Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah sosial dan politik sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak lama. Untuk
urusan politik, Indonesia sudah melakukan banyak sekali kegiatan politik sejak
kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarahnya, Indonesia telah mencatat sebanyak tiga
fase pemerintahan, yaitu Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama yang dilaksanakan
sejak kemerdekaan Indonesia di bawah kepemimpinan Ir. Soekarno, kemudian
Orde Lama yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto, dan Era Reformasi yang
dimulai sejak lengsernya Soeharto pada tahun 1998.

B. TUJUAN
Seperti yang kita ketahui, adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah
suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Persaingan
tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak
sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan
sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak
manapun. Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk : saling
menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering
terjadi sampai sekarang ini.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian tentang kondisi Sosial Politik di
Indonesia di atas, maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini:

 Bagaimana bentuk pemerintahan di Indonesia

 Bagaimana sistem politik di Indonesia

 Bagaimana aktivitas politik di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

I. Bentuk pemerintahan di Indonesia


Bentuk pemerintahan indonesia adalah republik konstitusional.
Meski begitu, tetap didampingi dengan sistem pemerintahan demokrasi dan
sistem presidensial.

Berdasar Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara


kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu, disimpulkan bahwa
bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik.

Ciri-Ciri Bentuk Pemerintahan Indonesia :

1. Presiden Pemegang Kekuasaan

Ciri republik konstitusional yang pertama tentunya kekuasaan negara


dipegang oleh presiden. Bertindak sebagai kepala negara, sekaligus kepala
pemerintahan.

Meski kekuasaan tersebut terkesan leluas, tapi masih dalam batasan


konstitusi. Sehingga ada pengawasan yang efektif dari lembaga parlemen.

Setiap menteri memiliki kewajiban untuk secara langsung pada presiden


atas program kerjanya. Meski di sisi lain, presiden sebagai pemegang
kuasa, punya hak mengangkat dan memberhentikan menteri.
2. Kekuasaan Tidak Bisa Diwariskan

Berbanding terbalik dengan bentuk pemerintahan monarki. Di mana


negara pimpinannya berasal dari dan oleh raja untuk rakyat. Sehingga
kekuasaan bisa diturunkan.

Bentuk pemerintahan Indonesia yang menganut republik konstitusional


mengharuskan rakyat memilih.
3. Bentuk Pemerintahan di Bawah juga Republik

Ciri selanjutnya sesuai dengan namanya, republik konstitusional.


Sehingga setiap selesai masa jabatan presiden, gubernur, dan deretan lain
itu telah habis, maka dilakukan pemilihan sesuai dengan konstitusi yang
telah berlaku.

Negara Indonesia melakukan pemilihan melalui pemilu atau pemilihan


umum yang diadakan oleh KPU. Hal ini dibatasi oleh konstitusi UUD 1945
sebagai landasan utama.

4. Pembagian Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif

Ciri bentuk pemerintahan Indonesia berikutnya memiliki pembagian tugas


kekuasaan, yakni lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Pembagian tugas yang dijalankan lembaga negara dengan sistem


pemerintahan presidensial, secara murni menggunakan doktrin Trias
Politica, yakni:

Legislatif, yakni lembaga yang berkuasa membuat atau merumuskan


Undang-Undang. Dilakukan oleh DPR, MPR dan DPD.
Eksekutif, ialah lembaga yang berperan menjalankan Undang-Undang.
Dijalankan oleh presiden, wakil presiden dan para menteri untuk membantu
Presiden dalam menjalankan tugas negara.

Yudikatif merupakan lembaga yang memiliki hak mengadili pelanggaran


Undang-Undang. Serta mengawasi dan memantau proses berjalannya
UUD, contohnya MA dan MK.

5. Sistem Pemerintahan Presidensial

Ciri dari bentuk pemerintahan Indonesia selanjutnya, ialah sistem


pemerintahan presidensial. Maksudnya pemimpin negara dinamakan
sebagai presiden.

Sejak amandemen UUD 1945 yang ketiga dan keempat, pemerintah


negara Indonesia menjalankan sistem pemerintahan presidensial secara
nyata.
II. Sistem politik di Indonesia

Sistem politik di Indonesia :


Sistem politik apa yang digunakan di Indonesia?
Politik Indonesia adalah berlangsung dalam rangka republik demokrasi
perwakilan presidensial di mana Presiden Indonesia ialah kepala negara dan
kepala pemerintahan dan sistem multi partai.

A. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia

 Pengertian sistem Politik di Indonesia

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau


keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan
dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya
mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnya.

Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersbut di dalam


konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ).
Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya
kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara
suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya
cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang
dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni
MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan
membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa,


Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure
Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure),
dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui
badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan
dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan
adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah
sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
B. Perbedaan sistem politik di berbagai Negara

 Pengertian sistem politik

a) Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan


terorganisasi.

b) Pengertian Politik

Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara
kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan
dalam Negara/kehidupan Negara.

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara


pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan
Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat,
bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan.

Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan


masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.

c) Pengertian Sistem Politik

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,


prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu
sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Sistem politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau


cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang
berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang
langggeng.
 Macam-macam Sistem Politik

Setelah memahami pengertian sistem politik sekarang lanjut pada


macam-macam sistem politik. Simak macam-macam sistem politik
sebagai berikut:

a) Sistem Politik Totaliter


Sistem politik totaliter adalah sistem politik yang mana pemerintah
memegang kendali penuh terhadap masyarakat. Pemerintah dalam
sistem politik ini tidak menghendaki adanya oposisi sekaligus
memaksakan konsesus terhadap warga negaranya.

Di samping itu sistem politik ini menjalankan pemerintahan secara


paksa serta doktrinasi ideologi untuk mencapai tujuan. Beberapa negara
yang mengunakan sistem ini adalah Uni Soviet dan Jerman pada masa
pemerintahan Adolf Hitler.

b) Sistem Politik Demokrasi Liberal


Sistem politik demokrasi liberal adalah sistem politik yang
menjunjung tinggi kebebasan Individu. Tatanan pemerintahan yang
menjamin hak-hak warga negara di atas kekuasaan pemerintah.

Secara konstitusional sistem politik demokrasi liberal ini


memberikan keleluasaan warganya dalam memberikan kritik dan
masukan kepada pemerintah.

Pada dasarnya, sistem ini sudah digunakan oleh negara maju dan
beberapa negara dunia ketiga salah satunya Indonesia.

Indonesia pasca reformasi menganut sistem demokrasi liberal dengan


sistem presidensial multi partai.
c) Sistem Politik Otokrasi atau Otokratik
Sistem Politik Otokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang
kepemimpinanya dikuasai oleh satu orang. Kegiatan politik masyarakat
tidak dapat dilakukan secara bebas.

Bagi sistem ini kegiatan politik masyarakat hanya akan mengangu


peningkatan pembangunan dan pemberantasan kemiskinan.

d) Sistem Politik Oligarki


Sistem politik Oligarki adalah sistem pemerintahan yang
dikendalikan oleh sekelompok elit kecil dari masyarakat.
Pengelompokan ini bisa berdasarkan status kekayaan, garis keturunan
keluarga atau militer.

Artinya sistem ini menghendaki kedaulatan negara sepenuhnya oleh


satu atau segelintir orang. Pada tataran praktisnya sistem ini hampir
sama dengan sistem politik otokrasi. Negara yang megunakan sistem ini
seperti China dan Vietnam.

e) Sistem Politik Otoriter


Sistem politik otoriter adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan
sepenuhnya pada negara ataupun pribadi tertentu. Kebebasan individu
hilang dalam sistem politik ini sebab kekuasaan biasanya hanya
dipengang oleh satu orang saja atau segelitir orang.

f) Sistem Politik Diktator


Sistem politik diktator adalah sistem politik yang mana pemerintah
berlaku secara otoriter dan cenderung sewenang-wenang terhadap
rakyat.

Aspirasi dan kebebasan rakyat tidak ada dalam sistem politik ini
sebab biasanya kekuasaan berawal dari proses gejolak politik, kekerasan
ataupun kudeta.

g) Sistem Politik Demokrasi


Sistem politik demokrasi adalah suatu sistem yang mana rakyat
berkuasa penuh atas proses kepemimpinan. Dalam sistem ini rakyat
dapat turut andil dalam pelaksanaan pemerintahan.
 Sistem Politik Di Berbagai Negara

a) Sistem Politik Di Negara Komunis :

Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,


peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang
terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus
informasi dan kebebasan berpendapat

b) Sistem Politik Di Negara Liberal :

Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;


pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang
transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas

c) Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia :

Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan


kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem
politik demokrasi di Indonesia adalah :

1. Ide kedaulatan rakyat

2. Negara berdasarkan atas hukum

3. Bentuk Republik

4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

5. Pemerintahan yang bertanggung jawab

6. Sistem Perwakilan

7. Sistem peemrintahan presidensiil


III. Aktivitas politik di Indonesia

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (Setkab RI) bekerjasama


dengan Pusat Studi Hukum Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (PSHK FH UII) menyelenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat
Indonesia. FGD bertemakan “Peran Partai Politik dan Organisasi
Kemasyarakatan dalam Mendorong Partisipasi Politik di Indonesia” digelar
di gedung Fakultas Hukum UII pada Selasa (26/10).

Dalam FGD tersebut, Setkab RI diwakili oleh Kepala Bidang Politik


dan Organisasi Kemasyarakat, Darmawan Sutanto, didampingi oleh Kepala
Subbidang Politik dan Kepala Subbidang Kemasyarakatan Lembaga
Negara. Adapun, PSHK FH UII diwakili oleh, Dr. Jamaluddin Ghafur,
S.H., M.H. dan Direktur PSHK FH UII, Allan Fatchan Gani Wardhana.
Keduanya juga merupakan dosen di FH UII.

Jamaluddin menyampaikan, partsipasi merupakan hal yang esensial


dalam negara demokrasi. Oleh karena itu untuk mewujudkan partisipasi
politik, setidaknya ada tigal hal yang harus diperhatian. Pertama, harus ada
kompetisi dalam arti jabatan-jabatan public harus dikompetisikan. Kedua,
partisipasi dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ketiga,
kebebasan berpendapat, dalam hal ini pemerintah tidak boleh menghalang-
halangi gerakan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
masyarakat.

Dengan demikian, pasrtisipasi memiliki peranan yang penting, baik


bagi setiap individu untuk mengontrol dan mengawasi kebijakan
pemerintah agar terhindar dari tindakan penyelewenangan yang dapat
merugikan masyarakat, maupun bagi pemerintahan untuk mengukur tinggi
atau rendahnya sistem demokrasi di suatu negara.

Dalam pelaksanaannya, menurut Jamaluddin, partisipasi memiliki


beberapa jenis dan pola, antara lain: 1) Otonom, yaitu partisipasi yang
dilakukan secara sadar dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, 2)
Konvensional, parstisipasi yang dilakukan secara langsung seperti pemilu,
pilkada, dll, 3) Non-konvensional, partisipasi yang dilakukan seperti petisi,
demokrasi, dan refOrmasi, 4) Digerakkan, partisipasi yang dilakukan atau
digerakkan dalam suatu lembaga yang menggerakkan, salah satunya partai
politik (parpol) yang dijadikan lembaga utama dan lembaga sentral untuk
mengorganisir warga negara untuk berpartisipasi.
“Bahkan sebagian ahli mengatakan Parpol bila dibandingkan dengan
organisasi lain, memiliki kewenangan yang sangat besar utk mengorganisir
warga negara. Parpol merupakan institusi sentral dalam negara demokrasi
yang diberikan hak eksklusif untuk mengakses kekuasaan, walaupun nanti
kita bisa tunjukkan bahwa kondisinya menyedihkan,” ujarnya.

Jamaluddin mengatakan, dalam pelaksanaannya Parpol di Indonesia


sangat dihegemoni oleh kekuasaan Ketua Partai. Bahkan kerap kali
Anggaran Dasar dan Anggran Rumah tangga (AD/ART) dijadikan alat
untuk melegalkan kewenangan Ketua Partai untuk melanggengkan
kekuasaaanya, (alat proteksi legal). Sehingga dapat dipahami bahwa ketika
Parpol dianggap sebagai lembaga central negara demokrasi, tapi justru di
dalam internal Parpol itu tidak demokratis.

Dengan demikian, menurut Jamaluddin, perlu dilakukan berbagai


upaya untuk mewujudkan demokrasi internal Parpol, yang dapat dilakukan
dengan tiga hal, yaitu: 1) bagaimana Parpol memilih dan menyeleksi
kandidat publik, 2) bagaimana Parpol melakukan seleksi pada
kepemimpinan kekuasaan, 3) bagaiman Parpol merumuskan suatu
kebijakan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Seperti yang kita ketahui, sampai sekarang ini masih banyak sekali masalah
dalam dunia perpolitikan yang dialami oleh negara yang kita cintai ini. Dengan
adanya beragam masalah, sudah seharusnya kita masyarakat Indonesia mulai
melakukan perubahan. Kita harus memikirkan solusi dari semua masalah ini.
Bukan hanya mampu menjadi pembuat, penyebab, bahkan penikmat dari setiap
masalah yang tengah kita hadapi.
Kita tidak boleh menjadi bangsa yang lemah, menjadi bangsa yang hanya
memikirkan nasib sendiri tanpa memikirkan orang lain. Kita tidak boleh menjadi
bangsa yang hanya bisa ikut – ikutan dalam membuat masalah, menyebarkan suatu
berita yang menimbulkan kerugian bagi orang lain, hanya berkomentar tanpa
memberi solusi, bahkan malah menjadi penyebab dari masalah yang timbul.
Kita harus merubah pola pikir yang kita miliki, menjadi manusia yang
berpikir kritis untuk kemajuan bangsa, dan harus bisa menemukan solusi, bukan
hanya menanggapi. Kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap persoalan
yang ada di depan mata. Bukankah lebih baik kita membantu daripada hanya
melihat suatu kesulitan yang dialami oleh orang lain?
Keberagaman yang kita miliki, adalah asset terbesar untuk menunjukkan
pada dunia bahwa kita mampu bersatu. Dunia perpolitikan merupakan suatu wadah
untuk menyalurkan aspirasi kita dalam mewujudkan kemajuan bangsa., dan
masalah yang ada harus kita jadikan motivasi untuk menyatukan bangsa ini.
Persaingan tidak sehat dalam dunia perpolitikan sudah seharusnya kita
kurangi, karena persaingan tidak sehat hanya akan menimbulkan dampak negatif
yang dapat merugikan orang lain. Bukankah kita lebih suka menjalani kehidupan
dengan tenang? Tanpa ada perkelahian, tanpa ada pemakian, pemecah belahan,
bahkan pembunuhan.
Pancasila yang telah dibuat dengan darah dan air mata oleh para pejuang
bangsa sejak dahulu harus kita jadikan landasan dalam berkehidupan. Pancasila
harus menjadi pemersatu, bukan penghancur.
Mulailah berpikir kritis sejak dini. Memang tidak mudah untuk merubah
sesuatu yang sudah rusak, namun bukankah semuanya masi bisa diperbaiki? Kita
tidak akan mampu merubah pola pikir orang lain, apalagi sifat orang lain. Namun
kita mampu untuk merubah pola pikir kita sendiri. Semuanya dimulai dari diri
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnia Azizah, (2020, Agustus 13), Bentuk Pemerintahan Indonesia, Diakses


pada 15 Januari 2023 melalui:
https://m.merdeka.com/trending/bentuk-pemerintahan-indonesia-
ketahui-ciri-hingga-kelebihan-dan-kekurangan.html/
Hidayat Rahmad, (2017, Agustus 21), Bagaimana Kondisi Sosial Politik di
Indonesia?, Diakses pada 15 januari melalui:
https://sosialpolitik.filsafat.ugm.ac.id/2017/08/21/bagaimana-
kondisi-sosial-politik-di-indonesia/
Martin Lilie, (2014, Maret 10), Sistem Politik di Indonesia, Diakses pada 15
Januari 2023 melalui:
https://www.patikab.go.id/v2/id/2010/01/25/sistem-politik-di-
indonesia/
MudaBicara.com, (2023, Januari 14), Sistem Politik, Pengertian, dan Macam-
macamnya, Diakses pada 15 Januari 2023 melalui:
https://mudabicara.com/sistem-politik-pengertian-dan-macam-
macamnya/

Anda mungkin juga menyukai