Anda di halaman 1dari 8

Nama : Elga Dwi Astrid Hadiningrum

NIM : 2270201020
Prodi : Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia

RESUME

SISTEM POLITIK INDONESIA PASCA REFORMASI

I. PENGERTIAN SISTEM POLITIK DI INDONESIA


A. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau
keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan
dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya. Politik adalah semua lembaga-lembaga
negara yang tersebut di dalam konstitusi negara (termasuk fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif).
Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan
diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama
yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik
adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di
Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden
dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial.
Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan kepentingan umum. Badan yang ada di
masyarakat seperti Parpol, Ormas, Media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group),
Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan
pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui
badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan
keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan
keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak
rakyat.

B. Perbedaan sistem politik di berbagai Negara


1. Pengertian sistem politik
a. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan
yang kompleks dan terorganisasi.
b. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis”
yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik
berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam
Negara/kehidupan Negara.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan
dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan
masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya
menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan
organisasi kemasyarakatan.Dapat disimpulkan bahwa
politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan
dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
II. PENGERTIAN SISTEM POLITIK DARI PARA AHLI
A. David Easton
Menurut ilmuwan politik Amerika ini, sistem politik adalah
keseluruhan interaksi yang menghasilkan pertukaran nilai yang
diperlukan untuk suatu masyarakat. David Easton memahami sistem
politik sebagai integrasi semua aktivitas yang melaluinya kebijakan
sosial dirumuskan dan dijalankan dengan kata lain sistem politik adalah
proses pembuatan kebijakan.
1. Gabriel Abraham Almond
Menurut ahli politik komparatif dari Universitas
Chigago ini sistem politik adalah sebuah usaha bersama untuk
menata kehidupan bernegara. Sistem yang berpijak pada
masyarakat merdeka yang mampu menjalankan fungsi adaptasi
dan integrasi melalui penerapan ancaman yang memaksa dan
bersifat legal.
2. Robert Dahl
Menurut profesor dari Universitas Yale ini, sistem politik
adalah pola dari hubungan masyarakat yang melibatkan aturan-
aturan, kewenangan dan kekuasaan. Dahl memahami bahwa
hasil politik berasal dari kepentingan-kepentingan kelompok
yang kompetitif sehingga sistem politik merupakan suatu
hubungan baik individu atau kelompok dalam menentukan
pengaruh, kontrol, wewenang sampai pada bagaimana
menerapkan kekuasaan.
3. Samuel P Hutington
Menurut profesor ilmu politik Universitas Harvard ini,
sistem politik adalah suatu sistem yang membentuk kelompok
sosial dan ekonomi. Kelompok tersebut bisa bersifat formal
maupun nonformal.
Bagi tokoh yang terkenal dengan buku Benturan
Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia ini, sistem
politik merupakan sebuah budaya, nilai, sikap, orientasi,
kepercayaan yang memberi pengaruh terhadap perubahan
masyarakat. Samuel P Huntington menilai bahwa sistem politik
merupakan bentuk struktur tatanan masyarakat yang
berlandaskan organisasi. Struktur tersebut dapat berupa
birokrasi pemerintahan, partai politik dan Bandan Perwakilan
Rakyat.
4. Miriam Budiardjo
Menurut Profesor Ilmu Politik Universitas Indonesia ini,
sistem politik adalah suatu dasar konsep analisis yang berguna
untuk menganalisis. Baginya sistem politik ialah serangkaian
proses dan struktur yang saling berkaitan dalam menjalankan
kekuasaan secara otoritatif. Berdasarkan bukunya Dasar-Dasar
Ilmu Politik, Miriam Budiardjo berpendapat bahwa sistem
politik harus terwadahi dalam bentuk lembaga partai politik.
Baginya partai politik adalah lembaga yang terorganisasi yang
memiliki orietasi cita-cita dan tujuan untuk memperoleh
kekuasan secara konstitusional. Pada akhirnya kekuasaan dapat
sepenuhnya untuk kepentingan negara.
5. Rusadi Kantaprawira
Menurut Profesor Ilmu Politik Universitas Padjajaran ini
sistem politik adalah cara kerja atau mekanisme dari tatanan
struktur politik. Sistem politik ini saling terkait satu sama lain
dan menampilkan suatu hubungan yang terus berkelanjutan.
6. Sri Soemantri Martosoewignjo
Menurut Guru Besar Ilmu Hukum ini, sistem politik
adalah sebuah lembaga yang menghubungkan manusia kepada
suprastruktur dan infrastruktur politik.
III. MACAM-MACAM SISTEM POLITIK
Setelah memahami pengertian sistem politik sekarang lanjut pada
macam-macam sistem politik. Simak macam-macam sistem politik sebagai
berikut:
A. Sistem Politik Totaliter
Sistem politik totaliter adalah sistem politik yang mana
