BAB I
PENDAHULUAN
sosial yang baik dan berkeadilan (Politics,at its best is a noble quest for a good
order and justice)”.
Menurut Rod hague et al, “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan yang bersifat kolektif dan
mengikat melalui usaha usaha untuk mendamaikan perbedaan diantara
anggotanya” Adapun menurt Andrew Heywood “Politik adalah kegiatan suatu
bangsa yang bertujuan membuat, mempertahankan dan mengamandemen
peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak terlepas dari
gejala konflik dan kerjasama”. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi
antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah tertentu.
Politik apabila disangkutpautkan dengan negara, berarti kita membahas
mengenai hampir semua aspek dalam negara itu sendiri. Contohnya seperti bentuk
pemerintahan, ideologi, hingga kedaulatan dan kekuasaan dari negara tersebut.
Bentuk dan sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara memiliki
sejarahnya sendiri tergantung bagaimana negara beserta aspek-aspek di dalamnya
bereaksi terhadap suatu perubahan yang ada baik itu terjadi di dalam negara
tersebut atau dari luar yang membuat negara tersebut harus menyesuaikan diri.
Sepanjang sejarahnya, bentuk-bentuk pemerintahan berkembang. Bentuk
pemerintahan yang dahulu populer seperti misalnya monarki absolut, saat ini
hanya segelintir negara yang masih memiliki bentuk pemerintahan seperti itu.
Kehidupan Politik di Indonesia pada awal kemerdekaan bisa di lihat dari dari dua
sisi, yaitu dari sisi internal dan eksternal. Sisi internal, hal ini terlihat dari sistem
pemerintahan Indonesia yang belum menemukan posisi yang pas, dimana pada di
awal pemerintahan Indonesia, Indonesia menerapkan sistem presidensial (yaitu
seorang presiden yang akan ditunjuk menjadi kepala negara sekaligus sebagai
kepala pemerintahan), tetapi kemudian sistem ini berubah menjadi sistem
parlementer, selain itu masalah lain yang di hadapi oleh sistem pemerintahan
3
sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang
menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi waktu (melampaui
masa kini dan masa).
BAB II
PEMBAHASAN
komunikasi.
menghadapi agresi militer belanda I dan II, serta menghadapi ancaman dari dalam
yaitu pemberontakan-pemeberontakan menyebabkan Indonesia harus memiliki
kelengkapan negara yang kuat terutama dalam sistem pertahanan maka oleh sebab
itu dalam perjalanannya lembaga dan alat kelengkapan negara menjadi tugas bagi
pemerintahan yang baru terbentuk.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia setelah sidang PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945 Indonesia menerapkan sistem presidensial dimana Ir. Soekarno
diangkat menjadi presiden di dampingi oleh Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden, akan tetapi sistem ini berubah pada tanggal 16 oktober 1945 keluar
maklumat Wakil Presiden nomor 10 tentang perubahan tugas dari KNIP. KNIP di
bentuk bertugas untuk membantu residen dalam melakukan tugas-tugas nya akan
tetapi setelah keluar maklumat Wapres nomor 10 pada tanggal 16 oktober 1945
maka KNIP berubah fungsi menjadi DPR sementara selain dari pada
melaksanakan tugas-tugasnya untuk membantu presiden. Sejak saat itu maka
Indonesia menerapkan sistem parlementer di Indonesia.
Pada tanggal 11 november 1945 parlementer mengeluarkan maklumat
nomor lima yang mengangkat sultah syahrir menjadi perdana mentri. Pada tanggal
14 november 1945 sekutu mendarat bersama NICA di Indonesia. Kabinet syahrir
yang sudah terbentuk berupaya untuk melakukan diplomasi dengan belanda untuk
mendapatkan pengakuan kedaulatan belanda melalui perundingan linggajati. Pada
tanggal 3 november 1945 keluar lagi maklumat Wakil Presiden nomor 10 tentang
pembentukan partai politik, tujuan dari maklumat ini adalah untuk menghindari
PNI yang sebelumnya menjadi partai tunggal dalam pemerintahan akan tetapi ada
dampak dari keluarnya maklumat Wakil Presiden nomor 10 tanggal 3 November
1945, maka Indonesia menerapkan sistem multipartai di dalam parlemen.
Sistem multipartai ini kemudian menimbulkan masalah baru dimana
timbul persaingan antara partai yang berbeda ideologi atau paham sehingga terjadi
gejolak persaingan politik yang menyebabkan kehidupan politik indonesia
menjadi lebih tidak stabil pada tanggal 21 juli 1947 belanda melancarkan agresi
militernya yang pertama, akibat dari agresi militer yang pertama ini maka kabinet
Syahrir pun jatuh dan digantikan oleh kabinet Amir Syariffudin yang berhaluan
12
era ini merupakan pemerintahan parlementer seperti yang telah diinisiasi pada saat
pembentukan parlemen pertama kali di bawah pimpinan Bapak Sutan Syahrir.
Estafet kepemimpinan dari satu parlemen ke parlemen selanjutnya menjadi ciri
khas dari era ini dengan tetap menjadikan Bapak Soekarno dan Mohammad Hatta
sebagai Presiden serta Wakil Presiden. Salah satu pencapaian dalam proses politik
pada masa ini adalah terselenggarakannya Pemilihan Umum Tahun 1955.
Pemilihan Umum Tahun 1955 yang berdasarkan asas multipartai ini memilih
anggota Konstituante secara demokratis. Konstituante inilah yang kemudian
diberikan mandat untuk menyempurnakan UUDS 1950 ke dalam platform UUD
yang sempurna. Walau telah bersidang sejak tahun 1956, namun hingga tahun
1958 Konstituante belum berhasil merumuskan UUD seperti yang telah
diamanatkan. Maka demi mencegah terjadinya instabilitas politik, Presiden
Soekarno mengeluari- kan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang berisi pembubaran
Badan Konstituante, pengembalian dasar konstitusi kepada UUD 1945 dan
pembentukan DPRS (Zona Nesia, 2016). Pada era ini sistem politik Indonesia
telah beranjak menuju kepada arah-arah perilaku atau kegiatan politik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga negara, khususnya yang berkaitan dengan tugas-
tugas untuk menjalankan kepemerintahan secara konstitusional. Upaya-upaya
tersebut adalah dengan melakukan pemilihan umum pertama serta upaya untuk
menghasilkan UUD baru yang telah disempurnakan. Selain itu, pada era ini masih
terlihat peran yang dominan pada lembaga eksekutif, dikarenakan lambatnya
proses pembangunan lembaga legislatif dan larutnya pembahasan mengenai dasar
konstitusi yang baru. Sistem politik pada era ini berfokus pada upaya-upaya
melakukan rekonsiliasi nasional dan pembangunan bertahap yang diperuntukkan
sebagai landasan sistem politik nasional secara keseluruhan. Pemberlakuan sistem
parlementer memberikan keseimbangan pada tata pemerintahan, selain itu fokus
pokok- pokok perhatian pemerintah relatif bisa tercurahkan kepada dinamika
internal dan aspek-aspek kehidupan masyarakat setelah fase pemulihan kedaulatan
yang terjadi di awal era demokrasi parlementer. selanjutnya Indonesia dihadapi
pada tantangan pembangunan politik dan tata kepemerintahan internal yang masih
menjadi buntut dari kegagalan membentuk UUD yang baru.
15
dengan produksi ekonomi yang mumpuni. Hal ini turut dipengaruhi oleh sistem
politik yang terlalu memforsir perhatian serta kebijakannya pada persoalan
pembangunan politik dan pertahanan. Pertarungan ideologi pada tingkat domestik
serta percaturan politik pada level regional mengalihkan perhatian pemerintah dari
tugas-tugas pembangunan ekonomi yang terukur. Struktur politik yang tidak
mampu menjalankan konsep pembagian kekuasaan dan bertumpu pada salah satu
instansi saja membuat pemerin- tahan tidak berimbang, upaya-upaya untuk
melakukan penilaian dan penyeimbangan kebijakan-kebijakan pemerintah tidak
dapat berjalan dengan maksimal. Pada akhirnya seperti yang dicontohkan pada
pengertian terakhir mengenai sistem politik pada sub-bab awal, bahwa interaksi
antara aspek politik dan aspek ekonomi akan mempengaruhi satu sama lain.
Era orde baru yang memiliki visi terhadap penguatan terhadap nilai-nilai
konstitusi UUD 1945 serta falsafah negara yakni Pancasila dikenal juga dengan
sebutan era Demokrasi Pancasila. Pada awal pelaksanaannya, pemerintah Orde
Baru menerapkan penyederhanaan sistem kepartaian sehingga sampai pada
tersisanya tiga partai besar dengan Golkar dari kalangan partai dan ABRI dari
kalangan militer yang muncul sebagai kekuatan politik yang dominan (Sukoco,
2012). Pada era ini terlihat kekuatan eksekutif dalam secara langsung menata
sistem kepartaian sebagai basis penguat sistem pemerintahan dengan mencari
perimbangan antara instansi eksekutif dan legislatif. Hal ini terlihat dari
bagaimana kiprah partai Golkar pada Orde Baru.
Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah
parpol yang banyak, tidak menjamin stabilitas politik. Terjadi penyederhanaan
partai politik : Partai berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam)
menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP); Partai berbasis sosialis dan
nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 dan
1982 hanya diikuti 3 (tiga) peserta : PPP (ke-Islaman & ideologi Islam); Golkar
(kekaryaan dan keadilan sosial); PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan
keadilan).
pula dalam sistem Demokrasi Pancasila era orde baru melalui undang-undang
Nomor : 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya yang menyatakan
adanya tiga organisasi kekuatan sosial politik yaitu : Partai Persatuan
Pembangunan sebagai fusi partai-partai politik yang beraliran “Islam, Partai
Demokrasi Indonesia sebagai fusi partai-partai politik beraliran
nasional/demokrasi, dan Golongan Karya. Di sini Golkar tampil sebagai
organisasi kekuatan sosial politik yang paling dominan yang menjadikan peranan
partai politik melemah. Tetapi dalam sistem politik Demokrasi Pancasila era
reformasi; fungsi dan peranan partai politik kembali menguat bahkan sangat
menentukan proses politik dalam sistem politik Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Politik Indonesia adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat,
prinsip, penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
skala prioritas, dll) yang terorganisir dalan negara Indonesia untuk mengatur
pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan demi kepentingan umum dan
kemaslahatan rakyat.
3.2 Saran
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bangga Negara kita menganut
sistem politik demokrasi pancasila yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Oleh
karena itu mari kita membantu pemerintah untuk menjalankan sistem politik di
Indonesia dengan cara apapun, bisa dengan mengeluarkan pendapat yang
membangun tapi tidak dengan bentuk anarkis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2005. Sejarah Untuk SMA kelas XII Program Ilmu Sosial Dan
Bahasa. Klaten : Cempaka Putih.
Tim Penyusun, MGMP. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Dan Dunia untuk
Kelas XII SMA Program IPS. Malili : Raodah Foto Copy.
Kantaprawira, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo.
Listyarti, Retno, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA dan MA Kelas
XI, Jakarta: Esis.
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003
Marudut Simbolon.2008.Partai Politik dan Sistem Politik (suatu Transformasi
Pemikiran dan Teori Analisis Sistem Politik Gabriel Almond dalam
Perspektif Politik Pemerintahan SBY-JK).
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra, bandung,
1999
Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008