Anda di halaman 1dari 19

Materi 1

Pertemuan 2

KONSEP DASAR POLITIK

Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan masyarakat
yang menyangkut soal kekuasaan. Secara umum ilmu politik adalah ilmu yang mengkaji soal
hubungan kekuasaan, baik sesama warga negara, antar warga negara dan negara, dan dengan
negara lain. Yang menjadi pusat kajiannya adalah, upaya memperoleh kekuasaan,
mempertahankan kekuasaan, Penggunaan kekuasaan, dan bagaimana menghambat
pengunaan kekuasaan.
Konsep Teori Politik
• Masyarakat Modernisasi
• Kelas sosial Masyarakat
• Negara Kelas sosial
• Kekuasaan Negara
• Kedaulatan Kekuasaan
• Hak dan Kewajiban Kedaulatan
• Kemerdekaan Hak dan Kewajiban
• Lembaga-lembaga negara Kemerdekaan
• Perubahan sosial Lembaga-lembaga negara
• Pembangunan politik Perubahan sosial
• Pembangunan politik
• Modernisasi
Aspek Ilmu Politik
• Aspek Kenegaraan : Ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara, dan lembaga-
lembaga negara serta hubungan negara dan warga negaranya serta hubungan antar
negara.
• Aspek Kekuasaan : Ilmu yang mempelajari ilmu kekuasaan dalam masyarakat, yaitu
sifat, hakikat, dasar, konsep, ruang lingkup, dan hasil dari proses itu.
• Aspek Kelakuan Politik : Ilmu yang mempelajari kelakuan politik dalam sistem
politik yang meliputi budaya politik, kekuasaan, kepentingan, dan kebijakan.
Konsep-konsep dalam Ilmu Politik
a. Negara adalah suatu organisasi dalam wilayah yang mempunyai kekuasaan yang
tinggi dan sah dan ditaati oleh rakyatnya.
b. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi orang
atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan dari pelakunya.
c. Pengambilan keputusan adalah membuat pilihan diantara beberapa alternative
sedangkan istilah pengambilan keputusan menunjukkan pada proses yang terjadi
sampai keputusan itu tercapai.
d. Kebijakan umum adalah kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai
tujuan itu.
e. Pembagian adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai dalam masyarakat, yang
ditekankan bahwa pembagian selalu tidak merata sehingga timbul konflik.

Sifat Ilmu Politik


• Menentukan prinsip yang menjadi patokan dan yg diindahkan dalam menjalankan
pemerintahan
• Mempelajari tingkah laku pemerintah sehingga bisa menemukan mana yg baik, mana
yg salah dan menganjurkan perbaikan secara baik dan terang
• Mempelajari tingkah laku politi warga negara, baik secara pribadi maupun kelompok
• Mengamati dan menelah rencana sosial,kemakmuran, kerjasama internasional.
Metode Dalam Ilmu Politik
• Metode deskriptif : Prosedur pengkajian masalah politik untuk memberi gambaran
terhadap kenyataan yang ada secara akurat.
• Metode analisis : Menekankan pada penelaan secara mendalam terhadap masalah
politis yang disusun secara sistematis dengan memperlihatkan hubungan fakta satu
dengan yang lainnya.
• Metode evaluatif : Merupakan serangkaian usaha penelahan fenomena politik yang
bersifat menentukan terhadap fakta yang dikumpulkan dengan dasar pada norma-
norma.
• Metode klarifikasi : Metode yang melandaskan pada pengelompokan objek secara
teratur dan masing-masing menunjukkan hubungan timbal balik.
• Metode perbandingan : Metode kajian politi yang menitikberatkan pada studi
persamaan dan perbedaan atas dua objek.
Sifat Ilmu Politik
• Roger F Soltau
• Ilmu politik mempelajari tujuan-tujuan negara, dan lembaga- lembaga negara
untuk menjalankan tujuan itu. Hubungan antara negara dengan warga negaranya
serta dengan negara-neara lain.
• Prof.Mr.Moh Yamin
• Ilmu politik, memusatkan tinjauannya kepada masalah kekuasaan dan
bagaimana jalannya tenaga kekuaasaan dalam masyarakat . Ilmu politik membahas
dan mempersoalkan pembinaan negara dan masyarakat atau kekuasaan.
Tujaun dan Fungsi Ilmu Politik
• Perspektif intelektual : Perspektif yang menggunakan diri sendiri sebagai titik tolak,
sebab perspektif itu bertolak dan dibangun berdasarkan apa yang dianggap salah oleh
individu itu, dan individu itu yg memperbaikinya.
• Perspektik politik : Brsifat segera dan memiliki tujuan untuk mendapatkan
kekuaasaan dan mempertahan kekuasaan.
• Perspektif ilmu politik : Para politisi memandang politik sebagai pusat kekuaasaan
publik, sedangkan intelektual menganggap perluasan pusat moral dari diri.Dengan
demikian politik sebagai ilmu menaruh perhatian pada dalil-dalil, keabsahan,
percobaan, hukum, dan keragaman.
Teori Ilmu Politik
• Teori Politik Empiris : Mengacu pada bagian-bagian teoritis ilmu politik
• Teori politik Formal : Teori politik yang kadang-kadang dirasakan tumpang
tindihnya dengan teori sosial dan teori publik,tidak ada aturan keputusan secara
stimultan dapat memenuhi sejumlah kondisi yang sangat masuk akal.
• Teori politik normatif : Teori poltik normatif berkaitan dengan kebijakan politik.
Untuk meletakkan prinsip-prinsip otoritas, kebebasan dan keadilan.Kemudian
menghkhusukan pada tatanan sosial, untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut.
Bidang Kajian Ilmu Politik
• Teori ilmu politik yang meliputi, teori politik dan sejarah perkembangan ide-ide
politik.
• Lemabaga-lembaga politik yg meliputi UUD, Pemerintahan nasional, pemerintahan
daerah,fungsi ekonomi dari sosial dan pemerintah dan perbandingan lembaga-
lembaga politik.
• Partai politik, organisasi kemasyarakatan, pendapat umum, partisipasi warga negara
dalam pemerintahan dan administrasi.
• Hubungan internasional yang meliputi politik internasional, organisasi dan
administrasi internasional dan hukum internasional.
Generalisasi Dalam Ilmu Politik
• Dalam setiap masyarakat dan lembaga, peraturan dan hukum tumbuh untuk
mengendalikan tingkah laku para individu dan warganya.
• Para penguasa cenderung menolak sebuah perubahan yang dirasakan akan
mengurangi kekuaasaan dan pengaruh mereka.
Konflik timbul dalam suatu sistem politik, apabila para individu atau kelompok mempunyai
tujuan bersaing dan mengartikan hukum secara berlainan.

