Dengan Sejarah
A. Pengertian System Politik
Sistem politik sama seperti sistem kehidupan lainnya, mempunyai kekhasan, yaitu adanya
integrasi, keteraturan, keutuhan, organisasi, koherensi, keterhubungan, dan saling
kebergantungan bagian-bagiannya. Banyak definisi yang berusaha menjelaskan sistem politik
Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
1. Sistem politik Indonesia adalah seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas
perilaku sosial melalui nilai-nilai yang disebarkan kepada masyarakat dan negara Indonesia.
Dengan pengertian tersebut lingkungan intramasyarakat akan memengaruhi sistem politik
Indonesia, di antaranya adalah landasan ro haniah bangsa, falsafah negara, doktrin politik,
ideologi politik, dan sistem nilai.
2. Sistem politik Indonesia adalah kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam negara
Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya
mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
3. Sistem politik Indonesia berlaku di Indonesia, baik seluruh proses yang utuh maupun
sebagian. Sistem politik di Indonesia dapat menunjuk pada sistem yang pernah berlaku di
Indonesia, yang sedang berlaku di Indonesia, atau yang berlaku selama berdirinya negara
Indonesia sampai sekarang.
4. Sistem politik Indonesia berfungsi seba gai mekanisme yang sesuai dengan dasar negara,
ketentuan konstitusional juga memperhitungkan lingkungan masyarakatnya secara real.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi sistem politik Indonesia, di antaranya faktor
lingkungan, sosial budaya, dan kondisi ekonomi suatu negara. Pengaruh tersebut membentuk
perilaku politik dalam masyarakat dan negara, baik pemegang kekuasaan maupun yang dikuasai
dan dikendalikan oleh kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, David Easton mengatakan bahwa
system politik adalah kehidupan politik yang merupakan sistem interaksi yang ditentukan oleh
fakta yang berhubungan dengan penyebaran nilai-nilai secara otoritatif dalam masyarakat.
Menurut Rusadi, sifat negara Indonesia mengandung unsur falsafah, gagasan, cita-cita,
nilai-nilai, doktrin, atau wawasan yang melekat pada Indonesia. Oleh karena itu, sistem politik
Indonesia merupakan sistem khas atau politik yang bersifat keindonesiaan yang diwarnai oleh
nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, nilai-nilai proklamasi, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sistem politik di Indonesia dapat diinterpretasikan, baik sebagai seluruh proses sejarah
dari saat berdirinya negara Indonesia sampai dewasa ini maupun hanya dalam periode tertentu
dari proses perjalanan sejarah. Dalam kenyataan sejarahnya, dapat dijumpai perbedaan esensial
sistem politik di Indonesia dari periode yang satu ke periode yang lain, misalnya sistem politik
demokrasi liberal, system politik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila,
sedangkan falsafah negara tetap tidak berubah. Apa penyebab adanya perbedaan, bahkan gejala
bertolak belakang antara cita-cita dan implementasinya? Jawabannya mengandung dua
kemungkinan yang harus diselidiki lebih lanjut, yaitu:
1. falsafah tidak besar pengaruhnya terhadap sistem politik dan
para politisi;
2. belum ditemukan standar dan model sistem politik Indonesia
yang sesuai dan mendukung cita-cita negara.
b. Ciri-ciri Sistem
Menurut Elias M. Awad (1979: 5-8), ciri-ciri sistem adalah:
a. terbuka;
b. terdiri atas dua atau lebih subsistem;
c. saling bergantung;
d. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
e. kemampuan untuk mengatur diri sendiri;
f. tujuan dan sasaran.
Adapun Dan Voich Jr. dan William A. Schrode menyebutkan
ciri-ciri pokok sistem, yaitu:
a. perilaku yang bertujuan;
b. menyeluruh;
c. terbuka;
d. melakukan kegiatan transformasi;
e. saling terkait mekanisme kontrol.
C. Ciri-Ciri Pokok Dari Sistem
Sistem mempunyai ciri-ciri pokok berikut:
a. mempunyai tujuan;
b. mempunyai batas (boundaries);
c. memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan
lingkungan;
d. terdiri atas berbagai unsur atau komponen (sub system) yang
saling bergantung dan berhubungan;
e. melakukan kegiatan atau proses trasformasi atau proses meng-
ubah masukan menjadi keluaran (processor or transformator);
f. memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan
balik.
a. Periode Honeymoon
Pada periode ini sistem politik di negeri ini relatif terbuka. Bangsa Indonesia
bisa menikmati kebebasan pers. Militer tidak mendominasi banyak aspek pemerintahan.
Sebaliknya, militer menjalin aliansi dengan mahasiswa, kelompok Islam, dan sejumlah tokoh
politik pada masa Soekarno.
b. Periode Stalinist
Pada fase ini, otoritarianisme menjadi ciri yang mengedepankan dalam arena kepolitikan di
Indonesia. Pemerintahan menerapkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus, Menteri P dan
K mengeluarkan SK 028/1978, dan Kopkamtib mengeluarkan Skep 02/Kopkam/1978 yang
membekukan kegiatan Dewan Mahasiswa, menyusul kemudian dikeluarkan SK Menteri P dan K
No. 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus NKK yang disertai pula dengan
perangkat BKK.
c. Periode Keterbukaan
Periode ini berlangsung pada akhir 1980-an. Pada masa ini muncul kekuatan yang sebelumnya
berseberangan dengan kekuasaan. Di parlemen muncul “interupsi” dari salah seorang anggota
fraksi ABRI (sekarang TNI dan POLRI). Ada yang mengatakan bahwa periode ini merupakan
saat orang mengucapkan “good-bye” untuk menjadi manusia “yes-men”, menunggu petunjuk
Bapak Presiden.
d. Periode Krisis
Puncak dari keterbukaan yang berlangsung di Indonesia adalah masa krisis. Dimulai dengan
krisis moneter. Kurs rupiah merosot tajam. Ibarat kapal, negeri ini sedang dihantam ombak
besar. Indonesia terus diterpa badai moneter, kurs rupiah benar-benar tidak terkendali, hingga
mencapai lebih dari Rp10 ribu per
dolar AS. Krisis ini disertai dengan krisis sosial politik yang tak terkendali. Kelompok kritis,
dosen-dosen senior perguruan tinggi negeri di Indonesia “turun gunung” dan gelombang
demonstrasi mahasiswa pecah di mana-mana.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_politik_Indonesia