Anda di halaman 1dari 11

Pengantar Ilmu Politik

Nama : Kuncoro Wahyudjati


NIM : 195120201111022
Konsep Sistem Politik
A. Sistem Politik Menurut Para Ahli
- Menurut Robert A.Dahl dalam Arifin Rahman Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif
(1998) mengatakan bahwa sistem politik itu adalah a political system is any persistent of
power relationship that involves the significant extent, power, rules, or authority. Maka yang
paling penting dalam sistem politik menurut Robert Dahl adalah kekuasaan, aturan dan
kewenangan. (hal 130)
- Menurut Almond dalam Rusadi Sumintapura Sistem Politik Indonesia (1988) mengatakan
bahwa sistem politik itu adalah The Political System is that System of interaction of found in
all independent societies, which performs the function of integration and adaptation (both
internally and vis a vis other societies) by means of employement or threat of employment, of
more or less legitmate physical compulsion. Bagi Almond, yang terpenting dalam sistem
politik adalah sistem interaksi, dan interaksi itu ada dalam masyarakat yang bebas atau
merdeka.

B. Konsep sistem Politik


- Sistem Politik adalah subsistem dari sistem sosial. Kehidupan politik dari perspektif sistem
dapat dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankkan pada kelembagaan yang ada
kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk
sistem politik (hal 129)
- Sistem Politik tidak hanya sekedar menyangkut lembaga-lembaga politik dan institusi-
institusi politik semata, tetapi juga tingkah laku politik, budaya politik, partai politik, dan
LSM adalah merupakan sistem politik. (hal 129)
- Model sistem politik dalam masyarakat bisa lahir karena masyarakat yang sadar atau karena
kultur masyarakat yang hidup dalam arus politik tersebut. (hal 131)
- Sistem Politik harus mengakomodasi kepentingan masyarakat sehingga tidak ada tumpang
tindih antara kepentingan masyarakat, kepentinfan individu dan sistem politik yang mengatur
pola hubungan tersebut.
Fungsi Sistem Politik

A. Fungsi Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap


dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh negara. Sosialisasi politik diartikan
sebagai proses yang dilalui seseorang dalam menentukan sikap dan orientasi terhadap
fenomena-fenomena politik yang berlaku pada masyarakat tempat ia berada saat ini. Terjadi
proses penanaman nilai-nilai kebijakan bermasyarakat atau prinsip kebijakan menjadi warga
negara yang efektif.

1. David Easten dan Jack Dennis (Childern in the political system : Origins of
Political Legimancy) : “Proses perkembangan seseorang untuk mendapat
orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah laku”.
2. R.S. Signal : “Sosialisasi politik adalah proses belajar yang terkait dengan norma
politik yang dapat dialihkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya untuk
menerima suatu sistem politik yang sedang berlangsung”.

Tujuan Fungsi sosialisasi politik dapat dilihat dari beberapa dimensi, yaitu:
1. Dimensi psikologis
Terarah pada pembentukan sikap politik dan kepribadian politik, yang secara
utuh merupakan faktor-faktor kejiwaan. Dalam proses ini berlangsung secara
bertahap dalam rangkaian peristiwa politik, berawal dari tingkat pemahaman atau
pengenalan tentang politik (political cognation). Kemudian pendalaman akan
makna politik yang memberi dampak terhadap cara berpikir yang membuka
cakrawala terhadap referensi pikiran. Tahap ini berada dalam sikap efektif
(political effection). Pada tahap ini pribadi-pribadi manusia telah memiliki “pilih
banding sesuai dengan yang diminati”. Penghayatan yang terus berlanjut diiringi
keyakinan maka akan terbentuk kepribadian politik (political personality) yang
dapat diketahui dalam wujud perilaku dan sikap politik (political behavior).
Tahap ini telah berada dalam tahap “psychomotoris” atau kematangan politik
(political maturity). Pada tahap ini pelestarian sistem politik sekaligus sistem
nilainya telah dapat didekati karena mereka telah berada dalam kondisi adaptasi
terhadap nilai-nilai yang berlangsung.

2. Dimensi ideologis
Sebagai proses penerimaan terhadap ideologi yang telah menjadi pola
keyakinan. Simbol-simbol politik telah diinterpretasikan ke dalam simbol-simbol
keyakinan politik. Pada dimensi ini, ideologi telah menjadi nilai-nilai yang
memedomani sikap perilaku kehidupan bernegara sehingga pengaruh-pengaruh
kontemporer tidak memberi makna yang berarti.

3. Dimensi normatif.
Menunjukkan kondisi terintegrasinya sikap mental dan pola pikir dalam sistem
norma yang berlaku. Norma menunjukkan kaidah-kaidah yang dibentuk penguasa
dan kaidah-kaidah yang berkembang dalam masyarakat.
Fungsi Komunikasi Politik

 Hakikat dan Pokok-pokok Komunikasi Politik


Salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan mengadakan
komunikasi informasi, isu dan gagasan politik. Partai politik menjalankan fungsi
sebagai alat mengomunikasikan pandangan dan prinsip-prinsip partai, program
kerja partai, gagasan partai, dan sebagainya.

 Konsep Komunikasi Politik


Pembagian Teori Komunikasi dalam beberapa konsep disesuaikan dengan
Sistem Politik yang berlaku di negara yang bersangkutan. W.L. Rivers, W.
Schramm, dan C.G. Cristians dalam bukunya Responsibility in Mass
Communications membagi dalam tiga konsep :
1. Konsep komunikasi dalam sistem politik authoritarianism
Komunikasi politik yang di dalamnya lembaga suprastruktur politik
mengatur, bahkan menguasai sistem komunikasi politik yang menghubungkan
antara suprastruktur dan infrastruktur. Negara lebih besar memiliki pengaruh
dalam mengendalikan media komunikasi politik kepada masyarakat.
2. Konsep politik dalam sistem politik liberitarianism
Lembaga infrastruktur politik memiliki kewenangan yang besar untuk
mengatur, bahkan menguasai sistem komunikasi politik yang menghubungkan
antara suprastruktur dan infrastruktur politik. Masyarakat (society) lebih besar
memiliki pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik dalam
kehidupan masyarakat dan negara. Negara hanya memantau atau
mengendalikan sistem komunikasi.
3. Konsep komunikasi politik dalam sistem politik sosial Responsibility Theory
Lembaga suprastruktur politik mengatur, bahkan menguasai sebagian
besar sistem komunikasi politik yang menghubungkan antara suprastruktur
dan infrastruktur. Negara lebih besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan
media komunikasi politik kepada masyarakat.

 Unsur komunikasi politik menurut Sumarno A.P meliputi dua unsur yaitu:
1) Dalam lembaga suprastruktur.
Unsur ini terdiri atas tiga kelompok, yaitu yang berada pada lembaga
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Ketiga kelompok tersebut terdiri atas:
a) Elite politik b) Elite militer
c) Teknokrat d) Profesional group.

2) Dalam lembaga infrastruktur politik.


Unsur ini terdiri atas beberapa kelompok, yaitu:
a) Partai politik b) Interest group
c) Media komunikasi politik d) Kelompok wartawan
e) Kelompok mahasiswa f) Para tokoh politik
g) Fungsi komunikasi politik.

 Fungsi Komunikasi Politik Fungsi komunikasi politik dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu :
1. Aspek totalitas
Mewujudkan suatu kondisi negara yang stabil dengan terhindar dari
faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional. negara
berkewajiban menyampaikan komunikasi politik secara terbuka (transparan)
dan menyeluruh.
2. Aspek hubungan suprastuktur dan infrastruktur
Sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam
totalitas nasional yang bersifat independen dalam berlangsungnya suatu sistem
pada ruang lingkup negara. Pemerintah berkewajiban menyampaikan
(artikulasi) semua kebijakan dan keputusan politik kepada masyarakat dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Fungsi Rekrutmen Politik


1. Pengertian
Rekrutmen politik adalah penyeleksian rakyat untuk melaksanakan urusan negara. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, rekrutmen politik adalah pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi
peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan, seperti suku, kelahiran,
kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari semuanya.
2. Tujuan Rekrutmen Politik
Tujuan rekrutmen politik adalah terpilihnya penyelenggara politik (pemimpin pemerintahan negara)
dari tingkat pusat hingga tingkat terbawah (lurah/desa) yang sesuai dengan kriteria (persyaratan) yang
telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang ditentukan melalui
konvensi (hukum tidak tertulis) yang berlaku dalam masyarakat (rakyat) Indonesia.
3. Objek Rekrutmen Politik
Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi objek dalam rekrutmen politik adalah seluruh
masyarakat Indonesia yang sah sebagai warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Tentu saja seluruh WNI terlebih dahulu harus memenuhi kriterisa
(persyaratan) yang telah ditentukan oleh UUD 1945 dan peraturan perundang-undangn lainnya. Hal
ini sesuai dengan bunyi pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara memiliki
keduduka yang sama dalam hukum dan pemerintahan.”
4. Mekanisme Rekrutmen Politik
a. Pemilihan Umum
b. Fit and proper test
c. Seleksi CPNS

D. Fungsi Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto (1981:133) menyatakan strtifikasi sosial adalah pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertibgkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam arti kita tidak akan menemukan masyarakat
seperti kue lapis, tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat
dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria
tertentu.
Stratifikasi sosial terjadi karena menurut Soerjono Soekanto (1981:133), selama dalam masyarakat
ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, barang
sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya sistem berlapis-lapis yang ada dalam
masyarakat itu. Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan sesuatu yang dihargai
dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatya distribusi dalam masyaraat tidak merata.
Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semain modern dan kompleks,
stratifikasi sosail yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.

E. Fungsi Input Sistem Politik Indonesia


Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu tuntutan dan
dukungan. Tuntutan dalam hal ini muncul sebagai konsekuensi dari kelamahan atas
berbagai sumber yang langka dalam masyarakat atau kebutuhan ,asyarakat yang
alokasinya belum merata. Salah satu wujud kelangkaan tersebut adalah kebijakan.
Dukungan dapat diartikan sebagai sebuah upaya yang dilakukan masyarakat untuk
mendukung keberadaan sistem politik agar tetap terus berjalan.

Fungsi input sistem politik Indonesia meliputi:


1. Sosialisasi politik
2. Rekrutmen politik
3. Artikulasi kepentingan
4. Agregasi kepentingan
5. Komunikasi politik

A. Artikulasi kepentingan
Artikulasi kepentingan merupakan usaha yang dilakukan seseorang atau
kelompok masyarakat agar kepentingan serta segala keinginannya dapat dipenuhi
secara memuaskan.

B. Agregasi kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan sebuah proses mengagregasikan
kepentingan-kepentingan yang telah diartikulasikan oleh kelompok kepentingan,
Lembaga-lembaga, atau organisasi-organisasi lainnya. Agregasi kepentingan dalam
sistem politik di Indonesia berlangsung dalam diskusi Lembaga legislative.

C. Komunikasi politik
Komunikasi politik mengacu pada cata sistem menyampaokan nilai-nilai dan
informasi melalui berbagai struktur yang menyusun istem politik. Komunikasi politik
terjadi jika ada kebijakan pemerintah yang perlu disampaikan atau disosialisasikan
kepada masyarakat dengan tujuan kebijakan itu akan menadapat dukungan dari
masyarakat. Yang juga berperan penting dalam komunikasi politik adalah media
massa.

F. Fungsi Ouput Sistem Politik


Output dalam sistem politik meliputi keputusan dan tindakan. Keputusan
dalam hal ini dimaksudkan pemilihan satu atau beberapa pilihan tindakan yang
dilakukan sesuai dengan tuntutan atas dukyngan yang diajukan masyarakat. Adapun
tindakan dimaksudkan implementasi konkret atau tindakan nyata yang dilakukan
pemerintah atau keputusan yang telah dibuat dan disepakati.

1) Fungsi pembuatan kebijakan


Pembuatan kebijakan dalam hal ini terbentuk berdasarkan tuntutan dan
dukungan serta beragam pengaruh lingkungan yang ada. Pembuatan kebijakan
meliputi pengonversian rancangan undnag-undang menjadi undang-undang atau
peraturan lain yang sifatnya mengikat yang menjadi kebijakan umum. Pembuatan
kebijakan ini dilaksanakan oleh Lembaga legislative yang meliputi DPR, DPRD I,
DPRD II, dan DPD sebagai Lembaga yang mewakili aspirasi daerah

2) Fungsi penerapan kebijakan


Penerapan kebijakan dalam hal ini merupakan penerapan aturan umum
undang-undang dan peraturan lain ke tingkat warga negara. Fungsi penerapan
kebijakan dilaksanakan oleh badan eksekutif yang meliputi dari pemerintah pusat
sampai ke pemerintah daerah.

3) Fungsi ajudikasi kebijakan


Merupakan pengawasan jalannya penerpan undang-undang di kalangan warga
negara. Fungsi ajudikasi kebijakan dilaksanakan oleh badan peradilan yang meliputi
MA,MK,Komisi Yudisian, dan badan-badan kehakiman.

Model model sistem politik


Otokrasi tradisional
1. Kebaikan bersama
Faktor kebaikan bersama menyangkut pemahaman mengenai dua hal, yaitu persamaan dan
kebebasan politik individu. Selain itu juga ada perbandingan dua hal berikut, yakni
kebutuhan materil dan kolektivisme dengan individualisme. Ciri-ciri dari sistem politik
otokrasi tradisional dalam hal ini ditandai dengan ciri-ciri berikut, kurang menekankan pada
persamaan tetapi menekankan pada stratifikasi ekonomi, kebebasan politik individu kurang
dijamin tetapi lebih menekankan pada perilaku yang menuruti kehendak kelompok kecil
penguasa, kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih menonjol daripada kebutuhan materil,
dan lebih menekankan pada kolektivisme yang berdasarkan kekerabatan daripada
individualisme.

2. Identitas bersama
Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik adalah faktor primordial, seperti
suku bangsa, ras, dan agama. Karena faktor primordial acap kali terjelma dalam pribadi
pemimpin sehingga pemimpin menjadi lambang kebersamaan dalm suku bangsa, rasa, dan
agama. Oleh karena itu ikatan keturunan dan suku bangsa atau ikatan agama yang terwujud
dalam diri seseorang pemimpin dominan (otokrat), seperti sultan, raja, atau kaisar, menjadi
identitas bersama dalam sistem ini.

3. Hubungan kekuasaan
Kekuasaan dalam sistem ini cenderung bersifat pribadi,negatif dan sebagian kecil bersifat
konsensus. Percaturan politik ini berlangsung disekitar istana otokrat, dan paling luas di ibu
kota sebagai pusat kekuasaan, karena kegiatan politik bersifat di antara kelompok atau
individu yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dari otokrat. Sebaliknya, masyarakat
yang sebagian besar diantaranya adalah petani hanya berperan sebagai penonton percaturan
politik di panggung politik tingkat istana.

4. Legimitasi kewenangan
Kewenangan otokrat ini bersumber dan berdasarkan tradisi. Ia memiliki kewenangan karena
ia merupakan keturunan dari pemimpin terdahulu. Kepercayaan dan tradisi ini selalu
dipelihara, dan dipertahankan oleh keturunan otokrat dengan berbagai cara seperti, mitos,
legenda dan simbol-simbl tertentu. Pada pihak lain masyarakat juga mengakui dan menaati
kewenangan otokrat ini karena tradisi turun-temurun.

5. Hubungan ekonomi dan politik


Disamping terdapat jurang politik (kekuasan) yang lebar antara penguasa dan penduduk di
pedesaan, dalam sistem otokrasi tradisional ini pun terdapat jurang yang lebar dalam
ekonomi antara otokrat dan kelompok kecil elite penguasa yang mengitarinya, yang sekaligus
juga pemegang kekayaan dan massa petani yang tak memiliki apa-apa selain tenaga mereka.
Para petani kebanyakan bertindak sebagai penggarap tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh
tuan tanah yang merupakan kaki-tangan otokrat sehingga distribusi sumber ekonomi dan
kekuasan sangat pincang. Tuan tanah menggunakan sember kekuasaan yang dimiliki demi
mempengaruhi pemerintah pusat dan daerah agar tidak mencampuri masalah yang dihadapi di
pedesaan sehingga pemerintah tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat
mengubah keadaan yang ada. Setiap desa tetap otonom secara ekonomis dari desa lain karena
ciri ekonomi pedesaan ini berdiri di atas kaki sendiri, bukan saling tergantung.

Sistem politik totaliter

Sistem politik totaliter menekankan konsensus total di dalam masyarakat dan juga konflik total
dengan musuhnya di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk mencapai konsensus total tersebut perlu
dilakukan indoktrinasi ideologi, pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas dan mendalam.
Sistem politik totaliter dibedakan menjadi dua, yaitu komunis dan fasis.
Adapun persamaan antara kedua hal tersebut sebagai berikut.

 Keduanya lebih menghendaki pengaturan masyarakat secara menyeluruh atas dasar tertentu
dengan kelompok kecil penguasa yang memonopoli kekuasaan.
 Merupakan sistem mobilisasi massa dalam rangka membentuk manusia dan masyarakat baru
serta melaksanakan kebijakan yang ditetapkan penguasa.
 Menempatkan kepentingan individu dibawah kehendak dan kepentingan partai tuggal yang
mengatasnamakan negara dan bangsa.
Perbedaan antara komunis dan fasis:

 Fasisme lebih mendasarkan pada nasionalisme yang chauvinistik, rasialistis, dan militeristik
(negara polisi) sedangkan komunis lebih mendasarkan pada ideologi komunisme yang
doktriner dan yang bersifat eskatalogis (masyarakat tanpa kelas, sama rata sama rasa).

(KOMUNIS)
1. (Kebaikan Bersama)
Sistem ini ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang ekonomi, dan
sekularisme, yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis yang bersifat
doktriner dan eskatologis. Kepentingan-kepentingan individu tunduk kepada kehendak partai,
Negara, dan bangsa (kolektivisme).

2. (Identitas Bersama)
Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem ini adalah ideologi yang
bersifat doktriner dan eskatologis. Ideologi ini dijadikan sebagai tujuan dan pandangan hidup
bagi seluruh penduduk sehingga seringkli disebut sebagai agama politik. Seluruh anggota
masyarakat harus berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi
tersebut. Penguasa yang melaksanakan ideologi ini berusah membentuk manusia dan
masyarakat baru dengan cara mendoktrinasikan ajaran kepada semua masyarakat melalui
sekolah, media, organisasi, dan lembaga resosialisasi.

3. (Hubungan kekuasaan)
Kekuasaan dalam sistem ini dimonopoli dan dilaksanakan secara sentral dengan partai
tunggal. Partai tunggal ini berifat elitis karena keanggotaannya sangat bersifat selektif. Selain
itu, partai tunggal ini menguasai semua kelompok sosial yang ada. Kelompok pemuda,
serikat buruh, asosiasi petani, organisasi wanita, dan berbagai orgnisasi profesi merupakan
alat untuk memobilisasi massa.

3. (Legitimasi Kekuasaan)
Dasar kewenangan pemimpin dalam sistem ini adalah peranan mereka sebagai
ideolog, yaitu penafsir dan pelaksana ideologi yang bersifat doktriner, dan eskatalogis. Pada
pihak anggota masyarakat, mereka menaati kewenangan pemimpin partai dan pemerintahan
bukan hanya karena pemegang kewenangan dipilih oleh anggota kongres, tetapi juga
pemegang kewenangan memiliki kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan yang sangat
luas dan mendalam.

5. (Hubungan Politik dan Ekonomi)


Pemerintah yang dikelola oleh partai tunggal mengendalikan kegiatan ekonomi dalam
koordinasi unit ekonomi, dalam pengadaan barang dan jasa, dan memproduksi maupun
mendistribusikan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi yang yang bersifat individu atau
wiraswasta dilarang. Sistem ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan
mendistribusikan kebutuhan pokok yag relatife merata kepada semua warga sebagai
ganti/tukar dari ketaatan total yang diberikan penduduk terhadap kewenangan pemerintah.

 LINGKUNGAN INTERNAL
Meliputi lingkungan fisik, sosial,dan ekonomi domestik
A) Lingkungan Fisik
a. kondisi geografis
b. sumber kekayaan alam
c. kondisi demografi
d. lingkungan sosial
e. lingkungan politik
f. lingkungan sosial budaya
g. lingkungan pertahanan dan keamanan

 LINGKUNGAN EKSTERNAL
Meliputi sistem politik internasional, ekologi internasional, sosial internasional
A) Sistem Sosial Internasional
1) Kebudayaan Internsional
a. pengetahuan akal budi
b. adat istiadat (bahasa)
c. peradaban
2) Struktur Sosial Internasional
a. Struktur sosial berdasarkan ekonomi :
- masyarakat maju
-masyarakat berkembang
-masyarakat terbelakang
b. Struktur sosial berdasarkan peradaban:
-masyarakat elite
-masyarakat menengah
-masyarakat awam
3) Sistem Ekonomi Internasional
Kumpulan elemen/ unsure subsistem ekonomi yang ada dalam suatu negara atau
bangsa di seluruh dunia yang ada dalam suatu negara atau bangsa yang berlaku
universal. Contoh lembaga ekonomi internasional : AFTA, WTO, APEC
4) Sistem Demografi Internasional
Kumpulan elemen yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
pembangunan demografi (penduduk) internasional teratur dan sejahtera. Contoh
program : Keluarga Berencana.
Daftar Pustaka

Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami ilmu politik, Jakarta : PT Gramedia


Widiasarana Indonesia

Jurdi, F. (2014). Studi Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai