian dapat memenuhi standar data yang valid,.

Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1 Observasi

Metode observasi ini merupakan pengamatan atau mendengarkan

perilaku individu dalam situasi atau selang waktu tanpa manipulasi atau

mengontrol dimana perilaku itu ditampilkan. Observasi dalam penelitian

ini juga tidak mengabaikan kemungkinan menggunakan sumber-sumber

non manusia seperti dokumen dan catatan-catatan.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah pertemuan peneliti dan informan, dimana jawaban

akan menjadi data mentah. Dalam penelitian ini digunakan teknik

wawancara dengan hanya memberikan garis-garis besar materi yang akan

ditanyakan, keuntungan dari wawancara ini, pewawancara dapat

melebarkan pertanyaan hingga mendapatkan data yang diinginkan dari

penelitian. Keuntungan selanjutnya, peneliti (pewawancara) dapat mencari

informasi yang belum jelas sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Untuk penelitian ini, pengumpulan data primer akan dilakukan melalui

wawancara mendalam (Indepth Interview) yang bertujuan untuk mencari

lebih dalam apa yang terkandung dalam hati dan pikiran informan.

3.4.3 Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dalam penelitian ini

dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara

dan observasi. Dokumentasi yang diteliti dapat berupa berbagai macam,

tidak hanya dokumentasi resmi. Dokumentasi dapat berupa buku harian,

surat pribadi, laporan, catatan kasus dan dokumen lainnya yang berkaitan

dengan komunikasi politik yang dilakukan dalam pemilihan ketua BEM

FISIP periode 2008/2009 dan periode 2009/2010.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan deskripsi kualitatif, yakni data yang diperoleh dijelaskan

secara rinci berdasarkan hasil wawancara dan membandingkannya dengan

observasi di lapangan sehingga pada akhirnya ditarik kesimpulan. Data

dianalisis pula berdasarkan berdasarkan metode pendekatan terhadap

permasalahan yang diangkat sehingga ada relevansi antara data dan

kesimpulan.

3.6. Desain Operasional Penelitian

No Unit Analisis Struktur Kerangka Teknik Pengumpulan


Analisis Data
1 Keadaan panggung a. Observasi
depan (Front Stage) b. Melakukan
pada pemilihan wawancara secara
Ketua BEM FISIP. lansung dengan
informan tentang
a. Costume a. Menganalisa bentuk persuasi
komunikasi yang politik pada
dilakukan panggung pemilihan ketua
depan (Front Stage) BEM FISIP
pada pemilihan Ketua periode 2008/2009
dan 2009/2010
BEM FISIP sebagai
c. Dokumentasi
costume
b. Manner
b. Menganalisa
komunikasi yang
dilakukan panggung
depan (Front Stage)
pada pemilihan Ketua
BEM FISIP sebagai
manner
2 Realitas panggung Menganalisa realitas a. Observasi
belakang (Back panggung belakang b. Melakukan
Stage) pada (back stage) pemilihan wawancara secara
pemilihan Ketua ketua BEM FISIP lansung dengan
informan tentang
BEM FISIP
bentuk persuasi
politik pada
pemilihan ketua
BEM FISIP
periode 2008/2009
dan 2009/2010
c. Dokumentasi

3.7. Defenisi Operasional

1. Komunikasi pada pemilihan ketua dan wakil ketua BEM merupakan

proses penyampaikan pesan politik tertentu kepada audiens atau sasaran

yang sudah diidentifikasi secara luas dengan menggunakan banyak cara

dan saluran yang semuanya bertujuan untuk menghasilkan efek : diketahui,

dikenal, disukai dan dipilih


2. Dramaturgi merupakan teori yang membahas bagaimana orang mengatur

peran baik di panggung depan (yang ditampilkan) juga di panggung

belakang (yang tidak ditampilkan)

3. Panggung depan dalam pemilihan bem fisip merupakan peristiwa atau

tempat ketua dan wakil ketua bem menampilkan dirinya pada calon

konstituennya secara formal baik melalui komunikasi antar persona

maupun dengan menggunakan media

4. Panggung belakang dalam pemilihan bem fisip merupakan daerah

belakang tempat ketua bem bersama tim menyiapkan diri sebelum

berhadapan dengan calon pemilih. Daerah ini diasumsikan sebagai daerah

yang tidak terlihat oleh penonton sehingga komunikator melakukan apa

yang tidak ditampilkan di depan, meskipun demikian seringkali aktivitas

dipanggung belakang menyeruak ke panggung depan.

5. Costume merupakan apa yang seharusnya dipakai untuk melambangkan

diri ketika calon ketua dan wakil ketua bem fisip sedang melakukan

komunikasi dipanggung depan

6. Manner merupakan bagaimana calon ketua dan wakil ketua bem fisip

menampilkan dirinya ketika sedang melakukan komunikasi dipanggung

depan

7. Manajamen kesan merupakan segala upaya pembuatan kesan yang baik

dan menghindari kesan yang buruk sehingga apa yang terlihat oleh pemilih

adalah gambaran yang diharapkan dari calon ketua dan wakil ketua bem

fisip
8. Konsep diri merupakan pandangan kita memandang diri kita berdasarkan

pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain

9. Diri ideal merupakan gambaran diri yang diharapkan

10. Citra diri merupakan cara melihat diri sendiri dan berpikir mengenai diri

sekarang saat ini.

11. Harga diri merupakan kesukaan terhadap diri sendiri, harga diri akan

menentukan semangat, antusiasme, dan motivasi diri


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1. Potret Pemilihan Bem Fisip

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ialah lembaga kemahasiswaan

yang menjalankan organisasi serupa pemerintahan (lembaga eksekutif).

Dipimpin oleh Ketua/Presiden BEM yang dipilih melalui pemilu

mahasiswa setiap tahunnya.

Pemilihan ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa baik

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas maupun Fakultas

dilaksanakan setiap tahun sekali dan dilaksanakan dengan sistem

pemilihan langsung. Setiap mahasiswa kecuali mahasiswa pasca sarjana

memiliki hak untuk memilih dan dipilih, dengan syarat-syarat seperti yang

tercantum dalam SK Rektor Unhalu No. 041A Tahun 2005 yaitu

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdaftar aktif sebagai

mahasiswa dan dapat dibuktikan dengan kuliah dari fakultas masing-

masing pada saat pemilu mahasiswa dilaksanakan

2. Memiliki kemampuan akademik yang memadai dengan indeks prestasi

kumulatif (IPK) minimal 2,50 (dua koma lima puluh)

3. Mampu secara jasmani dan rohani untuk menjalankan tugas dan

kewajibannya,

4. Mempunyai kelakuan baik dibuktikan dengan surat keterangan


berrkelakuan baik dari polisi dan fakultas.

5. Telah mengikuti kegiatan orientasi akademik mahasiswa yang

dibuktikan dengan piagam peserta.

6. Tidak sedang menjabat sebagai ketua/wakil ketua dalam organisasi

kemahasiswaan di lingkup Unhalu.

7. Tidak penah melakukan perbuatan tercela.

Seperti pada pemilihan dalam masyarakat, pemilihan Bem Fisip

juga diorganisir oleh penyelenggara pemilihan independen yaitu Komisi

Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) yang anggotanya berasal dari

Dewan perwakilan Mahasiswa (DPM) yang merupakan perwakilan dari

jurusan dan program sudi yang ada di berada dalam lingkup fakultas ilmu

politik.

Dalam setiap pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

FISIP, ada beberapa hal yang menarik yakni pertama, pemilih dan yang

akan dipilih saling mengenal satu sama lain, hal ini sangat dimungkinkan

karena kebanyakan calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan

pasangannya adalah orang-orang yang popular. Kepopuleran mereka

adalah karena mereka merupakan aktivis mahasiswa, misalnya Ibrahim

dan La Ode Agus yang kemudian terpilih sebagai ketua Bem merupakan

aktivis mahasiswa yang rajin mengkritisi kebijakan pemerintah; kedua,

calon ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah

mereka yang aktif dalam organisasi mahasiswa diluar kampus( HMI,

PMII, KAMMI, dan sebagainya),; ketiga, Jurusan dan program studi


dianggap menjadi basis pemilih bagi calon ketua Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) dari jurusan atau program studi yang bersangkutan;

keempat, keikutsertaan kaum mahasiswi sebagai calon wakil ketua Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM); dan kelima, primordial kesukuan,

masyarakat fisip setidaknya memiliki mahasiswa yang berasal dari suku

lokal maupun suku pendatang di Sulawesi tenggara. Mahasiswa suku-suku

lokal dominan menghiasi pentas pemilihan ketua bem fisip, semisal suku

Buton, Muna dan Tolaki.