Materi 2
Pertemuan 3

POLITIK KESEHATAN

Makna Politik Kesehatan


Pernah terbit sebuah tulisan di Harian Fajar, Makassar lebih setengah dekade yang lalu (20
Mei 2007). Tulisan ini berjudul Arti Politik dengan mengilustrasikan makna politik sebagai
berikut:
• ´Seorang murid mendapat pekerjaan rumah dari gurunya untuk menjelaskan arti kata
POLITIK. Karena belum memahaminya, ia kemudian menanyakan kepada ayahnya.
Sang ayah yang menginginkan si anak dapat berpikir secara kreatif kemudian
memberikan penjelasan. Baiklah nak, ayah akan mencoba menjelaskan dengan
perumpamaan, misalkan ayahmu adalah orang yang bekerja untuk menghidupi
keluarga, jadi kita sebut ayah adalah investor. Ibumu adalah pengatur keuangan,
jadi kita menyebutnya pemerintah. Kami di sini memperhatikan kebutuhan-
kebutuhanmu, jadi kita menyebut engkau rakyat. Pembantu, kita masukkan dia ke
dalam kelas pekerja dan adikmu yang masih balita, kita menyebutnya masa depan.
Sekarang pikirkan hal itu dan lihat apakah penjelasan ayah ini bisa kau pahami?
• Si anak kemudian pergi ke tempat tidur sambil memikirkan apa yang dikatakan
ayahnya. Pada tengah malam, anak itu terbangun karena mendengar adik bayinya
menangis. Ia melihat adik bayinya mengompol.
• Lalu ia menuju kamr tidur orang tuanya dan mendapatkan ibunya sedang tidur
nyeyak. Karena tidak ingin membangunkan ibunya, maka ia pergi ke kamar
pembantu. Karena pintu terkunci, maka ia kemudian mengintip melalui lubang kunci
dan melihat ayahnya berada di tempat tidur bersama pembantunya. Akhirnya ia
menyerah dan kembali ke tempat tidur, sambil berkata dalam hati bahwa ia sudah
mengerti arti POLITIK
• Pagi harinya, sebelum berangkat ke sekolah ia mengerjakan tugas yang diberikan
oleh gurunya dan menulis pada buku tgasnya. Politik adalah, hal dimana para
investor meniduri kelas pekerja, sedangkan pemerintah tertidur lelap, rakyat
diabaikan dan masa depan berada dalam kondisi yang menyedihkan.

Tiga paragrap di atas memberi pandangan pada si anak dalam memahami arti politik.
Pandangan tersebut kelihatan lugu dan mungkin agak humoris dari apa yang dipahaminya.
Secara teori tentu saja pandangan tersebut tidaklah benar, akan tetapi dalam kenyataan ketika
kita bicara tentang politik akan sangat susah terbantahkan kalau orang melihat dan
mendefiniskannya seperti itu. Politik itu berdimensi kotor, busuk, jelek,dan curang dan
berbagai pandangan politik lainnya.

Beberapa pakar mendefinisikan politik dalam perspektif berbeda berdasarkan ideologi politik
(Heywood, 2000; Marsh & Stoker, 2002), yaitu:
a. Politik sebagai pemerintahan. Politik adalah berhubungan dengan seni pemerintahan
dan aktivitas sebuah negara. Ini berhubungan dengan Behavioralists dan
Institutionalist ilmu politik.
b. Politik sebagai kehidupan publik. Politik adalah berhubungan dengan masalah urusan
masyarakat. Cara pandang politik ini berhubungan dengan teori pilihan rasional
(Rational Choice Theory).
c. Politik sebagai resolusi konflik. Politik adalah berhubungan dengan ungkapan dan
resolusi konflik melalui kompromi, konsiliasi, negosiasi, dan strategi lainnya. Ini
berhubungan dengan para ahli hubungan internasional (International Relations
Theorists).
d. Politik sebagai kekuasaan. Politik adalah proses melalui outcome yang ingin
dihasilkan, dicapai dalam produksi, distribusi dan penggunaan sumber daya yang
terbatas dalam semua area eksistensi sosial. Cara pandang ini berhubungan dengan
ilmu politik Feminist dan Marxist (Feminist and Marxist political science).
Kesehatan pun demikian, seringkali kesehatan diartikan dan dinterpretasikan sebagai
pelayanan kesehatan (health care). Di United Kingdom bahkan diartikan sebagai pelayanan
kesehatan nasional (The National Health Services). Konsekuensinya, politik kesehatan secara
signifikan sering kali dikonstruksikan menjadi politik pelayanan kesehatan (Freeman, 2000).
Kondisi ini dapat terjadi karena kesehatan dapat ditelusuri dari dua issue ideologi yaitu
defenisi kesehatan pada satu sisi dan politik pada sisi yang lain (telah dijelaskan sebelumnya).
Kesehatan yang telah secara konvensional telah dioperasionalkan di bawah kapitalsime Barat
mempunyai dua aspek yang saling berhubungan yaitu kesehatan dianggap sebagai ketiadaan
penyakit (definsi biomedis) dan sebagai komoditi (definisi ekonomi) (Bambra, Fox, & Scott-
Samuel, 2005). Kedua ideologi ini memfokuskan pada individu yang berlawanan dengan
masyarakat sebagai dasar dari kesehatan. Cara pandang kesehatan dalam konteks masyarakat
(kesehatan masyarakat) dipandang sebagai produk dari faktor-faktor individu misalnya faktor
turunan/genetik, dan pilihan gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakses ke pasar atau
sistem kesehatan (Scott-Samuel, 1979).

Kesehatan termasuk aspek kehidupan manusia lainnya merupakan sebuah isu politik dalam
banyak hal (Bambra, et al., 2005):
a. Kesehatan adalah politik karena, sama seperti sumber daya yang lain atau komoditas di
bawah sistem ekonomi neoliberalisme, beberapa kelompok sosial mempunyai lebih dari
yang lainnya.
b. Kesehatan adalah politik karena determinan sosialnya (social determinants) adalah mudah
diterima dalam intervensi politik dan oleh karena bergantung pada tindakan politik
(biasanya).
c. Kesehatan adalah politik karena hak terhadap standar kehidupan yang layak untuk
kesehatan dan kesejahteraan harus menjadi aspek kewarganegaraan dan hak asasi manusia.
Penyebab dan faktor predisposisi terhadap sehat-sakit semakin dipahami dengan baik
(Bambra, et al., 2005). Meskipun demikian banyak kasus menunjukkan bahwa faktor
lingkungan sama pentingnya dengan faktor sosial dan ekonomi dalam mempengaruhi
kesehatan (Marmot & Wilkinson, 2001). Faktor-faktor seperti perumahan, pendapatan dan
pengangguran dan isu lainnya banyak didominasi oleh masalah politik yang menjadi
determinan kesehatan dan kesejahteraan. Demikian pula banyak determinan kesehatan dan
ketidaksetaraan terhadap kesehatan bergantung dan berada di luar dari sektor kesehatan
(Acheson, 1998; Palutturi, Rutherford, Davey, & Chu, 2013). Karena masalah seperti ini
berada di luar dari kewenangan sektor kesehatan (Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan dan badanbadan pemerintah yang relevan dengan kesehatan), maka
penyelesaiannya membutuhkan kebijakan non sektor kesehatan untuk mendukung dan
menanggulangi masalah tersebut (Acheson, 1998; Whitehead, Diderichsen, & Burstrom,
2000). Sebagai contoh banjir merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh banyak
wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia pada musim hujan terutama beberapa kota
besar di Indonesia misalnya Makassar dan Jakarta.

Banjir secara langsung tidak berhubungan dengan sektor kesehatan. Kewenangan ini
mungkin berada di Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Ruang Tata Kota atau Mungkin
Bappeda. Akan tetapi ketidakmaksimalan dinas dan badan ini merancang dan merencanakan
kota yang sehat menyebabkan kota menjadi semraut, selokan tersumbat dimana-mana
sehingga menyebabkan genangan air juga terjadi dimana-mana. Bukan hanya itu banjir tidak
hanya berkaitan dengan genangan air, tetapi banjir juga akan dapat menyebabkan kemacetan
lalu lintas bahkan kecelakaan lalu lintas karena jalanan berlobang dan rendahnya kualitas
infrastruktur jalanan.

Semua masalah ini tentu tidak berada pada kewenangan dinas kesehatan atau kementerian
kesehatan tetapi dampaknya pada kesehatan. Diakui bahwa determinan sosial terhadap
kesehatan (social determinants of health) telah mendapat porsi dalam banyak debat, diskusi
dan mungkin kebijakan yang mendukung untuk itu tetapi gagal dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang berhubungan dengan determinan politik dan ketidaksetaraan
kesehatan (political determinants of health).
Terdapat tiga hak warga negara yaitu hak sipil, politik dan sosial (Bambra, et al.,2005).
Tuntutan terhadap hak-hak sipil misalnya hak dalam beragama, mengeluarkan pendapat dan
melakukan kontrak atau perjanjian muncul sekitar abad 18. Hak politik termasuk hak untuk
dipilih atau menjadi wakil (representative) terhadap lembaga pemerintah dan lembaga
perwakilan misalnya anggota dewan muncul sekitar abad 19 sementara isue kesehatan dan
pendidikan gratis juga termasuk hak-hak ekonomi mulai banyak diperdebatkan pada abad 20.
Kesehatan atau hak terhadap standar hidup yang layak termasuk hak kewarganegaraan sosial
yang sangat penting (International Forum for the Defence of the Health of People, 2002).
Hakhak kewarganegaraan ini diperoleh sebagai hasil dari perjuangan sosial dan politik
selama industrialisasi barat dan pengembangan kapitalisme. Karena itu isu kesehatan gratis
termasuk isu yang berkaitan dengaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Mengapa Kesehatan Menjadi Isu Politik?

Kelihatannya politik kesehatan agak terbelakang dan termarginalkan (underdeveloped and


marginalised). Politik kesehatan belum banyak diperdebatkan atau didiskusikan secara luas
sebagai entitas politik dalam debat-debat akademik (seminar, workshop, penelitian, pelatihan,
seminar dan konferens) atau kelompok masyarakat yang lebih luas, termasuk dalam ilmu
politik(McGinnis, Williams-Russo, & Knickman, 2002; Navarro & Shi, 2001). Tidak ada
penjelasan secara sederhana dalam kealpaan ini. Perlakuan kesehatan sebagai politik hampir
merupakan hasil interaksi dari sebuah isu yang demikian kompleks.
Terdapat hubungan antara politik, pasar tenaga kerja, disparitas sosial dan outcome kesehatan
(lihat Gambar 2).
Politik yang dimaksudkan misalnya dukungan elektoral yang diukur dengan partisipasi
pemilih dan keberpihakan pemilih, dan sumber daya kekuasaan yang mendukung setiap
tradisi politik. Kondisi politik ini berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja (labour market)
dan negara kesejahteraan (welPasar tenaga kerja mencakup populasi yang aktif, partisipasi
perempuan terhadap angkatan kerja, angka pengangguran terhadap perempuan dan laki-laki
sementara negara kesejahteraan diukur dari pengeluaran
kesehatan masyarakat (public health expenditure) dan cakupan pelayanan kesehatan
masyarakat (public health care coverage). Baik pasar tenaga kerja maupun negara
kesejahteraan berpengaruh terhadap disparitas sosial yang dikur dari disparitas pendapatan.
Tentu saja disparitas sosial memberi dampak terhadap kesehatan baik terhadap angka
kematian bayi maupun usia harapan hidup.fare state).

Materi 4
Pertemuan 5
NEGARA dan KEBIJAKAN

Pengertian Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye
menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Friedrich mengatakan bahwa yang
paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau
kehendak (purpose) (Abidin, 2002).4221269259 1802001
Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa :
a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah.
b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh
badan pemerintah (Abidin, 2002).

Menurut Dunn proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Penyusunan agenda (agenda seting), yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat
perhatian dari pemerintah.
b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni suatu proses perumusan pilihan-pilihan
atau alternatif pemecahan masalah oleh pemerintah
c. Penentuan kebijakan (policy adoption), yakni suatu proses dimana pemerintah menetapkan
alternatif kebijakan apakah sesuai dengan kriteria yang harus dipenuhi, menentukan siapa
pelaksana kebijakan tersebut, dan bagaimana proses atau strategi pelaksanaan kebijakan
tersebut.
d. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu suatu proses untuk melaksanakan
kebijakan supaya mencapai hasil, pada tahap ini perlu adanya dukungan sumberdaya dan
penyusunan organisasi pelaksana kebijakan.
e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni suatu proses untuk memonitor dan menilai
hasil atau kinerja kebijakan (Subarsono, 2005).

Secara garis besar setiap ada kebijakan pasti ada implementasi kebijakan.fungsi implementasi
adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun
sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome (hasil akhir) kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah (Wahab, 2008).
Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan menghubungkan antara
tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah dimana tugas
oimplementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik
direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan (policy stakeholders) (Subarsono, 2005).
Tahap implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan dengan tahap pembuatan
kebijakan. Pembuatan kebijakan di satu sisi merupakan proses yang memiliki logika bottom-
up, dalam arti proses kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau
dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan di sisi lain di dalamnya
memiliki logika top-down, dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro
menjadi tindakan konkrit atau mikro (Parsons, 2008).
Langkah implementasi kebijakan dapat disamakan dengan fungsi actuating dalam rangkaian
fungsi manajemen. Aksi disini merupakan fungsi tengah yang terkait erat dengan berbagai
fungsi awal, seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pembenahan
personil (stuffing) dan pengawasan (controlling). Sebagai langkah awal pada pelaksananan
adalah identifikasi masalah dan tujuan serta formulasi kebijakan. Untuk langkah akhir dari
rangkaian kebijakan berada pada monitoring dan evaluasi (Abidin, 2002).
Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Dalam pandangan Edward III (1980),
implementasi kebijakan mempunyai 4 variabel yaitu :
a. Komunikasi
Implementasi kebijakan mensyaratkan implementor mengetahui apa yang harus
dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan
sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran
(Subarsono, 2005). Semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program maka
akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan kebijakan
(Indiahono, 2009).
b. Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan
berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia maupun
sumberdaya finansial (Subarsono, 2005). Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik
kualitas dan kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran.
Sumberdaya finansial adalah kecukupan modal dalam melaksanakan kebijakan.
Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumberdaya,
kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja (Indiahono, 2009).
c. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karateristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen,
kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia
akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan
pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif
(Subarsono, 2005). Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam arah
program yang telah digariskan dalam program. Komitmen dan kejujurannya membawanya
semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang
demokratis akan meningkatkan kesan baik implementor dan kebijakan dihadapan anggota
kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat dan
menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap implementor dan
kebijakan (Indiahono, 2009).
d. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang
penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (SOP atau
standard operating procedures). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam
bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks. Ini menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel (Subarsono, 2005).
Dalam kenyataannya sering terjadi implementation gap yaitu kesenjangan atau perbedaan
antara apa yang dirumuskan dengan apa yang dilaksanakan. Kesenjangan tersebut bisa
disebabkan karena tidak dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya (non implementation)
dan karena tidak berhasil atau gagal dalam pelaksanaannya (unsuccessful implementation)
(Abidin 2002).
Dalam implementasi kebijakan terdapat beberapa faktor eksternal yang biasanya mempersulit
pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain :
a. Kondisi Fisik
Terjadinya perubahan musim atau bencana alam. Dalam banyak hal kegagalan
pelaksanaan kebijakan sebagai akibat dari faktor-faktor alam ini sering dianggap bukan
sebagai kegagalan dan akhirnya diabaikan, sekalipun dalam hal-hal tertentu sebenarnya
bisa diantisipasi untuk mencegah dan mengurangi resiko yang terjadi.
b. Faktor Politik
Terjadinya perubahan politik yang mengakibatkan pertukaran pemerintahan dapat
mengubah orientasi atau pendekatan dalam pelaksanaan bahkan dapat menimbulkan
perubahan pada seluruh kebijakan yang telah dibuat. Perubahan pemerintahan dari
kepala pemerintahan kepada kepala pemerintahan lain dapat menimbulkan perbedaan
orientasi sentralisasi ke desentralisasi sistem pemerintahan, perubahan dari orientasi yang
memprioritaskan strategi industrialisasi ke orientasi agri-bisnis, perubahan dari orientasi
yang memprioritaskan pasar terbuka ke strategi dependensi dan sebagainya.
c. Attitude
Attitude dari sekelompok orang yang cenderung tidak sabar menunggu berlangsungnya
proses kebijakan dengan sewajarnya dan memaksa melakukan perubahan. Akibatnya,
terjadi perubahan kebijakan sebelum kebijakan itu dilaksanakan. Perubahan atas sesuatu
peraturan perundang-undangan boleh saja terjadi, namun kesadaran untuk melihat
berbagai kelemahan pada waktu baru mulai diberlakukan tidak boleh dipandang sebagai
attitude positif dalam budaya bernegara.
d. Terjadi penundaan karena kelambatan atau kekurangan faktor inputs.
Keadaan ini terjadi karena faktor-faktor pendukung yang diharapkan tidak tersedia pada
waktu yang dibutuhkan, atau mungkin karena salah satu faktor dalam kombinasi faktor-
faktor yang diharapkan tidak cukup.
e. Kelemahan salah satu langkah dalam rangkaian beberapa langkah pelaksanaan.
Jika pelaksanaan memerlukan beberapa langkah yang berikut : A > B > C > D, kesalahan
dapat terjadi diantara A dengan B atau diantara B dengan C dan atau antara C dengan D.
f. Kelemahan pada kebijakan itu sendiri. Kelemahan ini dapat terjadi karena teori yang
melatarbelakangi kebijakan atau asumsi yang dipakai dalam perumusan kebijakan tidak
tepat (Abidin, 2002).

Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang rasional dan diinginkan, asumsi yang realistis
dan informasi yang relevan dan lengkap. Tetapi tanpa pelaksanaan yang baik, sebuah
rumusan kebijakan yang baik sekalipun hanya akan merupakan sekedar suatu dokumen yang
tidak mempunyai banyak arti dalam kehidupan bermasyarakat (Abidin, 2002).

Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat disederhanakan
untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks,dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa
para pelaku dapat dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota suatu
kelompok atau organisasi) dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks
dipengaruhi oleh banyak faktor,seperti:ketidakstabilan atau ideologi,dalam hal sejarah dan
budaya; serta proses penyusunan kebijakan .bagaimana isu dapat menjadi suatu agenda
kebijakan, dan bagaimana isu tersebut dapat berharga . dipengaruhi oleh
pelaksana,kedudukan mereka dalam strutur kekuatan,norma dan harapan mereka sendiri.Dan
isi dari kebijakan menunjukan sebagian atau seluruh bagian ini.Jadi,segitiga tersebut tidak
hanya membantu dalam berpikir sistematis tentang pelaku pelaku yang berbeda yang
mungkin mempengaruhi kebijakan,tetapi juga berfungsi seperti peta yang menunjukkan jalan
jalan utama sekaligus bukit,sungai,hutan,jalan setapak dan pemukiman.

Faktor Kontekstual yang Mempengaruhi Kebijakan


Konteks mengacu ke faktor sistematis .politk, ekonomi dan social, national dan
internasional.yang mungkin memiliki pengaruh pada kebijakan kesehatan.Ada banyak cara
untuk mengelompokkan fakto faktor tersebut,tetapi Leichter (1979) memaparkan cara yang
cukup bermanfaat:

 Faktor situasional, merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat
berdampak pada kebijakan (contoh: perang, kekeringan). Hal hal tersebut sering dikenal
sebagai.‘focusing event.’Event ini bersifat satu kejadian saja, seperti:terjadinya gempa yang
menyebabkan perubahan dalam aturan bangunan rumah sakit, atau terlalu lama perhatian
publik akan suatu masalah baru.
Contoh:terjadinya wabah HIV/AIDS(yang menyita waktu lama untuk diakui sebagai wabah
internasional) memicu ditemukannya pengobatan baru dan kebijakan pengawasan pada TBC
karena adanya kaitan diantara kedua penyakit tersebut orang-orang pengidap HIV positif
lebih rentan terhadap berbagai penyakit,dan TBC dapat dipicu oleh HIV.

 Faktor struktural,merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah.


Faktor ini meliputi sistem politik,mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan
Bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan keputusan
kebijakan;faktor struktural meliputi pula jenis ekonomi dan dasar untuk tenaga
kerja.Contoh,pada saat gaji perawat rendah,atau terlalu sedikit pekerjaan yang tersedia untuk
tenaga yang Sudah terlatih,negara tersebut dapat mengalami perpindahan tenaga professional
ini ke sektor di masyarakat yang kekurangan.

 Faktor budaya,dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan.Dalam masyarakat dimana


hirarki menduduki tempat penting,akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang
pejabat tinggi atau pejabat senior.
Kedudukan sebagai minoritas atau perbedaan bahasa dapat menyebabkan kelompok tertentu
memiliki informasi yang tidak memadai tentang hak hak mereka,atau menerima layanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Dibeberapa negara dimana para wanita tidak
dapat dengan mudah mengunjungi fasilitas kesehatan (karena harus ditemani oleh suami)atau
dimana stigma tentang suatu penyakit(missal:TBC atau HIV),pihak yang berwenang harus
mengembangkan sistem kunjungan rumah atau kunjungan pintu ke pintu. Faktor agama dapat
pula sangat mempengaruhi kebijakan, seperti yang ditunjukkan oleh ketidak konsistennya
President GeorgeW.Bush pada awal tahun 2000an dalam hal aturan sexual dengan
meningkatnya pemakaian kontrasepsi atau akses ke pengguguran kandungan.Hal tersebut
mempengaruhi kebijakan di Amerika dan negara lain, dimana LSM layanan kesehatan
reproduksi sangat dibatasi atau dana dari pemerintah Amerika dikurangi.

 Faktor internasional atau exogenous, yang menyebabkan meningkatnya


ketergantungan antar negara dan mempengaruhi kemandirian dan kerjasama
internasional dalam kesehatan(lihat􀀃 Bab􀀃 8).Meskipun banyak masalah kesehatan
berhubungan dengan pemerintaha nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan
kerjasama organisasi tingkat nasional, regional atau multilateral. Contoh,
pemberantasan polio telah dilaksanakan hampir di seluruh dunia melalui gerakan
nasional atau regional, kadang dengan bantuan badan internasional
sepertiWHO.Namun, meskipun satu daerah telah berhasil mengimunisasi
polio seluruh balitanya dan tetap mempertahankan cakupannya, virus polio tetap bisa masuk
ke daerah tersebut dibawa oleh orang orang yang tidak diimunisasi yang masuk lewat
perbatasan. Seluruh faktor tersebut merupakan faktor yang kompleks, dan tergantung pada
waktu dan tempat. Levine (2003)menggambarkan keadaan di India,pekerja seks wanita harus
mendaftarkan diri kepada pihak kepolisian sebagai pekerja prostitusi,suatu kebijakan yang
didasarkan pada kepercayaan Inggris bahwa prostitusi tidak membawa tabu atau stigma
tertentu di India.Kepolisian kolonial yang mengurusi prostitusi mengharuskan rumah-rumah
pelacuran untuk mendaftar kepada pihak berwenang setempat.Asumsi bahwa pemilik rumah
pelacuran kejam dan tidak mengakui kebebasan para pekerjanya menyebabkan pihak colonial
yang berwenang memaksakan suatu pendaftaran yang mewajibkan pemilik rumah pelacuran
bertanggung jawab untuk memeriksakan pekerja mereka.Di Inggris sendiri,rumah pelacuran
illegal dan kebijakan mengenai pekerja seks wanita yang ada adalah yang khusus mengurusi
mereka.“yang berkeliaran di jalan.”.

Pelaksanaan Kebijakan: tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering dianggap sebagai
bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama.Namun,tahap ini yang diperdebatkan
sebagai tahap yang paling penting dalam penyusunan kebijakan sebab bila kebijakan tidak
dilaksanakan,atau dirubah selama dalam pelaksanaan,sesuatu yang salah mungkin terjadi.–
dan hasil kebijakan tidak seperti yang diharapkan.

Evaluasi kebijakan:biasanya menemukan apa yang terjadi pada saat kebijakan dilaksanakan.–
bagaimana pengawasannya,apakah tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak
diharapkan.Tahapan ini merupakan saat dimana kebijakan dapat diubah atau dibatalkan serta
kebijakan yang baru ditetapkan.
Ada sejumlah peringatan dalam penggunaan kerangka yang berguna dan sederhana ini.
Pertama,proses kebijakan terlihat seperti proses yang linier–dengan kata lain, proses ini
berjalan dengan mulus dari satu tahap ke tahap yang lain,dari penemuan masalah hingga ke
pelaksanaan evaluasi.Namun,sebenarnya jarang terlihat jelas sebagai suatu proses. Mungkin
pada saat tahap pelaksanaan masalah baru ditemukan atau kebijakan mungkin diformulasikan
tetapi tidak pernah mencapai tahap pelaksanaan.Dengan kata lain, penyusunan kebijakan
jarang menjadi suatu proses yang rasional.dan dipengaruhi oleh kepentingan sepihak.–
Banyak yang
Sependapat dengan Lindblom (1959) bahwa proses kebijakan adalah sesuatu yang dicampur
aduk Oleh para penyusun kebijakan.

