Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

SISTEM SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK INDONESIA


Laporan Bacaan (Sistem Politik Indonesia Bab I dan II)

Disusun Oleh :
SITI AISYAH (2310842015)

Dosen Pengampu :
Fajri Rahman, S.Sos, M.A

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I
Pengantar Sistem Politik Indonesia

A. Pengertian Sistem Politik


Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur atau
komponen. Unsur setiap komponen itu saling berhubungan secara struktural dan
fungsional, yang memiliki keterikatan dalam mencapai tujuan utama.
Beberapa ahli yang mengemukakan definisi sistem, antara lain sebagai berikut.
1. Menurut Campbell (1979: 3), sistem adalah himpunan komponen atau
bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai
tujuan.
2. Awad (1979: 4), sistem adalah sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai
tujuan tertentu.
3. Konontz dan O. Donnell (1976: 14), sistem bukan wujud fisik, melainkan
ilmu pengetahuan yang disebut sebagai sistem yang terdiri atas fakta,
prinsip, doktrin, dan lainnya.
Adapunn kata politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya negara-kota
Empat asumsi Andrew Heywood mengenai “politik”
Keempat asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Politik sebagai seni pemerintahan, yaitu politik adalah penerapan kendali
dalam masyarakat melalui pembuatan dan pemberdayaan keputusan
kolektif. Asumsi ini adalah yang paling tua dan telah berkembang sejak
masa Yunani Kuno.
2. Politik sebagai hubungan publik. Aristoteles dalam bukunya Politics
menyatakan bahwa manusia adalah binatang politik.
3. Politik sebagai kompromi dan konsensus. Pembagian kekuasaan adalah
asumsi politik sebagai kompromi dan konsensus. Kompromi dan
konsensus dilawankan dengan brutalitas, pertumpahan darah, dan
kekerasan. Dalam politik, tidak ada pihak yang kepentingannya
terselenggarakan 100%. Masing-masing memoderasi tuntutan agar
tercapai persetujuan satu pihak dengan pihak lain.
4. Politik sebagai kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi orang atau kelompok lain dalam menuruti
kehendaknya. Dalam konteks politik, kekuasaan yang dirujuk adalah
kekuasaan sosial, yaitu produksi, distribusi, dan penggunaan sumber
daya suatu masyarakat.
Sistem politik adalah kesatuan seperangkat struktur politik yang memiliki
fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan negara. Pendekatan sistem politik
ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena
politik.
Sistem yang biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem
ekonomi, sistem agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. Beragam jenis
sistem yang berbeda tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaannya
terletak pada dimensi ontologis, sedangkan persamaannya terletak pada konsep
yang diukur antara satu sistem dan lainnya.
Beberapa ciri dari sistem politik menurut Easton, Ciri-ciri tersebut adalah:
1. unit-unit yang membentuk sistem itu dan luasnya batas-batas pengaruh
sistem itu
2. “input” dan “output” dari sistem yang tecermin dalam keputusan-keputusan
yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input) dalam sistem
tersebut
3. jenis dan tingkat diferensiasi dalam sistem tersebut
4. tingkat integrasi sistem politik yang mencerminkan tingkat efisiensinya.
Easton mendefinisikan politik sebagai proses alokasi nilai dalam masyarakat
secara otoritatif karena konsep sistem politik langsung berhubungan dengan
negara. Oleh karena itu, Michael Saward menyatakan adanya konsekuensi-
konsekuensi logis berikut:
1. bagi Easton hanya ada satu otoritas, yaitu otoritas negara;
2. peran dalam mekanisme output (keputusan dan tindakan) bersifat eksklusif,
yaitu hanya di tangan lembaga yang memiliki otoritas; Easton menekankan
pada keputusan yang mengikat dari pemerintah, sehingga:
(a) keputusan selalu dibuat oleh pemerintah yang legitimasinya bersumber
dari konstitusi;
(b) legitimasi keputusan oleh konstitusi dimaksudkan untuk menghindari
chaos politik;
4. sangat penting bagi negara untuk selalu beroperasi secara legitimate.
Empat atribut menurut Easton yang perlu diperhatikan dalam setiap kajian
sistem politik, yaitu sebagai berikut.:
1. Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik
2. Input-output
3. Diferensiasi dalam sistem
4. Integrasi dalam sistem

B. Sistem Politik Indonesia


Definisi yang menjelaskan sistem politik Indonesia, di antaranya sebagai berikut:
1. Sistem politik Indonesia adalah seperangkat interaksi perilaku sosial melalui
nilai-nilai yang disebarkan kepada masyarakat dan negara Indonesia. lingkungan
intramasyarakat akan memengaruhi sistem politik Indonesia, di antaranya adalah
landasan ro haniah bangsa, falsafah negara, doktrin politik, ideologi politik, dan
sistem nilai.
2. Sistem politik Indonesia berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi
dan penyusunan skala prioritasnya.
3. Sistem politik Indonesia berlaku di Indonesia, baik seluruh proses yang utuh
maupun sebagian.
4. Sistem politik Indonesia berfungsi seba gai mekanisme yang sesuai dengan dasar
negara.
faktor yang memengaruhi sistem politik Indonesia, di antaranya faktor
lingkungan, sosial budaya, dan kondisi ekonomi suatu negara. Pengaruh tersebut
membentuk perilaku politik dalam masyarakat dan negara, baik pemegang
kekuasaan maupun yang dikuasai dan dikendalikan oleh kekuasaan yang ada.

C. Ciri-ciri, Unsur-unsur, dan Sifat sistem


1. Ciri-ciri Sistem Menurut Elias M. Awad (1979: 5-8), ciri-ciri sistem adalah:
 terbuka;
 terdiri atas dua atau lebih subsistem;
 saling bergantung;
 kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
 kemampuan untuk mengatur diri sendiri; f. tujuan dan sasaran
Ciri-ciri pokok sistem menurut Dan Voich Jr. dan William A. Schrode yaitu:
 perilaku yang bertujuan;
 menyeluruh;
 terbuka;
 melakukan kegiatan transformasi;
 saling terkait mekanisme kontrol.
2. Ciri-ciri Pokok dari Sistem
Sistem mempunyai ciri-ciri pokok berikut:
 mempunyai tujuan;
 mempunyai batas (boundaries);
 memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan lingkungan;
 terdiri atas berbagai unsur atau komponen (sub system) yang saling
bergantung dan berhubungan;
 melakukan kegiatan atau proses trasformasi atau proses mengubah masukan
menjadi keluaran (processor or transformator);
 memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik.
 Demikian, setiap sistem mempunyai kemampuan mengatur dirinya sendiri
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Sistem, Unsur dan Tujuan Sistem

4. Sifat Dasar Sistem


a. Perilaku yang memiliki tujuan
b. Pengertian “wholism” (kadang-kadang “holism”)
c. Soal keterbukaan
d. Persoalan transformasi
e. Persoalan antar-keterkaitan
f. Persoalan mekanisme pengawasan

D. Ruang Lingkup Ilmu Politik


Salah satu fokus perhatian ilmu politik dalam masalah kekuasaan adalah:
1. upaya memperoleh kekuasaan;
2. mempertahankan kekuasaan;
3. penggunaan kekuasaan;
4. bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan.
Kata ‘politik’ dapat menunjuk pada:
1. Segi kehidupan manusia untuk kekuasaan (power relation). Misalnya:
 kebebasan politik;
 kebebasan politik;
 kejahatan politik;
 kegiatan politik;
 hal-hal yang berkaitan dengan politik

2. Tujuan yang hendak dicapai:


 politik keuangan;
 politik luar negeri;
 dalam negeri;
 ekonomi,

E. Sejarah Sistem Politik di Indonesia


1. Masa Orde Lama (Parlementer)
2. Masa Orde Baru
3. Hubungan Lembaga-lembaga Politik Orde Baru
4. Hubungan Negara dan Masyarakat
5. Praktik Negara Hegemonik dan Koersif
6. Peran Militer, Parpol, dan Dampaknya terhadap HAM
7. Kebijakan Politik Aliran

Bab 2
Struktur Sistem Politik

A. Pengertian Struktur Politik


secara etimologis, struktur politik berarti badan atau organisasi yang berkenaan
dengan urusan negara. Struktur politik meliputi struktur hubungan antarmanusia
dan struktur hubungan antara manusia dan pemerintah. Kekuasaan merupakan
fokus inti dari politik.
Klasifikasi kekuasaan dibagi menjadi dua:
1. sistem pemerintahan
2. sistem pemerintahan presidential

B. Struktur Politik Formal


Dalam sistem politik, struktur dibedakan atas kekuasaan eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. . Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-
undang, kekuasaan eksekutif melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan
yudikatif merupakan kekua saan yang mempunyai kewenangan untuk mengadili
pelanggaran undang-undang.

C. Struktur Politik Informal


1. Partai-partai Politik
Dalam sistem politik demokrasi, partai politik biasanya melaksanakan empat
fungsi berikut.
a. Sarana komunikasi politik.
b. Sarana sosialisasi politik.
c. Sarana rekrutmen politik
d. Sarana pengatur konflik
2. Struktur Politik Informal di Luar Partai Politik
seperti media massa, kelompok berbasis agama, LSM atau NGO, dan
asosiasi profesi

D. Undang-Undang Partai Politik


Partai politik, kedudukan, fungsi, dan peranannya dalam sistem politik di
Indonesia diatur oleh undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Partai Politik. Adapun landasan kontitusional terhadap
pembentukan Undang Undang No. 2 tahun 2011 tentang partai politik terdapat
dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yang menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
Undang.

E. Pendekatan Sistem Politik


1. Pendekatan Tradisional
yaitu pendekatan sistem politik yang memandang lembaga pemerintahan,
kekuasaan, dan keyakinan politik sebagai dasar analisis sistem politik.
2. Pendekatan Behavioralisme (Pendekatan Perilaku)
Pendekatan ini lebih didasarkan pada pernyataan, sikap dan perilaku
individu, organisasi dan lembaga pemerintahan yang sedang berjalan.
3. Pendekatan Pascaperilaku (Post Behavioralis)
Pendekatan pascaperilaku (post behavioral) ini timbul sebagai reaksi
terhadap aliran perilaku (behavioralism) karena menurut aliran
pascaperilaku, aliran perilaku sering melupakan nilai manusiawi.

F. Kapabilitas Sistem Politik


Kapabilitas adalah kemampuan sistem politik dalam bidang ekstraktif,
distributif, regulatif, simbolik, responsif, dan dalam negeri dan internasional
untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang termaksud dalam
pembukaan UUD 1945.
Macam-macam kapabilitas sistem politik:
1. Kapabilitas ekstraktif, yaitu kemampuan sistem politik untuk melakukan
eksplorasi potensi yang ada pada sumber daya alam dan sumber daya
manusia.
2. Kapabilitas distributif, yaitu kapabilitas sistem politik dalam mengelola dan
mendistribusikan sumber daya alam dan sumber daya manusia berupa
barang, jasa, kesempatan kerja, bahkan kehormatan
3. Kapabilitas regulatif, yaitu kapabilitas sistem politik untuk menyusun
peraturan perundangan mengawasi, mengatur, dan mengendalikan.
4. Kapabilitas simbolik, yaitu kemampuan untuk membangun pencitraan
terhadap kepala negara atau juga rasa bangga terhadap negaranya.
5. Kapabilitas responsif, yaitu kemampuan daya tanggap yang diciptakan oleh
pemerintah terhadap tuntutan atau tekanan.
6. Kapabilitas domestik dan internasional adalah kemampuan yang dimiliki
pemerintah dalam hal cara ia berinteraksi di lingkungan domestik ataupun
luar negeri.

G. Keterkaitan Kepentingan
Pelaksanaan sistem politik suatu negara nasional tidak dapat dihindarkan dari
sistem negara nasional lainnya. Bahkan, terjadi keterkaitan kepentingan
antarnegara nasional bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai