Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ricky Enos Pabita

NIM: E041191045

A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial. Layak makhluk sosial manusia tentu saling
berinteraksi satu sama lain. Timbal balik dalam interaksi tersebut merupakan sarat dari
komunikasi- baik berupa nasihat, ajakan atau seruandalam memainkan peran sebagai
mahluk sosial. Seruan dalam berinteraksi bisa berupa pesan politisi, mengandung nilai-
nilai yang berhubungan dengan politik. Oleh karena itu lahirlah kajian komunikasi politik
sebagai media untuk mengatahui teori, pemersatu antara komunikasi dan politik hingga
menjadi kajian Komunikasi Politik.
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa latin Communico artinya membagi,
dan Communis artinya membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Secara
terminologi proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain
Sedangkan secara paradigatis adalah pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi
satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu Definisi
komunikasi secara utuh dapat dilihat dari pandangan para pakar komunikasi.

Komunikasi dalam kehidupan manusia adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan,
keduanya memiliki peran penting dan saling berkaitan satu sama lain. Dalam kehidupan
dan segala kegiatannya, pastilah seseorang akan melakukan sebuah kegiatan komunikasi,
baik itu komunikasi dengan Tuhan maupun komunikasi dengan orang lain. Dalam
prosesnya, komunikasi memerlukan dua orang atau lebih untuk menjadi komunikator
pesan dan komunikan, serta informasi atau pesan sebagai bahan dalam sebuah kegiatan
berkomunikasi.
Komunikasi politik adalah fungsi penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik,
komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan, komunikasi politik
dinyatakan sebagai “urat nadi” proses politik. Bagaimana tidak, aneka struktur politik
seperti parlemen, kepresidenan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, kelompok
kepentingan, dan warganegara biasa memperoleh informasi politik melalui komunikasi.
politik ini. Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan berdasarkan
informasi ini.1 Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari ilmu
komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih dahulu
ketimbang komunikasi politik.
Konsepkonsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan feedback
sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi politik. Titik perbedaan utama adalah,
komunikasi politik mengkhususkan diri dalam hal penyampaian informasi politik. Sebab
itu, perlu terlebih dahulu memberikan definisi komunikasi politik yang digunakan di
dalam tulisan ini.

B. PEMBAHASAN
Ruang Lingkup Komunikasi Politik Menurut Leonard W Dob, Komunikator Politik dapat
dibagi dalam 3 macam, yaitu :
1. Politikus sebagai Komunikator Politik, Politikus adalah orang yg memiliki otoritas
untuk berkomunikasi sebagai wakil dari kelompok atau langganan; pesanpesan nya
mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya Komunikator Politik
mewakili kepentingan kelompok. Namun demikian ada juga politikus yang bertindak
sebagai Ideolog yang aktivitasnya membuat kebijakan yang luas, mengusahakan
reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner.
2. Komunikator Profesional dalam politik, Komunikator Profesional adalah orang yang
menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas manapun dengan
khalayak umum; secara horizontal ia menghubungkan dua komunitas bahasa yang
dibedakan pada tingkat struktur social yang sama. Menurutnya, sifat komunikator ini
adalah “ bahwa pesan yang dihasilkan tidak memiliki hubungan yang pasti dengan
pikiran dan tanggapannya sendiri”. Klasifikasi Komunikator Profesional adalah
meliputi ; Jurnalis, Promotor.
3. Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (part Time), Adalah orang yang cukup
banyak terlibat dalam kegiatan politik atau komunikasi politik tetapi tidak menjadikan
kegiatanya sebagai lapangan pekerjaanya. Kategori komunikator ini adalah
Jurubicara, Pemuka Pendapat, Pengamat.

A.1 Komunikasi Politik


Menurut Harun (2006) Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada 14 pihak lain.
Kegiatan ini bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial.
Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu kegiatan
politik dalam sistem politik.

Sedangkan menurut Maswadi Rauf yang dikutip oleh Gun Gun Heryanto (2010)
mengatakan bahwa komunikasi politik sebagai kegiatan politik merupakan proses
penyampaian pesan-pesan bercirikan politik oleh actor-aktor politik pada pihak lain.
Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan sosial yang dijalankan seharihari oleh warga
masyarakat termasuk elite politik.

A.2 Unsur-Unsur Komunikasi Politik

Menurut Harun (2006:10) komunikasi politik terdiri dari beberapa unsur, yaitu
Komunikator Politik, Komunikan, Isi Komunikasi (pesan-pesan), Media Komunikasi,
Tujuan Komunikasi, serta Sumber dan Efek, adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:

a) Komunikator politik
Dalam komunikasi politik yang dimaksud dengan komunikator yaitu
individuindividu yag menduduki struktur kekuasaan, individu-individu yang
berada dalam suatu institusi, asosiasi, partai politik, lembaga-lembaga pengelola
media massa dan tokoh-tokoh masyarakat. Komunikator politik dapat pula berupa
Negara, Badan-badan Internasional dan mereka yang mendapat tugas atas nama
Negara.
b) Komunikan
Komunikan dalam sebuah komunikasi politik dapat bersifat perseorangan
(individual), kelompok (group), dapat berupa institusi, organisasi, masyarakat,
partai politik, dan dapat pula Negara atau pemerintahan Negara lain.
c) Isi (pesan-pesan) Komunikasi
Isi (pesan-pesan) komunikasi merupakan produk penguasa setelah melalui proses
encoding atau setelah diformulasi ke dalam simbol-simbol sesuai ruang lingkup
kekuasaan. Pesan-pesan komunikasi mengalir menurut jenjang struktur kekuasaan
sampai kepada sasaran.
d) Media Komunikasi
Dalam sistem politik yang bagaimanapun bentuk dan sifatnya, maka media
komunikasi mendapat tempat yang cukup penting. Media komunikasi menjadi
pusat perhatian penguasa sebagai alat untuk mendapat legitimasi rakyat di dalam
melakukan kebijaksanaan dan sekaligus memperkuat kedudukan penguasa
melalui pesan-pesan komunikasi yang telah diinterpretasikan ke dalam simbol-
simbol kekuasaan.
e) Tujuan Komunikasi
Dalam komunikasi politik, tujuan komunikasi selalu berimpit (bahkan
melembaga) dengan tujuan Negara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
sumber-sumber komunikasi dikelola secara bijak melalui perencanaan yang
matang dan terarah. Sifat dan bentuk tujuan yang hendak dicapai akan sangat
bergantung kepada sistem politik yang mendasarinya.
f) Sumber Komunikasi Politik
Sumber (source) sangat menentuka kualitas dan kredibilitas komunikasi. Sumber
diberikan sebagai asal keluarnya, diperolehnya atau munculnya isu, informasi,
yang dapat dijadikan materi pesan komunikasi. Sumber dapat berasal dari
individu karena ide-idenya yang sangat berharga, atau dapat pula muncul dari elit
politik (elit politik berkuasa atau elit masyarakat) dan dapat pula berasal dari
suatu faham, ideologi, pola keyakinan, seperangkat norma, kitab suci atau dari
dokumen-dokumen yang tersimpan secara terpelihara dan lain-lain.

B.1 Sistem Politik

Dalam perspektif sistem Sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif
atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni
suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif
tetap di antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem
bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang
ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi
pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat
kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan
kelompok- kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan
mengubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik. Model sistem politik yang paling
sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem politik, yang mengubah
melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan biasanya
dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat
berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa
menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektivitas sistem
politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Ditambah
juga bahwasanya tidak jarang efektivitas sistem politik diukur dari kemampuan seseorang
untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak
membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.

B.2 Ciri Umum Sistem Politik

Menurut David Easton, terdapat empat ciri-ciri umum sistem politik. Pertama adanya unit
yang membentuk sistem-sistem tersebut serta batasan dan juga pengaruhnya. Dalam hal
ini semua tindakannya yang tidak langsung berkaitan dengan pembuatan keputusan yang
mengikat masyarakat. Kedua, terdapat input dan output, tercermin dari adanya
keputusan-keputusan yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input-
proses). Ketiga, adanya berbagai jenis dan tingkatan diferensiasi dalam sistem, dan yang
terakhir Ada integrasi yang mencerminkan tingkat efisiensinya.

B.3 Macam-macam sistem politik


Secara umum terdapat dua macam sistem politik. Pertama yakninya sistem politik
demokrasi dan yang kedua sistem politik otoriter atau totaliter. Pada sistem politik
demokrasi dapat diartikan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang
diorganisasikan berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, persamaan politik,
konsultasi kepada rakyat, dan pemerintahan mayoritas. Sedangkan untuk politik yang
totaliter diartikan kendali pemerintah dipegang oleh sekelompok orang yang berhak
mengawasi setiap penduduknya. Indonesia menganut sistem politik demokrasi. Sistem
politik yang dianut oleh Indonesia ini mempunyai arti sebagai sistem politik yang
didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis. Sistem
politik demokrasi di Indonesia memiliki beberapa sendisendi pokok diantaranya;
kedaulatan rakyat, negara berdasarkan atas hukum, bentuk Republik, pemerintahan
berdasarkan konstitusi, pemerintahan yang bertanggung jawab, sistem Perwakilan, dan
sistem pemerintahan presidensial. Demokrasi sebagai sistem politik Nilai-nilai demokrasi
harus dipraktekkan dan dilaksanakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dan nilai-
nilai yang terkandung dalam demokrasi nantinya akan berubah menjadi perilaku hidup.
Nantinya dari nilai-nilai dan perilaku hidup ini, akan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari dan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Miriam Budiarjo,
bahwa untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa
lembaga sebagai berikut, pertama pemerintah yang bertanggungjawab. Kedua, Dewan
Perwakilan Rakyat yang mewakili masyarakat yang dipilih dari pemilihan umum. Ketiga,
organisasi politik yang memcakup satu atau lebih partai politik. Keempat, pers atau
media masa yang bebas menyatakan pendapat, dan yang terakhir sistem peradilan yang
menjamin hak asasi setiap individu.

C. KESIMPULAN
Komunikasi politik adalah sebuah stimulus dan respon yang merupakan efek dari politik
yang terdiri dari aktor dan pesan yang dikirim. Teori komunikasi Harold Laswell
merupakan teori awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Siapa mengatakan apa,
melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa”. Di dalam politik sangatlah penting
bagaimana aktor dapat berperan dalam membangun hubungan dengan masyarakat.
Apabila hubunagn aktor dan komunikannya berjalan lancar maka mempermudah juga
proses perpolitikan. Maka dari itu haruslah memperhatikan apa pesen yang disampaikan
komunikator dengan komunikan, sehingga efek yang dihasilkan bisa berjalan sesuai
dengan kesepakatan bersama. Penyampaian pesan tersebut melalui suatu media yang
mempermudah penyampaian informasi tersebut.
Gabrel Almon berpendapat bahwa komunikasi polik merupakan salah satu fungsi yang
selalu ada dalam setiap system politik. Komunikasi politik merupakan proses
penyampaian pesan yang terjadi pada saat enam fungsi lainnya di jalankan, yaitu
sosialisasi dan rekruitmen politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, membuat
peraturan , aplikasi peraturan dan ajudikasi peraturan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inhteren di dalam setiap fungsi system politik Meriam
Budiardjo (1982) memahami komunikasi politik sebagai salah satu fungsi partai politik,
yaitu meyalurkan beragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta mengaturnya
sedemikian rupa untuk di perjuyangakn menjadi kebijakan politik. Sedangkan menurut
Maswadi Rauf, mengatakan bahwa komunikasi politik merupakan kajian ilmu politik
karena pesan-pesan yang dismapaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu
berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintah, dan aktivitas komunikasi dalam
kedudukan sebagai pekaku kegiatan politik.
Komunikasi politik memiliki berbagai unsur:
a) Komunikator Politik
b) Pesan Politik
c) Saluran atau Media Politik
d) Sasaran atau Target Politik
e) Pengaruh atau efek Komunikasi Politik Sistem politik merupakan interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam proses pembuatan dan kebijakan yang terkait dengan
tujuan kebaikan bersama.
D. DAFTAR PUSTAKA
Pabottinggi Mochtar.1993. “Komunikasi Politik dan Transformasi Ilmu Politik” dalam
Indonesia. Jakarta, Gramedia Rauf Maswadi, dkk. 1993. Komunikasi Politik. Jakarta.
Gramedia Jack Plano dkk.1989. Kamus Analisis Politik. Jakarta. Rajawali Dan Nimmo.
1982. Komunikasi Politik. Bandung. Rosdakarya
Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik (Dalam Pilkada
Langsung). Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Kaid, Lynda Lee (Ed.). 2004. Handbook of Political Communication Research.
Routledge. Klosko, George. 2012. History of Political Theory: An Introduction: Volume
I: Ancient and Medieval. Oxford University Press.
Easton. David. 1965. A Framework for Political Analysis. Prentice-Hall, Inc.
Makmurtono, Agus dan Munawir. 1989. Etika (Filsafat Moral). Jakarta: Wira Sari

Anda mungkin juga menyukai