Istilah
Authority (kewenangan):kekuasaan mengacu kepada kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain,Sedangkan kewenangan mengacu kepada hak untuk melakukan kekuasaan tersebut
Bounded rationality (rasionalitas terbatas):pembuat kebijakan yang berupaya untuk selalu
rasional Tetapi tidak dapat membuat keputusan yang memuaskan,karena kurangnya
pengetahuan.
Elitism:teori yang mengatakan bahwa kekuasaan berpusat pada kelompok minoritas dalam
masyarakat.
Government􀀃 (pemerintah): lembaga serta tata cara untuk membuat dan melaksanakan
peraturan serta keputusan bersama lainnya.Dalam konsep yang lebih sempit dari suatu negara
(bagian)yang meliputi lembaga peradilan,militer dan keagamaan.
Incrementalism:teori yang menyebutkan bahwa keputusan ditetapkan tidak melalui proses
rasional Tetapi melalui penyesuaian penyesuaian kecil dalam status quo kenyataan politik.
Pluralism (pluralisme):teori yang menyebutkan bahwa kekuasaan disebar secara luas dalam
masyarakat.
Sistem Politik:suatu proses yang digunakan pemerintah untuk merubah input dari
masyarakat Menjadi output kebijakan.
Sejumlah ahli berpendapat bahwa akan bermanfaat untuk membedakan antara kekuasaan
Yang keras dan lembut.Kekuasaan yang keras mengacu kepada tongkat, dan kekuasaan
Lembut mengacu kepada pelukan.
Kekuasaan yang lembut memilih orang lain dengan membentuk
Keinginan mereka dan dihubungkan dengan sumber daya seperti budaya,nilai gagasan dan
lembaga yang menarik.Apa yang membedakan kewenangan dari paksaan dan bujukan?
biasanya sulit menemukan orang yang melakukan sesuatu tanpa disuruh.

Max Weber (1948) mengidentifikasi tiga sumber kewenangan. Pertama,kewenangan


tradisional muncul pada saat seseorang patuh atas dasar kebiasaan dan cara baku melakukan
sesuatu (sebagai contoh: seorang raja/sultan memiliki kewenangan tradisi).Orang orang
memenuhi kewenangan tersebut sebagai bagian dari kehidupan sehari hari atas dasar
sosialisasi. Sebagai contoh:wanita hamil yang miskin di daerah pedesaan Guatemala tidak
akan bertanya kepada bidan apakah layanan dan nasehat yang ia terima ini merupakan
evidence based atau bukan, ia akan pasrah kepada kewenangan bidan karena adanya
kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bidan atas pengalaman dan kepercayaan yang
terbaik.

Kedua,kewenangan kharismatik didasarkan pada komitmen tinggi kepada seorang pemimpin


serta ideologi mereka atau ketertarikan pribadi lainnya.Kewenangan yang dilaksanakan atas
dasar kharisma,seperti pemimpin agama,negarawan (misal:Nelson Mandela)serta tabib
Kesehatan dilakukan karena dinilai memiliki kewenangan.
Feedback
Kewenangan diartikan sebagai hak untuk memerintah atau mengatur.Kewenangan terjadi
ketika bawahan menerima perintah pemimpin mereka tanpa bertanya.Ketika kewenangan
dilaksanakan,penilaian pribadi diserahkan kepada suatu kewenangan atas dasar kepercayaan
dan/atau penerimaan.

Kategori Weber yang ketiga adalah kewenangan legal rasional.Kewenangan ini didasarkan
Pada peraturan dan prosedur.Dalam hal ini kewenangan dimasukkan kedalam lembaga yang
tidak sesuai dengan sifat pejabat lembaga tersebut. Akibatnya, pejabat dalam lembaga
tersebut,berlawanan dengan keterampilan atau keahliannya sendiri, Sejumlah negara yang
memiliki sejarah perundangan sebagai koloni Inggris menempatkan Sekretaris Menteri
sebagai birokrat paling senior dalam Departemen Kesehatan.Jarang seorang dokter menjadi
Sekretaris, biasanya seorang administrator profesional. Banyak dokter melaksanakan
ketentuan ketentuan dari Sekretaris Kesehatan atas dasar kewenangan Sekretaris Menteri
bukan karena kewenangan tradisional atau kharismatik.
Dengan mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh ilmu pengetahuan dan keahlian
dalam proses Proses kunci yang disoroti oleh model model sistem tersebut
merupakan .‘input.’ Dan .‘output.’serta keterkaitan keduanya(Gambar 2.1).Input dalam
bentuk tuntutan dan dukungan dari populasi (energi yang menggerakkan sistem).Tuntutan
terhadap sistem dibuat oleh individu dan kelompok.Dalam sektor kesehatan,tuntutan ini dapat
termasuk pengeluaran yang tinggi untuk Layanan kesehatan,layanan yang gratis atau lebih
terjangkau, layanan yang lebih nyaman, hak untuk Melakukan aborsi (atau hak untuk hidup),
dan sebagainya.Keinginan keinginan ini dirubah menjadi tuntutan ketika dikomunikasikan
oleh masyarakat kepada para pengambil keputusan, secara langsung maupun tidak langsung
melalui kelompok kelompok kepentingan, pelobi dan partai politik.
Dukungan merupakan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung (atau
menentang)sistem politik dengan membayar pajak, has suara dan mematuhi peraturan(atau
tidak membayar pajak,tidak menggunakan hak suara,menggunakan fasilitas tidak resmi.–
untuk aborsi,misalnya).

Input dimasukkan kedalam penyusunan kebijakan untuk menghasilkan output; keputusan


Dan kebijakan pemerintah, termasuk legislatif,pajak,dana lokasi sumber daya. Easton
memberikan rincian yang tidak banyak mengenai bagaimana perubahan terjadi dan sehingga
pembuatan keputusan oleh masyarakat dianggap sebagai .‘black box.’ (kotak hitam).

Logika dalam pendekatan sistem mengharuskan output dan dampak kebijakan memiliki
.‘feedback.’yang dapat mempengaruhi tuntutan dimasa mendatang dan dukungan pada
sistem.
Menciptakan suatu lompatan.Feedback tersebut dibedakan menjadi berkesinambungan atau
iteratif agar dapat menangkap peningkatan ketergantungan antar komponen dalam sistem.
Melanjutkan Contoh tentang kebijakan perawat diatas,jika kebijakan yang diambil gagal
meraih tujuannya atau Menghasilkan konsekuensi yang tidak terantisipasi (misal mutu
keperawatan yang semakin buruk),
maka kelompok yang terpengaruh mungkin akan merubah keinginan, tuntutan dan dukungan
mereka kepada alternatif kebijakan yang lain.Input input ini pada akhirnya nanti akan
mempengaruhi tantangan dan kesempatan yang disajikan kepada para pembuat keputusan
yang bekerja dalam.‘kotak hitam.’dan menyesuaikan pendekatan mereka dengan
permasalahannya.
Model yang digambarkan Easton dapat menjelaskan mengapa sistem politik bersifat responsif
terhadap tekanan masyarakat. Model tersebut juga memecah proses penyusunan kebijakan
kedalam tahap tahap yang akan dikaji lebih lanjut dalam buku ini.Di samping itu, sifat umum
model tersebut dapat diterapkan pada kebanyakan sistem politik. Namun, sama halnya
dengan model lain,kenyataan yang disederhanakan mempunyai kelemahan,yang telah
ditunjukkan kepada pembaca dalam pembahasan kekuasaan.
Model yang digambarkan Easton dapat menjelaskan mengapa sistem politik bersifat responsif
terhadap tekanan masyarakat. Model tersebut juga memecah proses penyusunan kebijakan
kedalam tahap tahap yang akan dikaji lebih lanjut dalam buku ini.Di samping itu, sifat umum
model tersebut dapat diterapkan pada kebanyakan sistem politik.Namun, sama halnya dengan
model lain, kenyataan yang disederhanakan mempunyai kelemahan, yang telah ditunjukkan
kepada pembaca dalam pembahasan kekuasaan.
Lima kelompok sistem politik berhasil dibedakan:
Rezim demokrasi liberal.
Kategori ini ditandai dengan pemerintahan yang berkuasa dengan institusi politik yang relatif
stabil dengan kesempatan untuk berpartisipasi luas melalui sejumlah mekanisme dan
kelompok:pemilihan umum,partai politik,kelompok kepentingan,dan.‘media bebas.’.Kategori
ini mencakup negara negara di Amerika Utara,Eropa Barat dan negara negara di India dan
Israel.Negara negara ini cenderung tidak terlalu inegalitarian (kecuali Amerika)ataupun tidak
terlalu egalitarian.Kebijakan kesehatan berbeda beda dariYang berorientasi pada pasar di
Amerika hingga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan Negara di Eropa Barat.
 Egalitarian autoritarian.
Ketegori ini memiliki elit pemimpin yang tertutup, birokrasi autoritarian dan partisipasi yang
diatur oleh negara. Meskipun lingkup dan sifat kesetaraan sering dipertanyakan.Negara
negara ini telah mengembangkan sistem jaminan sosial yang baik dan layanan kesehatan
dibiayai dan disediakan hampir semuanya oleh pemerintah (praktek swasta dilarang dalam
beberapa hal)dan diperlakukan sebagai hak asasi yang fundamental.Hanya sedikit negara
negara yang egalitarian autoritarian saat ini.
 Traditional inegalitarian.
Sistem ini memerintah dengan tradisi monarki yang hanya menyediakan partisipasi yang
terbatas.Saudi Arabia merupakan salah satu contoh darisistem yang semakin langka
ini.Kebijakan kesehatan sangat tergantung pada sektor swasta dimana para elit menggunakan
fasilitas dari negara negara maju pada saat kebutuhannya meningkat.
 Populis.
Sistem ini berdasar pada satu partai politik yang dominan, nasionalisme yang tinggi dan
kepemimpinan cenderung menjadi personal.Partisipasi sangat diatur melalui gerakan massa
yang dikendalikan oleh pemerintah atau partai politik.Para elit mungkin memiliki pengaruh
dalam pemerintah karena ada hubungan dengan pemimpin atau menjadi anggota partai politik
.sepanjang para elit ini mendukung gerakan nasionalis dan populis.Banyak negara yang baru
merdeka di Afrika dan Amerika Selatan memulai pemerintahan dengan sistem politik
populis.Meski layanan kesehatan kolonial hanya tersedia untuk para elit yang memerintah,
populis berusaha untuk menyediakan kesehatan bagi semua warga sebagai hak dasar.
 Authoritarian inegalitarian.
Sistem politik ini seringkali muncul untuk menghadapi rezim Populis dan liberal
demokrasi.Sistem ini sering dikaitkan dengan pemerintahan militer dan Menggunakan
kekerasaan.Pada pertengahan 1980an,lebih dari separuh pemerintahan diSub Sahara Afrika
merupakan pemerintahan militer .dan banyak yang ditandai dengan Penguasa
autokratik.Kebijakan kesehatan mencerminkan kepentingan dari kaum elit yang
terbatas:layanan dibiayai oleh negara untuk militer, sedangkan yang lain sangat tergantung
pada sektor swasta.

Anda mungkin juga menyukai