Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TOKSIKOLOGI PRAKTIK

IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM MAKANAN

DISUSUN OLEH:
TLM 02-A
Syarifatun Umniyyati / NIM: P27903118045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM MAKANAN

HARI/TANGGAL : Rabu, 01 April 2020


METODE PRAKTIKUM : Metode Destilasi
TUJUAN PRAKTIKUM : Untuk mengetahui adanya kandungan formaldehid dalam
sampel makanan.
PRINSIP : Sampel dipanaskan dalam penangas air yang mendidih, formaldehid
direaksikan dengan asam kromatopat (Chromotopic acid 1,8 dihidroks
naftalen 3,6 disulfonatsodium salt) membentuk senyawa yang berwarna
ungu.

DASAR TEORI : Makanan seperti pentol, tahu, ikan asin pada dasarnya mengandung
protein serta kadar air yang tinggi yang apabila disimpan lama, maka
akan mempercepat proses pembusukan dan jika disimpan di suhu dan
tempat yang kurang bak pun juga mempercepat pertumbuhan bakteri dan
jamur. Oleh sebab itu, dewasa ini produsen makanan banyak mensiasati
bagaimana agar makanan yang mereka jual awet, tahan lama, dan juga
masih layak djual agar mereka tidak mengalami kerugian dengan
menambahkan formalin pada bahan makanan. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Tahun 2012 No. 033 menyatakan bahwa, formalin
dilarang sebagai Bahan Tambahan Pangan[2]. Alasan produsen/industr
makanan melakukan hal yang curang dan merugikan itu dikarenakan
demi meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan zat-zat
berbahaya ke dalam makanan yang mereka jual[5].
Sifat fisik larutan formaldehida adalah merupakan cairan jernih, tidak
berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang
selaput lendir hidung dan tenggorojan dan jika disimpan ditempat dingin
dapat menjadi keruh. Biasanya disimpan dalam wadah tertutup,
terlindung dari cahaya dengan suhu tempat penyimpanan di atas 20C
(Depkes RI, 1995).
ALAT DAN BAHAN : ALAT BAHAN
1. Lumpang dan Alu 1. Sampel (Tahu)
2. Neraca Analitik 2. Asam Fosfat (H3PO4) Pekat
3. Spatula 3. Lar. Jenuh Asam Kromatopat
4. Batang Pengaduk 500 mg Chromatofit acid
5. Kaca Arloji dilarutkan dalam 100 mL
6. Erlenmeyer H2SO4 72%
7. Hot Plate 4. Aquadest
8. Tabung Reaksi
9. Rak Tabung
10. Beaker Glass
11. Gelas Ukur
12. Pipet Tetes
13. Pipet Ukur dan Bulb
14. Penjepit Tabung
15. Kapas dan Tisu

SKEMA KERJA :

SIAPKAN SAMPEL
HALUSKAN
ALAT DAN DITIMBANG
SAMPEL
BAHAN SEBANYAK 10
GRAM

TAMBAHKAN MASUKKAN KE
100 ML DALAM
AQUADEST ERLENMEYER

DITETESKAN
HOMOGENKAN 2 TETES
H3PO4
DITAMBAHKAN DILAKUKAN

5 ML ASAM DESTILASI

KROMATOPAT SAMPAI 1 ML

HOMOGENKAN

DI DIDIHKAN
AMATI
SELAMA 15
HASILNYA
MENIT

Didihkan selama
HASIL PENGAMATAN :
15 menit

Sampel membentuk cincin violet yang


megindikasikan bahwa sampel
POSITIF (+) mengandung formalin.

INTERPRETASI HASIL : (+) Positif : Ungu kehitaman (cincin violet)


(-) Negatif : Tidak terbentuk warna ungu kehitaman

PEMBAHASAN : Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode destilasi,


sampel membentuk cincin berwarna violet setelah dilakukan pemanasan
hingga mendidih selama 15 menit yang berarti sampel tahu positif (+)
mengandung formalin. Penelitian (Khaira) mengatakan formalin
memiliki unsur aldehid yang mudah bereaksi dengan protein, karenanya
ketika disiramkan ke makanan seperti tahu formalin akan mengikat
unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu sampai ke bagian
dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari
formalin, maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein
yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam, sehingga tahu akan menjadi lebih awet [1].
Bahaya formaldehida terhadap kesehatan manusa dapat mengakibatkan
terjadinya iritasi pada membran mukosa, dermatitis, gangguan pada
pencernaan, hematemesis, hematuria, anuria, acidosis, vertigo, koma
dan kematian (Windholz, 1976).
Formaldehida yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera
diabsorbsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing
kepala, rhinitis, rasa terbakar dan lakrimasi (keluar air mata dan pada
dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis, edema pulmonary atau
pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan
akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan
alergi, asma, dan dermatitis. Jika masuk lewat penelanan (ingestion)
sebanyak 30 ml (2 sendok makan) dari larutan formaldehida dapat
menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif larutan
formaldehida terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual,
muntah, nyeri, pendarahan dan perforasi. Jika terpapar secara terus
menerus, dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung
(Widyaningsih, 2006).
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan
pengawet. Sebagai desinfektan, formaldehida dimanfaatkan untuk
pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian. Formaldehida dipakai
sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan
formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat
kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk
mematikan bakteri dan mengawetkan bangkai (Windholz, 1976).

KESIMPULAN : Kesimpulan dari praktikum Identifikasi Formaldehid pada Sampel


Tahu dengan menggunakan metode destilasi, telah terdeteksi sampel
mengandung formalin yang ditandai dengan adanya pembentukan
cincin berwarna violet pada lapisan atas sampel.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khaira, Kuntum. “Pemeriksaan Formalin pada Tahu yang Beredar di Pasar Batusangkar
Menggunakan Kalium Permanganat (KmnO4) Dan Kulit Buah Naga”. Jurnal Sains dan
Teknologi. 2015. 7(1).
2. Permenkes RI, Tentang Bahan Tambahan Pangan, Permenkes RI No. 033 Tahun 2012.
3. Widyaningsih, TD. 2006. Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan. Surabaya:
Penerbit Trubus Agrisarana.
4. Windholz. 1976. The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals and Drugs. Ninth
Edition. Rahway USA: Merck and Co. Inc.
5. Yuliarti N. Awasi Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai