Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 2B

ADELIA MIZANI QISTI


AGUNG PUTRA PRATAMA
ARINE NATASYAH GUSMAN
BAGUS DWI SYAHPUTRA
FARHANSYAH TRI RINANTO
ILMAN KAROMA PASMA
.JANNATA SYAHRIZA
KIYAGUS MUHAMMAD EZZAD AL HAFIZ
MAULINA AMANDA
MELAN KOMALA SARI
RAJA FINDO APALAS
TIARA MIRANI
Teori adalah generalisasi yang abstrak
TEORI POLITIK mengenai beberapa fenomena

• Teori politik adalah bahasan dan


generalisasi dari fenomena yang bersifat dua macam teori politik
politik. Dengan perkataan lain, teori
politik adalah bahasan dan renungan 1.Teori-teori yang mempunyai dasar moral atau bersifat
atas akhlak dan yang menentukan norma-norma untuk perilaku
politik (norms for political behavior). Dengan adanya unsur
• a) tujuan dari kegiatan politik, norma-norma dan nilai (values) ini maka teori-teori ini boleh
dinamakan yang mengandung nilai (valuational). Termasuk
• b) cara-cara mencapai tujuan itu, golongan ini adalah ilsafat politik, teori politik sistematis,
ideologi, dan sebagainya.
• c) kemungkinan-kemungkinan dan
kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan 2.Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena
dan fakta- fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-
oleh situasi politik tertentu dan norma atau nilai. Teori- teori ini dapat dinamakan non-
• d) kewajiban-kewajiban (obligations) valutional (valuefree), biasanya bersifat deskriptif
(menggambarkan) dan komparatif (membandingkan). Teori
yang diakibatkan oleh tujuan politik itu. ini berusaha untuk membahas fakta-fakta kehidupan politik
sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan
disimpulkan dalam generalisasi- generalisasi.
A.FILSAFAT POLITIK
• Filsafat politik mencari penjelasan yang
berdasarkan rasio, ia melihat jelas adanya
hubungan antara sifat dan hakikat dari
alam semesta (universe) dengan sikap dan
hakikat dari kehidupan politik di dunia fana Misalnya, menurut ilsuf Yunani, Plato,
ini. Pokok pikiran dari ilsafat politik ialah
bahwa persoalan-persoalan yang
keadilan merupakan hakikat dari alam
menyangkut alam. semesta dan sekaligus merupakan
pedoman untuk mencapai kehidupan
• Suatu istilah yang dewasa ini sering dipakai
ialah bebas nilai (value free). yang baik (good life) yang dicita-citakan
olehnya. Contoh lain adalah beberapa
• semesta, seperti metaisika dan
epistemologi harus dipecahkan dulu karya John Locke. Filsafat politik erat
sebelum persoalan-persoalan politik yang hubungannya dengan etika dan ilsafat
kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi. sosial.
b. Teori politik sistematis
(sytematic political theory)
• Teori-teori politik ini tidak
memajukan suatu pandangan Misalnya, dalam abad ke-19 teori-
tersendiri mengenai metaisika dan teori politik banyak membahas
mengenai hak-hak individu yang
epistemologi, tetapi mendasarkan diperjuangkan terhadap
diri atas pandangan- pandangan yang kekuasaan negara dan mengenai
sudah lazim diterima pada masa itu. adanya sistem hukum dan sistem
politik yang sesuai dengan
Jadi, ia tidak menjelaskan asal usul pandangan itu. Bahasan-bahasan
atau cara lahirnya norma-norma, ini didasarkan atas pandangan
yang sudah lazim pada masa itu
tetapi hanya mencoba untuk mengenai adanya hukum alam
merealisasikan norma-norma itu (natural law), tetapi tidak lagi
dalam suatu program politik. mempersoalkan hukum alam itu
sendiri.
c. Ideologi politik
• Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, ide-ide atau norma-
norma, kepercayaan atau keyakinan, suatu Weltanschauung,
yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana
ia menentukan sikapnya terhadap keja- dian dan problematika
politik yang dihadapinya dan yang menentukan peri- laku
politiknya.

Dasar dari ideologi politik adalah


keyakinan akan adanya suatu pola tata
tertib sosial politik yang ideal. Ideologi
politik mencakup pembahasan dan
diagnosa, serta saran-saran
(prescription) mengenai bagaimana
mencapai tujuan ideal itu.
Masyarakat
• Masyarakat adalah keseluruhan antara
hubungan-hubungan antarmanusia.
Robert M. McIver mengatakan:
“Masyarakat adalah suatu sistem
hubungan- hubungan yang ditata Harold Laswell4 merinci delapan nilai, yaitu:
(Society means a system of ordered
relations).” a) Kekuasaan (power)
b) Kekayaan (wealth)
• Manusia mempunyai naluri (instinct)
untuk hidup bersama dengan orang c) Penghormatan (respect)
lain secara harmonis. Setiap manusia d) Kesehatan (wellbeing)
mempunyai kebutuhan isik maupun e) Kejujuran (rectitude)
mental yang sukar dipenuhinya f) Keterampilan (skill)
seorang diri, maka ia bekerja sama
untuk mencapai beberapa nilai (value). g) Pendidikan/Penerangan (enlightenment)
Ia perlu makan, minum, berkeluarga h) Kasih sayang (afection)
dan bergerak secara aman, dan
sebagainya.
Negara
• Negara adalah alat (agency) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan-hubungan
negara mempunyai dua tugas:
manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan
Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala
dalam masyarakat.
kekuasaan yang aso- sial, yakni yang
• Negara menetapkan cara-cara dan batas- bertentangan satu sama lain, supaya tidak
batas sampai di mana kekuasaan dapat menjadi antagonis yang membahayakan;
digunakan dalam kehidupan bersama, baik Mengorganisir dan mengintegrasikan
oleh individu, golongan atau asosiasi, kegiatan manusia dan go- longan-golongan
maupun oleh negara sendiri. Dengan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari
demikian negara dapat mengintegrasikan masyara- kat seluruhnya. Negara
dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial menentukan bagaimana kegiatan-kegiatan
dari penduduknya ke arah tujuan bersama. asosiasi-asosiasi kemasyarakatan
disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
Definisi Mengenai Negara

• Roger H. Soltau: “Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan


(au thority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
ber- sama atas nama masyarakat
• Max Weber: “Negara adalah suatu masyara- kat yang mempunyai
monopoli dalam peng- gunaan kekerasan isik secara sah dalam sesuatu
wilayah .
• Jadi, sebagai deinisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan
pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis ter- hadap kekuasaan yang sah.
• 1. Sifat memaksa.
• Agar peraturan perundang-
undangan ditaati dan dengan
demikian penertiban dalam
masyarakat tercapai serta 3. Sifat mencakup semua
timbulnya anarki dicegah, 2. Sifat monopoli. (allencompassing, all-
maka negara memiliki sifat embracing).
Negara mempunyai monopoli
memaksa, dalam arti dalam menetapkan tujuan
Semua peraturan perundang-
mempunyai kekuasaan untuk bersama dari masyarakat.
undangan (misalnya keharusan
memakai kekerasan isik secara membayar pajak) berlaku untuk
legal. Sarana untuk itu adalah semua orang tanpa kecuali.
polisi, tentara, dan sebagainya.
Unsur-Unsur Negara 3.Pemerintah. Setiap negara mempunyai organisasi
yang berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat
• 1. Wilayah. Setiap negara menduduki bagi seluruh penduduk di dalam wilayahnya.
tempat tertentu di muka bumi dan Keputusan- keputusan ini antara lain berbentuk
mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasaan undang-undang dan peraturan-peraturan lain.
negara mencakup seluruh wilayah, tidak
hanya tanah, tetapi juga laut di sekelilingnya
dan angkasa di atasnya.
4.Kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan yang
• 2. Penduduk. Setiap negara mempunyai tertinggi untuk membuat undang-undang dan
penduduk, dan kekuasaan negara
menjangkau semua penduduk di dalam melaksanakannya dengan semua cara (termasuk
wilayahnya. Dalam mempelajari soal paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai kekuasaan
penduduk ini, perlu diperhatikan faktor- yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya
faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat agar menaati undang-undang serta peraturan-
pembangunan, tingkat kecerdasan, peraturannya (kedaulatan ke dalam—internal
homogenitas, dan masalah nasionalisme. sovereignty). Kedaulatan merupakan suatu konsep
yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak selalu sama
dengan komposisi dan letak dari kekuasaan politik.
Tujuan dan Fungsi Negara
• Tujuan negara Republik Indonesia sebagai
tercantum di dalam Undang- Undang Dasar 1945 Beberapa minimum fungsi yang mutlak
ialah: ”Untuk membentuk suatu pemerintahan perlu, yaitu :
Negara Indonesia yang melindungi segenap
1.Melaksanakan penertiban (law and
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan order)
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 2.Mengusahakan kesejahteraan dan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemakmuran rakyatnya
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan 3.Pertahanan
sosial dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan 4.Menegakan keadilan
Yang Mahaesa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujud- kan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia (Pancasila)”.
Istilah Negara dan Istilah Sistem Politik

• Dalam konsep sistem politik ini kita temukan


istilah-istilah seperti proses, struktur, dan fungsi. Umumnya dianggap bahwa dalam sistem
politik terdapat empat variabel:
• Proses adalah pola-pola (sosial dan politik) yang
dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan 1.Kekuasaan – sebagai cara untuk mencapai
antara satu sama lain. hal yang diinginkan, antara lain membagi
sumber-sumber di antara kelompok-
• Struktur mencakup lembaga-lembaga formal kelompok dalam masyarakat;
seperti parlemen, kelompok kepentingan, kepala 2.Kepentingan – tujuan-tujuan yang
negara, jaringan komunikasi, dan sebagainya. dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok
• Fungsi-fungsi itu adalah membuat keputusan- politik;
keputusan kebijaksanaan (policy decisions) yang 3.Kebijaksanaan – hasil dari interaksi
antara kekuasaan dan kepen- tingan,
mengikat mengenai alokasi dari nilai-nilai (baik
biasanya dalam bentuk perundang-
yang bersifat materiil maupun non-materiil). zs undangan;
4.Budaya Politik – orientasi subyektif dari
Konsep
Kekuasaan Menurut Max Weber dalam bukunya Wirtscharft
und Gesseleshaft (1992) Kekuasaan adalah
kemampuan untuk, dalam suatu hubungan
• Menurut W. Connoly (1983) dan S. Lukes (1974) sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
enganggap kekuasaan sebagai suatu konsep yang mengalami perlawanan, dan apa pun dasar
dipertentangkan (a contested concept)14 yang kemampuan ini
artinya merupakan hal yang tidak dapat dicapai
suatu konsensus.
• Perumusan yang umumnya dikenal ialah bahwa
kekuasaan adalah kemampuan seorang pelaku
untuk memengaruhi perilaku seorang pelaku lain,
sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan Esensi dari kekuasaan adalah hak
keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan. mengadakan sanksi. Cara untuk
Dalam perumusan ini pelaku bisa berupa seorang, menyelenggarakan kekuasaan
sekelompok orang, atau suatu kolektivitas.
berbeda-beda. Ialah :
1.kekerasan fisik (force)
2.Koersi (Coercion)
3.Persuassi (Persuasion)
4.Reward
Sumber Kekuasaan

Terdapat dua istilah yang menyangkut


• Beberapa konsep, yaitu Scope of Power dan
kekuasaan berupa : Domain of Power. Cakupan kekuasaan
(scope of power) menunjuk pada
• Kekayaan kegiatan, perilaku, serta sikap dan
keputusan- keputusan yang menjadi
• Kepercayaan atau obyek dari kekuasaan. Istilah wilayah
Agama kekuasaan (domain of power)
menjawab pertanyaan siapa-siapa saja
yang dikuasai oleh orang atau
kelompok yang berkuasa, jadi
menunjuk pada pelaku, kelompok
organisasi atau kolektivitas yang kena
kekuasaan.
Talcott Parsons

• Dalam perumusan Talcott Parsons, yang diterjemahkan secara bebas, mengatakan:


• “Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-
kewajiban yang meng- ikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi
kolektif. Kewajiban adalah sah jika me- nyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada
perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas
dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu (Power then is generalized capacity to
secure the performance of binding obligations by units in a system of collective
organization when the obligations are legitimized with reference to their bearing on
collective goals, and where in case of recalcitrancy there is a presumtion of
enforcement by negative situational sanctionswhatever the agency of the
enforcement).
Otoritas/Wewenang (Authority)
dan Legitimasi (Legitimacy)

• Ada beberapa pengertian yang erat kaitannya dengan kekuasaan, yaitu otoritas,
wewenang (authority) dan legitimasi (legitimacy atau keabsahan). eperti
dengan konsep kekuasaan, di sini pun bermacam-macam perumusan
ditemukan. Perumusan yang mungkin paling mengenai sasaran adalah deinisi
yang dikemukakan oleh Robert Bierstedt dalam karangannya An Analysis of
Social Power yang mengatakan bahwa wewenang (authority) adalah
institutionalized power (kekuasaan yang dilembagakan). sama dengan yang
dikatakan oleh Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam buku Power and
Society bahwa wewenang (authority) adalah kekuasaan formal (formal power).
Bahwa yang mempunyai wewenang (authority) berhak untuk mengeluarkan
perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak untuk me

Anda mungkin juga menyukai