Anda di halaman 1dari 7

KONSEP- KONSEP POLITIK

A. Teori Politik
Teori politik adalah bahasa dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan
perkataan lain teori politik adalah bahasa dan renungan atas:
1. Tujuan dan kegiatan politik
2. Cara- cara mencapai tujuan politik
3. Kemungkinan- kemungkinan dan kebutuhan- kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik
tertentu
4. Kewajiban- kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu

Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory dapat dibedakan dua macam
teori politik, sekalipun perbedaan antara kedua kelompok teori tidak bersifat mutlak.

1) Teori- teori yang mempunyai dasar moral atau bersifat akhlak dan yang menentukan norma-
norma untuk perilaku politik. Dengan adanya unsur- unsur norma dan nilai ini maka teori- teori
ini boleh dinamakan yang mengandung nilai.
Teori ini dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a. Filsafat Politik
Filsafat politik mencari penjelasan berdsarkan rasio. Filsafat politik melihat jelasa adanya
hubungan antara sifat dan hakiki dari alam semesta dengan sifat dan hakikat kehidupan
politik di dunia ini. Pokok pikiran dari filsafat politik adalah bahwa persoalan- persoalan
yang menyangkut alam semesta, seperti metafisika dan epistemology harus dipecahkan
terlebih dahulu sebelum persoalan- persoalan politik yang kita alami sehari- hari dapat
ditanggulangi.
b. Teori Politik Sistematis (Systematic Political Theory)
Teori politik ini mendasarkan diri atas pandangan- pandangan yang sudah lazim yang
diterima dan mencoba untuk merealisasikan norma- norma itu dalam suatu program politik.
Teori- teori politik semacam ini merupakan suatu langkah lanjutan dari filsafat politik, dalam
arti bahwa teori ini langsung menetepkan norma- norma dalam kegiatan politk. Misalnya,
pada abad ke 19 teori- teori politik banyak membahas mengenai hak- hak individu yang
diperjuangkan terhadap kekuasaan negara dan mengenai adanya sistem hukum dan
sistem politk yang sesuai dengan pandangan itu. Bahasan- bahasan ini didasarkan atas
pandangan yang sudah lazim pada masa itu mengenai adanya hukum alam tetapi tidak
lagi mempersoalkan hukum alam itu sendiri.
c. Ideologi Politik
Ideologi politik adalah himpunan nilai- nilai, ide- idea tau norma- norma, kepercayaan
atau keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana ia
menentukan sikapnya terhadap kejadian problematika politikyang dihadapinya dan yang
menentukan perilaku politiknya.
Nilai- nilai dan ide- ide ini merupakan suatu sistem yang berpautan. Dasar dari
ideology politik adalah keyakinan akan adanya suatu pola tata tertib sosial politik yang
ideal. Ideology berbeda dengan filsafat yang sifatnya merenung- renung, mempunyai
tujuan untuk menggerakkan kegiatan dan aksi.
Ideologi yang berkembang luas dipengaruhi oleh kejadian- kejadian dan pengalaman-
pengalaman dalam masyarakat di mana ia berada dan sering harus mengadakan
kompromi dan perubahan- perubahan yang cukup luas. Contoh ideology adalah:
- Demokrasi
- Komunisme
- Liberalisme
- Fasisme dll
2) Teori- teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta- fakta politik dengan
tidak mempersoalkan norma- norma atau nilai. Teori ini biasanya bersifat deskriptif
(menggambarkan)dan komparatif (membandingkan). Teori ini berusaha untuk membahas
fakta- fakta kehidupan politik sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan disim pulkan
dalam generalisasi- generalisai.

B. Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan- hubungan antar manusia. Robert M. Mclver
mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sitem hubungan- hubungan yang ditata. (Society means a
system of ordered relations)”
Biasanya anggota- anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geografis yang mempunyai
kebudayaan- kebudayaan dan lembaga- lembaga yang kira- kira sama.masyarakat dapat
menunjuk pada masyarakat kecil, misalnya, masyarakat kelompok etnis Batak di sumatera Utara,
atau suatu masyarakat yang lebih luas seperti masyarakat Indonesia. Anggota masyarakat dapat
berinteraksi satu sama lain karena factor budaya dan factor agama dan etnis.
Manusia merupakan anggota kelompok. Kelompok tersebut timbul karena adanya sifat
manusia yang saling bertentangan. Di satu pihak manusia ingin bekerjasama, di pihak lain manusia
juga cenderung bersaing.
Manusia memiliki keinginan untuk bekerjasama karena memiliki kebutuhan fisik maupun
mental yang tidak dapat dipenuhi seorang diri. Manusia mengadakan interaksi dengan sesama
untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut. Hubungan interaksi tersebut dilaksanakan
dengan jalan mengorganisir bermacam- maccam kelompok dan asosiasi lain yang memenuhi
bermacam- macam kebutuha manusia. Misalnya: perkumpulan agama, perkumpulan perdagangan,
perkumpulan nelayan dan sebagainya.
Dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan sesame, manusia
menginginkan beberapa nilai. Dalam mengamati masyarakat di sekelilingnya, yaiu masyarakat
Barat, Harold Laswellmerinci delapan nilai yaitu:
a) Kekuasaan (power)
b) Kekayaan (wealth)
c) Penghormatan (respect)
d) Kesehatan (well-being)
e) Kejujuran (rectitude)
f) Keterampilan (skill)
g) Prndidikan/ Penerangan (enlightenment)
h) Kasih saying (affection)

C. Negara
1. Defenisi
- Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik
- Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan- hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala- gejala
kekuasaan dalam masyarakat.
- Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaan secara
sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-
tujuan dari kehidupan bersama.

2. Tugas Negara
- Mengendalikan dan mengatur gejala- gejala kekuasaan yang asocial, yakni yang
bertentangan satu sama lai, supaya tidak menjadi antagonis yang membahayakan.
- Mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan- golongan ke arah
tercapainya tujuan- tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan- kegiatan asosiasi- asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan
diarahkan kepada tujuan nasional.
3. Sifat- Sifat Negara
 Sifat memaksa
 Sifat monopoli
 Sifat mencakup semua
4. Unsur- Unsur Wilayah
 Wilayah
 Pemnduduk
 Pemerintah
 Kedaulatan
5. Tujuan dan Fungsi Negara
 Tujuan
Tujuan akhir dari setiap Negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya. Tujuan
Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum di dalam Undang- Undang Dasar
1945 ialah: “Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdaaian abadi dan keadilan sosial
dengan berdasarkan kepada: Krtuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesiadan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakila, serta dengan mewujudkan keadilan sosila bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
 Fungsi
 Melaksanakan penetiban (law and order)
Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentokan- bentrokan dalam
masyarakat, Negara harus melaksanakan penertiban, dapat dikatakan Negara
bertindak sebagai stabilitator.
 Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Fungsi ini sangat penting terutama bagi negara- negara baru. Pandangan di Indonesia
tercermin dalam usaha pemerintah untuk membangun melalui suatu rentetan Repelita.
 Pertahanan
Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan srangan dari luar. Untuk ini Negara
dilengkapi dengan alat- alat pertahanan.
 Menegakkan keadilan
Hal ini dilaksanakan melalui badan- badan peradilan
 Istilah Neegara dan Istilah sistem Politik
Konsep sistem politik merupakan pokok dari gerakan pembaharuan yang timbul dalam
dekade limapuluhan. Pada dasarnya konsep sistem politik dipakai untuk keperluan analisa,
dimana suatu sistem bersifat abstrak pula. Di samping itu konsep politik dapat diterapkan
pada suatu situasi yang konkret, misalnya negara atau kesatuan yang lebih kecil, seperti
kota atau suku bangsa. Konsep sistem politik dalam penerapan pada situasi konkret
seperti negara, mencoba mendasarkan studi tentang gejala- gejala politik dalam konteks
tingkah laku di masyarakat. Tingkah laku politik dianggap sebagai sebagian dari
keseluruhan tingkah laku sosial. Menurut pemikiran ini masyarakat merupakan suatu
sistem sosial yang pada hakikatnya terdiri atas bermacam- macam proses. Di antara
macam- macam proses ini dapat dilihat gejala- gejala politik sebagai suatu kumpulan
proses tersendiri yang berbeda dengan proses- proses lainnya. Inilah yang dinamakan
sistem politik. Sistem politik menyelenggarakan fungsi- fungsi tertentu untuk masyarakat.
Fungsi- fungsi itu adalah membuat keputusan- keputusan kebijaksanaan (policy decision)
yang mengikat mengenai alokasi dari nilai- nilai (baik yang bersifat materiil maupun non-
materiil). Keputusan- keputusan kebijaksanaan ini diarahkan keoada tercapainya tujuan-
tujuan masyarakat
Dalam sistem politik terdapat 4 variabel yaitu:
 Kekuasaan
Sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan, antara lain membagi sumber-
sumber di antara kelompok- kelompok masyarakat
 Kepentingan
Merupakan tujuan- tujuan yang dikejar oleh pelaku- pelaku atau kelompok politik
 Kebijaksanaan
Hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam bentuk
perundang- undangan.
 Budaya Politik
Orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik
D. Konsep Kekuasaan
1. Defenisi
o Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama
(Abraham Kaplan)
o Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban- kewajiban yang
mengikat, oleh kesatuan- kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif (Talcott
Parsons)
2. Sumber Kekuasaan
o Kedudukan
o Kekayaan
o Kepercayaan
3. Otoritas/ Wewenang dan Legitimasi
o Otoritas/ Wewenang
 Wewenang tradisional
Berdasarkan kepercayaan di antara anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta
kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan patut dihormati
 Wewenang kharismatik
Berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat pada kesaktian dan kekuasaan mistik
atau religious seorang pemimpin.
 Wewenang rasional- legal
Berdasarkan kepercayaan pada tatanan hokum rasional yang melandasi kedudukan
seseorang pemimpin. Yang ditekankan bukan orangnya akan tetapi aturan- aturan
yang mendasari tingkah lakunya.
o Pengaruh
Konsep yang selalu dibahas bersama dengan kekuasaan adalah pengaruh. Pada
umumnya masyarakat berpendapat bahwa kekuasaan dapat mengadakan sanksi dan
pengaruh. Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang, jika seseorangdipengaruhi agar
bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian,
sekalipin ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya
(Norman Barry). Pengaruh sering sering bersaing dengan factor laindalam menentukan
perilaku seseorang. Bagi pelaku yang dipengaruhi masih terbuka alternative lain untuk
bertindak. Akan tetapi sekalipun pengaruh sering kurang efektif dibandingkan dengan
kekuasaan, ia kadang- kadang mengandung unsure psikologis dan menyentuh hati dank
arena iru sering kali cukup berhasil.

Anda mungkin juga menyukai