Munculnya beberapa calon ketua dan wakil ketua BEM yang

berasal dari sebuah kelompok baik kelompok suku, jurusan maupun

organisasi ekstra kampus seringkali dianggap sebagai penyebab kekalahan

dari pasangan calon ketua dan wakil ketua tersebut, misalnya kekalahan

pasangan Asruddin-Rismawati (Ilmu Komunikasi- sosiologi) dan

Lahimulku-Karmisla (Ilmu Komunikasi- Antropologi), sedangkan calon

tunggal dari sebuah Kelompok dianggap sebagai alasan kemenangan

pasangan calon tertentu, misalnya La Ode Agus-Hendri Lipi (Administrasi

Negara-Sosiologi). Akan tetapi, hal itu tidak sepenuhnya benar, mengingat

Muh. Taufik, Calon Wakil Ketua BEM pasangan Syahiruddin, merupakan

satu-satunya calon dari Jurusan Reguler Sore tidak menang, dan La Ode

Muhammad Agus bukanlah satu-satunya Calon dari Etnis Muna.

Kampanye sebagai aktivitas utama dalam setiap kegiatan politik

juga dilakukan melaui kampanye dialogis dan melalui media, baik jejaring

sosial, seleberan dan poster, beberapa diantaranya jauh-jauh hari sudah


mulai menuliskan opini tentang gambaran organisasi mahasiswa yang

ideal. Pemilihan Presiden BEM FISIP (Badan Eksekutif Mahasiswa-

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), intensitas gerakan dari Mahasiswa

yang akan mencalonkan diri dimulai dari Mempublish Curiculum Vitae,

sosialisasi dini, hingga membuat Grup Kandidat di Facebook. Merujuk

pada realita ini, dapat disebut para Mahasiswa yang akan mencalonkan diri

ini sedang melakukan Gerilya dini, sebuah politik yang menjadi strategi

favorit para politisi lokal dalam berpolitik, secara umum tidak ada yang

salah dari hal ini, namun sangat disayangkan karena langkah ini

menandakan tidak adanya kretifitas mahasiswa, utamanya dalam hal

berpolitik yang terkesan mengekor.

Sosialiasasi dini ini biasanya dilakukan terhadap mahasiswa baru.

Dalam tiga periode pemilihan Ketua Bem Fisip terakhir, penulis melihat

aktivitas pengumpulan mahasiswa baru jauh-jauh hari sebelum pemilihan

bem fisip, Selanjutnya diadakan monolog yang biasanya bertemakan

pergerakan mahasiswa.

Tidak cukup disitu, seiring dengan memanasnya tensi di bursa

pencalonan Kandidat yang akan tampil, berbagai cara pun dilakukan,

diantaranya adalah Membawa konsep identitas, salah satu ciri dari Politik

Etnis, dalam hal ini semangat yang diangkat adalah Suku dan Ego jurusan,

cara yang umum namun cukup ampuh untuk mendapatkan kedudukan,

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Berbagai komponen masyarakat di

daerah ini masih terpedaya dengan Praktik Politik Etnis yang pada
akhirnya akan membuat sekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

tak terkecuali Mahasiswa yang katanya sebagai golongan yang selalu

mengedepankan sikap ilmiah.

Etnis merupakan kenderaan yang cukup besar untuk

memenangkan pemilihan ketua Bem Fisip. Mahasiswa dari etnis Muna,

Tolaki, dan Buton menjadi kekuatan etnis yang secara tradisional bersaing

hampir tiap periode pemilihan menjadi calon ketua dan wakil ketua dalam

pemilihan bem.

Bukan hal yang baru, hal ini telah terbukti pada Pemilihan Bem

Fisip dan Fakultas lainnya, dimana para pendukung dari masing-masing

kandidat membuat aliansi antar beberapa etnis untuk membendung

dominasi etnis lainnya, semangat komunal yang ditambah dengan sentimen

Etnis ini yang pada akhirnya memecah konflik antar Mahasiswa dalam

satu Fakultas tersebut, sangat disesalkan jika momentum Pemilihan BEM

FISIP ini menjadi sebuah awal dari perpecahan identitas dan visi hanya

dikarenakan Kedudukan dan Popularitas semata, maka dari itu, hal ini

patut mendapat perhatian serius dari pihak-pihak terkait, terutama dari

Mahasiswa itu sendiri, agar ini tidak menjadi sebuah Manifestasi politik

masa depan yang nantinya akan terus berkesinambungan, dan yang

terpenting adalah momentum ini dapat menjadi sebuah contoh bagi nuansa

perpolitikan masa depan yang ideal.

Buntut dari fenomena sentiment etnis ini adalah terjadinya

bentrokan antara dua kelompok mahasiswa pendukung calon ketua dan


wakil ketua Bem Fisip., Kerusuhan antar mahasiswa yang dipicu oleh

pemilihan Bem Fisip terakhir sempat terjadi pada pemilihan periode

2005/2006. Kerusuhan ini bukan hanya menggangu keamananan dan

ketertiban dalam kampus Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik dan

merembet hingga ke lingkungan sekitar yang penghuninya bukan hanya

mahasiswa melainkan juga masyarakat biasa. Tidak heran media lokal

Kendari Pos, memplesetkan FISIP sebagai FISIB yang merupakan

akronim dari Fakultas Ilmu Silat dan Ilmu Badik. Terkait dengan aksi

bentrokan antar mahasiswa ini, Metro TV

(Metrotvnews.com/bentrokanmahasiswafisipunhalu) menggambarkannya

sebagai berikut:

Dua kelompok mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi


Tenggara, terlibat bentrok. Bentrokan dipicu oleh kekecewaan
sekelompok mahasiswa dalam pemilihan Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip)
Universitas Haluoleo. Bentrok berlangsung sampai ke halaman
kampus. Mereka saling kejar-mengejar di seputar area kampus.
Bahkan, sekelompok mahasiswa berupaya untuk mengobrak-abrik
fakultas tersebut. Untungnya, upaya tersebut berhasil dihalangi
oleh petugas keamanan. Suasana kampus pun masih terasa tegang.
Ketegangan antara kedua kubu sudah terjadi sejak pemilihan
ketua BEM berlangsung sejak Senin (30/4) pagi.

Keadaan tersebut mulai berkurang pada pemilihan Ketua Bem

Fisip selanjutnya. pemilihan Ketua Bem Fisip periode 2008/2009,

2009/2010, dan 2010/2011, sama sekali tidak diwarnai lagi aksi bentrokan

antar mahasiswa. Meskipun demikian suasana menegangkan tetap saja

terasa dengan keterlibatan mahasiswa-mahasiswa yang merupakan

pendekar dilingkup Universitas Haluoelo. Keterlibatan mereka biasanya


menyiapkan perangkat keras yang bertugas melindungi atau bahkan

merebut kekuasaan hingga mengarahkan yuniornya untuk memilih salah

satu kandidat tertentu

Pemilihan bem fisip pada periode 2008/2009 dimenangkan oleh

pasangan Ibrahim-Risdayanti dan pemilihan bem fisip periode 2009/2010

dimenangkan oleh .

4.1.2. Komunikasi Panggung Depan Pada Pemilihan Ketua Bem Fisip

Panggung depan dalam pemilihan Bem Fisip merupakan tempat

dimana calon ketua Bem berinteraksi dengan komunikannya. Panggung ini

adalah bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan

umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang menyaksikan

pertunjukan.

Front personal terdiri dari dua yakni costume (penampilan) dan

manner (gaya), untuk menganalisa ini, yang penulis menggunakan pamflet

milik calon ketua dan wakil ketua bem yang digunakan dalam pemilihan

ketua bem.

Pasangan Syahiruddin dan Taufiq Idzak (lampiran 1) dalam

pamfletnya memuat slogan Reguler Sore Juga Pasti Bisa dengan

menampilkan nama panggilan masing-masing yakni ijonk dan ofic, kedua-

duanya memakai dasi yang jika dilihat dari motif dasinya merupakan dasi

yang sama atau dengan kata lain saling meminjamkan untuk kepentingan

pemotretan. Taufiq Idzak tampak tersenyum sedangkan Syahiruddin

menampilkan mimik serius sambil memegang buku yang terbuka, rambut


panjangnya diikat. Taufiq merupakan mahasiwa reguler sore sedangkan

Syahiruddin merupakan mahasiswa jurusan Sosiologi.

