Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TOKSIKOLOGI

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

DISUSUN OLEH:
TLM 02-A
SYARIFATUN UMNIYYATI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
ANALISIS ZAT WARNA TARTRAZIN PADA JAJANAN MINUMAN RINGAN TAK
BERLABEL YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI BANDA ACEH

DASAR TEORI : Perkembangan teknologi pengolahan pangan dewasa ini telah


menghasilkan berbagai produk makanan dan minuman yang terbungkus
dengan berbagai bahan kemasan baik dari kaleng, gelas, aluminium, dan
berbagai jenis plastik. Aneka ragam jenis kemasan makanan dan
minuman dengan berbagai warna dan bentuk mempunyai nilai tersendiri
dan sangat menarik (Kristianigrum, 1997).
Sebagian besar minuman kemasan banyak mengandung bahan aditif
seperti pengawet, pemanis, pewarna, dan lain-lain. Walaupun
penggunaan bahan aditif mempunyai nilai positif pada produk pangan
yang di produksi tetapi penggunaan bahan aditif juga dampak negatif
atau sangat berbahaya bagi kesehatan.
Penggunaan bahan pewarna makanan yang diizinkan dalam makanan
dengan batas maksimum penggunaannya telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/MEN.KES.PER/IX/88
Tentang Bahan Tambahan Makanan khususnya untuk Tartrazine dengan
kadar yang diizinkan masing-masing untuk minuman ringan dan
makanan cair yaitu 70 μg/mL untuk produk siap konsumsi. Sedangkan
berdasarkan WHO adalah 0-7,5 mg/Kg untuk Tartrazine (Anonim,
1984).
Winarno, 2004 menyatakan bahwa Tartrazine merupakan pewarna
sintetis dari salah satu kelas ozo yang menghasilkan warna kuning
dengan gugus bis-azon R-N=N-R1-N=N-R2. Dimana R, R1, R2 adalah
gugus aromatik. Selain memiliki gugus kromofor yang memiliki ikatan
phi (𝜋) terkonjugasi. Penggunaan tartrazine dapat memberikan efek
yang berbahaya, seperti urtikana (alergi kulit), rhinitis (pilek), asma,
purpura (memar pada kulit) dan anafilaksis sistemik (shock).[1]
TUJUAN JURNAL : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
zat warna Tartrazine dan kadar zat warna Tartrazine yang terdapat pada
jajanan minuman ringan tak berlabel yang dijual oleh pedagang kaki
lima didaerah Banda Aceh.
METODE JURNAL : Metode yang digunakan untuk menganalisis sampel adalah dengan
metode kualitatif (kromatografi kertas) dan metode kuantitatif
(spektrofotometri UV/Vis).
PROSEDUR : Peneliti turun langsung ke beberapa lokasi untuk melakukan
pengambilan sampel di daerah Banda Aceh dan juga memeriksa
beberapa produk jajanan minuman ringan yang terindikasi menggunakan
pewarna makanan. Kemudian sampel dianalisis secara kualitatif dengan
metode kromatografi kertas.
 Sampel cair dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 ml atau
jika sampel padatan sebanyak 10-25 gram;
 Diasamkan dengan 5 ml asam asetat 10%;
 Dimasukkan dan direndam benang wool ke dalam sampel dan di
panaskan hingga mendidih ( 10 menit);
 Benang wool diambil dan dicuci dengan air, dibilas dengan aquadest;
 Benang wool dimasukkan ke dalam 25 ml amoniak 10% dan di
panaskan hingga warna benang wool luntur;
 Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas waterbath sampai
kering;
 Residu ditambahkan beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada
kertas kromatografi;
 Dieluasi dalam bejana (eluen= etilmetilketon(70):aseton(30):air(30)
sebanyak 15 ml);
 Kertas kromatografi diangkat dan dikeringkan;
 Amati perubahan warna yang terjadi.
Selanjutnya, sampel dilakukan analisis secara kuantitatif menggunakan
metode spektrofotometri UV/Vis.
 Dilakukan pembuatan larutan standar;
 Zat warna tartrazine sebanyak 0,1000 gram dilarutkan dalam 100 ml
aquadest (larutan induk tartrazine 1000 mg/L);
 Larutan induk diencerkan menjadi 5 konsentrasi (10,30,50,70, dan 90
mg/L);
 Dilakukan preparasi sampel dengan menggunakan metode
kromatografi kertas;
 Larutan warna yang telah ditarik dari benang wool dalam amoniak
dianalisa dengan spektrofotometer UV-Visibel.
HASIL JURNAL : Dari hasil analisis yang pertama yaitu menggunakan metode
kromatografi kertas, didapat bahwa 5 sampel jajanan minuman ringan
yang dijual oleh pedagang kaki lima di daerah Banda Aceh positif
menggunakan zat warna tartrazine.
Apabila nilai Rf sampel mendekati atau melebihi nilai Rf standar, maka
sampel dikatakan positif mengandung pewarna tartrazine.
Perhitungan:
Jarak yang ditempuh komponen
Rf =
Jarak yang ditempuh eluen
Hasil Analisis Metode Kromatografi Kertas:

NAMA RfStandar RfSampel


NO KETERANGAN
SAMPEL (cm) (cm)
1. Sampel A 1,3 1 Positif (+)
2. Sampel B 2,4 4 Positif (+)
3. Sampel C 2,6 3,3 Positif (+)
4. Sampel D 2,9 3 Positif (+)
5. Sampel E 3,5 2,6 Positif (+)

Hasil Analisis Metode Spektrofotometer UV/Vis:

NAMA KADAR ZAT WARNA


NO ABSORBAN
SAMPEL TARTRAZINE (ppm)
1. Sampel A 0,234 1,06457
2. Sampel B 1,242 28,1832
3. Sampel C 1,704 40,6126
4. Sampel D 0,779 15,7269
5. Sampel E 1,270 28,9365
Dari hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel diatas adalah bahwa
penggunaan zat warna tartrazine pada sampel jajanan minuman ringan
ini melebihi batas maksimum yang diserap oleh tubuh, yaitu sekitar 7,5
mg/Kg/day berdasarkan ADI (Acceptable Daily Intake).
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2002. Tartrazine Metals and Arsenic Prepared at the 28 JECFA (1984). Published
in FNP 31/1 (1984) and in FND 52 (1992) Specifications revises at the 59th JECFA.
2. Kristianingrum, S. 1997. Perkembangan Teknologi Pengolahan Pangan dan Pengaruhnya
Terhadap Konsumen. Cakrawala Pendidikan No. 2., Tahun XVI.
3. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai