Anda di halaman 1dari 3

MATERI 1

KELAHIRAN PANCASILA; ANTARA NILAI DAN ISTILAH

Tujuan Mempelajari Pancasila


Mengetahui Pancasila yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara
yuridis konstitusional maupun secara objektif ilmiah
1. Secara Yuridis Formal: Pancasila adalah dasar negara yang dipergunakan sebagai dasar
untuk mengatur / menyelenggarakan pemerintahan negara
-> menggunakan penafsiran secara konstitusional
2. Secara Objektif Ilmiah: Pancasila adalah sebuah faham filsafat / philosophical way of
thinking / philosophical system sehingga uraiannya harus logis diterima oleh akal sehat.

Definisi Pancasila

Secara Bahasa
Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa Kasta
Brahmana)
Menurut M Yamin:
pañca berarti lima
śila berarti batu sendi, alas, dasar
śīla berarti peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh
dalam bahasa Jawa, kata sila dikenal dengan kata susila yang memiliki hubungan dengan
moralitas

Secara Istilah
Pancasila adalah nama dasar negara Republik Indonesia

PANCASILA DALAM KHAZANAH BUDHA


Pancasila adalah ajaran dasar moral agama Buddha, yang ditaati oleh pengikut
Siddhartha Gautama. Kata Pancasila ini berasal dari Bahasa Sansekerta pañcaśīla dan berarti
adalah Lima Tingkah Laku Baik.
Dalam agama Buddha, mentaati Pancasila dianggap merupakan sebuah dharma.
Pancasila berbunyi sebagai berikut:
1. Tidak akan membunuh makhluk hidup (nilai kemanusiaan).
2. Tidak akan mengambil sesuatu yang tak diberikan kepadaku (nilai keadilan).

1
3. Tidak akan bermain pria atau wanita (berzinah secara keterlaluan, nilai keluarga).
4. Tidak akan berbohong (nilai kejujuran).
5. Tidak akan kecanduan apapun jua (nilai pembebasan).

PANCASILA DALAM KHAZANAH ISLAM


Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Pancasila atau Sepuluh Perintah Tuhan
versi Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam 6:150-153 di
mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):

Tauhid (Nilai Pembebasan)


1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya
Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka
janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan
mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,

Nikah (Nilai Keluarga)


2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks, seks bebas dan
incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan

Hayat (Nilai Kemanusiaan)


5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya).

Adil (Nilai Keadilan)


6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa.
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
8. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah
kerabat (mu), dan

2
Amanah (Nilai Kejujuran)
9. penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,
10. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa.
Janji Allah termasuk yang disebutkan dalam QS Al-Qur'an surat 36:60 dan 9:111.

Pancasila Dalam Wacana Nenek Moyang


Istilah Pancasila telah dikenal pada masa Majapahit pada Abad XIV. Tertera di dalam
buku Nagarakertagama karangan Prapanca tahun 1365 dan buku Sutasoma karangan
Tantular. Dalam buku Negarakertagama istilah pancasila terdapat pada bait:
“Yatneggegwani pancasyiila kertasangskarbhisekaka karma ” artinya “raja menjalankan
dengan setia kelima pantangan (pancasila), begitu pula upacara-upacara ibadat dan
penobatan-penobatan.
Dalam buku Sutasoma Pancasila berarti berbatu sendi yang kelima. Juga berarti
pelaksanaan kesusilaan yang lima (panca karma), yaitu
1. tidak boleh melakukan kekerasan
2. tidak boleh mencuri
3. tidak boleh berjiwa dengki
4. tidak boleh berbohong
5. tidak boleh mabuk minuman keras
Sisa-sisa pengaruh moral ajaran Budha masih dikenal dalam masyarakat Jawa yang
disebut dengan “lima larangan” atau “lima pantangan” atau “ma lima” yaitu:
1. mateni, artinya membunuh
2. maling, artinya mencuri
3. madon, artinya berzina
4. mabok, artinya meminum minuman keras atau menghisap candu
5. main, artinya berjudi

Anda mungkin juga menyukai