Gambaran diatas memberikan pemahaman bahwa pasangan ini

ingin menarik simpati jurusan reguler sore melalui kandidat wakil ketua

bem dan slogan mereka. Buku yang terbuka sebagai atribut memberikan

kesan bahwa calon ketua bem merupakan orang cerdas, serta rambut yang

tertata rapi meskipun panjang memberikan kesan bahwa sopan dan baik.

Penggunaan nama panggilan keduanya tampaknya ditujukan untuk

memberikan kesan akrab dan lebih memperkenalkan pasangan ini terhadap

mahasiswa sebagai pemilih

Pasangan La Ode Agus dan Hendri Lipu (lampiran 2)

menggunakan akronim AHLI dan memuat visi misi Mewujudkan

Lembaga Kemahasiswaan Yang Kritis, Independen, Kapabel, Kredibel,

Amanah Serta Mampu Menjadi Wadah Bagi Mahasiswa Bagi Mahasiswa

Untuk Menyampaikan Aspirasinya. Dalam pamflet ini, La Ode Agus

mengepalkan tangannya dengan posisi saling menyamping antara

keduanya.

Gambaran diatas memberikan pemahaman bahwa kandidat diatas

siap bertarung dalam memperjuangkan kemenangan dan visi-misi mereka

lewat bahasa nonverbal yang ditunjukkan. Akronim Ahli tampaknya

bukan hanya ditujukan untuk mempermudahkan penyebutan pasangan ini

melainkan juga menciptakan kesan kemampuan yang mereka miliki.


Pasangan Asruddin-Rismawati (lampiran 3) menggunakan slogan

satukan langkah dan buat perubahan yang lebih baik, memberikan

pemahaman bahwa pasangan ini mengajak pemilih untuk bersama mereka

untuk memperbaiki lembaga bem yang dianggap kurang baik.

SY, salah satu peserta pemilihan ketua bem periode 2009/2010,

dalam salah satu pamfletnye yang dipasang jauh-jauh hari sebelum

pemilihan, memfotokopi sejumlah kliping koran yang memampang

aktivitas demonstrasi memperjuangkan kepentingan masyarakat yang ia

lakukan, tentu saja disertai dengan foto dirinya didalamnya. Hal ini

diungkapkan oleh RM:

iya ada yang depannya lab, ada berapa itu yang dia pasang.
Saya liat foto-foto demonya, yang saya ingat dia soal demo
tentang lapangan golf

Wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa calon ini

menampilkan dirinya sebagai pejuang yang membela kepentingan

masyarakat dan mahasiswa sehingga tepat untuk menjadi ketua bem fisip.

Di panggung depan ini, calon ketua dan wakil ketua Bem sering

mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan audien

ketimbang dalam keadaan yang sebenarnya. Untuk itu diperlukan

pengelolaan kesan. Manajemen kesan ini adalah upaya seorang calon ketua

dan wakil ketua Bem untuk menyampaikan gagasan mereka adalah orang

tepat untuk menjadi calon ketua dan wakil ketua Bem. Ada 4 (empat)

teknik manajemen kesan yang terdiri dari:


5. Mempromosikan diri sendiri

Calon ketua dan wakil ketua Bem menunjukkan dan

mengeluarkan kemampuan dan kompetensi mereka hal ini merupakan

hal pertama yang dilakukan oleh seorang calon ketua dan wakil ketua

BEM dalam upaya untuk memenangkan suksesi pemilihan BEM Fisip

dengan memberikan informasi tentang diri, niatnya dan visi misinya

pada mahasiswa lain. Hal ini dilakukan bukan hanya pada pemilihan

ketua BEM tapi juga jauh-jauh hari sebelum pemilihan itu

dilaksanakan, para peserta sudah melakukan pengenalan diri kepada

calon pemilih secara intensif.

Hal ini dikatakan oleh peserta Pemilihan BEM periode

2009/2010, La Ode Agus.

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa dalam

upaya mencalonkan diri sebagai ketua Bem telah dilakukan dari waktu

yang telah lama dengan membangun wacana tentang pencalonannya.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Rismawati, peserta calon wakil

ketua BEM pada periode 2008/2009, menurutnya ia sudah

memperkenalkan diri dan sudah dikenal jauh hari sebelumnya melalui

eksistensinya di Benfis dan sudah disampaikan kepada teman-teman

kuliahnya tentang keinginannya untuk ikut serta dalam pemilihan ketua

dan wakil ketua Bem ini.

yang saya bangun hanya satu komunikasi yang baik, komunikasi


yang kita bangun bukan hanya ketika ada kepentingan, tetapi dari
jauh hari kita sudah sampaikan kepada mereka saya juag kemarin
waktu pemilihan Bem itu dari jauh-jauh hari saya sudah kenal
bahkan ketika mereka masih baru dan mereka sudah kenal saya, dari
awal komunikasi itu saya sudah menyampaikan apa yang menjadi
keinginan saya.
(Wawancara, 12 April 2011).

Hal ini dilakukan baik secara lisan maupun dengan bentuk-

bentuk lain seperti pemasangan pampflet yang berisi tentang informasi

siapa diri mereka dengan tujuan untuk diketahui, dikenal dan dipilih,

seperti yang dilakukan oleh pasangan Asrudin-Rismawati. Menurut

Rismawati:

.Pasangan kami tidak terlalu dikenal oleh mahasiswa di


jurusan lain, jadi kami memasang pamflet, ada juga fb yang kita
bikin yang berisi informasi tentang kami. Isinya antara lain
nama, tempat tanggal lahir, prestasi, aktifitas organisasi diluar
kampus dan lain-lain. (Wawancara, 20 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa para

calon ini dalam mempromosikan diri mereka dengan para pemilih,

mereka memperkenalkan diri dengan menggunakan media format kecil

yakni pamflet dan jejaring sosial facebook.

6. Memberikan contoh

Calon ketua dan wakil ketua Bem berusaha menunjukkan diri

sebagai seseorang yang berdedikasi dengan berkinerja diatas rata-rata

atau melampaui yang diminta oleh tugas

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ayu Pradesti dan La

Ode Agus.

Menurut Ayu Pradesti:


Strategi yang diambil ketika pemilihan Bem kemarin adalah
pendekatan secara personal dengan yang kami lakukan melalui
dialog-dialog yang kami buka secara natural kepada teman-
teman dikampus, hal ini bertujuan sebagai salah satu
pendekatan dan pengenalan diri kami sebagai calon..
(Wawancara, 20 April 2011)

Sejalan dengan itu, La Ode Agus menyatakan:

Berbicara tentang pemilih-pemilih kampus itu, saya kira


adalah pemilih-pemilih yang cerdas rata-rata sehingga kita
juga harus mampu menahan mereka secara intelektua
sehingga mereka tahu bahwa ketika kita punya tanggung jawab
di lembaga, mereka sudah tahu bahwa kita mampu
menghandlenya.
(Wawancara, 12 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

pemilih kampus merupakan pemilih yang cerdas sehingga diperlukan

pendekatan yang cerdas juga yakni dengan melakukan dialog-dialog

yang dilakukan baik secara sengaja atau tanpa direncanakan

sebelumnya, dengan harapan bahwa para pemilih cerdas ini akan

memilih pada saat pemilihan ketua Bem nanti dengan kemampuan

yang mereka miliki.

7. Mengambil hati

Calon ketua dan wakil ketua Bem berusaha dipandang positif

dengan memuji orang lain dan menawarkan diri untuk memberi

bantuan. Hal ini tergambar dari wawancara dengan La Ode Agus:

Mereka juga tahu ketika kita hadir ketika kita punya kepentingan
atau kita hadir dengan tidak belum punya kepentingan
kepentingan. ketika mereka ada masalah, kita datang memberikan
solusi buat mereka sehingga disini ada win-win solusi dari mereka,
dan mereka ini kemudian menjadi massa yang riil buat saya
sebagai bukti ucapan terimakasih mereka kepada saya
(Wawancara, 12 April 2011)
Hal serupa juga diungkapkan LA yang merupakan tim

pemenangan dari salah satu kandidat. Menurut LA :

Sebelumnya kan ekstensi tidak pernah memilih dalam


pemilihan Bem begini, apalagi mau calon. Nanti waktu
pemilihan 2008, kita perjuangkan mereka di DPM untuk bisa
punya hak suara, hasilnya mereka all out bantu kita, jadi
bohong itu isu penggelembungan suara kemarin. Yang tidak
gentle cara-caranya mereka bantu-bantu uruskan beasiswa
ade-ade.

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

kandidat berusaha menimbulkan kesan positif dengan menolong

dengan memberikan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi oleh

mahasiswa lain sehingga pemilih merasa berutang budi kepada calon

ketua Bem tersebut dan memilihnya pada pemilihan Bem.

8. Memohon

Calon ketua dan wakil ketua Bem berusaha dianggap sebagai

seseorang yang memerlukan bantuan karena keterbatasan mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Ali Musyafar:

Strategi yang saya lakukan kemarin itu istilahnya tepuk bahu,


artinya teman-teman yang sudah akrab dengan saya, saya tegur,
saya minta untuk membantu saya pada suksesi nanti, apalah
artinya saya tanpa bantuan dari teman-teman.
(Wawancara, 22 April 2011)

Hasil wawancara di atas memberikan pemahaman bahwa

calon ketua dan wakil ketua Bem menciptakan kesan sebagai

seseorang yang perlu dibantu. Hal serupa juga dilakukan oleh

pasangan Asruddin-Rismawati. Menurut Rismawati:


Saya meminta kepada teman-teman, mau wanita dan lak-ilaki
untuk memilih saya pada pemilihan Bem
(Wawancara, 20 April 2011)

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Asruddin:

Saya mengajak teman-teman untuk memilih kami tanpa melihat ia


dari HMI ataupun dari suku apapun, saya hanya melihat bahwa ini
adalah kesempatan saya untuk belajar.
(Wawancara, 18 April 2011)

Hasil wawancara di atas memberikan pemahaman bahwa

calon ketua dan wakil ketua Bem meminta bantuan dari semua

pihak tanpa memandang dari jenis kelamin, asal-usul suku maupun

organisasi mereka.

Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri

kita, Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang

merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang

memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan

ia sadar akan keberadaan dirinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Rismawati:

banyak teman-teman mengenal saya lewat keaktifan saya di benfis,


Hmi dan organisasi lainnya, pada pemilihan Bem kemarin, meskipun
saya masih semester empat, tapi saya yakin kami bisa, setidaknya
menunjukkan bahwa kami juga bisa berproses seperti teman-
teman.

Hal ini serupa juga terlihat dari hasil wawancara dengan Karmisla.

saya sebenarnya calon yang menggantikan orang lain, saya kan


kemarin sudah di DPM, nama saya sudah ada di DPM. Karena
teman-teman menginginkan saya, jadi mau tidak mau dan IP juga
mendukung, yah saya naik saja karena teman-teman juga bilang
nanti mereka yang urus kekurangan, semuanya toh.
Hasil wawancara di atas memberikan pemahaman bahwa meskipun

mereka secara actual memang merupakan mahasiswa kebanyakan akan

tetapi dengan kemampuan dan pengalaman mereka mereka menganggap

bahwa mereka adalah orang yang punya kemampuan untuk memimpin,

hasil wawancara diatas juga memberikan gambaran bahwa konsep diri

mereka dibentuk oleh pengalaman dan orang lain.

Penggambaran konsep diri dipanggung depan ditunjukkan melalui

slogan-slogan yang di tampilkan pada pamflet-pamflet sebagai media

komunikasi mereka misalnya pasangan Bahtiar-Ayu Pradesti (lampiran 4),

dalam salah satu bentuk pamfletnya pasangan ini tidak menampilkan diri

mereka melainkan melalui tokoh kartun Sonic dalam posisi berdiri sambil

mengacungkan jari telunjuk. Akronim Bayu dihiasi dengan gambar

mahkota pada huruf A-nya dengan slogan Pilihan tepat mahasiswa

cerdas.

Gambaran di atas memberikan pemahaman bahwa pasangan ini

berusaha menunjukkan bahwa mereka pasangan yang memiliki kualitas

yang layak sebagai calon ketua dan wakil ketua bem secara intelektual.

Dipanggung depan seringkali terjadi aktivitas yang seharusnya

dilakukan dipanggung belakang. Hal ini diakibatkan karena adanya jalan

memintas dari panggung belakang ke panggung depan.aktivitas ini seperti:


1. Etnisitas

Etnisitas di panggung depan merupakan gambaran etnis yang

seharusnya ditampilkan, seakan-akan ada kesan keragamannya yang

ingin ditampilkan, hal ini diungkapkan oleh AM, menurutnya:

kebanyakan anggota tim pemenang itu biasanya berasal dari


etnis, biasanya mereka bawa-bawa kemana, termasuk ketika
bertemu mereka berhadapan dengan teman-teman mahasiswa lain
yang berbeda etnis, akan tetapi retorikanya lain

Hal serupa juga diungkapkan oleh LA:

Saya berani bilang politisi kampus adalah orang-orang munafik,


didepan teman-teman di kampus mereka bilang kalau mereka itu
tidak primordial, buktinya katanya saya saja yang beda suku satu
tim sama mereka, tapi tunggu dibelakang, dorang kira saya tidak
mengerti apa yang dorang bilang.

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

etnisitas di panggung depan dibentuk sebagai sebuah keragaman dan

sebagai bentuk dukungan pribadi. Wawancara diatas juga memberikan

pemahaman tentang adanya perubahan yang ekstrim dalam konsep

etnis di panggung depan maupun belakang.

2. Senioritas

Senioritas di panggung depan adalah gambaran tentang senior

yang seharusnya yakni lebih duluan mengecap pendidikan kampus

sehingga lebih cerdas. Hal ini diungkapkan oleh RM:

Waktu itu kakak-kakak kenapa rajin sekali masuk kelasnya kita,


baru dorang bicarakan soal demo atau yang berkaitan dengan
kuliah-kuliah itu, eh ternyata ada maunya nanti saya tau pas
liat pamfletnya, disitu mi baru dorang bilang
Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

senioritas dipanggung depan diarahkan pada pembentukan kesan

seperti apa senior yang seharusnya yang memberikan pengetahuan

tentang kampus dan pembentukan gambaran mereka tentang pemimpin

mahasiswa, ketika dirasa cukup maka niat yang sesungguhnya

diungkapkan.

3. Kekerasan

Kekerasan dalam panggung depan merupakan hasil dari

rancangan panggung belakang, kekerasan ditampilkan ditujukan untuk

mengintimidasi lawan, mempertahankan kemenangan atau bahkan

memperoleh kemenangan. Hal ini diungkapkan oleh LA, menurutnya:

Kalau sudah pemilihan bem itu mulai mi anak-anak dikasi minum


dulu pagi-pagi, baru disuruh kawal acara sampai selesai, suasana
dikondisikan, tergantung apa katanya abang -abang

Hal serupa juga diungkapkan oleh RM, menurutnya:

Benarnya takut-takut masuk kampus kalau lagi pemilihan soalnya


banyak sekali orang baru, baru saya liat dorang rata-rata merah
matanya

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

kekerasan ditampilkan ditujukan untuk mengintimidasi lawan,

mempertahankan kemenangan atau bahkan memperoleh kemenangan

dan hal itu merupaka sebuah rancangan panggung belakang.

4. Politik uang

Politik uang dipanggung depan lebih dipahami sebagai bentuk

kebaikan hati kandidat. Hal ini diungkapkan oleh LA:


saya agak kasian sama calon-calon yang maju, pokoknya apapun
yang diminta orang pasti dikasih. Dikampus itu, yang laki-lakinya
datang tanyakan rokok, yang cewek-cewek mintanya traktir terus .
itu H kemarin banyaknya utangnya di kantin, Cuma bedalah
kalau sama orang-orang kita yakini pasti dukung kita

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

kelaziman politik uang menyebabkan pemilih punya keyakinan bisa

memperoleh apa saja yang diinginkan tapi tentu saja kandidat bukanlah

orang bodoh.

4.1.3. Realitas Panggung Belakang Pada Pemilihan Ketua Bem Fisip

Panggung belakang merupakan daerah yang tidak terlihat oleh

penonton. Di panggung belakang ini, aktivitas hanya diketahui oleh orang-

orang tertentu misalnya kandidat tersebut beserta timnya. Meskipun

demikian aktivitas di panggung belakang seringkali terlihat dan masuk ke

panggung depan, karena keinginan dari tim dari panggung belakang.

