Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

MACAM-MACAM IDEOLOGI DUNIA SEBAGAI ETIKA POLITIK

NAMA : Syarifatun Umniyyati


KELAS : TLM 01-A
NIM : P27903118045

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
hidayah-Nya serta keluasan ilmu-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pendidikan Pancasila ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Macam-Macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik” disusun
untuk memenuhi tugas mata plajaran Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Bapak B.S
Nugroho, M.Pd. Makalah ini telah kami susun dengan baik dan seksama berdasarkan survei
lapangan yang disertai dengan landasan teori dari seluruh referensi yang terkumpul sehingga
dari beberapa refrensi tersebut kami pilih untuk dijadikan referensi utama. Tidak pula
dipungkiri bahwa bantuan dari banyak pihak yang dengan sukarela membantu kami sehingga
mempermudah proses penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam susunan
makalah kami, sehingga saran dan masukan dari pembaca kami harapkan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam susunan makalah ini di penyusunan makalah berikutnya.
Besar harapan kami bahwa makalah ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan pengetahuan bagi para
pembaca.

Tangerang, 22 Agustus 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. PENGERTIAN ETIKA POLITIK ......................................................................... 3
B. MACAM-MACAM IDEOLOGI DI DUNIA ........................................................ 7
C. KARAKTERISTIK DAN MAKNA IDEOLOGI BAGI NEGARA ..................... 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 21
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 21
B. SARAN .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “idea” dan “logos”. Idea berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita, sedangkan logos berarti ilmu. Istilah ideologi
sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antonie Destutt de Tracy (1754-1836), ketika
bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Dalam pengertian
sehari-hari “idea” disamakan artinya dengan gagasan dan atau cita-cita. Cita-cita yang
dimaksudkan adalah cita-cita yang bersifat tetap yang cenderung mendorong orang untuk
mencapainya, sehingga cita-cita itu sekaligus menjadi dasar, pandangan atau paham, dari
seseorang untuk melakukan perbuatan. Jika suatu negara memiliki suatu gagasan yang hendak
diwujudkan atau suatu cita-cita yang ingin dicapai maka pada dasarnya negara tersebut
memiliki ideologi. Beberapa tokoh juga memberikan pengertian tentang ideologi, yaitu sebagai
berikut:
a. Karl Marx (Winarno,2012:6). Menurutnya Ideologi merupakan alat untuk mencapai
kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
b. A.S. Homby (Damayanti,2011:8). Menurutnya, ideologi adalah seperangkat gagasan
yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik yang dipegang oleh seseorang atau
sekelompok orang.
c. Ma’mur (Afandi,2012:81) ideologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
ide-ide (the science of ideas) atau ajaran tentang pengertian dasar.
d. Darmodiharjo (Afandi dkk,2012:82). Menurutnya ideologi juga dapat diartikan suatu
gagasan yang berdasarkan ide tertentu.
e. Mubyarto (Afandi,2012:82) mendefinisikan bahwa ideologi sejumlah doktrin,
kepercayaan, dan symbol symbol masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan
atau pedoman kerja untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.
f. Osman dan Alfian (Afandi,2012:82) memaknai bahwa ideologi berintikan serangkai
nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Melalui sistem nilai dasar ini mereka mengetahui bagaimana
cara yang paling baik dalam bersikap dan bertingkah laku untuk mempertahankan dan
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.

1
g. Paspowardojo (Afandi,2012:83) mengemukakan bahwa ideologi dipahami sebagai
keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara
konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h. Ramlan Surbakti (winarno,2012:3) menyatakan ideologi adalah suatu pandangan atau
suatu sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang tujuan yang hendak dicapai
oleh suatu masyarakat dan mengenai cara-cara yang dianggap baik untuk mencapai
tujuannnya.
Menurutnya ideologi dalam suatu masyarakat memiliki dua fungsi. Yang
pertama,sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu
masyarakat. Yang kedua,sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA POLITIK


1. Pengertian Etika
Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia
yang dilakukan dengan sadar dilihat dari suduh baik buruknya. Etika
membicarakan seluruh kepribadian baik hati nurani, ucapan dan perbuatan manusia
baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika
memberikan standar atau penilaian terhadap tingkah laku manusia. Berkaitan
dengan hal tersebut, etika dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan, yaitu:
a. Etika Deskriptif, ialah etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa
memberikan penilaian.
b. Etika Normative, ialah etika yang mengemukakan suatu penilaian mana
yang baik dan mana yang buruk, dan apa yang sebagainya dilakukan oleh
seseorang.
c. Etika individual, ialah etika yang objeknya tingkah laku manusia sebagai
makhluk individu. Misalnya, berkaitan dengan tujuan hidup manusia.
d. Etika Sosial, ialah etika yang membicarakan tingkah laku dan perbuatan
manusia dengan hubungannya dengan orang lain. Misalnya, dalam keluarga,
masyarakat, negara dan sebagainya.
Keempat klasifikasi tersebut, menegaskan bahwa etika berkaitan dengan
masalah nilai. Hal ini dikarenakan etika pada hakikatnya membicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan predikat nilai yaitu susila dan asusila, baik dan
buruk.

2. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kosa kata politics¸yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu. Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang politik
maka, secara operasional bidang politik menyanglut konsep-konsep pokok yang
berkaitan denga negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan

3
(decision making), kebijaksanaan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi
(allocation).
Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan
dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara,
kalangan aktivis politik serta pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga
tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pengertian politik yang lebih luas, yaitu
menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut
masyarakat negara.

3. Pengertian Nilai, Moral, dan Norna


Nilai, moral, dan norma merupakan konsep yang saling berkaitan. Ketika konsep
ini saling terkait dalam memahami pancasila sebagai etika politik.
a. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin,
dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku
manusia.
Disamping teori nilai diatas, Prov. Notonegoro membagi nilai dalam 3
kategori, yaitu:
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktifitas.
3) Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi 4 macam, yaitu:
a) Nilai Kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia,
budi, dan cipta.
b) Nilai Keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c) Nilai Moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau
kemauan.
d) Nilai Religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan
nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber
kepada keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan.

4
b. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) = Kesusilaan, tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia.
c. Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya merupakan
perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral, dan
religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikendaki
oleh tata nilai untuk di patuhi. Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya
dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum,
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang
dikenal dengan sanksi, misalnya:
1) Norma Agama, dengan sanksinya dari Tuhan.
2) Norma Kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap
diri sendiri.
3) Norma Kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam
pergaulan masyarakat.
4) Norma Hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau denda yang
dipaksakan oleh alat negara.

4. Pengertian Etika Politik


Etika, atau filsafat moral mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan
kejahatan. Etika politik yang demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah
laku politik yang baik dan mana yang jelek. Apabila suatu politik sudah mengarah
pada kepentingan umum atau negara, itu etika politik yang baik, sedangkan apabila
suatu politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu
etika politik yang buruk. Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada
penyediaan alat-alat teoritis, untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi
politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan
apriori, melainkan secara rasional, objektif, dan argumentatif.
Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis
dapat dijalankan secara objektif. Etika politik dapat memberikan patokan orientasi

5
dan pegangan normatif bagi mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan
dan kehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia atau mempertanyakan
legitimasi moral sebagai keputusan politik. Suatu keputusan bersifat politis apabila
diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat
yang berdasarkan pancasila sehingga amat diperlukan untuk menampung tindakan-
tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Karena itu, etika
politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya
cakupan etika politik itulah maka seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar,
dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan bersalah. Ditunjang dengan alam
kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang) yang
begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan.
Akibatnya, pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada dan tidak berkembangnya
nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas publik.
Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi
suatu negara adalah adanya cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis
masyarakat, jaminan hak-hak asasi manusia menurut kekhasan paham
kemanusiaan dan struktur sosial budaya masyarakat masing-masing dan keadilan
sosial.
Tanpa disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah pada
kompetisi yang mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan politik setara
dengan sejumlah uang. Semua jabatan memiliki harga yang harus dibayar si
pejabat. Itulah mengapa para pengkritik dan budayawan secara prihatin
menyatakan arah etika dalam bidang politik (dan bidang lainnya) sedang berlarian
tunggang-langgang (meminjam Giddens, “run away”) menuju ke arah “jual-beli”
menggunakan uang maupun sesuatu yang bisa dihargai dengan uang.
Namun demikian, perlu dibedakan antara etika politik dengan moralitas
politisi. Moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara
pribadi (dan memang sangat diandalkan), misalnya apakah ia korup atau tidak
(disini tidak dibahas).

6
B. MACAM-MACAM IDEOLOGI DI DUNIA
1. Konservatisme
Sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini
berasal dari kata dalam bahasa latin, conservāre, melestarikan; "menjaga,
memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang
mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai
tujuan yang berbeda-beda pula.Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan
status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman
yang lampau, the status quo ante.
Ketika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang mapan,
golongan feudal berusaha mencari ideology tandingan untuk menghadapi
kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul ideology konservatisme
sebagai reaksi atas paham liberalisme. Paham konservatisme itu ditanda dengan
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat harus
memiliki struktur (tata) yang stabil sehingga setiap orang mengetahui
bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain.seseorang akan lebih
memperoleh kebahagiaansebagai anggota suatu keluarga anggota gereja daan
anggota masyarakat daripada yang dapat diperoleh secara individual.
2) Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung
jawab. Paam konservatif berpandangan pengatura yang tepat atas kekuasaan
akan menjamin perlakuan yang samaterhadap setiap orang.
3) Paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam
masyarakat untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan
dengan pahamliberal yang berpandangan pihak yang lemah harus
bertanggung jawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah yang
menimbulkan untuk pertama kali negara keseahteraan (welfare state) dengan
program-program jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah.
Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme adalah
menyangkut hubungan ekonomi dengan negara lain. Paham konservatif tidak
menghendaki pengaturan ekonomi (proteksi), melainkan menganut paham ekonomi
internasional yang bebas (persaingan bebas), sedangkan paham liberal cenderung

7
mendukung pengaturan ekonomi internasional sepanjang hal itu membantu buruh,
konsumen dan golongan menengah domestik.
Inti pemikiran: memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan,
baik berupa kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang
pula bahwa pola pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi
kini dan masa lampau.
Filsafatnya: Bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu,
sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur
social politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan. Landasan
pemikiran: Bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct and
desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui
peraturan yang ketat. System pemerintahan: demokrasi, otoriter. Positif:
Berkembang secara bertahap sesuai dengan kemampuan suatu negara. Negatif:
Masyarakat di atur oleh aturan yang ketat sehingga aspirasi mereka kurang di
perhatikan.

2. Komunisme
Komunisme adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal
dan sesuatu yang ada di suatu negara dikuasai secara mutlak oleh negara
tersebutPenganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang
ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama
kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi
kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling
berpengaruh dalam dunia politik. Negara yang masih menganut komunisme adalah
Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
Komunisme merupakan sebuah ideologi dunia yang muncul sebagai reaksi
dari kapitalisme. Paham komunisme mendasarkan pada Marxisme dan Leninisme.
Dengan begitu, Komunisme adalah Marxisme-Leninisme. Karl Marx, pencetus
Marxisme menganggap negara sebagai susunan golongan masyarakat yang
dibentuk untuk menindas golongan lain. Pemilik modal menindas kaum buruh.
Menurut Karl Marx, kaum buruh perlu membuat revolusi (perubahan secara
mendadak) untuk merebut kekuasaan negara dari golongan kapitalis dan borjuis

8
(orang-orang kaya). Dengan cara ini, kaum buruh akan menjadi penguasa dan dapat
mengatur negara.
Dalam usaha merebut dan mempertahankan kekuasaannya, komunisme
melakukan tindakan-tindakan berikut :
1) Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
2) Menciptakan konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu.
3) Komunisme tidak mengakui adanya Tuhan (atheisme), tapi lebih
mengutamakan materi.
4) Masyarakat komunis bercorak internasional. Artinya, masyarakat yang
dicita-citakan komunisme adalah masyarakat dunia, tanpa nasionalisme.
5) Komunisme bercita-cita menciptakan masyarakat tanpa kelas. Pertentangan
kelas, hak milik pribadi, dan pembagian kerja dianggap akan menjauhkan
dari suasana hidup yang aman dan tenteram.

3. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan
tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama.
Liberalisme dianut oleh negara-negara di berbagai benua. Benua amerika:
Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador,
Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay,
Venezuela Aruba, Bahamas, Republik Dominika,dll.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota
masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan
kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja
dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV).
Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint),
karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan
gereja dan raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan
ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.

9
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme
menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap
pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan
kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang
dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan
rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang
melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus
dilakukan.

4. Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik
modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol,
Australia, Portugis, dan Perancis.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik
modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem
perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan
sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Adam Smith adalah tokoh ekonomi

10
kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme yang dianggapnya kurang
mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang menganggap
tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi
haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-
komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang
akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam
Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur
pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari
intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua
pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya. Negara yang menganut paham
kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.

