Anda di halaman 1dari 81

MODUL

(Untuk Mahasiswa UHO)

APA ITU ILMU POLITIK

A. Pendahuluan

Ilmu politik satu bidang ilmu yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat dewasa
ini. Bagaimanapun manusia diseluruh dunia tidak bisa terlepas untuk hidup bersama yang

dewasa ini disebut hidup dibawah satu wadah yaitu Negara.

B. Definisi dan lingkup ilmu politik

Ilmu Politik merupakan Ilmu yang mempelajari Politik, untuk mengetahui lebih lanjut

maka perlulah diketahui definisi Politik itu sendiri, yaitu:

1. Gambte:
politik kumpulan dari satu wilayah kehidupan sosial seperti gander, ras, dan kelas
sosial, sedangkan politik diartikan sebagai aspek dari keseluruhan kehidupan sosial,
dan tidak hanya terpusat pada lembaga-lembaga pemerintah.

2. Lefwich:
Politik tdk terlepas dari kehidupan dan aktivitas publik. Politik menyangkut
keseluruhan aktivitas dan kerjasama dan konflik di dalam atau antar masyarakat.

3. Deliar Noer: Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan
kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau
mempertahankansuatu bentuk susunan masyarakat.

4. Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara)
yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan
melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. (Miriam Budiarjo).

5. Politik menyangkut “who gets what, when, and how” (Harold Laswell)

6. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masayarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. ( Ramlan Surbakti )

7. Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik

adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.

8. Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam

menangani pemerintahan.
9. Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu

yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan,

Pendapat ini didukung juga oleh R.N. Gilchrist.

Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :

a. Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori

valuational ini terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.

b. Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan

mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan

moral atau norma.

Sehubungan dengan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka kita mengenal

adanya konsep-konsep dasar Ilmu Politik, yaitu:

1. Negara

Menurut Prof. Miriam Budiarjo, Negara adalah suatu daerah teritorial yang

rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut

dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui

penguasaan (control) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

Menurut Roger H. Soltau, Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority)

yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama

masyarakat.
Syarat berdirinya suatu negara adalah memiliki wilayah, penduduk, pemerintah, dan

kedaulatan. Sifat–sifat Negara adalah memaksa, monopoli, dan mencakup semua.

Sedangkan tujuan akhir negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya

(bonum publicum, common good, common wealth).

1. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk

mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan

/tujuan dari perilaku.(Miriam Budiarjo)

Menurut Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “ Ilmu Politik

mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.” Sedangkan menurut W.A

Robson dalam The University Teaching of Social Sciences: “Ilmu Politik mempelajari

kekuasaan dalam masyarakat, … yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang

lingkup dan hasil-hasil. Focus perhatian sarjana ilmu politik…tertuju pada perjuangan

untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau

pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.”

3. Pengambilan Keputusan

Keputusan (decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan

istilah Pengambilan Keputusan (decision making ) menunjuk pada proses memilih

berbagai aternatif yang ada untuk kebijakan publik. Pengambilan keputusan sebagai

konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara

kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat

menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakasanaan-kebijaksanaan

untuk mencapai tujuan tersebut (Miriam Budiarjo).


“The process of making government policies” (Ranney)

4. Kebijaksanaan Umum (public policy)

Merupakan suatu keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok

politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan caa-cara untuk mencapai tujuan

tersebut. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijsanaan tersebut memiliki

kekuasaan untuk melaksanakannya. (Miriam Budiarjo)

5. Pembagian (distribusi) dan alokasi (allocation)

Merupakan pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat.

Menurut para ahli politik membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat

dan seringkali pembagian ini tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.

PENUTUP

Setelah mempelajari bab ini kita dapat mensimpulkan bahwa ilmu politik adalah ilmu

yang mempelajari Negara serta percabangannya, sedangkan politik adalah taktik atau

cara untuk meraih kekuasaan. Jelaslah jika perpolitikan kita dewasa ini terburuk

dikarenakan pemahaman pemimpin kita terhadap politik adalah kekuasaan bukan

pengabdian terhadap rakyat.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.
2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.
3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi
5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place –
Agra.
6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU LAINNYA

A. PENDAHULUAN

Mempelajari ilmu politik tidak cukup hanya dengan mengetahui definisi dan ruang

lingkupnya saja, namun harus di iringi dengan hubungannya dengan ilmu lainnya.
Dengan adanya pemahaman kita tentang hubungan tersebut akan membuka wacana kita

dalam memahami kontek dasar ilmu dan melaksanakannya sesuai dengan koridornya.

1. Hubungan ilmu politik dan ekonomi

Para pemikir terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai cabang dari ilmu

politik, dari sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi politik. Karena dimasa itu

pokok urusan ketertiban finansial dilihat atau diambil dari sumber penghasilan Negara,

Sedangkan sekarang pemikiran tersebut telah berubah. Ilmu ekonomi dinyatakan

independent dan terpisah dari pelajaran politik, dimana pelajaran ini mengajarkan

masyarakat untuk berusaha, bagaimana,dimana, apa dan gimana mengatur dan

memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi adalah ilmu kekayaan.

Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik saja, dimana titik

penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar pengaruhnya didalam

pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai penyelesaian permasahan yang

memang lazim timbul didalam Bernegara.

Diberbagai Negara pemerintahan pengaruh yang terbesar terletak pada

pertumbuhan ekonominya. Bertambahnya lapangan ekonomi didalam pemerintahan

terjadi tiada henti- hentinya. Pajak, UU bea, Hak milik Negara dan pertolongan Negara

terhadap lahan pertanian, industri dan perdagangan semuanya bukanlah salah satu hal

dimana pemerintah berkuasa atas penghasilannya.

Kesejahteraan Negara yang baik dan sosialisme telah merombak keadaan fungsi

Negara. Negara dewasa ini diartikan atau disangka langsung turut campur dalam
bermacam lingkungan, dari aktifitas masyarakat menentukan perintah dalam hal kwalitas

distribusi kekayaan dan juga materi barang milik masyarakat.

Tentu saja banyak permasalahan yang timbul dalam pemerintahan modern yang

lahir dari dasar ekonomi, tuntutan terhadap lapangan kerja, modal hak milik tanah,

ketidakrataan penurunan dan penaikan ekonomi, bahkan pesatnya kemajuan teknologi

yang mempengaruh nasionalisasi. Perlu kita ketahui dalam Negara Komunis, Negara

mengontrol secara keseluruhan kesatuan kehidupan ekonomi masyarakat.

Golongan dan grup ekonomi disetiap Negara terlaksana terus menerus dimana

tertekan dalam administrasi untuk perlindungan dan kekayaan. Demikian pula,

penggunaan kondisi ilmu ekonomi memiliki pengaruh besar dalam cita- cita perpolitikan

dan institusi, Contohnya: adanya revolusi yang menimbulkan cita- cita kemerdekaan

perseorangan, demokrasi, sosialisme dan komunis.

2. Ilmu politik dan etika

Etika adalah ilmu ketertiban dimana pokok masalah moralitas dipelajari.

Singkatnya ilmu tatasusila adalah ilmu moralitas. Didalam ilmu ini tertetapkan hukum-

hukum moralitas dan menentukan kebiasaan tingkah laku. Ilmu tatasusila juga

memaksimalkan setiap tingkah laku manusia baik secara benar atau berhaluan kiri.

Hubungan antara ilmu politik dan Etika adalah nyata atau fact atau jelas. Tidak ada

pembahasan dalam ilmu politik pokok persoalan apakah ini benar atau sebaliknya, maka

tatasusilalah yang akan memberi jawaban setiap sasaran ataupun tujuan ilmu politik itu

sendiri.
Para philosophy politik di abad kuno dan abad pertengahan menyatakan tidak ada

perbedaan diantara ilmu politik dan tatasusila, bagi mereka ketertiban keduanya saling

berhubungan.

Menurut Plato dan Aristotle negara lahir hanya untuk menghasilkan atau

melangkah kepada arah yang lebih baik, sedangkan untuk meraih kebaikan tersebut

dibutuhkan iringan nilai moral yang tinggi. Dilain pihak Mahatma Gandhi Bapak

bangsanya India menekankan kedekatan hubungan ilmu politik dan etika, dia

mengatakan: politik yang kehilangan agama adalah sebuah perangkap kematian, karena

mereka telah membinasakan jiwa. Agama disini diartikan sebagai tatasusila atau moral

yang tinggi. Maka jika para philosophy dahulu menyamakan politik dan etika namun

sekarang ide tersebut telah berubah, buktinya banyak para pejabat kita yang tidak

mempunyai moral seperti apa yang digambarkan oleh philosophy-philosophy terdahulu.

3. Ilmu politik dan sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan

dengan sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan

kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa, agama

dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik, dari keseluruhan yang tersebut

adalah pernyataan naluri dari khalayak sosial. Dapat diambil pernyataan bahwa

masyarakat adalah lebih dahulu dari pada Negara.

Dahulu kala Negara hidup dikalangan masyarakat dengan sendirinya, dimana

Negara tersebut berlanjut hingga ratusan ribu tahun dimanapun dan bervariasi pula dalam

pertumbuhan dan pengembangannya. Bahkan sampai sekarang ini dimana berbagai


bangsa telah menggapai kehidupan bermasyarakat akan tetapi tidak diperkuat oleh

lembaga politik. Sosiologi adalah ilmu yang terkait kuat secara keseluruhan akan proses

perkembangan kehidupan manusia, dimana jangkauan dan penjamahan ilmu sosilogi lebi

luas layak pesatnya pertumbuhan manusia.

Disisi lain jangkauan ilmu politik bersifat terbatas. Ilmu politik bersifat menyusun

atau mengatur disiplin atau aturan, dan mengenai secara praktis dengan keistimewaan

dari aspek kehidupan sosial atau phenomena politik. Sosiologi juga mempelajari sesuatu

yang tidak merupakan phenomena ilmu politik, sedangkan hak yang tidak merupakan

phenomena perpolitikan bersifat diluar atau terlalu sulit dijangkau dengan ilmu politik.

4. Ilmu politik dan sejarah

Sejarah adalah riwayat hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu yang

mempelajari peradaban manusia, Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan

peradaban manusia dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu,

gerak- gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.

Disejarah juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para

cendekiawan, pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan

dan kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka.

Ilmu sejarah sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik:

Professor Seely mengatakan: Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah,

sedangkan ilmu politik tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan

keduanya sangat berhubungan dekat.


Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik masa dahulu,

sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.

Beberapa fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat

bagian dasar dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi

mentah dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga

bermamfaat bagi kita.

Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang

berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema

yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik

pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini.

Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung

dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang

kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah

dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam

menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.

Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga

akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut

memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah

pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik

mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan

sebagai sejarah.
5. Ilmu politik dan psychology

Psikologi adalah ilmu sifat, dimana fungsi- fungsi dan phenomena pikiran manusia

dipelajari. Setiap tindak- tanduk dan aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh akal individu.

Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku masyarakat umum. Maka sampai

saat itu pula, ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan Psikologi.

Jika tindak- tinduk politik bisa diketahui dengan sepantasnya, maka akarnya

terdapat dalam psikologi dalam pelaksanaan untuk menemukan hasil yang jelas.

Para pakar politik sampai saat itu juga mencoba untuk mempelajari tindak- tanduk politik

dalam istilah ilmu psikologi. Para tokoh terkemuka yang melaksanakan hal diatas adalah:

Bagehot, Graham Wallas, MacDougall, Durkheim, Leo Bon, Harold Lassevell, dan

George Catlin.

Menurut pengamatan Barker: penggunaan psikologis menunjukkan teka- teki dari

aktifitas manusia dimana telah menjadi kebiasaan sekarang. Jika gagasan nenek moyang

kita bersifat ilmu hayat atau biologis, maka kita berpikir secara ilmu jiwa.

Para sarjana yang berpikir secara ilmu jiwa menyatakan bahwa negara dan lembaga

politik lainnya merupakan produksi dari pada pemikiran manusia. Jadi lembaga politik

dan system diberbagai negara akan sukses dengan iringan keselarasan mental masyarakat

didalam negara.

‘’Pemerintahan yang stabil akan menjadi sangat terkenal.’’

Menurut Garner: musti tergambar dan ditekan dari ideal mental serta moral sentiment
dari mereka, dimana merupakan tombak dalam kekuasaan, singkatnya, semua itu musti

terdapat dalam keselarasan dengan mental konstitusi dari bangsa.

Psikologi mengajarkan kita tentang sifat dasar manusia dan ini tidaklah sama

disegala penjuru dunia, setiap komunitas memiliki mental dandanan sendiri. Setiap

komunitas memiliki kegeniusan dan keistimewaan pandangan terhadap kehidupan.

Beberapa komunitas mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membangun politik yang

baik, dimana sebagian masyarakat sebaliknya.

Alasan inilah yang menjawab kenapa tipe keistimewaan dari lembaga politik bisa

berjalan sukses dibeberapa negara dan gagal pula terjadi disebagian negara.

PENUTUP

Ilmu politik bukanlah ilmu yang bisa berdiri sendiri tampa didampingi oleh disiplin ilmu

lainnya. Secara praktis keilmuan politik bisa dipisahkan namun dalam kontek

pelaksanaan ilmu politik harus mengadopsi ilmu – ilmu yang berhubungan langsung.

Dengan adanya kombinasi ilmu pengetahuan tersebut maka politkus akan menjadi orang

yang bertanggung jawab dan sungguh – sungguh dalam menjalankan amanah rakyatnya,

karna secara estimologi ilmu politik lebih mengarah kepada mayoritas bukan minoritas

apalagi individu.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar,
New Delhi.
2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay
Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT


Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New
Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama

NEGARA

A. PENDAHULUAN

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan

anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini

dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya

nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen
yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi

merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur

bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang

Dasar.

Pengertian Negara menurut para ahli:

Definisi pemikir dahulu:

- Aristotle; Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa hingga

pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya dengan tujuan kesenangan dan

kehormatan bersama.

- Sedangkan Cicero pemikir Roma menegaskan: Negara adalah timbulnya pemikiran

sehat masyarakat banyak bersatu untuk keadilan dan berpartisipasi bersama dalam meraih

keuntungan.

- Penulis Francis Jean Bodin mengatakan; Negara adalah asosiasi beberapa keluarga

dengan kesejahteraan yang layak disertai dengan alasan yang sehat, setuju untuk

dipimpin oleh penguasa tertinggi.

Definisi diatas terdapat beberapa kekurangan:

1. Tidak ada Negara yang bisa berdiri sendiri.

2. Tidak ada kesempurnaan/ keuntungan hidup secara mutlak terdapat dalam Negara.
3. tidaklah mungkin semua masyarakat didalam Negara bisa menyantuni kesejahteraan

rakyatnya.

Definisi modern:

- Phillimore; Negara adalah orang- orang yang secara permanent mendiami suatu wilayah

tertentu, dijilid dengan hukum- hukum kebersamaan, kebiasaan dan adat- istiadat

didalam satu kebijaksanaan.

- Bluntschli mengatakan: Negara adalah organisasi kebijaksanaan orang- orang diwilayah

tertentu.

- Gettell menegaskan; Negara adalah komunitas atau oknum- oknum secara permanent mendiami

wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai

sebuah organisasi pemerintahan dengan menciptakan dan menjalankan hukum

secara menyeluruh didalam lingkungan.

- Definisi Gattel lebih tepat dari pada definisi yang lainnya: Dimana negara adalah wilayah yang

dihuni oleh komunitas masyarakat yang merasa tertindas, maka merdeka menjadi

hak mereka menentukan hidup mereka sendiri

Prof. R. Djokosoetono

Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah

suatu pemerintahan yang sama.

Prof. Mr. Soenarko

Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan

negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.


Sifat Negara

Sifat negaramerupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat

menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi

setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut.

Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada

landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara

yang bersifat umum dan dimiliki oleh semua Negara, yaitu:

a. Sifat memaksa

Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya,

hal ini bersifat mutlak dan memaksa.

b. Sifat monopoli

Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan

alam yangterkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk

menguasai sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara

tersebut.

c. Sifat mencakup semua

Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya.

Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak

hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara

keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.


d. Sifat menentukan

Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas

Negara itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral

dan dapat pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara

(kecuali orang asing) menjadi anggota politik Negara.

Teori asal- usul negara terbagi atas dua bagian:

1. Teori yang bersifat ketuhanan

2. Teori yang didasari oleh kekuatan

a.) Teori yang bersifat ketuhanan merupakan teori tertua dari asal- usul

kenegaraan. Teori ini menjadi kepercayaan sebagian besar komunitas masyarakat seperti,

Mesir, Babilonia, India, Yahudi dan Masyarakat pertengahan negara Eropa.

Merujuk pada perjanjian terdahulu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dari negara,

maka Bangsa Yahudi percaya bahwa Tuhanlah yang menetapkan seorang raja, ia

diturunkan untuk memimpin sekaligus memberantas peraturan- peraturan yang dhalim.

Kaum Yahudi yakin bahwa raja merupakan wakilnya Tuhan dan ia diamanatkan

tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Di India teori ini berlaku dan dipercaya dalam kisah Mahabhrata dimana dunia telah

menjadi negara berbentuk anarki, dimasa itu masyarakat India memohon kepada Tuhan

mereka untuk diturunkan seorang pemimpin.


Mereka berdo’a wahai Tuhan kami, sungguh kami akan binasa bila negara ini tidak

terlahir seorang pemimpin, turunkanlah kepada kami seorang pemimpin dimana ia bisa

membawa kami tenang dalam ibadah, dan melindungi kami dari kedhaliman. Maka

Tuhan menurunkan Manu sebagai pemimpin mereka.

Akan tetapi sebagian besar perjanjian yang berhasil diatas ditemukan didalam tulisan

bapak gereja pertama. St. Paul yang menyatakan: serahkanlah jiwa untuk tunduk kepada

yang memiliki kekuatan tak tertandingi, tidak ada kekuatan yang tinggi kecuali Tuhan:

dimana segala kekuatan bersumber dariNYA.

Dari teori diataslah timbul keyakinan bahwa siapapun yang menentang kekuatan raja,

maka dia telah melawan peraturan Tuhan, dan para pembangkang akan menerima

kutukan atas perlawanannya.

Pendeta Kristen percaya bahwa manusia pada dasarnya tidak berdosa dan dimasa ini

negara tidak diperlukan. Akan tetapi tatkala manusia kehilangan dasarnya, maka negara

dibutuhkan untuk mencegah hal- hal yang fatal.

Jadi menurut teori ini,Tuhanlah yang menciptakan negara dan negara merupakan

kekuatan yang bersifat ketuhanan untuk memperbaiki kejahatan manusia.

Ada beberapa pendapat yang menguatkan teori diatas:

Martin Luther berpendapat bahwa pangeran diseluruh dunia ini merupakan Tuhan.

- Sir Robert Filmer dalam Patriarchanya: Adam adalah raja pertama didunia ini, maka raja

selanjutnya dianggap sebagai ahli warisnya.


- King James I mengatakan bahwa: raja negara adalah sebagian besar orang yang mulia

didunia ini. Raja bukan saja utusan Tuhan yang mana diberikan tahta, akan tetapi karna

dekatnya dirinya dengan Tuhan mereka dan diaggap sebagai Tuhan.

b.) Teori yang didasari oleh kekuatan.

Menurut teori ini negara terbentuk dari salah satu akibat penaklukan kaum kuat terhadap

kaum yang lemah. Teori ini berbasis dalam pikiran psikologis dimana sifat manusia itu

agresif. Sifat ini membawa manusia meronta terus- menerus untuk meraih kekuasaan; dan

dari sifat ini pula mendorong kaum kuat untuk menjajah kaum lemah.

Sifat dasar agresip inilah membawa naluri manusia bangkit dan membentuk institusi

negara, oleh karena itu kekuatan adalah dasarnya negara.

Jean bodin, D. hume, Oppenheimer dan Jenks merupakan ahli Filsafat dimasa modern

yang menyokong teori tersebut.

Intisari dari teori ini adalah’’ perang untuk menjadi raja ‘’ ditahun 1080 Pope

Gregory VII menulis: barangsiapa yang tidak mengetahui bahwa raja- raja atau

pemimpin- pemimpin mereka yang membawa mereka dari permulaan, dimana para

pemimpin tersebut buta dari mengenal tuhan dan berpura- pura. Buta yang disebabkan

oleh ketamakan dan kesombongan yang tak tertahankan dianggap menjaga harga diri,

kekerasan , kepercayaan yang jelek, pembunuhan , bahkan akrab dengan segala bentuk

kejahatan menjadi penghasut bersama para pemimpinnya menuju jalan iblis.

Pada abad 18. D. Hume mengungkapkan pandangan yang serupa; Apakah

mungkin kekuasaan pertama seseorang terhadap orang banyak selama perang dinegara
tersebut masih berlaku, dimana keunggulan keberanian dan kejeniusan dirinya sendiri

sebagian besar diketahui. Tatkala kebulatan hati sebagian besar merupakan syarat dan

dimana kekacauan harta benda merusak dengan pantas sebagian besar perasaan, secara

terus- menerus menjadi kebiasaan dimana kebiadaban diantara manusia membiasakan

masyarakat kepada ketundukan atau perbudakan.

Disisi lain ide Leacock tentang teori ini: pengertian menurut histori bahwa pemerintahan

muncul dari sifat agresip manusia, dimana permulaan negara ditemukan dalam perebutan

dan perbudakan dari manusia itu sendiri. Perebutan hati, penaklukan kaum lemah dimana

dilakukan layaknya kampanye, sedangkan pencarian yang diperoleh tidak jauh dari

dominasi dirinya dalam kekuatan fisik.

Dari sisi inilah pertumbuhan manusia yang agresip menuju kerajaan dan dari kerajaan

sampai kepada Republik dan demokrasi merupakan suatu proses yang lama.

E. Jenks menjelaskan: secara histori tidak ada bukti pengabaian kesulitan didalamnya

dimana semua komunitas dari perpolitikan modern menerima adanya suatu kesuksesan

dari peperangan. Ide- ide umum terhadap dasar negara berdasarkan teori ini sebagai

berikut:

1. ketika populasi bertambah, maka tekanan harta untuk hidup juga bertambah. Faktor

tersebut mengiring manusia untuk berjuang diantara bermacam bangsa untuk mengontrol

wilayah dan kekayaan lainnya untuk kehidupan.