Dalam pemilihan Bem Fisip periode 2008/2009 dan 2009/2010,

peneliti menemukan ada empat aktivitas panggung belakang yang

seringkali terjadi, yaitu:

1. Primordialisme Etnis

Primordialisme etnis dalam pemilihan Bem merupakan doktrin

tentang keharusan memilih calon ketua dan wakil ketua Bem

berdasarkan etnis. Hal ini yang diungkapkan oleh RM:

Suku itu kekuatan yang besar, dalam pemilihan Bem setiap


calon pasti ,menggunakan kekuatan sukunya untuk membantu
dia. Saya sendiri dalam pemilihan kemarin paguyuban sangat
mendukung saya, akan tetapi berapa sih kekampuan teman-
teman, kami kan pendatang di sini, apalagi AS tidak begitu
didukung oleh sukunya, semuanya lari sama I

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa suku

merupakan kekuatan yang cukup besar untuk memenangkan pasangan

calon ketua dan wakil ketua Bem, dukungan suku sangat

mempengaruhi bagi kemenangan itu. Hal serupa juga diungkapkan

oleh LA:

Dukungan itu memang seharusnya dari mana saja, kalau


melihat konstalasi kemarin bisa dibilang ada pertarungan dua
suku, lihat saja komposisinya, empat kandidat, dua dari suku X
dan duanya dari suku Y. Tapi yang bikin kita menang kemarin
adalah bahwa saudara A punya dukungan besar dari suku Z
artinya dia berkoalisi dengan suku Z dan memberikan orang-
orang dari Z dengan jabatan di Bem.

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

dukungan satu suku saja tidak cukup untuk memenang seorang

kandidat, sehingga dilakukan koalisi dengan suku lain dan memberikan

jabatan sebagai kompensasi dari dukungan mereka.

2. Senioritas

Senioritas dalam pemilihan Bem mengacu pada orang-orang

yang lebih tua baik calon ketua dan wakil ketua itu sendiri, maupun

senior lainnya yang memiliki hubungan dengan calon. Kesenioran dari

mereka dianggap mampu untuk memberikan pengaruh kepada pemilih

maupun para calon ketua dan wakil ketua. misalnya terhadap AM dan

AS. Hal ini dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut:

Menurut AM:
mereka disuruh untuk memilih HM, saat itu senior mereka
yang mengarahkan dan seniorku juga sebenarnya pada saat
itu untuk sama-sama HM, yaitu AR dan senior-senior yang
lain Senior-senior di pm sebelas sama satu daerah.
(Wawancara, 22 April 2011)

Menurut AS:

Kalau itu pernah dari teman-teman yang coba ingin


menyatukan, apalagi orang yang ingin berpikir bahwa ini
adalah melihat persaingan yang ini kurang sehat sehingga
kemudia harus membatasi orang seperti saya untuk berproses
di badan eksekutif ini.. jujur saja ada beberapa yang
memaksakan dan ada juga memintanya secara baik iya yang
satu suku sama yang di HMI dan jeleknya mereka malah bawa
teman-teman tidak bergabung dengan saya
(Wawancara, 18 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa senior

baik senior dalam suku maupun dalam organisasi berusaha menjegal

kandidat yang akan maju dalam pemilihan Bem dan mengarahkan

mahasiswa junior untuk memilih calon yang senior kehendaki.

Hal ini juga terjadi pada pasangan calon ketua dan wakil ketua

Bem yang lain yakni, pada pasangan Asruddin-Rismawati. Menurut

Rismawati, ia sempat diminta oleh senior-seniornya untuk

mempertimbangkan kembali pencalonannya bersama Asruddin.

Saya waktu itu diminta supaya sama-sama ijong saja, soalnya


katanya tidak ada yang kualitasnya cocok maju sama dia kalau
bukan saya. Katanya jelek juga nama organisasi kalau terlalu
banyak calon nanti kita kalah. Tapi saya tidak mau soalnya saya
sudah komit sama teman-teman untuk maju sama-sama as. Kalah
menang tidak masalah, inikan kita masih belajar.
(Wawancara, 20 April 2011)
Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa gengsi

organisasi eksternal juga dipertaruhkan dalam pemilihan Bem Fisip

sehingga para senior merasa perlu untuk mengintervensi kader

organisasi yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan Bem Fisip

3. Kekerasan

Kekerasan dalam pemilihan Bem meliputi suasana tegang yang

tercipta, ancaman dan tawuran antar mahasiswa yang terjadi dalam

pemilihan Bem. Terkait dengan kekerasan yang terjadi seringkali

terjadi dalam pemilihan ketua Bem. AM menyatakan:

Dinamika pemilihan ini kan sudah bisa kita tebak, kalau kalah
kemungkinan chaos besar sekali, tapi yang menang juga pasti
sudah siap melawan, malah biasanya ada settingan kesitu, tapi
kalau sudah terjadi bukan pada hari H biasanya motifnya adalah
primordial. Yang seperti ini kalau dipemilihan kita kemarin tidak
lagi terlalu kuat lagi soalnya kandidat sudah mulai terbagi,
biasanya dari tim-tim. Kalau seandainya kemarin ada chaos, saya
yakin akan besar tapi tim saya tidak mungkin, kamu tau sendirikan
siapa-siapa orang-orangku.
(Wawancara, 18 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa:

bentrokan antar mahasiswa merupakan hal yang sudah diduga dalam

pemilihan Bem, dan merupakan hal yang sudah direncanakan, bukan

sebuah spontanitas, pelakunya biasanya dilakukan oleh tim yang

notabene adalah berasal dari etnis yang sama dengan calon ketua Bem.

Akan tetapi, terbaginya kandidat etnis dalam beberapa pasangan

mengurangi dukungan dari suku dan potensi konflik antara mahasiswa.

Hal ini serupa dengan diungkapkan oleh JS, salah satu mantan anggota

KPUM Fisip. Menurut JS:


Tidak bisa dipungkiri memang potensi chaos itu pasti ada.
Fisip ini tiap pemilihan Bem pasti chaos, pemilihan kemarin ji
tidak. Kemarin juga saya sudah di sms sama abang-abang
supaya hati-hati. Kemarin ada wacana penggelembungan
suara tapi tidak terlalu digubris di KPU. Saya lihat kemarin
komposisinya di KPU itu orang-orangnya I
(Wawancara, 15 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa:

kemungkinan terjadinya kerusuhan memang selalu ada, dengan alasan

yang kemudian dicarikan pembenarannya, misalnya alasan

penggelembungan suara serta peran dari anggota KPUM yang juga

merupakan tim pemenangan dari salah satu calon untuk

mengendalikan isu.

RM merupakan salah satu mahasiswa yang pernah merasa

terancam dengan hak pilihnya dalam pemilihan Bem.

saya takut masuk kampus kak waktu pemilihan Bem waktu itu,
katanya kakak-kakak itu mau kacau, saya takut mi disitu tapi
dorang minta kartu spp saya. (Wawancara, 4 mei 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa dalam

pemilihan Bem Fisip seringkali mahasiswa baru di intimidasi untuk

kemudian menyerahkan kartu SPP mereka.

Tekait dengan penggunaan kartu SPP yang bukan haknya ini

diakui oleh JS,. Ia menyatakan:

Hal yang begituan selalu terjadi dalam pemilihan ketua Bem,


sering ada yang pake kartu sppnya orang lain. Kita tau ji
begituan tapi kita biarkan saja, soalnya kita ada juga orang-
orangnya kita. Dan asal ko tau, anggota kpu itu juga tim-
timnya calon ji.
(Wawancara, 15 April 2011)
Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

penyalahgunaan kartu SPP ini ternyata malah telah diketahui oleh

anggota KPUM akan tetapi dibiarkan karena anggota KPUM sendiri

juga adalah tim pemenang sehingga mereka membiarkan hal ini terjadi

4. Politik Uang

Politik uang dalam pemilihan Bem merupakan pemberian

sejumlah uang atau materi lain yang dimaksudkan agar pemilih

memilih calon yang memberikannya.

LAU menyatakan

Sebenarnya dalam pemilihan Bem kemarin banyak saya lihat


penyimpangan yang ada, saya katakan begitu karena kemarin
ada bukti yang saya pegang yaitu kartu spp-spp yang palsu itu
yang kemudian nama sembarang, kemudian tanda tangan
sembarang itu ternyata masuk dalam pemilihan, terus ada juga
yang main uang, bagi-bagi rokok dan banyak saya dengar ada
teman diajak ke kantin waktu itu oleh calon, bahkan kesannya
kartu spp ini sudah dijual sehingga kemarin itu ada sesuatu
yang tidak fair.kalau saya, saya tidak tau kalau tim-tim
saya.
(Wawancara, 12 April 2011)

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa kartu

spp sebagai bukti identitas kemahasiswaan seseorang dan menjadi

syarat untuk mendapatkan surat suara seringkali digunakan mahasiswa

lain yang bukan miliknya untuk kemudian memilih calon sesuai

pesanan pemberi, selain itu politik uang terjadi juga dalam pemilihan

Bem Fisip motifnya, adalah dengan memberikan rokok dan mentarktir

mahasiswa junior.

Hal serupa juga di akui oleh RM, RM juga menuturkan bahwa:


tapi waktu pemilihan kemarin ini, kita kan sudah mengerti
mi sedikit politik, saya tidak takut lagi, saya tetap masuk
kampus. Malah kita diajak sama kak X, pergi makan di
Barokah habis pemilihan yang penting kita pilih dia, malah
katanya teman-teman yang lain sudah dikasih serangan fajar.
Kita pilih dia to, masalahnya saya lihat sama ji juga semua
calonnya tidak ada yang bagus.

Hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa

adanya sikap skeptis dan acuh tak acuh dari mahasiswa yang sudah

berpengalaman, membuat para kandidat melakukan politik uang

dengan cara menjanjikan sesuatu kepada mereka.

5. Partai dan elit politik

Aktivitas elit politik dan partai politik juga terlihat dalam

pemilihan bem fisip, hal ini penulis temukan dalam studi pustaka.

Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif 2009, pemilihan


Gubernur, Bupati/Walikota misalnya. Sejumlah rekan mahasiswa
yang sekampung diajak pulang kampung untuk menyemarakkan
Pemilu. Tentunya untuk memilih kandidat yang memberikannya
akses pulang kampung dan sedikit isi kantong.
Agen-agen suara ini tak lain tokoh-tokoh mahasiswa yang
menaungi sejumlah organisasi mahasiswa dan pelajar. Mereka
terbilang lihai dalam memanfaatkan kondisi dan kapasitasnya
sebagai pimpinan di organisasi tertentu. Lumrahnya, target utama
mereka adalah mahasiswa-mahasiswi yang baru menapaki kakinya
di perguruan tinggi.
Berbicara mengenai organisasi mahasiswa, sebenarnya bukanlah
hal yang baru jika kemudian banyak pihak menyadari arah
orientasi dan dukungan politiknya. Sebut saja seperti Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang sudah lahir pada 5 Februari 1947.
Kendati ruh berdirinya murni karena gerakan sosial masyarakat
yang diusung Lafran Pane, namun perjalanan HMI diwarnai
dengan gerakan politik praktis.
Misalnya HMI mulai menasbihkan diri secara eksplisit sebagai
underbouw Masjumi. Hal itu bisa dilihat dari pendekatan ideologi
dan historis yang menunjukkan betapa sangat banyak pendiri dan
penggerak HMI berasal dari Masjumi. Menariknya, sejalan
dengan kematangan HMI, organisasi massa Islami ini mengalami
dinamika. Sejak Pemilu 1971, beberapa kader HMI mulai
menikah dengan Partai Golkar. Ali Moertopo, Akbar Tanjung
dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla beraktualisasi lewat partai
berlambang beringin ini.
Selain HMI, keberadaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) juga menarik disimak. Kendati gerakan tersebut tidak
begitu fenomenal di kalangan mahasiswa sulltra, namun banyak
sekali tokoh-tokoh politik Sultra yang besar melalui PMII misalnya
Andi Rahman. Meskipun Andi Rahman kemudian bergabung
dengan Partai Demokrat, akan tetapi sudah menjadi rahasia
umum, PMII intim dengan Nahdlatul Ulama yang saban tahun
menjadi representasi kekuatan politik Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) di tengah-tengah masyarakat.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) juga memainkan gerakan tersendiri.
Kendati mereka tak pernah mengakui keterlibatannya bersama
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun tokoh-tokoh LDK dan
KAMMI, khususnya yang berada di Sultra memilih PKS sebagai
pilihan politik dan tentunya motor politik untuk melenggang ke
parlemen. Di kampus, kegiatan-kegiatan mereka juga banyak diisi
oleh tokoh-tokoh PKS yang tak lain alumninya.
(artikel Surya Pos, edisi 7 Februari 2011)

Selanjutnya dalam hasil penelitiannya, Rismawati menuliskan:

Sebagai sebuah timbal balik, keterlibatan mahasiswa dengan elit


politik adalah simbiosis mutualisme, elit-elit politik seringkali
dermawan dengan menjadi penyandang dana khususnya bagi
mahasiswa seetnis atau berlatar belakang organisasi eksternal
kampus yang sama untuk kegiatan kampusnya dan aktualisasi diri
di kampus.
(Hasil penelitian Rismawati, 2011)

Hasil studi pustaka diatas memberikan pemahaman bahwa aktivitas

pemilihan bem di kampus juga tidak steril dari pengaruh politik praktis di

dalam masyarakat. Elit dan partai politik menjadi bapak angkat yang

membesarkan dan mendidik aktivis kampus untuk beraktualisasi di

kampus dengan imbalan menjadi agen suara dalam pemilihan di tingkat

dan pemilihan legislatif.


Aktivis mahasiswa sebagai calon ketua bem fisip juga seringkali

melakukan akivitas yang jauh berbeda dengan misalnya SY, diatas telah

disinggung pencitraan SY melalui pamflet yang berisikan kliping dirinya

dalam aktivitas advokasi masyarakat. Dalam sejumlah demonstrasi yang

penulis lakukan bersamanya di gedung DPRD, dia sering menyelinap ke

ruangan anggota dewan, ketika keluar ia sering bercerita tentang uang

jajan yang ia dapat.

Dalam sebuah kesempatan demostrasi besar-besaran, penulis

bersama sejumlah mahasiswa yang pernah menjadi calon ketua bem fisip

yakni IM, SY dan AS serta sejumlah aktivis mahasiswa lainnya

mengorganisasi dua demonstrasi bersamaan dari pesanan dua sponsor yang

berbeda terkait masalah tambang di salah satu daerah tambang di Sultra.

Demonstrasi ini melibatkan massa yang cukup besar yang kemudian kami

bagi dua sebagai pihak pro dan pihak kontra, bayarannya pun cukup besar

yakni Rp. 25.000,- per orang untuk massa yang ikut serta dan jumlah yang

cukup besar bagi kami sebagai event organizernya.

Hal ini memberikan pemahaman bahwa gambaran mahasiswa

idealis yang sering dicitrakan melalui selebaran kampanye selama

pemilihan bem, seringkali kalah dengan uang.

4.2.Pembahasan

4.2.1. Komunikasi Panggung Depan Pada Pemilihan Bem Fisip

Panggung depan merupakan panggung yang terdiri dari bagian

pertunjukkan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner) (Sudikin,


dalam Amisar, 2007). Di panggung inilah aktor akan membangun dan

menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam

interaksi sosialnya. Pengelolaan kesan yang ditampilkan merupakan

gambaran aktor mengenai konsep ideal dirinya yang sekiranya bisa

diterima penonton. Aktor akan menyembunyikan hal-hal tertentu dalam

pertunjukkan mereka.

Dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam

mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya

tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada

kesepakatan perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada

tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran

merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya

kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam

kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia

menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, di mana dengan permainan

peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu.

Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan

karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan

dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep

dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang

mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang

aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan

pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting,


kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini

tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan

interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan.

Goffman mengemukakan bahwa ketika individu berinteraksi,

mereka ingin menyajikan pemahaman tertentu tentang diri yang akan

diterima oleh orang lain. Ketika menampilkan diri mereka, para aktor

tersebut sadar bahwa anggota audien dapat mengganggu pertunjukan

mereka. Oleh karena itu aktor menyesuaikan diri dengan kontrol audien,

khususnya pada elemen yang bersifat disruptif. Aktor berharap agar

pemahaman tentang diri yang mereka sajikan di hadapan audien akan

cukup kuat bagi audien tersebut untuk mendefinisikan dirinya

sebagaimana yang dikehendaki dirinya sendiri. Aktor pun berharap ini

akan menyebabkan audien bertindak sukarela sebagaimana di kehendaki

oleh sang aktor. Goffman menyebut hal tersebut sebagai manajemen

kesan. Hal ini melibatkan teknik yang digunakan oleh aktor untuk

memelihara kesan tertentu di hadapan masalah yang mereka hadapi dan

metode yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Manajemen kesan diarahkan untuk melindungi diri dari tindakan-

tindakan yang tidak terduga, seperti gerak yang tidak sengaja di lakukan,

dan tindakan yang memalukan, maupun tindakan-tindakan yang sengaja di

lakukan, seperti halnya sebuah scenario.

Di dalam masyarakat luas, orang-orang pun berpartisipasi dalam

banyak kelompok. Dalam sebuah institusi total segala sesuatu hal di


lakukan bersama-sama di bawah suatu kekuasaan dan kewenangan.

Terdapat kesenjangan yang luas antara penguasa atau yang berwenang

dengan yang di kuasai itu sendiri atau yang berkedudukan rendah.

Sehengga mobilitas sosial antara dua kelompok tersebut sangat terbatas.

Pada umunya, pengelolaan kesan mengarah pada kehati-hatian

terhadap serentetan tindakan yang tak diharapkan, seperti gerak-isyarat

yang tak diharapkan, gangguan yang menguntungkan dan kesalahan bicara

atau bertindak maupun tindakan yang diharapkan seperti membuat adegan.

Goffman tertarik pada berbagai metode yang menjelaskan masalah seperti

itu.

Pertama, ada sekumpulan metode yang melibatkan tindakan yang

bertujuan menciptakan loyalitas dramaturgis, misalnya dengan memupuk

kesetiakawanan dalam kelompok, mencegah anggota tim mengenali

penonton, dan mengubah penonton secara periodik sehingga penonton ini

tidak terlalu banyak mengetahui mengenai aktor.

Kedua, Goffman menunjukkan berbagai disiplin dramaturgis,

seperti menjaga kesadaran untuk menghindari kekeliruan,

mempertahankan pengendalian diri, dan mengelola eskpresi muka dan

nada suara pertunjukan aktor.

Ketiga, Goffman memperkenalkan berbagai tipe kehati-hatian

dramaturgis seperti menentukan terlebih dahulu bagaimana cara

pertunjukan diselenggarakan, merencanakan untuk keadaan darurat,

memilih teman satu tim yang setia, memilih audien yang baik
Konsep diri dan pengelolaan kesan saling berkaitan. Konsep diri

merupakan suatu pengamatan yang kita lakukan terhadap diri kita

bagaimana kita melihat gambaran diri dan memberikan penilaian terhadap

diri kita sendiri. Sedangkan pengelolaan kesan berkaitan dengan

bagaimana orang melihat kita dengan segala atribut, yang notabenenya

berasal dari konsep diri kita yang kita buat. Memang tidak dapat

dipungkiri, bahwa pengaruh orang lain ketika memandang diri kita sangat

berperan dalam pembentukan konsep diri kita dan bagaimana kita

mengelola kesan (impression management)

Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang

sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang

bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya

bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu tersebut akan

benar-benar menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu tersebut merasa

bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka

persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena

individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan pada

dirinya. Dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak

bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif

Menurut Burns, konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari

apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita,

dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan

individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat
informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada

diri individu (Mulyana, 2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa

konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi,

pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya.

Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada

informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan

dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi

(1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan

adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita

melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri

sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia

sebagaimana kita harapkan

Presepsi mengenai tindakan yang mempengaruhi cara atau

pandangan hidup merupakan suatu pemahaman mengenai konsep diri

seseorang yang menjadi dasar yang sangat berguna untuk meramalkan

bagaimana seseorang itu akan bertindak. Ada tiga alasan pentingnya

konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu :

1. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan

batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak

seimbang atau saling bertentangan satu sama lain. Maka akan terjadi

situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan


dan menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah

perilakunya.

2. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan

mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah

kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan

individu yang lainnya. Karena masing-masing individu mempunyai

sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.

3. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini

merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap

kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai

motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang.

Ada dua kelompok yang dianggap mempengaruhi konsep diri kita.

1. Pertama, orang lain yang kita anggap penting atau biasa dinamakan the

significant others. Sepanjang hidup kita, selalu saja ada orang yang kita

anggap penting dan berpengaruh pada diri kita. Pertama-tama, jelas,

orang tua kita. Semua manusia akan memandang penting orang tua

sehingga orang tua bisa dikatakan sebagai pemberi pengaruh yang

pertama dan utama bagi pembentukan konsep diri kita. Ketika mulai

memasuki usia TK, kita mengenal significant others lain, biasanya

guru. Begitu seterusnya, sepanjang hidup kita bertemu dengan orang-

orang yang kita anggap berpengaruh besar pada diri kita.

2. Kedua, kelompok acuan (reference group) yang memberi arahan dan

pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan norma yang
berlaku dalam kelompok tersebut. Ini terkait dengan salah satu sifat

manusia yang selalu hidup dalam kelompok. Tidak ada manusia yang

hidup menyendiri, kecuali karena terpaksa. Semua manusia

membutuhkan orang lain. Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti

secara sukarela.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dipanggung depan, setting

aktivitas dramaturgi dalam pemilihan ketua bem fisip dilakukan secara

kondisional dilakukan diberbagai tempat baik di kampus fisip unhalu

maupun diluar, bergantung dimana kandidat bertemu dengan audiensnya.

Kampus fisip unhalu menempati tempat terbesar karena disinilah

berkumpulnya mahasiswa dalam melaksanakan aktivitas perkuliahan,

sehingga kandidat lebih mudah membedakan komunikannya.

Personal front sebagai penampilan (Costume) ditandai dengan

penampilan kandidat di pamflet-pamflet dengan menggunakan baju

almameter kuning berlogo Universitas Haluoleo sebagai tanda bahwa

mereka adalah mahasiswa Universitas Haluoleo pada umumnya.

Gaya (manner) ditunjukkan dengan beberapa bentuk, misalnya

memegang buku seperti yang dilakukan oleh calon ketua Bem Fisip

Syahiruddin, menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang mencintai

ilmu dan mengamalkannya, atau dengan mengepalkan tangan memberikan

kesan kemauan untuk berjuang demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemilihan Bem

Fisip, seorang calon ketua dan wakil ketua Bem berusaha menunjukkan
kesan yang sebagai pemimpin mahasiswa yang ideal. Kesan ini

dimanajemen melalui teknik manajemen kesan sebagai berikut:

1. Mempromosikan diri sendiri

Promosi diri calon ketua dan wakil ketua Bem Fisip ini dilakukan

melalui aktivitas pengenalan siapa mereka, visi misi, dan lain-lain

yang berhubungan dengan pribadi kandidat tersebut.

2. Mengambil hati

Calon ketua dan wakil ketua Bem Fisip berusaha mengambil hati

dengan menolong untuk mendapatkan beasiswa, hak suara dan

pertolongan lain dengan harapan bahwa dalam pemilihan Bem akan

memilihnya sebagai utang budi

3. Memberikan contoh

Calon ketua dan wakil ketua Bem Fisip berusaha menunjukkan

kemampuan intelektual mereka melalui diskusi-diskusi dan opini-

opini.

4. Memohon

Terkadang calon ketua dan wakil ketua Bem Fisip perlu menunjukkan

bahwa mereka tidak mampu sehingga seharusnya dibantu.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen konsep diri

calon ketua bem fisip panggung depan calon ketua dan wakil bem fisip

ada, berdasarkan komponen konsep diri yaitu:

1. Diri ideal
Diri ideal sebagai kandidat tergambar dalam pamflet yang berisikan

visi yang berisikan gambaran ideal sosok mahasiswa dan organisasi

mahasiswa yang mereka inginkan.

2. Citra diri

Pada dasarnya calon ketua dan wakil ketua bem merupakan aktivis

kampus yang memiliki pengalaman dalam organisasi intra maupun

ekstra kampus sehingga para kandidat merasa layak untuk memimpin

lembaga kemahasiswaan.

3. Harga diri

Calon ketua dan wakil ketua bem memiliki harga diri yang cukup

tinggi, mereka tentu menyadari bahwa kompetisi adalah tentang

menang kalah sehingga mereka siap menang dan tentu saja harus siap

kalah.

4.2.2. Realitas Panggung Belakang pada Pemilihan Bem Fisip

Dramaturgi juga membahas panggung belakang (back stage)

dimana fakta disembunyikan di depan atau berbagai jenis tindakan

informal mungkin timbul. Back stage biasanya berdekatan dengan front

stage, tetapi juga ada jalan memintas antara keduanya. Pelaku tak bisa

mengharapkan anggota penonton di depan mereka muncul di belakang.

Mereka terlibat dalam berbagai jenis pengelolaan kesan untuk

memastikannya. Pertunjukan mungkin menjadi sulit ketika aktor tak

mampu mencegah penonton memasuki pentas belakang.


Ini menuntun kita ke perhatian Goffman terhadap tim. Menurut

Goffman sebagai seorang teoritis interaksionisme simbolik, memusatkan

perhatian pada aktor tunggal akan mengaburkan fakta penting tentang

interaksi. Unit analisis dasar Goffman bukanlah individu, tetapi tim. Tim

adalah sekumpulan individu yang bekerjasama dalam mementaskan rutin

masing-masing.

Memilih teman satu tim yang setia, memilih audien yang baik,

keterlibatan dalam tim kecil yang kemungkinan pertikaiannya kecil, hanya

membuat penampilan singkat, mencegah penonton mendapatkan informasi

pribadi dan menyusun agenda lengkap untuk mencegah kejadian tak

terduga. Penonton juga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh aktor atau

tim aktor dalam mengelola kesan yang berhasil. Penonton sering bertindak

membantu pertunjukan melalui muslihat seperti memberikan perhatian

besar terhadap pertunjukan, menghindarkan ledakan emosional, tidak

menghiraukan kekeliruan, dan memberikan perhatian khusus terhadap

pendatang baru

Hubungan antara aktor dan audien sesungguhnya adalah kerjasama

tim. Masing-masing anggota tim mengandalkan pihak lain karena

semuanya dapat mengacaukan pertunjukan dan semuanya menyadari

bahwa mereka mengadakan pertunjukan. Goffman menyimpulkan bahwa

tim adalah semacam masyarakat rahasia.

Tim inilah yang kemudian mengerjakan pekerjaan yang tidak

ditampilkan dipanggung depan. Pada dasarnya tim-tim ini merupakan


orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama dengan aktor, bedanya

mereka tidak mementaskan pertunjukkan sang aktor, melainkan

menyiapkan penampilannya dan seringkali bersama-sama aktor melakukan

kerja kotor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di panggung belakang ini

primordialisme etnis ditanamkan kepada pemilih untuk mencapai tujuan

agar dipilih atas dasar kesamaan etnis bukan sehingga seringkali muncul

koalisi etnis. Primordialisme etnis juga seringkali diarahkan untuk

menciptakan suasana tidak aman pada pemilihan Bem Fisip.

Senior memiliki peran yang sangat besar. Peran-peran senior ini

meliputi:

1. Sebagai perencana tindakan yang harus diperankan oleh kandidat ketua

dan wakil ketua Bem di panggung depan.

2. Menempatkan tim dalam posisi strategis untuk memenangkan

pemilihan baik kemenangan secara jujur maupun melalui tidak,

misalnya mengambil tim dari anggota KPUM sehingga memungkinkan

untuk berlaku curang lewat penyalahgunaan kartu spp.

3. Menjadi pengatur siapa kandidat pasangan calon yang akan maju

dalam pemilihan Bem Fisip. Dalam posisi ini senior seringkali

berusaha memisahkan pasangan calon yang telah sepakat maju lalu

menawarkan dengan kandidat lain yang dianggap punya kesempatan

besar untuk menang, biasanya pada calon wakil ketua.


4. Pembentukan opini dikalangan mahasiswa yang lebih muda tentang

siapa yang harus dipilih secara rasional maupun melalui pendekatan-

pendekatan yang bersifat kesukuan, dan bahkan melalui intimidasi.

5. Menggalang kekuatan suku untuk mengamankan hasil pemilihan atau

mengganggu hasil pemilihan melalui aksi kekerasan dengan

pembenaran yang dikonsruksi kemudian.

Suasana kekerasan termasuk kerusuhan yang terjadi selama

pemilihan Bem Fisip, bukanlah hal yang spontan. Akan tetapi merupakan

scenario yang dibuat oleh tim pemenanganan pasangan calon. Hal ini

dilakukan untuk:

1. Mengintimidasi pendukung calon ketua Bem lawan dan mahasiswa

yang belum punya pilihan, dengan harapan bahwa mereka tidak ke

kampus atau menyerahkan kartu sppnya lalu di kartu spp ini digunakan

oleh yang bukan pemiliknya

2. Mengamankan hasil pemilihan apabila menang dan mengganggu hasil

pemilihan jika kalah.

Politik uang dilakukan oleh pasangan calon dan tim

pemenangannya dilakukan untuk memperoleh tambahan suara dari

kalangan yang apatis terhadap pemilihan ketua Bem, hal ini dilakukan

untuk memperbesar peluang kemenangan mereka.

Pemilihan bem di kampus sebenarnya masih memiliki hubungan

yang erat dengan pemilihan di masyarakat. Pemilihan di kampus

merupakan ajang aktualisasi sekaligus pembelajaran bagi politikus muda


yang kelak akan berpolitik di masyarakat melalui partai politik, bahkan

organisasi eksternal mahasiswa di kampus terkadang merupakan

perpajangan tangan partai politik. Selain itu politisi juga turut berperan

sebagai penyandang dana bagi ongkos politik mahasiswa yang dibayar

dengan peran sebagai agen suara di tengah perpolitikan masyarakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen konsep diri

panggung belakang calon ketua dan wakil bem fisip ada, berdasarkan

komponen konsep diri yaitu:

1. Diri ideal

Calon ketua dan wakil ketua bem memandang pemilihan bem sebagai

sebuah pembelajaran artinya mereka menginginkan hal yang lebih lagi

pasca pemilihan bem yaitu peran-peran dalam kampus dan masyarakat

2. Citra diri

Meskipun mereka kebanyakan adalah aktivis kampus, akan tetapi

mereka adalah manusia biasa yang juga butuh materi.

3. Harga diri

Calon ketua dan wakil ketua bem memiliki harga diri yang cukup

tinggi, sehingga sebagian dari mereka menganggap kekalahan sebagai

sebuah peristiwa memalukan sehingga harus menang dengan cara

apapun.
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan berdasarkan penelitian

tentang dramaturgi komunikasi politik mahasiswa pada pemilihan Bem

ini adalah:

1. Komunikasi panggung depan merupakan penciptaan gambaran

ideal ketua Bem Fisip melalui teknik-teknik manajemen kesan

baik secara lisan maupun secara tulisan bahwa mereka cerdas,

rasional, berpengaruh, tidak primordialistik dan sebagainya

yang dimaksudkan untuk menarik simpati mahasiswa dalam

pemilihan Bem Fisip.

2. Realitas panggung belakang, komunikasi dilakukan dengan

tujuan memenangkan pemilihan dengan cara apapun, misalkan

membentuk primordialitas etnis, penggunaan pengaruh senior,

politik uang sampai tindakan kekerasan verbal. Hal ini

seringkali terjadi di panggung depan akan tetapi diberikan

defenisi berbeda.

5.2. SARAN

Adapun hal-hal yang ingin peneliti sarankan dari penelitian ini adalah :

1. Kepada mahasiswa sebagai pemilih seharusnya mampu

menampilkan intelektualitasnya dimanapun termasuk dalam

pemilihan ketua Bem, sehingga tidak terjebak dalam subyektifitas


etnis, kekerasan antar mahasiswa dan lain-lain sehingga citra ideal

mahasiswa

2. Kepada mahasiswa yang hendak mencalonkan diri sebagai ketua

dan wakil ketua Bem hendaknya menampilkan ciri mahasiswa

ideal, sebagai mahasiswa yang idealis, rasional, global dan lai-lain

bukan hanya sekedar tampilan di panggung depan apalagi retorika

melainkan dilakukan dalam kesehariannya.

Anda mungkin juga menyukai