5. Fasisme
Istilah Fasisme berasal dari bahasa Italia, fascio dan bahasa Latin, kata fascis.
Artinyaseikat tangkai-tangkai kayu, dengan kapak di tengahnya. Pada zaman
kekaisaran Romawi, ikatan kayu ini dipersembahkan di depan pejabat tinggi.
Dengan kata lain, fascis menjadi simbol kekuasaan pejabat pemerintah.
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengutamakan kekuasaan
secara menyeluruh, tanpa adanya demokrasi. Paham ini menomorsatukan bangsa
sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Dapat pula dikatakan, fasisme
merupakan suatu sikap nasionalisme yang berlebihan.
Ciri khas ideologi fasisme sebagai berikut:
1) Mengingkari derajat kemanusiaan, Bagi fasisme, keberadaan pria melebihi
wanita, militer melebihi sipil, anggota partai melebihi bukan anggota partai,
bangsa satu melebihi bangsa lain, dan yang kuat harus melebihi yang lemah.
Dengan demikian, fasisme tidak mengakui adanya persamaan kedudukan dan
kemanusiaan, tapi lebih mengutamakan kekuatan.
2) Ketidakpercayaan pada kemampuan nalar, Keyakinan yang berkelebihan
merupakan sesuatu yang sudah tentu benar.
3) Pemerintahan oleh kelompok elit, Pemerintahan harus dipimpin oleh
beberapa orang elit. Jika muncul pertentangan pendapat, keinginan elit yang
berlaku.
4) Perilaku bertumpu pada kekuasaan dan kebohongan, Jika ada yang berusaha
menentang kekuasaan negara, maka dianggap musuh yang harus

11
dimusnahkan. Menurut ideologi ini, kebenaran terletak pada perkataan yang
berulang-ulang, bukan pada kebenaran yang sebenarnya.
5) Totalirisme, Fasisme bersifat total untuk menyingkirkan kaum yang
dianggap lebih rendah, seperti wanita. Pengawasan yang ketat selalu
dilakukan. Totalirisme memakai cara kekerasan.
6) Rasialisme dan imperialisme, Fasisme menganggap ras mereka lebih unggul
daripada ras lain. Oleh karena itu, ras lain harus tunduk dan dikuasai.
7) Menentang hukum dan keterlibatan internasional, Fasisme memilih perang
sebagai posisi tertinggi dalam peradaban manusia.

6. Sosialisme
Sosialisme atau sosialis adalah paham yang bertujuan membentuk negara
kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik
perseorangan. Sosialisme dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan
denganideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Negara yang
menganut paham sosialisme adalah Kuba dan Venezuela.
Inti pemikiran: Kolektifitas,kebersamaan,gotong royong. Filsafat:
Pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan
sama dan ada pemerataan dalam berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja,
pemerataan kesempatan berusaha,dll). Landasan pemikiran: Masyarakat dan
pemerintahan adalah suatu pola kehidupan bersama, karena manusia tidak dapat
hidup sendiri dan kehidupan manusia akan lebih baik jika ada kerja sama melalui
fungsi yang dilaksanakn oleh negara. Sistem pemerinahan: Demokrasi, otoriter
Positif: Negara kan berkembang karena adanya kerja sama dan saling mendukung
antara satu dengan yang lain. Negatif: Akan adanya kesalahpahaman karena ada
sekelompok golongan yang menganggap mereka adalah olongan yang
kaya,kerakusan dan ketamakan.

7. Anarkisme
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk
negara,pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang
menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara,
pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.

12
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki
berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan
secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan
administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
Inti pemikiran: Menciptakan masyarakat tanpa hirarkis. Landasan pemikiran:
Ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem
sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis
melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah
kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Sistem
Pemerintahan: Sosialis tanpa pemerintahan. Positif: Tidak ada pengekangan, tidak
ada perbedaan antara pemimpin dan bawahan karena tidak adanya sistem
pemerintahan yang mengatur. Negatif : Metode gerakan dengan menggunakan aksi
langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan yang ditempuh, yang berarti juga
melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama hal tersebut
ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun negara.

8. Demokrasi Islam
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan
prinsip-prinsip agama Islam ke dalam kebijakan publik. Ideologi ini muncul pada
awal perjuangan pembebasan atas daerah di mandat Britania atas Palestina
kemudian menyebar akan tetapi di sejumlah negara-negara dalam pratiknya telah
mencair dengan gerakan sekularisasi.

9. Demokrasi Kristen
Demokrasi Kristen adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan
prinsip-prinsip agama Kristen ke dalam kebijakan publik. Ideologi ini muncul pada
awal abad kesembilanbelas di Eropa, pengaruh di Eropa dan Amerika Latin akan
tetapi dalam pratiknya di sejumlah negara-negara telah mencair dengan gerakan
sekularisasi.

10. Demokrasi Sosial


Demokrasi Sosial adalah sebuah paham politik yang sering disebut sebagai
kiri atau kiri moderat yang muncul pada akhir abad ke-19 berasal dari gerakan
sosialisme.

13
11. Feminisme
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan
yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.
Kelahirannya pada era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary
Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Kata feminisme dikreasikan pertama
kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan
center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John
Stuart Mill, the Subjection of Women (1869).
Inti pemikiran : Emansipasi Wanita. Landasan Pemikiran : Bahwa wanita
tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan juga dapat melalkukan
seperti apa yangsi lakukan pria,wanita dapat melakukan apa saja. Sistem
pemerintahan: Demokrasi. Positif: Berkurangnya penindasan terhadap kaum
perempuan. Negatif: Banyakanya perceraian dikarenakan kaum feminisme tidak
mau diatur oleh pria sebagai suami karena adanya pengekaan terhadap mereka.

12. Gaullisme
Gaullisme adalah ideologi politik Perancis yang didasari pada pemikiran dan
tindakan Charles de Gaulle. Tema utama dari kebijakan luar negeri de Gaulle
adalah mengenai kemerdekaan nasional dengan beberapa konsekuensi praktisnya
yaitu dalam beberapa hal oposisi terhadap organisasi internasional seperti NATO
atau Komunitas Ekonomi Eropa.

13. Luxemburgisme
Luxemburgisme (juga ditulis Luxembourgisme) adalah paham teori Marxis
dan komunisme secara spesifik revolusioner berdasarkan tulisan-tulisan dari Rosa
Luxemburg, Menurut MK Dziewanowski terjadi penyimpangan dari tradisional
Leninisme, keterpengaruhan dari Trotskyisme Bolshevik yang kemudian diadopsi
oleh pengikutnya sendiri.
Luxemburgisme merupakan upaya melakukan tafsir atas ajaran Marxisme
yang berpengaruh terhadap revolusi Rusia, Rosa Luxemburg temasuk pihak yang
mengkritik ajaran politik dari Lenin dan Trotsky, dengan konsep "sentralisme
demokratis" sebagai demokrasi.

14
14. Nazisme
Nazisme, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus),
merujuk pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-
Sosialis Jerman, Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau
NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata Nazi jadi merupakan
singkatan Nasional Sosialisme atau Nationalsozialismus di bahasa Jerman. Sampai
hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan dan rasisme sering disebut
sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).

15. Islamisme
Islamisme adalah sebuah paham yang pertama kali dicetuskan oleh Jamal-al-Din
Afghani atau Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn (1838 - 1897), umumnya
dikenal sebagai Sayyid Jamal-Al-Din Al-Afghani, atau Al-Jamal Asadābādī-Din
sebagai paham politik alternatif dalam menyatukan negara-negara termasuk di
daerah Mandat Britania atas Palestina yang mempunyai akar budaya dan tradisi
yang berbeda dengan budaya dan tradisi Arab dalam tulisan di majalah al-'Urwat
al-Wuthqa, kemudian dikembangkan dan dikenal pula sebagai Pan Islamisme.

16. Komunitarianisme
Komunitarianisme sebagai sebuah kelompok yang terkait, namun berbeda
filsafatnya, mulai muncul pada akhir abad ke-20, menentang aspek-aspek dari
liberalisme, kapitalisme dan sosialisme sementara menganjurkan fenomena seperti
masyarakat sipil. Paham ini mengalihkan pusat perhatian kepada komunitas dan
masyarakat serta menjauhi individu. Masalah prioritas, entah pada individu atau
komunitas seringkali dampaknya paling terasa dalam masalah-masalah etis yang
paling mendesak, seperti misalnya pemeliharaan kesehatan, aborsi,
multikulturalisme, dan hasutan.

17. Maoisme
Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong adalah varian dari Marxisme-
Leninisme berasal dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Cina Mao Zedong (Wade-
Giles Romanization: "Mao Tse-tung").
Pemikiran Mao Zedong lebih disukai oleh Partai Komunis Cina (PKT) dan
istilah Maoisme tidak pernah dipergunakan dalam terbitan-terbitan bahasa

15
Inggrisnya kecuali dalam penggunaan peyoratif. Demikian pula, kelompok-
kelompok Maois di luar Cina biasanya menyebut diri mereka Marxis-Leninis dan
bukan Maois. Ini mencerminkan pandangan Mao bahwa ia tidak mengubah,
melainkan hanya mengembangkan Marxisme-Leninisme. Namun demikian,
beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan
tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis, dan karena itu menyebut diri
mereka "Marxis-Leninis-Maois" (MLM) atau "Maois" saja.

18. Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran
politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber
dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

19. Pancasila
Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla
berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan ś?la berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan

16
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal
1 Juni itu, katanya: “Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme,
mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca
Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa
namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah
kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.”

20. Stalinisme
Stalinisme adalah sistem ideologi politik dari Uni Soviet di bawah kepemimpinan
Joseph Stalin yang memimpin Uni Soviet pada tahun 1929 sampai dengan 1953
berkaitan erat dengan pemerintahan pengguna sistem ekstensif spionase, tanpa
pengadilan, dan politik penghapusan lawan-lawan politik melalui pembunuhan
langsung atau melalui pembuangan dan penggunaan propaganda untuk
membangun kultus kepribadian berupa diktator mutlak dengan menggunakan
negara kepada masyarakat untuk mempertahankan supermasi individual dengan
kontrol politik melalui partainya yaitu Partai Komunis.

21. Marxisme
Inti pemikiran : Teori nilai tenaga kerja. Filsafat : dialectical and historical
materialism. Landasan pemikiran : Adanya ketidakadilan dan pemaksanan
terhadap kaum buruh (Protelar) yang dipaksa untuk bekeraja berjam-jam dengan
upah minimum dan hasil kerja mereka di nikamati oleh kaum kapitalis.masalah ini
timbul karena adanya kepemilikan pribadi dan pengusaaan kekayaan yang di
dominasi oleh orang-orang kaya. Sistem pemerintahan : -. Positif : keadilan dalam
kehidupan serta pemerataan terhadap segala hal. Negatif : Pemberontakan terhadap
kaum kapitalis sehingga negara sulit untuk berkembang.
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan
antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami
Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya

17
dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya,
barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu
sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama
tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua
tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam
pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah
industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan
pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya
kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan
ekonomi dan demokrasi politik.

C. KARAKTERISTIK DAN MAKNA IDEOLOGI BAGI NEGARA


Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya melihat dari
sosok pengertiannya, atau hanya berangkat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan
oleh para ahlinya. Oleh karena itu, meskipun secara elementer akan dipaparkan beberapa
karakteristik ideologi sehingga upaya memahami makna suatu ideologi dapat dilakukan
lebih mudah. Makna suatu ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya. Beberapa
karakteristik suatu ideologi, antara lain:
1. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang
sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap
sebagai suatu yang sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini biasanya
akan mendorong munculnya suatu ideologi. Jika manusia, kelompok, ataupun
masyarakat mulai merasakan bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan hidupnya tidak
dapat direalisasikan, maka kesalahan pertama seringkali ditimpakan kepada
ideologi yang ada atau sedang dikembangkan. Biasanya ideologi yang ada
dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan eksistennya atau
justifikasi terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam melaksanakan
aturan main yang dicanangkan sebelumnya. Pendek kata, mereka tidak dapat
menerima batasan-batasan mengenai apa yang harus dijunjung tinggi dan
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari kondisi yang serba
kalut, yang dicirikan oleh menghebatnya ketegangan sosial, maka ketidakpuasan
terhadap masa lampau dan ketakutan menghadapi masa depan menjadi pendorong

18
muncul dan bangkitnya suatu ideologi yang mampu menjanjikan kehidupan yang
lebih baik.

2. Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis


Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau
ditawarkan ke tengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi harus
disusun secara sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara
rasional. Sebagai ide yang hendak mengatur tertib hubungan masyarakat, maka
ideologi biasanya menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang
hendak diwujudkan. Di samping itu, ideologi sering menampakkan sifat “self-
contained” dan “self-sufficient”. Ini mengandung pengertian bahwa ideologi
merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara beberapa premis dasar
yang memuat aturan-aturan perubahan dan pembaharuan. Meskipun ideologi
dikatakan sebagai suatu pola pemikiran yang sistematis, namun tidak jarang
dikatakan bahwa ideologi merupakan konsep yang abstrak. Hal ini tidak dapat
dipisahkan dengan deologi yang kurang mampu menggambarkan tentang realitas
dan lebih menggambarkantentang model atas dasar persepsi tentang realitas yang
ideal. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ideologi cenderung menjadi
reduksionis, dalam arti cenderung mengetengahkan penjelasan dan rekomendasi
yang sederhana, umum, dan lebih mudah dipahami.

3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam


Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, mulai dari penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai pada
gagasan-gagasan atau panangan-pandangan yang komperehensif (misalnya:
weltanschauung). Sebenarnya, sifat serba mencakup dari suatu ideologi sangat
tergantung pada ruang lingkup kekuasaan yang dapat dicakupnya. Ideologi-
ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih komprehensif dibandingkan dengan
ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan kekuasaan
mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Dengan demikian, ideologi dapat
memberikan gambaran tentang masyarakat bangsa yang akan direalisasikan
dengan berbagai pola perilakunya. Ideologi dapat menjadi indikator dalam
menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun masyarakatnya.dengan

19
demikian, ideologi dapat menjadi parameter dalam mengukur keber-hasilan suatu
bangsa.

4. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan


Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran
dan panutan, mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan
slogan-slogan atau simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-
gagasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan
masyarakatnya. berangkat dari tataran pemikiran semacam ini, dapat dikatakan
bahwaideologi berada pada keragaman landasan yang akhirnya akan membuahan
berbagai pemahaman dan penerimaan dari para pengikutnya.ketertarikan seseorang
pada suatu ideologi bisa didasarkan pada rangsangan intelektual, emosional, atau
yang paling sering adalah kepentingan pribadi. Disamping itu, unsur pengikat dapat
didasarkan pada daya tarik pemimpin yang kharismatik. Dengan demikian, tidak
mengherankan apabila para “ ideolog” cenderung menunjukkan militansi dan
fanatisme terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi sumber dukungan yang aktif
dan sangat loyal dengan pasif menerima ideologi apa adanya.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ideologi merupakan cerminan cara berpikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-cita yang mereka inginkan. Ideologi
merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan
semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Makna ideologi bagi suatu
Negara di cerminnkan oleh cara berpikir masyarakat, bengsa maupun negara, tetapi juga
membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Ideologi bagi suatu Negara sangat
menentukan ekstensi suatu bangsa dan negara untuk mencapai tujuan melalui berbagai
realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideolgi terkandung suatu orientasi
praktis. fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa.
Ideologi berfungsi mempersatukan sesama kita. Fungsi ideologi lainnya yaitu, sebagai
struktur kognitif, orientasi dasar, sebagai norma-norma yang menjadi pedoman, sebagai
kekuatan untuk mencapai tujuan, sebagai sumber edukasi untuk masyarakat, dan sebagai
jallan untuk menentukan identitas diri. Selain itu, unsur-unsur juga mempengaruhi suatu
ideologi di antara seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis, pedoman
mengenai cara hidup, tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelempok, dipegang teguh
oleh kelompok yang meyakinkannya. Banyak jenis ideologi yang terdapat di dunia untuk
itu kita harus mengetahui perbedaan-perbedaan dari ideologi-ideologi tersebut baik untuk
memilah atau sebagai ilmu pengetahuan.

B. SARAN
Dengan di buatnya makalah ini diharapkan pembaca lebih mengetahui mengenai
ideologi-ideologi yang terdap di dunia. Yang mana Ideologi merupakan bentuk cerminan
cara berpikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyaraka
itu menuju cita-cita yang mereka inginkan. Kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Karena penulis menyadari masih banyak
kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk. 2007. Sejarah SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira
 Wahyu Tysna, Ade. 2015. Makalah Ideologi. Serang : FISIP
 Agape Barus, Robi. 2016. Article macam-macam Jenis Ideologi yang ada di dunia
berserta ciri-ciri dan penjelasannya.
 Di dapat dari http://www.edukasinesia.com/2016/12/macam-macam-jenis-ideologi-
yang-ada-di-dunia-beserta-ciri-ciri-dan-penjelasannya-terlengkap.html

22
23

Anda mungkin juga menyukai