pemerintah memegang kendali penuh terhadap masyarakat. Pemerintah
dalam sistem politik ini tidak menghendaki adanya oposisi sekaligus
memaksakan konsesus terhadap warga negaranya. Di samping itu
sistem politik ini menjalankan pemerintahan secara paksa serta
doktrinasi ideologi untuk mencapai tujuan. Beberapa negara yang
mengunakan sistem ini adalah Uni Soviet dan Jerman pada masa
pemerintahan Adolf Hitler.
B. Sistem Politik Demokrasi Liberal
Sistem politik demokrasi liberal adalah sistem politik yang
menjunjung tinggi kebebasan Individu. Tatanan pemerintahan yang
menjamin hak-hak warga negara di atas kekuasaan pemerintah. Secara
konstitusional sistem politik demokrasi liberal ini memberikan
keleluasaan warganya dalam memberikan kritik dan masukan kepada
pemerintah. Pada dasarnya, sistem ini sudah digunakan oleh negara
maju dan beberapa negara dunia ketiga salah satunya Indonesia.
Indonesia pasca reformasi menganut sistem demokrasi liberal dengan
sistem presidensial multi partai.
C. Sistem Politik Otokrasi atau Otokratik
Sistem Politik Otokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang
kepemimpinanya dikuasai oleh satu orang. Kegiatan politik masyarakat
tidak dapat dilakukan secara bebas. Bagi sistem ini kegiatan politik
masyarakat hanya akan mengangu peningkatan pembangunan dan
pemberantasan kemiskinan. Biasanya negara yang baru merdeka yang
mengunakan sistem ini meskipun sudah ada sejak pemerintahan
Republik Romawi. Pasca perang dunia II banyak negara mendapatkan
kemerdekaannya dan mengadopsi sistem ini sebagai sistem
pemerintahan.
D. Sistem Politik Oligarki
Sistem politik Oligarki adalah sistem pemerintahan yang
dikendalikan oleh sekelompok elit kecil dari masyarakat.
Pengelompokan ini bisa berdasarkan status kekayaan, garis keturunan
keluarga atau militer. Artinya sistem ini menghendaki kedaulatan
negara sepenuhnya oleh satu atau segelintir orang. Pada tataran
praktisnya sistem ini hampir sama dengan sistem politik otokrasi.
Negara yang megunakan sistem ini seperti China dan Vietnam.
E. Sistem Politik Otoriter
Sistem politik otoriter adalah sistem pemerintahan yang
kekuasaan sepenuhnya pada negara ataupun pribadi tertentu.
Kebebasan individu hilang dalam sistem politik ini sebab kekuasaan
biasanya hanya dipengang oleh satu orang saja atau segelitir orang.
F. Sistem Politik Diktator
Sistem politik diktator adalah sistem politik yang mana
pemerintah berlaku secara otoriter dan cenderung sewenang-wenang
terhadap rakyat. Aspirasi dan kebebasan rakyat tidak ada dalam sistem
politik ini sebab biasanya kekuasaan berawal dari proses gejolak
politik, kekerasan ataupun kudeta.
G. Sistem Politik Demokrasi
Sistem politik demokrasi adalah suatu sistem yang mana rakyat
berkuasa penuh atas proses kepemimpinan. Dalam sistem ini rakyat
dapat turut andil dalam pelaksanaan pemerintahan. Namun dalam
sistem ini keadaan sosial, politik dan kekuasaan pemerintah dibatasi
oleh hukum agar hak-hak individu warga negara terjaga.
IV. SISTEM POLITIK PASCA REFORMASI
Masyarakat atau rakyat merupakan penentu berjalannya suatu
sistem politik, karena masyarakat dianggap sebagai subjek dan objek dari
sistem politik yang ada. Menurut Nico Schulte Nordholt (dalam Juliansyah),
kekuatan sistem politik memerlukan tingkat dukungan yang tinggi dari
berbagai peran yang ada di dalam sistem politik itu sendiri. Masyarakat sipil
(civil society) mempunyai peran yang sangat penting untuk menentukan
arah tindakan demi terciptanya masyarakat yang berdaya dalam
menentukan nasibnya sendiri. Peran warga masyarakat tidak hanya
tercermin melalui berbagai tindakan-tindakan politik, tetapi termasuk
menentukan nasib sendiri.
Demokrasi yang sedang berjalan dengan baik harus didukung oleh
kekuatan masyarakat sipil (civil society) sehingga kaum elit politik dapat
menjalankan hasil keputusan politik yang dibuat dalam sistem politik
dengan baik. Dalam negara demokrasi, hukum dibuat dan dilaksanakan
untuk menciptakan kepastian dan menumbuhkan kepercayaan dalam
amsyarakat, sehingga masayarakat akan terlindungi hak-haknya dan
penindakan terhadap pelaku tindak pidana untuk menciptakan keteraturan
sosial.
Pada era demokrasi, terdapat peran-peran lembaga lain yang merasa
dirugikan akibat dibatasinya kewenangan untuk melakukan berbagai
kegiatan politik, terutama aktivitas militer yang dirugikan melalui
pembatasan ruang geraknya untuk memberikan pengaruh berbagai
keputusan politik. Pada akhirnya, tidak sedikit kaum elit politik yang
memilih untuk melakukan tindakan represif. Demi untuk mempertahankan
kelangsungan kekuasaannya, tidak jarang kaum elit politik memilih sikap
dan tindakan yang terkesan demokratis untuk mendapatkan legitimasi
kekuasaan, akibatnya terciptalah sebuah demokrasi semu.
TANGGAPAN SAYA TERKAIT SISTEM POLITIK PASCA
REFORMASI
Pasca reformasi, sistem politik menjadi lebih baik, di mana peranan rakyat
lebih nyata dalam hal reposisi sistem politik, mulai dari pemilihan anggota
DPR/DPRD, pemilihan anggota DPD, sampai dengan pemilihan Kepala
Daerah secara langsung. Distribusi kekuasaan sudah pada tingkat yang
berarti, hanya saja rakyat di daerah belum memiliki kemampuan untuk
memahami bahwa distribusi kekuasaan merupakan kesempatan untuk
membangun daerah. Sebaliknya, distribusi kekuasaan yang ada di daerah
justru melahirkan semangat korup yang sudah mengakar dalam kehidupan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai