Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak zaman
kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding father
bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam pengelolaan
negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa pada saat itu.
Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam rangka merespon permasalahan
bangsa yang semakin kompleks.

Sistem Politik Indonesia adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat, prinsip, penentuan


tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, skala prioritas, dll) yang terorganisir
dalan negara Indonesia untuk mengatur pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan  demi
kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat. Kemudian untuk mewujudkan semua tujuan sistem
politik di Indonesia membutuhkan suprastruktur dan infrastruktur yang baik.  Mereka adalah
lembaga negara (Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY dan lembaga
lainnya) sebagai kekuatan utama dan didukung oleh partai politik, organisasi masyarakat, media
komunikasi politik, pers, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat agar kebijakan pemerintah
sesuai dengan hati rakyat.
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem
Sistem menurut pamudji (1981:4) merupakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek
atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau utuh. Sistem juga dapat diartikan sebagai
kerjasama suatu kelompok yang saling berkaitan secara utuh, apabila suatu bagian terganggu
maka bagian yang lain akan merasakan kendalanya. Namun, apabila terjadi kerjasama maka akan
tercipta hubungan yang sinergis yang kuat. Pemerintah Indonesia adalah suatu contoh sistem,
anak cabangnya adalah sistem pemerintahan daerah, kemudian seterusnya sampai sistem
pemerintahan desa dan kelurahan.

B. Pengertian Politik
Kata ”politik” (Yunani) ”polis” berarti negara kota. “Polis” berarti “city state” merupakan segala
aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk kelestarian dan perkembangannya “politike techne”
(politika). Politik dalam bahasa arabnya disebut “siyasyah” yang kemudian diterjemahkan
menjadi siasat, atau dalam bahasa inggrisnya “politics”. Dalam arti umum, politik adalah
macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik/negara yang menyangkut proses menentukan
dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem itu.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar-dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-
tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

C. Pengertian Sistem Politik


Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja
dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara). Ada beberapa definisi mengenai sistem
politik, diantaranya :

1. Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang
merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
2. Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan
antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
3. Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan
menunjukkan suatu proses yang langgeng.
4. Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip yang membentuk
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau
kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang
langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).
PEMBAHASAN

A. Sistem Politik Indonesia

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan,
upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnya.

Di Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem politik demokrasi pancasila yakni sistem
politik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan yang
demokratis. Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945.
Sistem politik Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amandemen terhadap UUD
1945. Amandemen terakhir atas UUD 1945 dilakukan pada tahun 2002. Perbandingan sistem
politik Indonesia sebelum amandemen dan sesudah amandemen UUD 1945 adalah sebagai
berikut :

1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensiil artinya presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.

UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab
penyelenggaraan negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga negara.
UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara dan DPR.
Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan menjalankan tugasnya yang dibantu oleh seorang
wakil presiden serta kabinet. Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang
dilakukan oleh MA sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain
yang berada dibawahnya.

2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945

Pokok-pokok sistem politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :

1. Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik. NKRI
terbagi dalam 33 provinsi dengan menggunakan prinsip desentralisasi.
2. Kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden tidak bertanggung jawab pada
parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden beserta wakilnya
adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.
3. Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-lembaga negara
seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA.
4. DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang berada langsung
dibawah presiden.
5. Kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan anggaran belanja
negara dan mengawasi jalannya pemerintahan.

B. Batasan Sistem Politik
Batasan sistem politik menurut beberapa ahli:

1. Rusandi Simuntapura, sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi/peranan


2. dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu
3. proses yang langgeng.
4. Sukarna, sistem politik ialah tata cara mengatur negara.
5. David Easton,sistem politik dapat diperkenalkan sebagai interaksi yang diabstraksi-
6. kan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai dialokasikan secara otori-
7. tatif kepada masyarakat.
8. Robert Dahl, sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antara manusia serta
melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan, dan

C. Ciri-ciri Umum Sistem PolitikSistem politik menurut Almond, memiliki 4 (empat) ciri-ciri,
antara lain:

1. Mempunyai kebudayaan politik


2. Menjalankan fungsi-fungsi
3. Memiliki spesialisasi
4. Merupakan sistem campuran

D. Fungsi Sistem Politik


Sistem politik mempunyai beberapa fungsi, diantaranya.

1. Kapabilitas, adalah kemampuan sistem politik dalam menjalankan fungsinya (eksistensi) di


lingkungan yang lebih luas. Kantaprawira,(2006) mengemukakan bentuk kapabilitas suatu
sistem politik berupa:

a. Kapabilitas Regulatif,
Kapabilitas regulatif suatu sistem politik merupakan penyelenggaraan pengawasan terhadap
tingkah laku individu dan kelompok  yang ada di dalamnya; bagaimana penempatan kekuatan
yang sah (pemerintah) untuk mengawasi tingkah laku manusia dan badan-badan lainnya yang
berada di dalamnya, semuanya merupakan ukuran kapabilitas untuk mengatur atau
mengendalikan.
b. Kapabilitas Ekstraktif,
SDA dan SDM sering merupakan pokok pertama bagi kemampuan suatu sistem politik.
Berdasarkan sumber-sumber ini, sudah dapat diduga segala kemungkinan serta tujuan apa saja
yang akan diwujudkan oleh sistem politik. Dari sudut ini, karena kapabilitas ekstraktif
menyangkut soal sumber daya alam dan tenaga manusia, sistem politik demokrasi liberal, sistem
politik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila tidak banyak berbeda. SDA
dan SDM Indonesia boleh dikatakan belum diolah secara otpimal. Oleh karena masih bersifat
potensial.

c. Kapabilitas Distributif
Kapabilitas ini berkaitan dengan sumber daya yang ada diolah, hasilnya kemudian
didistribusikan kembali kepada masyarakat. Distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan
bahkan juga kehormatan dapat diberi predikat sebagai prestasi riil sistem politik. Distribusi ini
ditujukan kepada individu maupun semua kelompok masyarakat, seolah-olah sistem poltik itu
pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat.

d. Kapabilitas Responsif
Sifat kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik ditentukan oleh hubungan
antara input dan output. Bagi para sarjana politik, telaahan tentang daya tanggap ini akan
menghasilkan bahan-bahan untuk analisis deskriptif, analisa yang bersifat menerangkan, dan
bahkan analisa yang bersifat meramalkan. Sistem politik harus selalu tanggap terhadap setiap
tekanan yang timbul dari lingkungan intra-masyarakat dan ekstra-masyarakat berupa berbagai
tuntuan.

e. Kapabilitas Simbolik.
Efektifitas mengalirnya simbol dari sistem politik terhadap lingkungan intra dan ekstra
masyarakat menentukan tingkat kapabilitas simbolik. Faktor kharisma atau latar belakang sosial
elit politik yang bersangkutan dapat menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas simbolik.
Misalnya Ir Soekarno Megawati,  dengan keidentikan seorang pemimpin dengan tipe “panutan”
dalam mitos rakyat, misalnya terbukti dapat menstransfer kepercayaan rakyat itu menjadi
kapabilitas benar-benar riil.

f. Kapabilitas Dalam Negeri dan Internasional


Suatu sistem politik berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional.
Kapabilitas domestik suatu sistem politik sedikit banyak juga ada pengaruhnya terhadap
kapabilitas internasional. Yang dimaksud dengan kapabilitas internasional ialah kemampuan
yang memancar dari dalam ke luar. Misalnya kebijakan sistem politik luar negeri Amerika
Serikat terhadap Israel, juga akan mempengaruhi sikap politik negara-negara di timur tengah.
Oleh karena itulah pengaruh tuntutan dan dukungan dari luar negeri terhadap masyarakat dan
mesin politik resmi, maka diolahlah serangkaian respons untuk menghadapinya.
Politik luar negeri suatu negara banyak bergantung pada berprosesnya dua variabel, yaitu
kapabilitas dalam negeri dan kapabilitas internasional.

2. Konversi, menggambarkan kegiatan pengolahan input menjadi ouput mulai dari :


penyampaian tuntutan, perangkuman tuntutan menjadi tindakan pembuatan aturan, pelaksanaan
peraturan, menghakimi, dan komunikasi.

3. Adaptif, yaitu menyangkut sosialisasi & rekruitmen yg bertujuan memantapkan bangunan


struktur politik dari sistem politik. Fungsi sistem politik Pemeliharaan dan penyesuaian
(adaptation) adalah menyangkut sosialiasasi dan rekrutmen yang bertujuan untuk memantapkan
bangunan struktur politik dari sistem politik (Untari, 2006).
Sukarna (1979:28-29) mengemukakan ada dua fungsi utama yang merupakan ciri esensial (yang
perlu ada) dalam sistem politik, ialah:
a. Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the population); dan
b. Pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders or Official decision
maker).

G. Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia

1. Infrastruktur Politik

Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang berhubungan dengan kehidupan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan
fungsi serta kekuasaannya masing-masing. Untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat
dalam penyelanggaraan pemerintahan negara. Berdasarkan teori politik, infrastruktur politik
mencakup :

1. Partai politik (political party), sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Berikut merupakan beberapa fungsi
partai politik :

 Komunikasi politik : Penyalur aspirasi rakyat kepada pemerintah,


 Sosialisasi politik : Pengenalan nilai dan norma etika.
 Rekruitmen politik : Merekrut anggota partai politik.

1) Masa Pra Kemerdekaan


Budi Utomo (Jakarta, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama yang melakukan
perlawanan secara non fisik. Dalam perkembangannya menjadi partai-partai politik yang
didukung kaum terpelajar dan  buruh tani.
2) Masa Pasca Kemerdekaan
Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945.

Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada instabilitas politik,
sehingga mandeknya pemb ekonomi dan rawannya keamanan. Akibat konflik berkepanjangan
pada Badan Konstituante (merumuskan UUD), mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin.

3) Masa Orde Baru


Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah parpol yang banyak,
tidak menjamin stabilitas politik.
Terjadi penyederhanaan partai politik : Partai berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai
Islam) menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP); Partai berbasis sosialis dan nasionalis
(Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 dan 1982 hanya diikuti 3 (tiga) peserta : PPP
(ke-Islaman & ideologi Islam); Golkar (kekaryaan dan keadilan sosial); PDI (demokrasi,
kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan).

4) Masa/Era Reformasi
Berdasarkan UU No. 3/1999, partai-partai politik di Indonesia diberikan kesempatan hidup
kembali mengikuti pemilu multi partai (diikuti 48 parpol).

1. Kelompok penekan (pressure group), merupakan salah satu institusi politik yang dapat
dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran
akhir adalah untuk mempengaruhi bahkan membentuk kebijakan pemerintah. Contoh
institusi Kelompok penekan : Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi sosial
keagamaan, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Lingkungan Hidup, Organisasi pembela
Hukum dan HAM, Yayasan atau Badan hukum lainnya.
2. Media komunikasi politik (political communication media), merupakan salah satu instrumen
politik yang dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik.
Contoh media komunikasi : surat kabar, telefon, faximile, internet, televisi, radio, film, dan
sebagainya.
3. Tokoh politik (political figure), pengangkatan tokoh-tokoh politik merupakan proses
transformasi seleksi terhadap anggota-anggota masyarakat dari berbagai subkultur.

H. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik adalah struktur politik pemerintahan yang berkaitan dengan lembaga-
lembaga negara yang ada, serta hubungan kekuasaan antara lembaga satu dengan yang lain.
Pada Negara Monarki, pemerintahan dikuasi oleh keluarga bangsawan. Raja/Ratu, berperan
sebagai lambang kebesaran/alat pemersatu. Kabinet dpt dibentuk berdasarkan pemilu (tergan-
tung tkt pendemokrasiannya). Pada Negara Republik, elit politik ada yang memegang
kekuasaannya secara diktator. Namun juga banyak yang bersifat demokratis (tergantung
Konstitusi/UUD negaranya).
Perkembangan ketatanegaraan modern, pada umumnya elit politik pemerintah dibagi dalam
kekuasaan :

 Eksekutif. Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden, presiden adalah pemegang


kekuasaan pemerintahan negara. Presiden di bantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri,
untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain :
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD;
 Menetapkan peraturan pemerintah;
 Mengangkat memberhentikan menteri-menteri; dll
 Legislatif. Indonesia menganut sistem bikameral. Di tandai dengan adanya lembaga
perwakilan, yaitu DPR dan DPD. Dengan merujuk asas trias politika. Kekuasaan legislatif
terletak pada MPR dan DPD.
 MPR. Kewenangan:

Mengubah menetapkan UUD


Melantik presiden dan wakil presiden, dll

 Tugas:

Membentuk UU
Membahas RAPBN bersama presiden, dll.

 DPD. Fungsi :

Mengawas atas pelaksanaan UU tertentu


Pengajuan usul

 Yudikatif (mengadili pelanggaran undang-undang). Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan


tentang kekuasaan kehakiman dan memiliki tugas masing-masing. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh :
 Mahkamah Agung (MA)
 Mahkamah Konstitusi (MK)
 Komisi Yudisial (KY)
 Insfektif

Dengan sistem pembagian atau pemisahan kekuasaan, suprastruktur harus didukung infrastruktur
politik (rakyat, partai politik dan ormas), dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya.

Mekanisme pemerintahan (infrastruktur dan suprastruktur politik) dapat memenuhi fungsinya,


manakala sistem politik mampu :
 Mempertahankan pola (tata cara, norma-norma dan prosedur-prosedur yang berlaku).
 Menyelesaikan ketegangan (menyelesaikan, konflik dan perbedaan pendapat) yang
memuaskan semua pihak.
 Melakukan perubahan (kemampuan adaptasi dengan perkembangan baik di dalam maupun
luar negeri).
 Mewujudkan tujuan nasional (kristalisasi keinginan masyarakat untuk mencapai tujuan
tersebut).
 Mengintegrasikan dan menjamin keutuhan seluruh sistem.

I. Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara

1. Pendekatan Sistem Politik Negara

Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda. Untuk mempelajari proses politik suatu
negara diperlukan beberapa pendekatan yang didasarkan pada : Sejarah, Sosiologis, Kultural /
Budaya, Psycho-Sosial (Kejiwaan masyarakat), Filsafat, Ideologi, serta Konstitusi dan Hukum.
Terdapat 3 fungsi politik dalam menetukan cara bekerjanya sistem politik :

1. Sosial politik. Setiap sistem politik memiliki fungsi pengembangan dan memperkuat sikap-
sikap politik di kalangan penduduk umum.
2. Rekrutmen politik. Merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan masa
jabatan pemerintahan.
3. Komunikasi politik. Merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui
berbagai struktur yang ada dalam sistem politik.

Oleh sebab itu, dalam mmpelajari proses politik suatu negara diperlukan beberapa pendekatan
sebagai berikut:

1. Pendekatan Sejarah. Sistem politik dipelajari dari sejarah bangsa. Ada tiga factor yang
mempengaruhi pendekatan ini, yakni masa silam (the past), masa sekarang (the present), dan
masa yang akan datang (the future).
2. Pendekatan Sosiologis.  Untuk mempelajari sistem politik suatu negara perlu mempelajari
sistem sosial/sistem kemasyarakatan yang ada di suatu negara. Perbedaan-perbedaan sistem
sosial akan mempengaruhi terhadap sistem politik suatu negara.
3. Pendekatan Kultural/Budaya. Pendekatan ini dilihat dari pendidikan dan budaya
masyarakatnya.
4. Pendekatan Psikologi Sosial/Kejiwaan. Masyarakatan Dalam pendekatan dilihat dari sikap-
sikap masyarakat yang akan berpengaruh terhadap sikap-sikap politik.
5. Pendekatan Filsafat. Dalam pendekatan ini dibicarakan tentang filsafat yang menjadi way of
life dari masyarakat atau bangsa itu.
6. Pendekatan Ideologi. Didalam pendekatan ini, suatu sistem politik dilihat dan dipelajari dari
ideology bangsa/negara yang berlaku didalam negara itu.
7. Pendekatan Konstitusi dan Hukum. Didalam pendekatan ini, suatu sistem politik dilihat dari
konstitusi dan undang-undang serta hukum yang berlaku dedalam negara itu.

2. Perbedaan Sistem Politik Negara

1. Perbedaan dari segi Bentuk

Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda, perbedaan tersebut dapat dipandang
dari bentuk pemerintah, bentuk negara, sistem kabinet, bentuk parlemen, dll.

 Dipandang dari bentuk negara. Secara umum terdapat dua bentuk Negara yaitu Kesatuan dan
serikat/federasi.Negara Kesatuan     merupakan negara tunggal, jadi tidak ada Negara dalam
Negara, dan Negara serikat merupakan sebuah negara dimana negara tersebut terdiri atas
beberapa negara bagian.
 Dipandang dari bentuk pemerintahan. Terdapat dua bentuk pemerintahan yaitu Republik dan
kerajaan, Negara Republik di pimpin oleh seorang Peresiden yang diangkat melalui
pemilu,sedangkan kerajaan di pimpin oleh seorang raja yang di angkat secara turun temurun.
 Dipandang dari Sistem kabinet. Perbedaan Sistem politik bila di pandang dari sistem kabinet
dapat di bedakan menjadi dua yaitu kabinet ministerial dan
kabinet Presidensial.dalam cabinet ministerial eksekutif adalah perdana mentri sedangkan
cabinet Presidensial Kabinet dipimpin oleh Peresiden dan dibantu oleh para Mentri sehingga
Mentri bertanggung jawab terhadap Presiden.
 Dipandang dari Bentuk Parlemen. Bentuk parlemen terbagi dua yaitu Monocameral dan
Bicameral, monocameral merupakan sistem politik satu kamar dan Bicameral merupakan
bentuk parlemen dua kamar.

1. Perbedaan Ciri
 Sistem Politik Di Negara Komunis. Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan
hak milk pribadi, peniadaan hak-hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu
yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan
kebebasan berpendapat.
 Sistem Politik Di Negara Liberal. Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu
atau kelompok, pembatasan kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan agama, penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas,  sistem pemerintahan yang transparan yang
didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas.
 Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia. Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip,
prosedur, dan kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
 Ide kedaulatan rakyat
 Negara berdasarkan atas hukum
 Bentuk Republik
 Pemerintahan berdasarkan konstitusi
 Pemerintahan yang bertanggung jawab
 Sistem Pemilihan langsung
 Sistem pemerintahan presidensiil

a. Bentuk-bentuk partisipasi politik

Selain partisipasi di atas, ada pula bentuk partisipasi masyarakat dalam sistem politik yang
lainnya, yaitu:

1. Partisipasi aktif, yang merupakan kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan
perilaku tanggapan terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah.
2. Partisipasi pasif, yang merupakan kegiatan warga negara yang menerima atau menaati begitu
saja segala kebijakan pemerintah.
3. Partisipasi militant-radikal, yang merupakan kegiatan warga negara yang senantiasa
menampilkan perilaku tanggap terhadap berbagai kebijakan pemerintah, namun cenderung
menggunakan cara-cara non-konvensional, termasuk didalamnya menggunakan cara-cara
kekerasan.
4. Partisipasi apatis, yang merupakan kegiatan warga negara yang tidak mau tau dengan apapun
kebijakan yang dibuat pemerintah.

2. Faktor-Faktor Pendukung Partisipasi Politik

a. Pendidikan Politik
Menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk memasyarakatkan politik
dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat, meningkatkan kesadaran setiap warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat  
terhadap hak, kewajiban dan tanggungjawabnya terhadap bangsa dan negara.

b. Kesadaran Politik
Menurut Drs.M.Taupan, kesadaran politik adalah suatu proses batin yang menampakkan
keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan dalam kehidupan kenegaraan,
mengingat tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan
positif dari seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkalai.

c. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan
mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik. Adapun alat yang
dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain: keluarga, sekolah,
dan partai politik.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa sistem politik yang berlaku di Indonesia adalah
Demokrasi Pancasila, dimana rakyat turut serta dalam politik dengan memiliki hal politik
masing-masing sesuai dengan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Kenapa Indonesia tidak
menganut sistem politik liberal, fasisme, dan komunisme? itu semua dikarenakan Indonesia
sebagai negara demokratis tidak cocok menganut sistem politik tersebut.

B. Saran
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bangga Negara kita menganut sistem politik
demokrasi pancasila yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Oleh karena itu mari kita
membantu pemerintah untuk menjalankan sistem politik di Indonesia dengan cara apapun, bisa
dengan mengeluarkan pendapat yang membangun tapi tidak dengan bentuk anarkis.

Anda mungkin juga menyukai