2. secara berangsur- angsur peperangan menjadi sebuah seni dan pelajaran bagi pejuang.

mereka muncul menjadi spesialis dalam kesenian. Negara muncul tatkala penguasa dan
pejuang- pejuangnya bersatu membentuk kekuasaan dalam satu wilayah.

3. setelah penguasa tersebut berhasil mendirikan kekusaan diatas kaumnya, maka sifat

agresif untuk berperang atau menguasai negara tetangga menjadi kebiasaan dengan

alasan untuk memperluas negara.

Ide- ide diatas merupakan gambaran mengenai suku kerajaan yang tidak bisa dipungkiri

seperti; Inggris, Skandinavia, Rusia, dan beberapa negara bagian Eropa lainnya.

Oppenheimer menberi enam tingkat gambaran atas dasar timbulnya negara:

1. Negara terlahir oleh peperangan, pembunuhan dan perampasan yang terus- menerus.

Penakluk membunuh semua kaum lelaki dan sebagai bukti penaklukan mereka membawa

anak- anak dan wanita Sebagai barang rampasan.

2.penyerahan diri kaum lemah terhadap kaum kuat, dimana mereka tidak berdaya untuk

melawan. Para penakluk berhenti membunuh dan sebagai gantinya mereka dijadikan

budak.

3. Penakluk dan yang tertakluk bergabung bekerja sama guna meraih keuntungan

bersama.

4. perpaduan lebih lanjut dari penjajah dan yang dijajah. Mereka bukan saja mempelajari

untuk hidup bersama akan tetapi bersekutu untuk menguasai daerah lainnya.

5. Mereka menemukan dasar perlengkapan administratif untuk menyudahi perselisihan

dibagian dalam.
6. Para pemimpin dan sekelompok pemenang menjadi raja, dimana asisten militernya

menjadi penasehat, dan raja beserta adviser mulai berkuasa, sehingga diselenggarakan

hukum atau undang- undang terhadap warganegaranya.

Teori asal – usul negara tidak hanya berkembang hanya pada dua teori diatas.

Jika teori asal usul Negara pertama menerangkan bahwa dasar negara terjadi dari sifat

ketuhanan dan kekuatan, maka perkembangan teori tersebut muncul dari segi pandangan

yang berbeda yaitu negara tercipta dari teori perjanjian sosial ( social Contract ).

Hobbes, Locke dan Rousseau adalah pelopor dari teori ini.

Thomas Hobbes ( 1588- 1679 ) seorang pria Inggris, dia mengemukakan idenya dalam

Leviathan diterbitkan tahun 1651.

John Locke ( 1632- 1704 ) juga seorang Kelahiran Inggris dia mempersembahkan dua

risalat pemerintahan ditahun 1690.

Sedangkan Rousseau ( 1712- 78 ) mengembangkan teori perjanjian sosialnya yang terbit

ditahun 1762.

Hal pokok dari teori perjanjian sosial; Negara terbentuk dari manusia dengan memakai

teori ini. Memang telah ada masa dimana negara pada saat itu belum muncul terbentuk

dan tidak ada manusia yang menciptakan hukum. Manusia pada dasarnya mendiami suatu

daerah secara alami dan mengatur segala kelakuannya sesuai dengan lingkungan yang

ada atau mengikuti hukum yang telah terbentuk oleh sifat alam.
Akan tetapi tidak ada seorangpun perantara dimasa itu maju untuk menyelenggarakan

dan membentuk suatu hukum secara sifat dasar. Lazimnya manusia disuatu masa

menghadapi beberapa permasalahan dalam sifat alamiah negara dari situ pula mereka

berpikir untuk menyelesaikan bahkan ada juga yang meninggalkannya, dari sinilah

mereka bergabung dalam suatu persetujuan dan mulai menciptakan negara.

Teori yang dikemukakan oleh Hobbes, Locke dan Rousseau:

Bagaimana manusia bisa hidup dalam dasar negara? mengapa mereka meninggalkannya?

Siapakah yang terlibat ikut serta dalam pesta perjanjian? Apa yang menjadi istilah dari

perjanjian? Negara apa yang muncul olehnya?, dari pertanyaan yang tersebut diatas akan

dikupas dengan opini yang berbeda mereka, dimana letak perbedaan tersebut memiliki

keseragaman dimana negara itu dibentuk oleh manusia dengan jalan perjanjian.

Sifat Dasar atau Sifat Alami Manusia:

Hobbes memulai analisanya dari sifat dasar manusia. Menurut Hobbes sifat dasar

manusia itu egois, ramah, cinta, simpati, semangat kerja sama dan berkorban tidaklah

terdapat dalam unsur- unsur utama dari sifat dasar, namun Dasarnya kelakuan manusia

itu ditentukan oleh nafsu untuk mendapat kesenangan dan menjauhi kesakitan. Manusia

maju beraktifitas tidak didasari oleh intelektual atau pertimbangan akal yang sehat, akan

tetapi didasari oleh nafsu yang besar.

Disisi lain Locke's menberikan pandangan yang berbeda dari Hobbes. Locke's tidak

sependapat dengan pernyataan dimana pada dasarnya manusia itu egois. Dia percaya

bahwa secara dasar manusia itu makhluk sosial, dan tentu saja memiliki dorongan untuk
hidup bersama layaknya suami dan istri. Manusia itu cinta damai dan juga memiliki

perasaan respek terhadap keadilan orang lain dan ini natural dalam setiap insan.

Sedangkan Menurut Rousseau; sifat dasar manusia itu tercipta atas dua elemen:

Naluri menjaga diri dan simpati terhadap yang lain. Walaupun manusia memiliki sifat

egois, namun tidak ada manusia yang sanggup melihat penderitaan orang lain. Rousseau

tidak percaya bahkan tidak masuk akal kalau manusia memilki sifat dasar yang sama

layaknya binatang. Basis umum dari keramahan tidaklah lahir dari suatu pertimbangan

akal yang sehat akan tetapi didorong atau lahir dari perasaan yang halus ataupun naluri.

Dari definisi diatas bisa kita sudah jelas dan logis untuk kita cerna bahwa negara pada

dasarnya lahir dari teori tersebut, namun tidak menutupi kemungkinan ada faktor – faktor

lain yang mendorong terbentuknya negara.

definisi diatas membuat kita sangat sempurna dan memahami betul jejak perkembangan

negara yang dewasa ini menunjukkan warna – warni yang sangat negatif, jika kita

merujuk kepada teori yang telah ada maka dapat disimpulkan bahwa tujuan berpolitik dan

bernegara adalah satu seni atau aktifitas yang menuntut kita untuk berbuat yang baik atas

kemaslahatan bersama bukan kelompok atau oknum – oknum kesatuan yang bersifat

mengikat dan saling menguntungkan. Jika ingin membentuk negara yang baik, maka

perpolitikan juga mesti dijalankan secara positif dan bijak, namun jika salah satunya

mengarah pada hal yang berbau negatif maka teori dasar membentuk negara hanya

menjadi impian belaka.

PENUTUP
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain

terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang. Untuk dapat menjadi suatu

negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan

organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat

negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa

negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada

wilayah tempat negara itu berada.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik.


PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain


Agarwal, sanjay Place – Agra.

BANGSA, NASIONALISME, KEWARGANEGARAAN DAN PENDUDUK

PENDAHULUAN
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,

ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah

tersebut. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam

suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.

Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu

berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui

oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah

tempat negara itu berada.

BANGSA

Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah dan memunyai

keterikatan dengan wilayah tersebut. Keinginan membentuk nation bersama muncul

karena adanya persamaan nasib dan sejarah sehingga menimbulkan persatuan dalam

suatu komunitas masyarakat membentuk kesadaran berbangsa.

Kesamaan itu meliputi aspek budaya, bahasa, agama dan tradisi. Inilah proses yang

mendasari terbentuknya sebuah kesadaran bersatu, bergabung dan berbangsa di mana pun

di seluruh dunia.

Dalam arti sosiologis – Bangsa -kelompok yang secara di takdirkan untuk bersama,

senasib sepenanggungan dalam suatu negara.

Menurut beberapa para ahli, pengertian dari suatu Bangsa :


1. Ernest Ernan-Prancis , Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup

bersama dengan perasaan kesetiakawanan yang agung.

2. F. Ratzel-Jerman , Adanya hasrat bersatu. Hasrat timbul karena adanya rasa kesatuan

antara manusia dan tempat tinggalnya ( PAHAM GEOPOLITIK ).

3. Hans Kohln-Jerman , Buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Golongan

yang beraneka ragam dan tidak di rumuskan.

4. Otto Bauer (Jerman) = Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan

karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.

Kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya faktor – obyektif tertentu yang

membedakan dengan bangsa lain, yaitu NASIONALISME :

a. Kesamaan Keturunan

b. Wilayah

c. Bahasa

d. Adat Istiadat

e. Kesamaan Politik

f. Perasaan

g. Agama

KEWARGANEGARAAN
Warga Negara, Mereka yang berdasarkan hukum tertentu dan merupakan anggota dari

suatu Negara. Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik

tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi

dalam kegiatan politik.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan. Yang membedakan adalah

hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan

tanpa menjadi seorang warga negara. Dimungkinkan pula untuk memiliki hak politik

tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan. Di dalam pengertian ini,

warga di suatu wilayah disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena

keduanya juga merupakan satuan politik.

PENDUDUK

Penduduk, Mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili di

dalam suatu wilayah

Negara ( Menetap ) – Lahir secara turun temurun & besar di Negara itu

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

1. Orang yang tinggal di daerah tersebut

2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain

orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti

kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi,


penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang

tertentu.

PENUTUP

Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan

mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka

umumnya dianggap memiliki asal-usul keturunan yang sama. Konsep bahwa semua

manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin

paling berpengaruh dalam sejarah. Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan

merupakan awal dari ideologi nasionalisme.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar,
New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay


Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT


Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar,
New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.

BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN

PENDAHULUAN
Didalam Negara ada tiga pemegang kekuasaan yang menjalakan roda pemerintahan yang

sudah akrab disebut TRIAS POLITIKA atau dengan sebutan lainnya, meskipun sistem

pemerintahannya berbeda dalam kontek label namun arahnya tetap satu yakni

menciptakan Good and clean government.

1. Bentuk pemerintahan Monarki

Monarki adalah bentuk pemerintahan yang tertua. Garner menyatakan; setiap

pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang akhir atau tertinggi pada

personel atau seseorang, tampa melihat pada sumber sifat – sifat dasar pemilihan dan

batas waktu jabatannya maka itulah monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki

merupakan kehendak atau keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala

perkara didalam pemerintahan.

Jellinek menegaskan; monarki adalah pemerintahan kehendak satu fisik dan

menekankan bahwa karakteristik sifat – sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk

memperlihatkan kekuasaan tertinggi Negara.

Jika raja hanya sebagai gelar saja, sedangkan kekuatan sebenarnya terletak pada

oknum lainnya, maka realita pemerintahan ini adalah republik, walau apapun gelar

yang diberikan kepada kepala Negara, baik sumber pemilihan atau sifat- sifat dasar

dalam masa jabatannya. ( Garner ).

Jenis - Jenis Monarki

a. Turun – temurun dan Elektif.


Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun – temurun dan efektif.

Monarki secara turun – menurun adalah tipe yang normal. Kebanyakan monarki

dahulunya dikenal dengan istilah turun – temurun. Dan kehidupan dari monarki

turun – temurun ini memiliki banyak karakter. Monarki ala turun – menurun

mewarisi tahta sesuai dengan peraturan rangkaian pergantian tertentu. Ahli waris

laki- laki yang tertua biasanya menjadi raja, menggantikan posisi raja atau

ayahnya sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga ditentukan dengan konstitusi

atau melalui sebuah aksi legislature.

Peraturan tersebut memiliki bermacam rupa diberbagai Negara seluruh dunia.

Awalnya kerajaan Roman merupakan monarki elektif. Masa kerajaan Roman

dahulunya menganut pemilih dari kampus. Semenjak abad pertengahan konstitusi

monarki elektif telah berubah dan bukan merupakan hal yang luar biasa.

Bagaimanapun, perjalanan masa ke masa monarki ala elektif mengalami

perubahan menuju monarki ala turun- temurun. Garner menganggap inggris

sebagai monarki elektif, karena parlement menuntut dan menggunakan hukum

mengatur mutlak rangkaian pergantian.

b. monarki mutlak dan terbatas.

Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas. Garner

menyatakan monarki mutlak adalah monarki yang benar – benar raja.

Kehendaknya adalah hukum dalam merespek segala perkara yang ada. Dia tidak

dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali kemauannya sendiri. Dibawah sistem ini

Negara dan pemerintahan tampak identik. Louis XIV raja Negara francis

menyatakan dengan sombongnya bahwa” aku adalah Negara. Ini merupakan


deskripsi yang tepat dari posisi monarki yang mutlak. Tsart dari Russia, Raja

Prussia dan kaisar Ottoman merupakan contoh monarki yang mutlak.

Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang

tertulis atau dengan prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti monarkinya

Negara inggris. Monarki dinegara England hanya sebatas nama saja dalam

pemerintahan; raja adalah pemerintahan namun tidak memerintah. Kekuatan atau

kekuasaan merupakan teori saja, namun pemerintahan dipimpin oleh yang

lainnya.

Monarki dinegara jepang juga terbatas. Disana kaisar tidak memiliki kekuasaan

apapun dipemerintahan. jadi, jelasnya raja adalah simbol Negara dan kesatuan

rakyat’’ didalam pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah bentuk

pemerintahan yang demokrasi .

2. Bentuk pemerintahan Aristokrasi

Aristokrasi diambil dari kata yunani ARISTOKRATIA (aristos = best + kratia = rule ).

Jadi aristokrasi adalah pemerintahan terbaik yang dipimpin oleh orang- orang terpilih.

Tetapi kata – kata terbaik disini terkesan samar dengan istilah terbaik dimasa yunani

kuno. Penjelasan yang benar bahwa yang terbaik adalah mereka yang memiliki

kecakapan yang tinggi, berpendidikan, berpengalaman dan bermoral tinggi. Namun,

hal ini tidak bisa dijadikan atau dipastikan menjadi yang terbaik.

Aristotle memandang kekayaan dari segi ukuran moral dan keunggulan intelektual. Dia

percaya bahwa kekayaan dari segi intelektual, moral lebih berkembang daripada yang

lain, Karena mereka akan memimpin kehidupan dengan waktu luang dan kesenangan,
sedangkan mereka yang mengutamakan fisik untuk hidup, tidak bisa mengembangkan

intelektual dan moral mereka.

Garner mendefinisikan aristokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana proporsi

warganegara secara relatip memberikan suara didalam memilih pejabat- pejabat publik

dan menetapkan kebijaksanaan publik.

Jellinek memahami aristokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang menjadi mainan dan

diperani oleh kelompok khusus yang berpengaruh. Bisa saja seperti, pendeta, para

professional atau orang- orang terpandang didalam Negara. Setiap perkara atau

permasalah yang terjadi merupakan pecahan populasi yang jelas dari massa, dengan

beberapa alasan yang timbul dari hak istimewa yang mereka nikmati.

Aristotle membedakan aristokrasi dan oligarchy ( pemerintahan oleh sekelompok kecil ).

Dia menegaskan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok kecil, dengan

dasar kepentingan mereka sendiri; dan telah terjadi, maka dari hal ini, membuktikan

bentuk pemerintahan aristokrasi yang dipimpin oleh orang – orang terbaik didalam

Negara adalah sesat. Akan tetapi, pada masa modern perbedaan ini sering diabaikan.

3. Bentuk pemerintahan Demokrasi

Pemikir politik mendefinisikan demokrasi dengan cara yang berbeda. Mereka bisa

dikategorikan dala m tiga kelompok.

Kelompok pertama menyatakan bahwa demokrasi merupakan sebuah bentuk

pemerintahan umum.
Kelompok kedua menganggap konsep demokrasi secara luas dan mencari jangkauan

untuk memperpanjang bidang ekonomi dan juga sosial.

Sedangkan kelompok yang terakhir memegang bahwa demokrasi adalah filsafat

kehidupan, dimana menekankan martabat manusia dan memandang semua kehendak

individu. Dibawah ini akan terdapat penjelasan demokrasi, dimana merujuk kepada

kategori kelompok yang pertama.

1. Pemerintahan rakyat.

Bisa dikatakan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana rakyat memiliki

kekuatan penuh didalam politik, baik secara langsung maupun melalui representative.

Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan rakyat, dari rakyat dan untuk

rakyat. Seely mendefinisikan bahwa demokrasi adalah pemerintahan bersama.

2. Pemerintahan khalayak ramai.

Menurut pemikir jurusan demokrasi bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang besar

atau khalayak ramai. Dicey mendefinisikan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan,

dimana badan yang memerintah didalamnya adalah pergeseran komparatif yang besar

dari seluruh populasi.

Bryce dalam tulisannya; kata demokrasi telah dipakai semenjak masanya Herodotus

untuk menunjukkan bahwa bentuk pemerintahan yang didalamnya para penguasa

memiliki kekuatan tetap dan secara legal, tetapi kekuasaan tersebut tidak dipegang

oleh kelompok khusus atau oknum- oknum lainnya, namun dipegang oleh seluruh

komunitas secara keseluruhan.


4. Bentuk pemerintahan Diktator

Beberapa pemikir modern tidak membedakan antara otokrasi dan diktator, bahkan

memakai istilah keduanya dengan pengertian yang sama. Akan tetapi diantara keduanya

terdapat sebuah perbedaan dari sifat dasar. Disana ada masa dimana monarki mutlak

berkembang, tetapi mereka tidak bisa digelar sebagai diktator. Sifat dasar Karakteristik

diktator merupakan sumber pokok kekuasaan dari pemikiran mereka sendiri.

Mclver menjelaskan dengan ringkas unsur dasar diktator sebagai berikut;

Tiap- tiap Konstitusional memiliki keragaman, dengan pengertian menjelaskan rangkaian

kekuatan yang ditetapkan dalam hukum pokok, dimana menyetujui agar pemerintahan

tidak mengalami kemunduran atau kehancuran. Begitu juga dengan diktator yang

memilih kekuasaan, dengan menetapkan dasar kebenaran tunggal sesuai keinginan

mereka. Disetiap Negara umumnya, rakyat merasa gelisah dalam hal sumber kekuasaaan,

apakah terletak pada putusan komunitas, atau mengikuti keinginan tuhan atau mengikuti

tradisi yang suci. Diktator muncul dengan mengesampingkan semua kegelisahan tersebut,

bagi mereka apa yang dimiliki itulah satu- satunya jawaban hidup.

Dari sini kita bisa memahami bahwa diktator tidak bersandar pada kekuasaan yang legal,

penghargaan sosial ataupun pada tradisi. Namun disini terletak pertentangan yang

melekat di antara diktator dan hak kekuasaan.

PENUTUP

Setelah mempelajari bentuk pemerintahan dapat kita simpulkan bahwa setiap tata

pemerintahan memiliki kekurangan dan kelebihan. Perlu di ingat bahwa kombinasi dari
bentuk – bentuk pemerintahan terdahulu telah membawa kita kearah yang lebih baik,

sehingga lahirnya demokrasi, republik dan federal, akan tetapi perkembangan ini menjadi

ter arah dengan konsep dasar Negara yang terbentuk dahulu.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik.


PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain


Agarwal, sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.

BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN II

PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini pembahasan lanjutan dari bab sebelumnya mengenai bentuk

pemerintahan yang modern dan menjadi kerangka hamper diseluruh dunia dewasa ini.

Harapan dengan adanya pengetahuan terhadap bentuk – bentuk pemerintahan kita bisa

menbedakan sisi baik dan buruknya.

1. Bentuk pemerintahan Parlemen

Pemerintahan perlementer juga dikenal dengan gelar pemerintahan kabinet. Dibeberapa

negara istilah “pemerintahan bertanggung jawab” juga dipakai sebagai istilah

parlementer. J.W.Garner mendefenisikan pemerintahan ini sebagai berikut:

Pemerintahan kabinet adalah satu system dimana executive – kabinet atau menteri

dengan langsung dan secara sah bertanggung jawab kepada legislatur atau dewan atas

segala kebijakan politik dan aksinya, dan menengahi juga tanggung jawabnya kepada

electorate, sedangkan executivenominal: raja / ratu / president hanya ( sebagai sebutan

saja ) – sebagai kepala atau lambang negara yang menduduki posisi yang tidak memiliki

tanggung jawab secara bahasa.

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki

peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam

mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu

dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.

Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang

presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan.
Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam

sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.

Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari

dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering

dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan

kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari

beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam

sebuah republik kepresidenan.

Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya

dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke

pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik

Keempat Perancis.

Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan

dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala

negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa

sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai

kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu;

o Di kepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan

kepala negara di kepalai oleh presiden/raja.


o Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi

berdasarkan undang-undang.

o Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan

memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-

departemen.

o Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

o Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

o Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

2. Bentuk pemerintahan Presidensial

Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga dengan sistem kongresional,

merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih

melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.

Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:

 Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-

pejabat pemerintahan yang terkait.

 Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa

saling menjatuhkan.

 Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.

Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat

dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada

mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,


pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa

dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya

seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya. Model ini dianut oleh Amerika

Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan

Amerika Tengah.

Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:

 Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala

negara.

 Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih

langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.

 Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan

memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-

departemen.

 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif bukan

kepada kekuasaan legislatif.

 Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

 Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Sistem semi presidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua

sistem pemerintahan: presidensial dan parlementer. Terkadang, sistem ini juga disebut

dengan Dualisme Eksekutif. Dalam sistem ini, presiden dipilih oleh rakyat sehingga

memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan

perdana menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis.


Ciri-ciri pemerintahan semi presidensial yaitu:

1. presidensial

a. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih

langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.

b. Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan

memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-

departemen.

2. Parlementer

a. Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan

kepala negara dikepalai oleh presiden.

b. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

c. Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

d. Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

3. Bentuk pemerintahan Kesatuan

Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur

seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang

kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah

pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara

kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan
satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang

memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara

kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.

Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:

1. Sentralisasi, dan

2. Desentralisasi.

Keuntungan sistem sentralisasi:

1. adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;

2. adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang

membuatnya;

3. penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.

Kerugian sistem sentralisasi:

1. bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat

kelancaran jalannya pemerintahan;

2. peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan

daerah;

3. daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga

melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari

rakyat;
4. rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan

bertanggung jawab tentang daerahnya;

5. keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

Keuntungan sistem desentralisasi:

1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;

2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu

sendiri;

3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat

berjalan lancar;

4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;

5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

4. Bentuk pemerintahan Federal

Pemerintahan federal menunjukkan lawan yang tepat atas pemerintahan serikat. Letak

keistimewaan karakteristik terdiri dari fakta kekuatan dari segi perundang- undangan,

pemerintahan dan administrasi didalam Negara. Sebagai pengganti konsentrasi

pemerintahan pusat, maka pemerintahan pusat membagi dan mendistribusikan kekuasaan

diantara pemerintahan pusat kepada kesatuan komponent untuk melaksanakan kekuasaan

tersebut.

Berikut definisi tentang pemerintahan federal:


1. Sifat dasar keistimewaan Negara federal modern yakni satu atau dua Negara yang

merdeka hingga sekarang, setuju untuk membentuk Negara baru. ( Gilchrist )

2. Negara federal merupakan satu kekuasaan dimana bersifat mewakili keseluruhan,

dalam menjalani seluruh kepentingan hubungan, baik luar maupun didalam negeri

dimana menjadi minat masyarakat, dan juga memberikan wewenang terhadap setiap

provinsi atau Negara bagian dengan kekuatan perundang- undangan dan administrasi

disetiap daerah yang dibagikan sesuai dengan undang- undang. ( A. Appadorai )

3. Pemerintahan federal mungkin dapat didefinisikan sebagai system pusat dan

pemerintahan lokal yang bergabung dibawah kedaulatan bersama, keduanya merupakan

pemerintahan tertinggi didalam lingkungan yang telah ditentukan, keduanya diputuskan

oleh konstitusi secara umum atau aksi dari parlemen dimana melahirkan system tersebut.

( Garner ).

Sisi baik pemerintahan federal;

1. Kesatuan gabungan nasional dan otonomi local.

System yang baik dari pemerintahan federal adalah gabungan kesatuan nasional dan

otonomi lokal dan hak membentuk pemerintahan lokal. Hal ini memberikan solusi

kepada jumlah Negara kecil yang bersatu dalam satu wadah kekuasaan dan disitulah

mereka memperoleh keuntungan bersama, dimana mengikuti aliran kesatuan tampa

mematikan kehidupan dan pengorbanan mereka dalam menata pemerintahan dengan

pertimbangan setiap daerah atau wilayah masing – masing.

2. Memberikan jaminan dari penyerangan.


Kita mengetahui begitu sulitnya bagi negara kecil untuk memelihara kemerdekaannya,

akan tetapi ini menjadi suatu hal yang tidak mungkin dijaman ini. Negara kecil

mengetahui dirinya dalam posisi sulit, dan harus selalu siaga untuk mencari perlindungan

dari satu atau dua Negara yang memiliki kekuasaan besar agar bisa memelihara

kehidupan mereka. Bagaimanapun, Negara kecil akan terlindungi atau terjamin

kemerdekaannya dengan bergabung dalam federasi.

3. Menguntungkan secara ekonomi.

System pemerintahan federal memiliki keuntungan ekonomi yang sangat besar. Negara-

negara kecil tidak memiliki sumber penghasilan yang memadai. Oleh karenanya mereka

menemukan kesulitan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi standar seperti yang di

inginkan. Bagaimanapun kesulitan yang mereka peroleh bisa teratasi, jika Negara-

Negara kecil bersatu dalam federasi dan dengan itu pula mereka akan menjadi Negara

yang besar.

3. Memberikan administrasi yang berdaya guna.

Dari sudut pandang administrative system federal memiliki daya guna administrasi

yang lebih baik dibandingkan system kesatuan. Dimana dalam negara kesatuan semua

kekuasaan pemerintahan dipegang oleh pusat, dimana pusat lemah akan kondisi

kedaerahan dan kebutuhannya. Disinilah letak kelemahan Negara kesatuan dalam

menjalankan administrasi pemerintahan. Sebaliknya federal sangat berlawanan

dengan system kesatuan, dimana pusat hanya pusat pengontrol dan pembagian hasil,

sedangkan daerah memiliki hukum dan hak mengatur dirinya sendiri dibawah

naungan pusat.
4. Mendorong minat publik dalam urusan umum.

System federal juga memberikan kesempatan kepada segenap masyarakat luas untuk

berperan dalam administrasi urusan umum,Sebagaimana banyaknya kekuatan pusat

didalam federasi. semakin maju maka semakin banyak pula orang yang dibutuhkan

dalam menjalankan administrative.

5. Cocok untuk Negara yang luas dan memiliki perbedaan kondisi yang beragam.

System Negara federal terutama sekali bisa beradabtasi atas Negara yang memiliki

daerah kekuasaan yang luas dan perbedaan kondisi populasi yang berbeda baik dari segi,

geografis, rasial, agama, bahasa dan sebagainya. Populasi ini akan bisa hidup dibawah

satu naungan atau secara bersama, jika setiap daerah diberikan derajat atau hak otonomi

yang jelas dan wajar.

6. Menciptakan percobaan yang tepat dalam pemerintahan.

Dibawah percobaan system federal di dalam pemerintahan dan perundang- undangan bisa

mencoba dimana hal ini tidak bisa dilakukan dinegara yang menganut system kesatuan.

7. Pengawasan kecenderungan kelaliman.

Lord Bryce menyatakan bahwa dibawah system federal terdapat kurangnya sesuantu

yang berbahaya yang menimbulkan kelaliman pemerintahan pusat, dan membelakangi

hak – hak keadilan rakyat.

8. Mempertinggi martabat Negara dan warganegara.


System federal juga melindungi martabat Negara dan warganegara sama halnya dengan

komponen yang dimiliki oleh Negara kesatuan. Merupakan suatu kebanggaan yang besar

dan bermartabat menjadi warganegara besar, seperti india, Amerika, dan Russian

daripada menjadi warganegara seperti Nagaland atau Meghalaya.

Sisi buruk pemerintahan federal;

1. Pemerintahan yang lemah.

negara federal bisa menyamai atau sederajat dengan system negara yang lain, namun

lebih lemah daripada negara kesatuan. Pendistribusian kekuasaan diantara pusat dan

negara bagian atau daerah akan membawa tampuk pemerintahan sulit untuk

menyelesaikan permasalahan dalam administrasi. Sedangkan administrasi adalah jantung

berjalannya roda pemerintahan yang baik, namun tidak semua negara federal gagal dalam

hal administrasi, malahan federasi mampu lebih maju dan utuh dari negara kesatuan yang

ada sekarang.

2. Kurang keseragaman dalam perundang- undangan dan administrasi.

Didalam pendirian federal memiliki perbedaan perundang- undangan, kebijakan

administrative dan organisasi. Satu sisi adanya pusat hukum dan organisasi

administrative secara nasional, bahkan sebaliknya ditingkat daerah pun memiliki hal yang

sama. Keruwetan dalam hal keserbaragaman ini dapat menyebabkan penderitaan kepada

masyarakat khususnya dalam hal perdagangan, industri dan masalah memiliki tanah

dinegara yang berbeda.


3. Kesetiaan warganegara yang bercabang.

Warganegara rangkap dua melahirkan kebingungan. Masyarakat awam akan sulit

menentukan kewajiban negara yang sebenarnya jika dituntut untuk melakukan, karna

berdampak pada system warganegara rangkap dua.

4. Lemah dalam hubungan luar negeri.

Dalam menjalankan hubungan luar dengan luar federal memiliki kelemahan yang

melekat dimana hal ini tidak dimiliki oleh pemerintahan kesatuan, dimana negara

federal dalam menentukan kebijakan luar memiliki efek yang saling berlawanan

antara pusat dan nasional, baik dalam menentukan ekonomi dan kondisi politik dalam

dan luar.

5. Merugikan penghasilan dan waktu.

Didalam federasi banyak terdapat organ pemerintahan, dimana merambat pada biaya

yang besar. Melipat gandakan organisasi, perlengkapan dan personalia juga

membutuhkan biaya besar dalam system federal. Disamping itu juga, melipatgandakan

mesin pemerintahan disebabkan keterlambatan dalam penyelesaian permasalahan

nasional yang penting.

6. Kakunya kemajuan konstitusi dalam federal.

Prosedur memperbaiki konstitusi kaku dalam federal sangat diperlukan. Dan ini

ditemukan khususnya di Amerika dan Australia, inipun disebabkan karna sulitnya


memperbaiki tubuh UUD dalam operasi, sehingga perubahan dalam UUD tidak

mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial secara nasional.

PENUTUP

Bentuk pemerintahan ibarat anggota tubuh yang urgen dalam diri kita, tampa kita sadari

tampa sistem atau bentuk tersebut kita tidak akan sempurna dalam hidup karna tidak

adannya konsep yang jelas dalam menggunakannya. Disinilah dibutuhkan sistem

pemerintahan yang jelas supaya arah dan tujuan Negara terarah dan tepat sasaran.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik.


PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain


Agarwal, sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.

UNDANG-UNDANG
PENDAHULUAN

Manusia diseluruh dunia memiliki hukum untuk mengikat individu dari segi keyakinan

atau agama, dimana dengan adanya pengikat tersebut manusia tidak melampaui batas

atau berperilaku seperti binatang. Namun, hukum Tuhan atau alam tidak cukup bagi

manusia dalam hidup bernegara karna setiap individu memiliki impian, hasrat dan

simpati bercampur dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu muncullah satu gagasan

dari para scientist atau ilmuwan terdahulu untuk menciptakan satu produk hukum yang

sekarang dikenal dengan Undang – Undang.

Definisi undang – undang

Sebuah Negara yang demokrasi tidak bisa kita bayangkan jika absennya undang- undang.

Negara demokrasi tidak diperintah oleh kemauan individual atau kelompok perorangan.

Negara demokrasi ini diperintah atau dikuasai sesuai dengan ketetapan hukum dan

peraturan. Hukum dan peraturan ini merupakan konstitusi Negara.

Beberapa definisi tentang undang – undang yang diungkapkan oleh beberapa

pakar:

1. prinsip asas yang menentukan bentuk atau form Negara disebut undang – undang.

Didalamnya termasuk cara atau metode Negara untuk teratur, distribusi kekuatan yang

berkuasa memiliki keberagaman organ dalam pemerintahan, dimana jangkauan cara

penggunaan dan fungsi Negara ditentukan oleh penguasa yang berwenang dalam

mengaturnya atau dalam meggunakannya. ( R. G. Gettell )


2. Dengan adanya undang – undang baik tertulis ataupun tidak didalam Negara, bertujuan

pada asas mengatur kepentingan hak dari pada hakim tertinggi dan banyaknya subjek

sifat – sifat dasar hak istimewa.

( Sir James McIntosh ).

3. Istilah undang – undang menandakan susunan atau aransemen dan distribusi kekuatan

penguasa di dalam komunitas atau bentuk pemerintahan. ( George Cornwall Lewis ).

4. undang – undang didalam Negara merupakan badan peraturan atau hukum, tertulis

ataupun tidak, dimana menentukan distribusi kekuatan dari berbagai organ pemerintah

dalam organisasi pemerintahan, dan prinsip secara umum penggunaan kekuatan tersebut.

( Gilchrist ).

Analisa dari beberapa definisi di atas menyimpulkan bahwa undang – undang memiliki

beberapa karakter ;

1. undang – undang merupakan badan hukum dan peraturan.

2. undang – undang tertulis atau tidak.

3. undang – undang menentukan organisasi pemerintahan Negara.

4. undang – undang menentukan distribusi kekuasaan dari bermacam organ

pemerintahan.

5. undang – undang menentukan hak dalam memerintah

Jenis undang – undang


Kostitusi telah tersusun menurut golongan secara tertulis dan tidak tertulis, keras ( rigid )

dan lunak ( Flexible ).

1. Undang – undang tertulis.

Undang – undang tertulis biasanya termaktub dalam satu dokument, namun adakalanya

kelompok yang menggabungkan sistem struktur garis besar untuk dokument

pemerintahan, banyak perlengkapan kekuatan dan fungsi dari legislative, executive dan

organ judicial ditetapkan, juga fungsi dan hubungan pemerintahan terhadap rakyat asas

dasar kekuasaan tersebut digunakan. Ada juga beberapa dokument disusun oleh majelis

terpilih dengan sengaja bertujuan untuk kemaslahatan, atau mungkin juga bekerja tetap

sebagai badan legislative dan bisa juga menyebarluaskan keputusan raja atau diktator.

Garner mengatakan; konstitusi yang tertulis merupakan suatu kerja seni yang sadar dan

hasil dari usaha yang sengaja. ini bertujuan untuk menetapkan badan asas dasar tersebut,

agar letak pemerintahan teratur dan terpimpin.

Ini merupakan sebuah kesucian instrument khusus, perbedaan didalam karakter dari

semua hukum, dan dapat diubah dari prosedur yang berbeda pula. Disini terletak pula

prinsip pemisahan kekuatan diantara unsur pokok dan para legislatip. Negara yang

memiliki undang – undang tertulis, terdapat dua set badan kekuasaan legislatip dan dua

badan hukum, pertama adalah konstitusional dan yang tertinggi, sedangkan yang kedua

menurut undang- undang dan subordinate.

2. Undang- undang tak tertulis.


Undang- undang tak tertulis sebagian besar lahir dari adat atau kebiasaan, dan

terhimpun sebagian besar dalam pemakaian; prinsip umum, keputusan pengadilan dan

lain lain. Ini merupakan produksi sejarah evolusi dan pertumbuhan dari pada yang

disengaja, dan undang – undang yang formal.

Pendapat Strong “ pada umumnya konstitusi tak tertulis merupakan salah satu

konstitusi yang tumbuh dari basis adat, lebih baik dari pada yang tertulis.

Garner menjelaskan’’ dinamakan sebagai konstitusi tak tertulis karena termasuk

sebagian besar yang mengikutinya, tetapi tidak semua resep atau preskripsi menjadi

berkurang didalam penulisannya, dan dengan resmi diwujudkan didalam satu

document atau document yang terkoleksi.

Jameson mendefenisikan bahwa undang – undang tak tertulis sebagian besar lahir

dari adat atau kebiasaan, dan keputusan judisial yang terdahulu, dimana kurang

lebihnya fana dan merupakan suatu hal yang tidak dapat diraba. namun semanjak

bentuknya tertulis undang – undang ini mulai hidup hanya saja tidak resmi dalam

penggolongannya.

3. Konstitusi Lunak ( Flexible ).

Menurut Garner kebanyakan klasifikasi ilmiah dan penggunaannya adalah undang-

undang keras ( Rigid ) dan lunak ( Flexible ). Konstitusi lunak menempatkan sifat dasar

hukum dan hukum biasa di dalam satu tingkat, pengertiannya keduanya konstitusi

dijadikan dalam satu arah, bahkan keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama.
Disisi lain Garner menjelaskan bahwa konstitusi flexible tidak memilki wewenang yang

sah daripada hukum biasa, dimana memungkinkan perbaikan didalam jalur yang sama

layaknya hukum yang lainnya, apakah yang terwujud didalam satu dokument atau

sebagian besar dari konvensi, bisa disusun menurut golongan flexible, dapat dipindah-

pindahkan atau konstitusi elastic. Konstitusi flexible bisa diubah atau dikoreksi melalui

prosedur legislatip Negara. Sebagai contoh: inggris adalah Negara yang menganut atau

memiliki konstitusi flexible ini.

4. Konstitusi Keras ( Rigid ).

Konstitusi rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum biasa.

Kemungkinan konstitusi ini tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur yang sama

layaknya hukum – hukum yang lain.

Garner menjelaskan: konstitusi rigid adalah mereka yang secara sah berdiri diatasnya

dan juga diatas hukum – hukum biasa, dan dimana bisa diperbaiki melalui proses yang

berbeda.

Dicey mendefenisikan konstitusi rigid merupakan satu hukum dimana pasti diatas, yang

biasanya dikenal sebagai konstitusional ( sifat dasar ) atau hukum fundamental yang tidak

bisa diubah seenaknya seperti hukum – hukum biasa.


Nota yang bermamfaat dari konstitusi diatas adalah perbedaan diantara keduanya tidak

terlalu menyolok atau jelas, begitu juga dengan halnya perbedaan diantara konstitusi yang

tertulis dan tak tertulis.

Ada yang mengatakan bahwa konstitusi tak tertulis adalah flexible sedangkan rigid

merupakan konstitusi yang tertulis. Statement ini sebagian besar ada benarnya. Konstitusi

tak tertulis adalah; tidak diragukan, flexible, akan tetapi semua konstitusi tertulis tidak

semuanya bersifat rigid. Jadi sungguh jelas bahwa konstitusi tertulis tidak bisa menjadi

rigid.

a. isi Kebaikan konstitusi flexible

1. penyesuaian

Penyesuaian merupakan pokok utama kebaikan konstitusi flexible. Dimana ia dapat

diamandemenkan dengan beberapa jalan yang sama bahkan mudah, dan juga fasilitas

hukum biasa. Disini memungkinkan pengaturan terhadap konstitusi baru dan merubah

kondisi masyarakat.

Konstitusi flexible bisa diputar – putar bila menghadapi hal darurat. Seperti yang

dikatakan Bryce; konstitusi ini bisa dipotong –potong bila menghadapi emergency,

dimana tampa merusak kerangka dasar, dan bila situasi emergency berlalu atau

terkendalikan maka konstitusi ini kembali lagi pada semula. Demikianlah konstitusi ini

bila memperoleh guncangan dimana tidak melahirkan luka- luka.

2. Cermin Aspirasi Rakyat


Konstitusi flexible tepatnya bisa mencerminkan pemikiran dan aspirasi rakyat daripada

konstitusi yang rigid. Perubahan kehidupan bangsa didalam Negara berjalan abadi.

Dimana aspirasi dan ide –ide rakyat berubah cepat atau berkembang terus menerus.

Dimana konstitusi ini flexible maka memudahkan untuk menampung aspirasi baru, tampa

melalui proses yang rumet dalam mengamandemenkannya. Konstitusi ini juga

menunjukan sejarah perkembangan bangsa.

Judge Cooley mengatakan; dari semua konstitusi yang exist untuk pemerintahan rakyat,

dimana yang paling excellent yakni dengan nyata dan jelas, laksana hasil alamiah dari

kedewasaan, mungkin juga fakta – fakta masa yang mengungkapkan berlakunya perasaan

mengenai pemerintahan.

3. Tak perlu membuat revolusi

Bangsa yang memiliki konstitusi flexible menghindarkan terjadinya pergelokan. Saat

konstitusi dengan mudah diubah sesuai dengan tuntutan rakyat, karena revolusi atau

pergelokan lahir dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah.

b. Kekurangan konstitusi flexible

1. Tidak stabil

konstitusi flexible memiliki sifat cacat yang tidak stabil, mungkin saja menguraikan

perubahan yang terus menerus akan abadi. Sejak konstitusi bisa diubah kapan saja seperti

hukum biasa, secara mutlak sangatlah berbahaya. Dimana lazimnya legislature tidak

selalu reflek mewakili mayoritas opini rakyat. Jadi satu badan akan mewakili minoritas
yang mungkin memainkan konstitusi yang sesuai menurut diri sendiri.Appadorai

2. Keadilan warganegara tidak terjamin

Negara yang menganut konstitusi flexible tidak memiliki guarantee atau jaminan

terhadap keadilan warganegara. Begitu juga dengan inti prinsip keadilan yang

diwujudkan dalam konstitusi, dimana bisa dengan mudah untuk di ubah atau dicabut oleh

legislature.

Sedangkan partai – partai bisa bermain atau membawa malapetaka dari sisi kebebasan

rakyat. Sering sekali kita memcontohkan Inggris dimana warganegara enjoy dengan hak

keadilan yang luas, dikarenakan fakta bahwa konstitusi Negaranya flexible dan parlement

yang berkuasa. Akan tetapi setiap Negara tidak memiliki kestabilan tradisi politik seperti

layaknya inggris.

3. Berbahanya hak kebebasan pengadilan

Secara universal diakui bahwa kebebasan pengadilan merupakan kondisi yang perlu

untuk menuju demokrasi. Dan pengadilan berfungsi secara bebas dalam komposisinya,

kekuatan dan prosedur dalam menetapkan keputusan, dan bukan subjek tingkah para

legislature.

Negara yang memiliki konstitusi flexible memungkinkan pengadilan untuk dijadikan

mainan para politikus. Apa bila legislature memiliki kekuatan untuk mengubah
komposisi dan kekuatan pengadilan yang sesuai keinginannya, maka kebebasan

warganegara tidak akan pernah terwujud.

4. Tidak cocok untuk Negara federal

Konstitusi flexible sama sekali tidak sesuai untuk Negara federal. Sistem kekuatan

pemerintahan federal bercabang antara pemerintahan federal dan kesatuan gabungan.

Sistem ini akan stabil dan berfungsi secara sukses, jika kekuatan divisi ini memelihara

akan kepuasan semua partai yang gelisah.

Ini sangat memungkinkan bila konstitusi tersebut rigid dan tidak bisa dimanipulasikan

oleh para politikus untuk melampiaskan nafsu mereka. Jadi Negara federal dengan

menganut konstitusi flexible didalam realitanya tidak dapat dibayangkan.

a. Kebaikan undang – undang rigid

. 1. Stabil

Mamfaat yang baik dalam konstitusi rigid adalah stabil. Para politikus tidak bisa

memanipulasikan konstitusi sesuai dengan kehendak personal atau kepentingan partai.

Sesuai dengan prosedur amendment yang sulit, maka amendment ini bisa diubah pada

masa yang memungkinkan.

Putusan partai tidak bisa mengantikannya layaknya hukum biasa. Amendment

konstitusi rigid biasanya mewajibkan operasi gabungan dari berbagai partai politik. Maka

oleh karena itu, persetujuan atau konsensus yang secara umum dituntut didalamnya, dan
mewakili bentuk asli pendirian opini rakyat. Alasan inilah yang memberi hak kehormatan

pada rakyat.

2. Terjaminnya keadilan warganegara.

Negara yang menganut konstitusi rigid, mendapat jaminan keadilan warganegara.

Jika pokok keadilan telah terwujud didalam konstitusi, maka tidak ada yang bisa

dikurangi atau dicabut menurut selera atau tingkah para kelompok. Konstitusi rigid

bertindak sebagai wali keadilan baik individual maupun minoritas.

Justice Jackson Amerika serikat mengatakan, tujuan programa keadilan yakni

untuk menarik beberapa subjek dari pergantian kontraversi politik, untuk menempatkan

mereka melebihi jangkauan minoritas, official dan mendirikan prinsip yang legal untuk

diterapkan oleh pengadilan.

3. Terjaminnya Kebebasan Pengadilan.

Kebaikan yang baik dari konstitusi rigid adalah menyediakan jaminan kebebasan

kepada pengadilan. Bila komposisi, kekuatan dan prosedur pengadilan telah diterapkan

dalam konstitusi, maka mereka tidak mudah dirubah dengan ambisi para politikus dan

pengadilan bisa diharapkan berfungsi secara bebas dan adil.

b. Kekurangan Konstitusi rigid

1. kurang Elastisitas.

Konstitusi rigid tidak mudah dalam menyesuaikan diri. Konstitusi rigid tidak bisa

berdampingan dengan perubahan yang sangat cepat, baik dari segi ekonomi, politik dan
kondisi sosial. Bisa saja konstitusi akan hancur dengan berubahnya kondisi atau masa

emergency. Bahaya yang dialami oleh Negara federal lebih baik daripada Negara dalam

kesatuan gabungan, dimana diteliti dari sebab pandangan komplikasi kekuatan.

Konstitusi rigid bisa juga menghalangi perkembangan Negara.

2. kemungkinan Besar Menyebabkan pergolakan.

Konstitusi ini membuka peluang besar terjadinya pergolakan politik. Jika

konstitusi terlalu rigid dan dalam perubahannya membutuhkan seksi luas dari rakyat,

maka memungkinkan rakyat jengkel hingga menuntut metode extra konstitusional. Disini

pula akan lahir element ekstrim yang mana maju dengan langkah revolusi. Lord

Macaulay menyatakan bahwa sebab yang penting dari revolusi merupakan fakta yang

menggerakkan massa maju, sedangkan konstitusi mengalami perhentian.

3. Tidak semestinya untuk pengadilan.

Cacat lainnya dari konstitusi ini terletak dibawah pengadilan, dimana memiliki

kekuatan besar untuk menetapkan perihal berlakunya hukum konstitusi. Konstitusi ini

mencerminkan kerangka ruh masa lampau. Pengadilan juga terkesan kolot atau

konservatif. Disini melahirkan percobaan dalam menafsirkan konstitusi yang dilahirkan

dari ruh semula.

Pengadilan tidak mengambil pertimbangan terhadap ruh baru, aspirasi dan ide –

ide yang baru atau lebih segar yang lahir dari rakyat. Sedikit banyaknya ini memberikan

kekuatan tertinggi untuk pengadilan yang ditempati oleh legislature, dimana secara realita

menunjukkan sentiment dan ide- ide rakyat.


Perlunya konstitusi yang baik

Konstitusi didalam Negara ialah untuk mewujudkan ide – ide socio-politik dan gabungan

populasi baik dan terkemuka. Pengertian lainnya, ini merupakan keputusan kelompok di

Negara dimana ditentukan oleh ide- ide rakyat dengan melalui konstitusi.

Maka, oleh karena itu disini tidak memungkinkan untuk meletakkan sesuatu kriteria

konstitusi secara universal.

Contohnya: konstitusi Negara komunist melambangkan filsafat socio-politik, dimana

lawan yang tepat terletak pada Negara kapitalist. Dahulunya pandangan fungsi Negara

terkesan totaliter, sedangkan selanjutnya diwujudkan dengan liberalisme atau

kesejahteraan Negara yang baik. Dahulunya keadilan ekonomi sangat ditekankan, dimana

setelah itu kebebasan politik mulai diperhitungkan.

A. kriteria konstitusi yang baik

1. Mesti Tertulis.

Konstitusi mesti tertulis dimana akan lebih disukai tercatat dalam satu document. Disini

akan tampak jelas struktur garis besar dari sistem pemerintahan, merapikan fungsi dan

kekuatan legislative, executive, dan alat tubuh pengadilan, bahkan menentukan fungsi

sikap penggunaan pemerintahaan. Meskipun inggris telah memerintah Negara mereka

hingga beberapa abad tampa konstitusi yang tertulis, namun pengakuan secara universal

bahwa konstitusi yang tertulis sesuai untuk menuju demokrasi.


2. Harus Nyata.

Konstitusi harus nyata dan tepat. Ia juga harus bebas dari kedwiartian dan bahasa yang

tidak jelas, jadi setiap kata dan susunan kalimat mesti jelas artinya. Ada masa dimana

Konstitusi akan ditafsiran oleh pengadilan. Jika bahasa didalamnya terkesan samar –

samar, maka akan melahirkan konflik didalam penafsirannya.

3. Wajib luas.

Satu kontitusi yang baik adalah luas. Konstitusi secara jelas menentukan fungsi dan

kekuatan dari bermacam alat tubuh pemerintahan, dan meletakkan sikap pendirian

pemerintahan. Konstitusi yang ringkas kemungkinan besar bisa menjadi permainan

tangan pengadilan. Kita ketahui bersama bahwa Amerika serikat memiliki konstitusi ini,

namun kita sangat tau bahwa konstitusi Amerika adalah keputusan hakim.

4. Harus Rigid.

Konstitusi harus memiliki kekuasaan legal yang tinggi daripada hukum biasa. Ini tidak

bisa diamendment dengan seenaknya layaknya hukum biasa. Konstitusi flexible kita

ketahui bahwa ia tidak stabil. Kemungkinan besar konstitusi ini akan menjadi permainan

para politikus. Dibawah konstitusi flexible keadilan rakyat tidak terjamin. Bisa saja

keputusan partai bermain dibalik hak kebebasan rakyat. Akan tetapi konstitusi juga

jangan terlalu rigid. Konstitusi rigid kemngkinan besar akan menghalangi perkembangan

dan menimbulkan pergelokan bangsa.


Untuk menghindari hal diatas: H. J. Laski mengusulkan beberapa metode untuk

amendment konstitusi: didalam Negara persatuan untuk mengamendementkan konstitusi

diperlukan 2 atau 3 persen minoritas, untuk mewakili proses perubahan ini, sedangkan

Negara federal, memberikan konstitusi untuk diubah kepada hukum konstitusional yang

akan diusulkan ke legislature dengan cara sidang berturut – turut, dimana menghadirkan

2 atau 3 persen mayoritas didalamnya.

5. Mesti mengandung programa keadilan.

Tujuan akhir Negara pada dasarnya adalah untuk mensejahterakan rakyat, sedangkan

kesejahteraan itu terletak sejauh mana rakyat merasakannya. Semua pemikir modern

setuju dengan perihal diatas, dimana ada beberapa dasar keadilan individual yang harus

terjamin oleh konstitusi.

6. Harus menjamin kebebasan pengadilan.

Kebebasan pengadilan sangat diperlukan untuk mensuksekan jalannya demokrasi. Tiada

ujian mutu yang baik sekali dari pemerintahan daripada ketepatgunaan sistem pengadilan.

Peraturan pengadilan menjadi sangat diperlukan, dimana terletak sifat – sifat dasar jelas

dan nyata, begitu juga para hakim mesti adil, dari inilah diperlukan kebebasan pengadilan

dan jaminannya harus tertulis didalam konstitusi.

7. Mesti sesuai dengan aspirasi dan keinginan rakyat.

Konstitusi ini mencerminkan nilai budaya dan kecerdasan bangsa. Disini merupakan

prinsip dasar ringkasan universal, yang mana jika keserasian dan ide – ide rakyat tidak

dibutuhkan, maka mustahil untuk diwujudkan.


Aliran – aliran hukum

Berbagai aliran hukum;

1). Aliran Legisme adalah aliran yang berpendapat bahwa satu-satunya hukum adalah

undang-undang atau bahwa diluar undang-undang tidak ada hukum. Aliran tersebut

timbul setelah adanya kodifikasi hukum di negara Perancis yang menggangap Code Civil

Perancis sudah sempurna, lengkap serta dapat menampung seluruh masalah hukum maka

timbulah aliran Legisme (wettelijk positivisme).

2. Aliran Freie Rechtslehre adalah aliran bebas yang hukumnya tidak dapat dibuat oleh

badan legislatif, menyatakan bahwa hukum terdapat di luar undang-undang.

3. Aliran Rechtsvinding (penemuan hukum) merupakan akuran yang timbul dalam

perkembangan pandangan hukum lebih lanjut. Terhadap pandangan-pandangan dari

aliran Legisme dan Freie Rechtslehre timbul perubahan karena berikut ini:

a. Hukum harus berdasarkan asas keadilan masyarakat yang terus berkembang.

b. Ternyata pembuat undang-undang tidak dapat mengikuti kecepatan gerak masyarakat

atau proses perkembangan sosial sehingga penyusunan undang-undang selalu

ketinggalan.

c. Undang-undang tidak dapat menyelesaikan tiap maslah yang timbul Undang-undang

tidak dapat terinci (mendetail) melainkan hanya memberikan algemeene richtlijnen

(pedoman umum) saja.

d. Undang-undang tidak dapat sempurna, kadang-kadang digunakan isitilah-istilah yang

kabur dan hakim harus memberikan makna yang lebih jauh dengan cara memberi
penafsiran.

e. Undang-undang tidak dapat lengkap dan tidak dapat mencakup segala-galanya. Di sana

sini selalu ada leemten (kekosongan dalam undang-undang), maka hakim harus

menyusunnya dengan jalan mengadakan rekosntuksi hukum, rechtsverfijning atau

argumentum a contracio.

Perbedaan prinsipil antara ketiga aliran tersebut ialah sebagai berikut:

1. Dari segi pandangan.

Menurut aliran legisme hukum adalah undang-undang, diluar undang-undang tidak ada

hukum, Menurut aliran Rechsvinding hukum terdapat di dalam dan diluar undng-undang.

2. Dari segi yurisprudensi.

Menurut aliran legisme, yurisprudensi adalah sekunder. Menurut aliran Freie Rechtslehre,

Yurisprudensi dapat dikatan primer dan juga sekunder.

3. Dari segi tujuannya.

Aliran-aliran Legisme bertujuan untuk mendapatkan kesatuan dan kepastian hukum.

Menurut aliran Freie Rechtslehre bertujuan memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan

cara memberi kebebasan pada hakim tanpa melihat pad undang-undang tetapi menghayati

tata kehidupan sehari-hari. menurut rechtsvinding mempunyai tujuan agar setiap saat

hakim dapat menemukan hukumnya dalam mengadili suatu perkara.

4. Dari segi pembentukan hukum.


Menurut aliran Legisme, hukum terbentuk karena undang-undang.
Menurut aliran Freie Rechtslehre, hukum terbentuk karena peradilan (rechtspraak).
Menurut aliran rechtsvinding, hukum karena:

a. Wetgeving (pembentuk undang-undang).

b. Adminitratie (tata usaha).

c. Rechtspraak atau peradilan.

Di dalam Rechsvinding, hakim terikat pada undang-undang tetapi bebas untuk


menerapkan (gebonden vrijheid) sedangkan dalam aliran Rechslehre hakim bebas tak
terikat pada undang-undang.

Etika dan keadilan

1. Perbedaan Etika, Keadilan dan kebajikan :

a. Etika berasal dari bahasa yunani (ethos) yang berarti kebiasaan/watak. Yaitu disiplin

ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta

pembenarannya.

b. Keadilan merupakan suatu nilai yang luhur merupakan nilai perserikatan dan sekaligus

juga nilai perwatakan.

c. Kebajikan merupakan pengetahuan dan kebiasaan atau merupakan semacam kearifan

atau suatu bentuk kebijaksanaan.

2. Hubungan etika dengan keadilan dan kebajikan :


- Etika sebagai salah satu cabang dari penelaahan filsafat dan khusus mempelajari asas-

asas baik dan buruk dalam perilaku manusia maupun asas-asas benar dan salah dalam

perbuatan manusia menyangkut moralitas manusia, maka keadilan menjadi salah satu

unsur yang pokok dalam bidang etika dan kebajikan menjadi isi substantif dan ruang

lingkup dari etika.

- Ide keadilan dengan segenap seginya termasuk dalam bidang kebajikan, karena itu

termasuk pula dalam bidang etika.

3. Perbedaan antara orang yang adil dan bertindak adil :

Orang adil yaitu orang yang mempunyai keinginan atau pikiran untuk berbuat adil atau

memiliki dorongan batin yang kuat untuk berbuat adil. Sedangkan tindakan adil yaitu

perwujudan dari keinginan atau dorongan batin untuk berbuat adil dengan dibuktikan

melalui tindakan atau solusinya.

Misalnya : Seorang pemimpin organisasi termasuk orang yang adil karena sudah

dipercaya oleh bawahannya untuk memimpin dan berkeinginan untuk melayani dan

memuaskan bawahannya. Ia bertindak adil dengan menilai bawahannya berdasarkan rajin

dan malas.

4. Salah satu prinsip good governance adalah akuntabel.

Akuntabel dalam hal ini adalah Tata pemerintahan yang bertanggung jawab atau

bertanggung gugat. Hubungan Akuntabel dengan etika administrasi negara : Instansi

pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan


kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian halnya dengan

kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya.

5. Ciri-ciri dari orang yang adil :

a. Memberikan perlakuan, pelayanan dan pengabdian yang sama tanpa membeda-

bedakan atau pilih kasih kepada semua pihak. Contohnya : Dalam memberikan

pelayanan publik hendaknya kita tidak membedakan status sosial orang yang kita

layani. Setiap orang kita berikan pelayanan yang baik tanpa pilih kasih.

b. Memberikan perbedaan perlakuan asalkan berdasarkan pertimbangan yang adil

atau alasan yang benar. Contohnya : Tamu kehormatan perlu diperlakukan atau

dilayani dengan sangat baik atau lain dari biasanya karena hal ini menyangkut nama

baik suatu organisasi.

c. Seseorang yang menjalankan fungsinya masing-masing yang paling cocok tanpa

mencampuri pekerjaan pihak lain (plato). Contohnya : mengerjakan pekerjaan dengan

benar tanpa mencampuri pekerjaan orang lain.

d. Seseorang yang memiliki keutuhan watak yang hidup sesuai asas-asas yang ajeg

dan tidak bisa diselewengkan dari asas-asas itu oleh pertimbangan keuntungan,

keinginan atau perasaan hati (stanley). Contohnya : orang yang mempunyai intensitas

dan mempunyai prinsip-prinsip hidup konsisten yang tidak dikuasai oleh

pertimbangan keuntungan hasrat pribadi, atau perasaan hati.


e. Seseorang yang tidak mau berbuat salah (walaupun ia boleh melakukannya), secara

keras menolak mengambil barang yang berharga (walaupun tidak ada resikonya

ketahuan), tidak bersifat munafik agar kelihatan adil, melainkan secara tulus dan tulen

ingin mempunyai watak yang adil.

f. Orang yang dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Contohnya : memberikan

uang jajan yang berbeda kepada anak SD dan anak SMA.

g. Orang yang mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Contohnya : dalam

musyawarah keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak untuk kepentingan

orang banyak.

h. Orang yang membenarkan yang benar dan menghukum yang salah. Contohnya :

hakim yang adil menjatuhkan vonis tidak bersalah bila orang tersebut benar-benar

tidak bersalah dan menghukum bila benar-benar terbukti bersalah.

i. Orang yang melakukan tindakan konkret yang memberikan kepada setiap orang apa

yang semestinya. Contohnya : Melayani setiap orang dengan tulus.

j. Orang yang memberikan perlakuan yang layak terhadap orang lain dalam

pembagian dan pertukaran barang dan jasa. Contohnya : memberikan upah yang

sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.

k. Orang yang memperbaiki kesalahan dengan jalan memberikan hukuman kepada

pihak yang melakukan kesalahan itu.


l. Orang yang memperbaiki kesalahan dengan jalan memberi ganti rugi kepada pihak

korban dari kesalahan itu.

m. Orang yang melakukan tindakan yang tidak memihak.

n. Orang yang melakukan tindakan yang sah menurut hukum.

o. Orang yang melakukan tindakan yang pantas.

p. Orang yang melakukan tindakan untuk kebaikan bersama dan kesejahteraan

masyarakat.

q. Orang yang menghargai berbagai kebebasan dasar dari setiap orang.

Sumber – sumber hukum

sumber - sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan terbentuknya

peraturan-peraturan. Peraturan tersebut biasanya bersifat memaksa. Sumber-sumber

Hukum ada 2 jenis yaitu:

1. Sumber-sumber hukum materiil, yakni sumber-sumber hukum yang

ditinjau dari berbagai perspektif.

2. Sumber-sumber hukum formiil, yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie,

traktat dan doktrin


PENUTUP

Undang – undang bukanlah pengikat manusia dalam bernegara saja tapi juga kelompok,

suku bahkan rumah tangga. Hukum adalah konsep penyetaraan segala aspek

kemanusiaan, antara miskin dan kaya, hitam dan putih, barat dan eropa, Indonesia dan

china semunya sama dimata hukum walaupun perbedaan dikeyakinan namun disamakan

mata hukum Negara. Sedangkan dari sisi etika dan keadilan merupakan suatu prilaku

yang pada dasarnya tidak jauh dari pada ajaran lingkungan, pendidikan, keluarga dan

yang paling utama adalah agama. Jika didikan agama di ikuti maka akan mulia pula

etikanya sehingga melahirkan keadilan yang tidak memandang bulu.

Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal,


sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik.


PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram


Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain


Agarwal, sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.
PARTAI POLITIK

Pendahuluan

Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan

sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau

sekelompok individu untuk meraih kekuasaan,argumen seperti ini sudah biasa kita dengar

di berbagai media massa ataupun seminar-seminar yang kita ikuti khususnya yang

membahas tentang partai politik.

Definisi Partai Politik

Partai politik, per definisi, merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-

bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa

menjalankan program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog,

dan misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga

mempunyai pengurus dan massa.

Ada pula Roger F Saltou yang mendefinisikan partai politik sebagai kelompok warga

negara yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan

politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk

menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.

Asal Usul partai politik Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu

Politik” berasal dari 3 teori yaitu :


1. teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan

timbulnya partai politik.

2. teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sistem

politik mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang

luas.

3. teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial

ekonomi

Fungsi-Fungsi Partai Politik

Partai politik sebagai sebuah instrumen politik memiliki beberapa macam fungsi partai

politik diantaranya.

a. melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para

anggota masyarakat

b. rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik.

c. partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin

pemerintahan.

d. pemandu kepentingan, mengatur lalu lintas kepentingan yang seringkali

bertentangan dan memiliki orientasi keuntungan sebanyak-banyaknya.


e. komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi

mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada

pemerintah.

f. pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari

perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok.

g. Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan,

kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah.

Sistem Partai Politik

Maurice Duverger membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu :

A. Sistem partai Tunggal

Sistem partai ini biasanya berlaku di dalam negara-negara Komunis seperti Cina dan Uni

Soviet

B. Sistem dua partai

Sistem partai seperti ini dianut sebagian negera yang menggunakan paham liberal

pemilihan di negara-negara tersebut mengguanakan sistem distrik. Negara yang

menganut sistem dua partai adalah Amerika Serikat dan Inggris.

C. Sistem Multipartai

Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di dalam ssitem ini

menganut partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari dua partai.
ciri-ciri partai politik adalah :

1. Berakar dalam masyarakat lokal

2. Melakukan kegiatan terus menerus

3. Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan

4. Ikut serta dalam peilihan umum.

Tujuan Partai Politik

Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi empat tipe yaitu[ 7] :

1. Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.

2. Partai politik berdasarkan kepentignan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.

3. Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.

4. Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.

Penutup

Partai politik sebagai salah satu instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih

kekuasaan.Selain memiliki tujuan yang jelas adapula fungsi-fungsi yang harus dijalankan

yaitu rekrutmen politik, komunikasi politik, pengendali konflik dan lain-lain. Disamping

itu partai politik merupakan representasi dari beberapa kelompok yang ada di dalam

masyarakat. Oleh karena itu partai politik perlu kita pelajari.


Sumber Bacaan:

1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram

Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal,

sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik.

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram

Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain

Agarwal, sanjay Place – Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama.


TRIAS POLITIKA

PENDAHULUAN

Trias politika adalah mesin yang menjalankan roda pemerintahan, dengan adanya

eksekutif, legislative dan yudikatif lajunya pemerintahan bisa terkoordinir dengan baik.

Disisi lain ketiga mesin tersebut dipilih langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab

terhadap rakyat bukan golongan atau lembaga yang mengusung mereka.

1. Eksekutif

eksekutif adalah cabang pemerintahan bertanggung jawab mengimplementasikan, atau

menjalankan hukum. Figur paling senior secara de facto dalam sebuah eksekutif merujuk

sebagai kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada administrasi, dalam

sistem presidensiil, atau sebagai pemerintah, dalam sistem parlementer.

Fungsi – fungsi

1. Distribusi keuangan

2. Fungsi judicial

3. Mengadakan diplomasi dengan luar

4. Kekuasaan atas militer

5. Menjalankan hukum dan pemerintahan

6. Kekuatan legislatif
2. Legislative

Legislatif adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif

dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, kongres, dan asembli nasional. Dalam

sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam sistem

Presidentil, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif.

Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk

menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga

kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.

Fungsi – fungsi

1. Badan pembuat undang – undang

2. Keuangan

3. Fungsi judicial

4. Fungsi unsur pokok constituent

5. Fungsi pelaksana pemilihan

6. Pengontrol kebijakan luar

7. Pendengar keluhan rakyat

3. Yudikatif

Lembaga kehakiman (atau kejaksaan) terdiri dari hakim, jaksa dan magistrat dan

sebagainya yang biasanya dilantik oleh kepala negara masing-masing. Mereka juga
biasanya menjalankan tugas di mahkamah dan bekerjasama dengan pihak berkuasa

terutamanya polisi dalam menegakkan undang-undang.

Fungsi – fungsi

1. Menetapkan hukum khusus

2. Menterjemahkan hukum

3. Membuat hukum baru

4. Menjelaskan undang – undang

5. Memberi gagasan atau nasehat

6. Memperjuangkan hak rakyat

PENUTUP

Trias politika adalah ujung tombak negara bahkan wali bagi masyarakat. Dalam

menjalankan amanah dari rakyat ketiga penguasa tersebut harus bisa bekerjasama dalam

menjalankan roda pemerintahan kearah yang lebih baik. Negara akan berkembang pesat

bahkan rakyatpun sejahtera jika ketiga pemimpin tersebut menerima saran dan kritikan

serta menjalankan tanggung jawab dengan ikhlas dan benar.

Anda mungkin juga menyukai