Anda di halaman 1dari 14

BAB II AQIDAH ISLAM, SYIRIK, ADAT ISTIADAT, SELUK BELUK SEDEKAH LAUT

A. Aqidah Islam

1. Pengertian Aqidah Islam Aqidah adalah masalah yang paling fundamental dalam ajaran Islam, karena
aqidah adalah merupakan dasar konsepsi dari keseluruhan ajaran Islam. Sehingga diterima atau tidaknya
amal perbuatan manusia/ muslim, di sisi Allah sangat bergantung pada aqidahnya itu sendiri. Secara
etimologi, aqidah berasal dari kata ‫ﻋﻘﺪ‬yang artinya ikatan. Kata ‫ ﻋﻘﺪة‬jamaknya ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ‬artinya tali
pengikat.1 Secara terminologi (istilah) menurut Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy adalah urusan yang
harus dibenarkan dalam hati dan diterimanya dengan cara puas, serta tertanam kuat ke dalam lubuk
jiwa dan tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat.2 Dengan demikian, aqidah itu merupakan
keimanan atau kepercayaan dan sebagai organ tubuh yang berdiri tegak di atas syari’at Islam. Hal ini
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Nasiruddin Razak yang menyatakan bahwa aqidah masalah
fundamental dalam Islam dan ia merupakan titik tolak permulaan muslim. Sebaliknya tegaknya aktivitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu
memiliki aqidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia miliki.3 Pengertian aqidah itu meliputi enam
prinsip yaitu : a. Mengenal Allah, asma dan sifat Allah yang Maha tinggi dan sempurna, juga mengenal
bukti-bukti wujud Allah dengan mengenal kebesaran Allah yang tampak di alam atau di dunia ini.
1 Louis Ma’luf, Al Munjid, Dar al Masyrid, Beirut, 1997, hlm. 519. 2 TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 187. 3 Nasiruddin Razak, Dienul Islam,
PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1981, hlm. 120.

12

b. Mengenal alam yang ada di balik alam semesta ini. Yakni alam yang tidak dapat dilihat dan ketentuan
di alam gaib itu seperti ketentuan kebajikan yang dimiliki oleh malaikat/kekuatan atau kejahatan yang
dimiliki oleh iblis dan syaitan-syaitan menjadi tentaranya dari golongan syaitan. Selain itu ma’rifat
dengan apa yang di dalam alam yang lain lagi seperti jin. c. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada rasul-Nya. Kepentingannya ia dijadikan sebagai batas untuk mengetahui antara yang
haq dan yang bathil, yang baik dan yang jelek, yang halal dan yang haram dan antara yang bagus dan
yang buruk. d. Ma’rifat dengan nabi-nabi dan rasul Allah yang dipilih oleh-Nya untuk menjadi
pembimbing ke arah petunjuk serta pemimpin seluruh mahluk guna menuju kepada yang hak. e.
Ma’rifat kepada hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti kebangkitan dari
kubur, memperoleh balasan pahala atau sisksa dan neraka. f. Ma’rifat kepada takdir, (Qadha’ dan
Qadhar) yang di atas landasan itulah berjalannya peraturan segala yang ada di alam semesta ini, baik
dalam penciptaan atau cara mengaturnya.4 Jelaslah di dalam agama Islam aqidah diterima umat Islam
sebagai suatu kebenaran yang diimani, maka percaya akan kebenaran Nabi Muhammad sebagai utusan-
Nya. Aqidah Islam yang demikian itu bukan merupakan produk akal manusia melainkan dari Allah yang
diterima manusia melalui Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat al-Kahfi
ayat 110 yang berbunyi :
4 Sayyid Syabiq, Aqidah Islamiyah Pola Hidup Manusia Beriman, CV.
Diponegoro, Bandung, 1986, hlm. 16-17.

13

ِ‫ﻗﹸﻞﹾ ﺇ‬‫ﻧ‬‫ﻤﺎ ﺃﹶ‬‫ ﻧﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺸ‬‫ﺮ ِﻣﺜﹾﻠﹸﻜﹸ‬‫ﻢ‬ ‫ﻳﻮ‬‫ﺣﻰ ﺇِﻟﹶ‬‫ﻲ ﺃﹶ‬‫ﻧ‬‫ﻤﺎ ِﺇﹶﻟﻬ‬‫ﻜﹸ‬‫ﻢ ﺇِﻟﹶ‬‫ ﻪ‬ِ‫ﻭﺍﺣ‬‫ﺪ ﻓﹶ‬‫ﻤ‬‫ ﻦ ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬َ‫ ﺟﻮﺍ ﻟِﻘﹶﺎﺀ‬‫ﺭ‬‫ﺑ ِﻪ ﻓﹶﻠﹾ‬‫ﻴ‬‫ﻌ‬‫ ﻤﻞﹾ‬‫ﻋ‬‫ ﻤﻠﹰﺎ‬
ِ‫ﺻﺎﻟ‬‫ ﺤﺎ‬‫ ﻭﻟﹶﺎ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺸﺮ‬ِ‫ﻙ ِﺑﻌ‬‫ﺒﺎ‬ِ‫ ﺩﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺑ ِﻪ ﺃﹶ‬‫ﺣ‬‫ ﺍﻟﻜﻬﻒ‬: 110( ) ‫ﺪﺍ‬

Artinya : Katakanlah sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku : “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa berharap
perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.5 Dari berbagai pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa aqidah Islamiyah adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang
hendaknya diakui kebenarannya tanpa ragu-ragu, karena aqidah merupakan masalah yang mendasar
dalam Islam, juga akan menentukan jalan hidup manusia yang meliputi keimanan kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan yang diwahyukan Rasul-Nya dan hari akhir serta lainnya
yang bersifat gaib. Aqidah atau keyakinan pada hakikatnya mendasari beberapa aspek yaitu :

a. Aspek Syari’ah Syari’ah adalah hukum agama yang diamalkan menjadi perbuatan-perbuatan yang
bertalian dengan agama Islam juga dikatakan suatu undang-undang atau perbuatan yang menghasilkan
keadilan.6 Syari’ah juga bisa diartikan sebagai suatu tata cara pengaturan tentang sikap perilaku
manusia guna mencpai ridla Allah, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat al-Jatsiyah ayat 18 :

5 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur'an, Al-Qur'an dan


Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1989, hlm. 460 6W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hlm. 986.

14

‫ﹸﺛﻢ‬ ‫ﺟ‬‫ﻌﻠﹾ‬‫ﻨﺎ‬‫ ﻙ‬‫ ﻋﻠﹶﻰ‬‫ﺷﺮِﻳ‬ِ‫ﻌ ٍﺔ ﻣ‬‫ﻦ ﺍﻟﹾﺄﹶ‬‫ﻣﺮِ ﻓﹶﺎ‬ِ‫ﺗﺒ‬‫ﻌ‬‫ ﻬﺎ‬‫ ﻭﻟﹶﺎ‬‫ﺗ‬ِ‫ﺘﺒ‬‫ﻊ ﺃﹶ‬‫ﻫ‬‫ﻮﺍﺀَ ﺍﻟﱠﺬِﻳ‬‫ ﻦ ﻟﹶﺎ‬‫ﻳ‬‫ﻌﻠﹶ‬18 : ‫ (ﻤﻮﻥﹶ ) ﺍﳉﺎﺛﻴﺔ‬Artinya :
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”7 (QS. al-
Jatsiyah : 18) Tujuan syari’ah ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma’ruf nahi
munkar. Syari’ah membagi ma’ruf menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Fardlu atau wajib 2) Sunnah atau
mustahab 3) Mubah atau boleh Selanjutnya syari’ah membagi munkarat menjadi dua, yaitu : 1) Haram
2) Makruh

b. Aspek Akhlak Secara etimologi akhlak berarti perbuatan, dan ada sangkut pautnya dengan kata khalik
dan makhluk yang meliputi : 1) Akhlak manusia terhadap Sang Khalik 2) Akhlak manusia terhadap
makhluk, seperti manusia, flora, fauna, tetangga, keluarga, dan masyarakat.8 Pengertian akhlak
menurut Dr. Ahmad Amin menyatakan, akhlak adalah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan
yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah yang hak atau yang bathil.9

7Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an, op. cit., hlm. 817.


8 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya, Rajawali
Press, Jakarta, 1991, hlm. 30. 9 Ahmad Amin, Al-Akhlak, Jembatan, Jakarta, 1957, hlm. 1.

15

Dan menurut Prof. Dr. Amin Syukur MA, akhlak adalah suatu ilmu yang menerangkan pengertian baik
buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam hubungan dengan sesama
manusia, menjelaskan tujuan yang seharusnya dituju dan menunjukkan jalan untuk melakukan sesuatu
yang seharusnya diperbuat.10 Sedangkan akhlakul karimah berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak
yang mulia. Akhlakul karimah biasanya disamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur dan memiliki
sifat-sifat terpuji (mahmudah). Oleh karena itu, akhlakul karimah memiliki dimensi penting di dalam
pertanggungjawaban secara vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal apabila dikerjakan
mendapat pahala dari Allah SWT, dan apabila ditinggalkan akan mendapat azab dari-Nya. 2. Fungsi
Aqidah dalam Kehidupan Manusia Manusia harus memiliki aqidah atau kepercayaan yang benar, maka
aqidah itu sangat perlu bagi manusia dalam hidupnya. Sebab aqidah merupakan pelita hidup, tempat
berpijak dan tali berpegang. Sedangkan fungsi-fungsi aqidah dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Aqidah
sebagai pelita atau penerang Artinya dapat menyinari perjalanan hidup manusia dan membedakan
antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk. Sehingga dapat menentukan yang terbaik
(ke jalan Allah). b. Aqidah sebagai tempat berpijak Tegak ebrdirinya bangunan tergantung pada
landasannya. Jika ia memiliki dasar yang kuat maka akan berdiri kokoh dengan megahnya, begitu juga
sebaliknya, jika dasarnya tidak kuat bangunan di atasnya akan runtuh. c. Aqidah sebagai kompas
kehidupan Aqidah memberikan pedoman dan arah yang benar bagi manusia. Aqidah yang menjadi
segala sumber aktivitas akan membimbing

10 Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, CV. Bima Sejati, Semarang, 2000,
hlm. 118

16

manusia untuk selalu berbuat. Oleh karena itu jika berpegang teguh pada aqidah ia takkan terombang-
ambing dalam kehidupan. d. Aqidah sebagai kendali kehidupan Aqidah dapat digunakan sebagai
penangkal diri perbuatan dosa dan tercela serta hal-hal lain yang mengarah ke arah perbuatan yang
menyesatkan. Oleh karena itu aqidah menjadi benteng spiritual, lebih- lebih dizaman modern ini yang
lebih utama adalah alat produksi.11 e. Aqidah membebaskan manusia dari penghambaan kepada
sesama mahluk Orang yang mempunyai aqidah tauhid tidaklah mau menghambakan dirinya kepada
sesama mahluk bagiamanapun keadaannya. Karena mahluk ciptaan Allah itu hanyalah hamba Allah
semata.12 Fungsi aqidah identik juga dengan fungsi agama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Hendro Puspito dalam “Sosiologi Agama”, fungsi agama adalah : a. Fungsi Edukatif Dalam hal ini agama
sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan dalam hal-hal yang ‘sakral’, tidak dapat salah.
Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan petugas- petugasnya, baik di dalam upacara
keagamaan, khutbah, renungan, pendalaman rohani, dan lain-lain.13

b. Fungsi Penyelamat Agama memberikan jaminan keselamatan bagi manusia baik keselamatan di dunia
dan akhirat. Karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara yang khas untuk
mencapai kebahagiaan yang terakhir.

11 Hamka, Studi Islam, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1982, hlm. 82 12 Yusuf
Qardawi, Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan, Terj. Abdur Rahim Haris, Pustaka Progresif, Jakarta,
1992, hlm. 119 13 Hendropuspito, Sosiologi Agama, Kanisius, Jakarta, 1983, hlm. 38.

17

c. Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) Agama ikut bertanggung jawab atas adanya norma-norma
susila baik yang diperlakukan atas masyarakat manusia pada umumnya. Agama juga memberi sanksi-
sanksi yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang
ketat atas pelaksanaannya.14 d. Fungsi Memupuk Persaudaraan Agama mengajarkan pada setiap
manusia untuk selalu hidup aman, damai, dan sentosa tanpa adanya pertikaian. Agama mengajarkan
untuk menggalang persaudaraan dan kesatuan umat manusia.

Dapat diketahui bahwa fungsi agama Islam adalah sangat banyak bagi kehidupan manusia yang
menyangkut berbagai aspek kehidupan, sehingga tanpa agama tidak akan tercipta suatu kehidupan yang
bahagia, tenteram, sejahtera, dan tanpa agama manusia tidak akan mampu mengendalikan tingkah laku,
perbuatan, serta berbuat dengan sekehendak hati. Jadi agama Islam mendasarkan sepenuhnya pada al-
Qur'an dan Hadits untuk mencapai kemaslahatan dan menetapkan hukum dalam kancah kehidupan
manusia dan budaya diperlukan adanya ijtihad, yakni hasil usaha pencapaian akal budi manusia, namun
tak terlepas dari butir- butir pokok agama Islam yang terdapat al-Qur'an dan Hadits. Di antara yang
termasuk hasil ijtihad ini adalah ijma’, qiyas, istihsan, dan maslahat mursalah.15

Untuk menunjang kemurnian akidah dalam beragama lebih utamanya mengenai hal-hal yang dapat
merusak aqidah maka perlu diuraikan hal-hal yang dapat merusak aqidah yaitu syirik.

14Ibid, hlm. 44. 15 Muin Umar, dkk, Ushul Fiqh I, Poyek Pembinaan
Prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Jakarta, 1986, hlm. 98.

18
B. Syirik 1. Pengertian Syirik Syirik menurut bahasa adalah berasal dari kata syaraka yang berarti
mensyarikatkan atau menyekutukan. Sedangkan menurut istilah, Yunan Nasution dalam bukunya “Islam
dan Problema-problema Kemasyarakatan”, menjelaskan bahwa syirik menurut istilah syar’iyah adalah
sikap jiwa mensyarikatkan atau menyekutukan Allah.16 A. Hasan mengemukakan bahwa syirik itu asal
artinya ialah sekutu dan terkenal dalam agama ialah seseorang menyamakan sesuatu dengan Allah
tentang ibadah, minta-minta dan percaya dalam urusan gaib.17 Dari kedua pendapat di atas, baik dari
segi bahasa maupun dari segi istilah dapat ditarik kesimpulan bahwa syirik itu adalah perbuatan
penyelewengan terhadap ajaran agama Islam, yaitu mensyarikatkan atau menyekutukan Allah dengan
sesuatu dalam beribadah, meminta-minta sesuatu dalam urusan gaib kepada selain Allah. Syirik adalah
termasuk salah satu dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah SWT. Seorang muslim harus mengetahui
dan menyadari apa yang menjadi hak Allah terhadap dirinya dan apa yang menjadi haknya atas Allah.
Hak Allah atas diri manusia tidak lain adalah agar manusia mengabdikan dirinya kepada Allah tanpa
menyekutukan-Nya sedikitpun. Hak manusia atas Allah yaitu bahwa Tuhan tidak akan menyiksa hamba-
hamba-Nya yang tidak mempersekutukan-Nya dengan ciptaan/makhluk. Kemusyrikan manusia di dalam
agama itu terbagi menjadi dua macam, yaitu syirik besar (syirik akbar) dan syirik kecil (syirik ashghar),
seperti yang dikemukakan oleh A. Assalam dalam bukunya “Tanya Jawab Masalah Aqidah”, ia membagi
syirik sebagai berikut :

16HM. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyrakatan, Bulan


Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 33. 17A. Hasan, At-Tauhid, CV. Diponegoro, Bandung, 1982, hlm. 38.

19

“Syirik terbagi menjadi dua. Pertama syirik besar, seperti mengambil pasangan untuk berdoa, berharap
sebagai objek ketakutan dan korban atau ditujukan dalam satu bentuk peribadatan. Kedua adalah syirik
kecil, batasannya menurut sementara ulama adalah sesuatu yang dinyatakan dalam teks-teks agama (al-
Qur'an dan Hadits), tetapi tidak mencapai tingkatan syirik besar, umpamanya seseorang mengatakan,
“apa yang dikehendaki Allah”, atau bersumpah atas nama selain Allah. Sementara ulama yang lain
mendefinisikan syirik kecil adalah semua cara dan penyebab kepada syirik besar”.18 Sedangkan Hasan
Basyri juga membagi syirik atas dua bagian,

yaitu : a. Syirik Besar (Akbar) Ialah beribadah kepada Tuhan lain di samping Allah, baik Tuhan berbentuk
binatang, matahari, bulan, batu, anak lembu, sapi, manusia, atau makhluk lain. b. Syirik Kecil (Ashghar)
Ialah termasuk dosa-dosa besar yang ditakutkan bagi pelakunya akan meninggal dalam keadaan kufur
manakala Allah tidak mengampuninya dan selama dia tidak bertaubat kepada-Nya sebelum
meninggal.19 Kemudian perkara atau perbuatan-perbuatan syarik atau membawa kepada syirik dan
kufur oleh A. Hasan disebutkan antara lain adalah : a. Menyembah berhala, binatang, kayu, batu. b.
Minta pertolongan kepada manusia, binatang, pohon, dan makhluk lain dalam urusan agama. c.
Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. d. Meminta hujan kepada binatang-
binatang atau arwah orang-orang yang sudah mati. e. Menganggap kayu, batu, kuburan mempunyai
berkah.
18A. A. Muhammad Assalam, Tanya Jawab Masalah Aqidah, Bina Menteng
Raya Perdana, Jakarta, 1989, hlm. 107. 19Hasan Basyri, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik,
Ramadhani, Solo, 1991, hlm. 72.

20

f. Tunduk merendahkan diri pada kuburan, batu, kayu, besi, dan sebagainya yang dipandang mempunyai
keramat. g. Beribadah semata-semata supaya dipuja makhluk.20 Sedangkan kategori/yang termasuk
syirik besar menurut Bey Arifin adalah sebagai berikut : a. Nazar yang bukan karena Allah Nazar adalah
sesuatu yang diwajibkan oleh seseorang kepada dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Nazar yang bathil (rusak) bila nazar itu bukan karena Allah atau untuk maksiat kepada- Nya.21 b. Minta
perlindungan kepada selain Allah Minta perlindungan atau isti’adzah menginginkan dan mencari
perlindungan pemeliharaan dan pengamanan dari kejahatan dan dari orang jahat,22 seperti meminta
perlindungan pada makhluk halus. Perbuatan yang termasuk syirik ashghar adalah : a. Bersumpah
kepada selain Allah Bersumpah adalah mengagungkan, dan pengagungan adalah ibadah dan ibadah
(penyembahan) tidak boleh kecuali hanya karena Allah. Jadi, orang yang bersumpah karena nenek
moyangnya atau selain Allah adalah termasuk syirik. b. Memakai kalung dan benang untuk
menghilangkan dan menolak balak c. Menggantung jimat Yaitu semacam kalung yang dibuat dari dahan-
dahan kayu kecil yang disusun rapi, kemudian digantungkan di leher anak-anak dengan maksud untuk
menolak jin atau sejenis lainnya.23

d.

20A. Hasan, loc. cit. 21Bey Arifin, Bersihkan Tauhid dari Noda Syirik, Bina
Ilmu, Surabaya, t.th., hlm. 59. 22Ibid, hlm. 61. 23Hasan Basyri, op. cit., hlm. 78.

21

c. Mantera Mantera menurut Hasan Basyri ialah mengucapkan kata-kata dan gumam-gumam yang
dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dengan keyakinan bahwa kata-kata itu dapat menolak kejahatan
dengan bantuan jin atau mengulang-ulang nama-nama asing atau kata- kata yang tidak dimengerti.24
Mantera yang diharamkan ialah yang mengandung ucapan meminta pertolongan kepada selain Allah,
atau ucapan yang bukan dari bahasa Arab yang kadangkala mengandung makna kekufuran atau
kemunafikan. e. Sihir Sihir adalah termasuk perbuatan syirik yang telah dilarang oleh Islam. Sihir adalah
cara penipuan dan pengelabuan yang dilakukan dengan cara memantera, menjampi, mengikat,
meniup.25 Sihir termasuk syirik karena mengandung makna, meminta pertolongan kepada selain Allah,
yaitu meminta bantuan jin dan setan atau binatang, dan lain-lain. Memang syirik yang penulis bahas ini
bukannya kepercayaan terhadap pencipta selain Allah atau tentang kepercayaan terhadap beberapa
Tuhan disamping Allah yang ikut menciptakan alam ini, tetapi syirik yang penulis angkat disini adalah
perbuatan-perbuatan beribadah yang dikerjakan kepada selain Allah, meskipun tetap mengakui tentang
ke- Esaan Allah (aqidah tauhid). Oleh karena itu bolehlah perbuatan- perbuatan tersebut dinamakan
“syirik dalam beribadah”. 2. Faktor-faktor Penyebab Syirik Perbuatan syirik itu bukannya tanpa sebab,
tetapi terdapat faktor- faktor yang mendorong manusia untuk melakukan itu, yang merupakan sebab
timbulnya syirik dalam beribadah tersebut. Sebab-sebab itu antara lain adalah :

24Ibid, hlm. 79. 25Ibid, hlm. 80.

22

a. Kepercayaan adanya lebih dari satu pencipta. Kepercayaan semacam ini tidak terjadi pada seorang
muslim, karena Islam tidak mengajarkan hal tersebut, seperti agama Nasrani yang mengajarkan bahwa
Tuhannya terdiri dari tiga, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Juga agama Buddha
memanifestasikan Tuhannya menjadi tiga bentuk, yaitu Brahma, Syiwa, dan Wisnu, yang masing-masing
mempunyai tugas yang berbeda dalam ketuhanannya. Islam menolak dasar kepercayaan seperti itu
dengan bukti-bukti yang jelas dalam al-Qur'an al-Karim, semisal surat al-Ikhlas ayat 1-4 : ‫ﻗﹸﻞﹾ ﻫ‬‫ﻮ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻪ ﺃﹶ‬‫ﺣ‬‫ﺪ‬
‫ ﺍﻟﻠﱠ‬.‫ﻪ ﺍﻟﺼ‬‫ﻤ‬‫ ﻟﹶ‬. ‫ﺪ‬‫ ﻢ‬ِ‫ﻳﻠ‬‫ ﺪ‬‫ﻭﻟﹶ‬‫ ﻢ‬‫ﻳﻮﻟﹶ‬‫ ﺪ‬. ‫ﻭﻟﹶ‬‫ ﻢ‬‫ﻳﻜﹸ‬‫ﻦ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻛﹸﻔﹸ‬‫ﻮﺍ ﺃﹶ‬‫ﺣ‬‫ﺍﻹﺧﻼﺹ‬: 1-4( ) ‫ ﺪ‬Artinya : Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".26 (QS. al-
Ikhlas : 1-4) Bagaimanapun juga kepercayaan akan adanya lebih dari satu pencipta merupakan salah satu
sebab timbulnya penyembahan terhadap selain Allah serta syirik dalam ibadah dan dalam hal ini Syeikh
Ja’far al-Subhani menjelaskan bahwa :

“Kaum penyembah berhala dan orang-orang lain seperti mereka, yang mempercayai adanya dua atau
tiga Tuhan (atau lebih) terpaksa oleh kepercayaannya itu untuk memuja (beribadah) kepada lebih dari
satu Tuhan dan syirik dalam beribadah.”27 b. Anggapan tentang jauhnya al-Khalik dari makhluk-Nya.
Menurut Syeikh Ja’far al-Subhani, anggapan ini juga membawa manusia kepada perbuatan syirik. Dalam
arti bahwa Allah tidak mendengar ucapan mereka, tidak sampai kepada-Nya doa dan permohonan-Nya,
sehingga 26Ibid, hlm. 1118. 27 Syekh Ja’far Subhani, Tauhid dan Syirik Studi
Kritis Faham Wahabi, Mizan, Bandung, 1987, hlm. 37

23

mereka memilih berbagai wasilah (perantara) yang diperkirakan dapat mewakili dalam menyampaikan
doa mereka. Oleh karena itu, mereka menyembah (beribadah) kepada orang-orang yang dianggap suci,
malaikat, jin, arwah, agar menyampaikan doa-doa mereka di hadapan Allah.28 c. Pelimpahan wewenang
pentadbiran kepada tuhan-tuhan kecil. Maksudnya, adalah anggapan bahwa kekuaaan Allah
dilimpahkan kepada tuhan-tuhan kecil di dunia menurut bidangnya masing-masing. Syeikh Ja’far al-
Subhani tersebut mengatakan : “…. karena itu, penghuni pantai lautan menyembah “Tuhan lautan” agar
ia mau melimpahkan kekayaan lautan untuk mereka dan mencegah bahaya serta bencana yang berasal
darinya, seperti angin topan dan sebagainya. Sementara penghuni daratan dan padang luas
menyembah-nyembah “Tuhan daratan” agar ia mau memberikan kepada mereka segala hasil bumi yang
bermanfaat, dan mencegah mereka dari segala bencananya, seperti gempa, tanah longsor, dan lain-
lain”.29 Sedangkan Hasan Basyri dalam bukunya “Tegaklah Tauhid Tumbangkan Syirik” mengemukakan
hal-hal yang menyebabkan masyarakat terjerumus ke dalam lembah syirik tersebut adalah sebagai
berikut : (1) Harga diri yang sangat besar karena kekuatan duniawi yang absolut (mutlak) dan tak
terbatas adalah satu faktor yang menipu beberapa orang melalui itulah mereka terjerumus kepada
syirik, sampai- sampai menganggap dirinya sebagai Tuhan. (2) Syirik timbul karena manusia berpegang
teguh pada tradisi lama nenek moyang mereka. (3) Syirik timbul karena beberapa orang yang berbudi
tinggi pada suatu masyarakat dianggap sebagai tuhan.

28Ibid., hlm. 37. 29Ibid, hlm. 39.

24

(4) Tunduk kepada hawa nafsu dan cinta pada makhluk lainnya daripada cinta pada Allah.30 3. Bahaya
Syirik Perbuatan syirik merupakan perbuatan yang sangat halus. Maksudnya adalah ketika manusia tidak
berhati-hati dalam segala perbuatannya, maka ia akan tergelincir di dalamnya. Dan itu akan
menimbulkan bahaya bagi dirinya. Ada beberapa bahaya yang disebabkan oleh syirik, yaitu : a.
Mengakibatkan ketuhanan manusia Masalah ini timbul karena manusia beribadah selain kepada Allah,
yaitu sesama makhluk, menjadikannya ma’bud (yang disembah dan ditaati), padahal dia tidak bisa
memberi manfaat atau madharat. Dia hanya sesama mahkluk yang tidak mempunyai kekuasaan
sedikitpun.31 b. Menyuburkan khurafat

b.

Masalah ini timbul karena manusia mempercayai bahwa dari kalangan makhluk ada yang bisa memberi
manfaat dan madharat. Keyakinan seperti ini akan menimbulkan khurafat dan lahirlah cinta- cinta palsu
yang tidak masuk akal. c. Merupakan kedzaliman yang terbesar Syirik adalah perbuatan dzalim yang
sangat besar. Dzalim terhadap kebenaran, dzalim terhadap diri sendiri, dan dzalim kepada orang lain.32
d. Menimbulkan rasa takut Orang yang melakukan perbuatan syirik kepada Allah, tidak percaya kepada
Allah, hidupnya terombang-ambing di antara keragu-

30Hasan Basyri, op. cit., hlm. 93-103. 31 Muhammad bin Abdurrahman al-
Khumayyiz, Syirik dan Sebabnya, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, hlm. 14. 32Hasan Basyri, op. cit.,
hlm. 108.

25

raguan dan khurafat. Ia takut tentang hidupnya, rizkinya, serta segala sesuatunya.33 e. Mengakibatkan
manusia masuk neraka Syirik adalah penyebab utama seseorang masuk neraka karena dosanya tidak
akan diampuni salamanya oleh Allah. Itulah sebagian dari bahaya syirik dan dampak negatifnya sehingga
syirik harus dijauhi karena bisa menyebabkan manusia menjadi sesat.

C. Masalah Adat Istiadat 1. Pengertian Adat Istiadat Kata adat istiadat berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai arti adat atau kebiasaan.34 Asal mula dan sumber adat, dalam bukunya Etika (ilmu akhlak)
menerangkan bahwa : “Di antara adat istiadat suatu bangsa berasal dari perbuatan yang dilakukan oleh
nenek moyang mereka karena terdorong oleh instinknya, setengahnya berasal dari kebetulan meskipun
tidak berdasarkan dari akal, seperti harapan baik beberapa golongan manusia atas perbuatan yang
mereka lakukan pada suatu waktu dan harapan buruk di lain waktu. Sebagian adat istiadat itu lantaran
pada zaman nenek moyangnya dahulu menganggap baik cucunya. Sebagian adat istiadat itu berasal dari
perbuatan orang-orang terdahulu yang mencoba perbuatan yang akhirnya mengetahui mana yang
berguna dan bermanfaat, lalu mengetahui mana yang merugikan dan menyingkirkannya mengingatkan
agar orang-orang menjauhinya”.35 Manusia terpengaruh oleh adat istiadat suatu bangsa yang timbul
dari perbuatan masyarakat yang dilakukan turun-temurun sehingga perbauran tersebut menjadi suatu
kepercayaan mereka dan melaksanakannya karena hal tersebut merupakan kewajiban. Perintah adat

33Muhammad bin Abdurrahman al-Khumayyiz, op. cit., hlm. 14. 34Mahmud


Yunus, Kamus Arab Indonesia, Penerbit Hida Karya Agung, Jakarta, 1990, hlm. 248. 35 Ahmad Amin,
Etika, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 88.

26

istiadat dilakukan dan larangan-larangannya disingkiri, karena ada beberapa jalan, yaitu : a. Pendapat
umum, karena memuji pengikut-pengikut adat istiadat, seperti dalam berpakaian, makan, bertamu, dan
sebagainya adalah penting karena orang-orang yang menganggap baik bagi pengikutnya dan sebaliknya,
menganggap buruk bagi orang yang menyalahinya. Hal itulah yang menyebabkan segolongan bangsa
lain yang menyalahi adat istiadat mereka. b. Apa yang diriwayatkan turun-temurun dari hikayat-hikayat
serta khurafat yang menganggap bahwa setan dan jin akan membalas dendam kepada orang-orang yang
menyalahi perintah adat istiadat dan malaikat akan memberi pahala bagi yang mengikutinya. c. Macam-
macam upacara, keramaian, dan sebagainya yang menggerakkan perasaan dan mendorong bagi para
hadirin untuk mengikuti adat istiadat, acara pengantin, ziarah kubur, dan upacara- upacara lainnya.36 2.
Macam-macam Adat Istiadat Macam-macam adat kebiasaan menurut Barnawi Hadikusuma, dapat
dibagi menjadi dua, yaitu : a. Adat yang mengandung kepercayaan atau semangat tentang agama b.
Adat yang tidak bersemangat agama atau tidak mengandung kepercayaan37 Adat yang mengandung
kepercayaan memang merupakan suatu kebiasaan yang pelaksanaannya seolah-olah terdapat dalam
syari’ah agama. Akan tetapi sebetulnya adat tersebut yang dilakukan masyarakat merupakan perpaduan
antara agama Islam dengan adat kebiasaan yang dilakukan masyarakat pada setiap waktu tertentu.
Karena juga ada keyakinan tertentu bahwa perbuatan itu harus dikerjakan.

36Ibid, hlm. 100. 37Barnawi Hadikusuma, Ahlussunnah Waljama’ah Bid’ah,


Khurafat, Penerbit Persatuan, Yogyakarta, t.th., hlm. 42.
27

Adat yang tidak mengandung kepercayaan atau tidak bersemangat agama merupakan suatu kebiasaan
yang dikerjakan oleh masyarakat karena pengalaman mereka, sehingga mengetahui perbuatan-
perbuatan yang bermanfaat dan yang merugikan, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
mencuci kaki sebelum tidur, dan sebagainya. 3. Sumber dari Adat Istiadat Adat istiadat suatu bangsa itu
mulanya timbul dari kepercayaan agama, yaitu sebelum datangnya Islam. Agama Islam setelah dibentuk
suatu bangsa kemudian baru melahirkan adat pula. Adat yang dipengaruhi oleh agama Islam merupakan
perpaduan dari ajaran kepercayaan agama Hindu Budha. Contoh dari perpaduan itu adalah adanya
pengaruh dari kebudayaan Hindu Budha, animisme dan dinamisme. Pengaruh dari paham tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kepercayaan Hindu Budha Sebelum Islam masuk di Indonesia
khususnya Jawa, masyarakat Jawa masih berpegang teguh pada adapt istiadat agama Hindu Budha.
Pada dasarnya budaya di masa Hindu Budha merupakan manifestasi kepercayaan Jawa Hindu Budha
semenjak datangnya agama Hindu Budha di tanah Jawa. Kegiatan tersebut berupa38 : 1. Tradisi-tradisi
ritual Dalam agama Hindu Budha tradisi upacara ritual masih dapat dilihat keberadaannya sampai saat
ini. Upacara tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan mikrokosmos dan menghindari
kegoncangan yang dapat mengakibatkan turunnya kesejahteraan materiil. Bentuk upacara-upacara lain
adalah upacara perawatan dan penjamasan pusaka sebagai tanda kebesaran yang biasanya disebut
keris. Pemilikan alat kebesaran ini

38 Abdul Djamil, Abdurrahman Mas’ud, dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa,


Gama Media, Semarang, 2000, hlm. 14

28

sebagaimana kepemilikan wahyu (ketiban andaru yaitu sebuah cahaya kilat tanda kebesaran yang telah
jatuh dari langit) adalah merupakan tanda dan keabsahan semua benda pusaka tersebut
dipersonifikasikan dan diberi nama yang dihormati yakni Kyai untuk laki-laki dan Nyai untuk
perempuan.39 2. Selamatan Selamatan pada dasarnya adalah merupakan suatu bentuk tradisi dari
agama Hindu. Selamatan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan perbedaan antara yang satu
dengan yang lain. Dan dengan selamatan juga manusia bisa terhindar dari roh- roh jahat yang akan
menganggu dan membahayakan manusia.40

b. Animisme Pengertian animisme menurut bahasa latin adalah animus, dan bahasa Yunani avepos,
dalam bahasa Sanskerta disenut prana/ruah yang artinya nafas atau jiwa.41

Dalam filsafat animisme adalah doktrin yang menempatkan asal mula kehidupan mental dan fisik dalam
suatu energi yang lepas atau berbeda dari jasad. Atau animisme adalah teori bahwa segala obyek alam
ini bernyawa atau berjiwa, mempunyai spirit bahwa kehidupan mental dan fisik bersumber pada nyawa,
jiwa/spirit. Dari pandangan sejarah agama, istilah tersebut digunakan dan diterapkan dalam suatu
pengertian yang lebih luas untuk menunjukkan kepercayaan terhadap adanya makhluk-makhluk spiritual
yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jasad.

39 Ibid., hlm. 120 40 Clifford Gaeertz, Abangan Santri Priyayi dan Masyarakat
Jawa, Terj. Aswab Makasin, Pustaka Jaya, Jakarta, 1983, hlm. 18 41Proyek Binbaga Perguruan Tinggi
Agama/IAIN, Perbandingan Agama I, Jakarta, 1982, hlm. 25.

29

Animisme juga memberi pengertian yang merupakan suatu usaha untuk menjelaskan fakta-fakta atau
alam semesta dalam suatu cara yang bersifat rasional. Teori animisme dapat dijelaskan dari adanya dua
keyakinan kepercayaan pada orang-orang primitif, yaitu : 1) Sifat-sifat Khas Animisme Dalam animisme,
terdapat suatu susunan keagamaan dengan suatu rangkaian upacara-upacara dan bentuk sesembahan
yang melukiskan adanya makhluk-makhluk halus, nabi-nabi, dan jiwa-jiwa yang mempunyai keinginan
dan kehendak.42 Selain itu animisme juga mempunyai adanya daya kekuatan yang bekerja dalam
manusia karena keinginan dan kehendak. Karena masyarakat primitif menyadari bahwa pada
kehendaknya sendiri ada kehendak lain, pada suaranya sendiri ada suara lain, pada perbuatannya
sendiri ada perbuatan lain dan seterusnya. 2) Teori Animisme Menurut Taylor dalam karyanya Primitive
Culture, bahwa animisme adalah perlambangan dari suatu jiwa atau roh pada beberapa makhluk hidup
dan obyek bernyawa lainnya. Segala sesuatu hidup karena nyawa, roh, atau jiwa, baik aktif maupun
tidak aktif. Karena itu menurut Taylor, agama adalah kepercayaan orang terhadap adanya suatu
hubungan antara dirinya sendiri dengan roh-roh yang dianggap memiliki, menguasai, dan ada di mana-
mana memenuhi alam semesta ini.

c. Dinamisme Pengertian dinamisme pada masa Sokrates ditumbuhkan dan dikembangkan, yaitu dengan
menerapkannya terhadap bentuk atau form. Form adalah anasir atau bagian pokok dari sesuatu jiwa
sebagai

42Ibid, hlm. 27.

30

bentuk yang memberi hidup kepada materi atau tubuh. Aktivitas kehidupannya dan alam sebagai
sumber dasar daripada benda.43 Dalam Ensiklopedi Umum dijelaskan bahwa dinamisme sebagai
kepercayaan keagamaa primitif pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu ke Indonesia, dengan
berpedoman bahwa dasarnya adalah kekuatan yang “Maha Ada” yang berada di mana- mana.
Dinamisme disebut juga pre animisme yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk
mempunyai mana.44 Bahwa mana tidak hanya bisa terdapat pada benda, orang, dan hewan, melainkan
juga situasi atau keadaan tertentu. Dunia ilmu pengetahuan mana berkat uraian RH. Codrinston dalam
bukunya The Melainesains yang diterbitkan pada tahun 1981, menurut Codrinston bahwa mana adalah
suatu kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan yang sama sekali berbeda dengan kekuatan fisik.
Suatu kekuatan menonjol, menyimpang dari biasa, luar biasa, dan adi kodrati.45

D. Seluk Beluk Sedekah Laut 1. Pengertian Sedekah Laut Secara bahasa (etimologi) sedekah berasal dari
kata-kata “‫”ﺼﺪﺗ‬

yang berarti memberi sedekah atau derma (dengan sesuatu), dalam bentuk masdar menjadi “‫”ﺻﺪﻗﺔ‬
jamaknya “P‫”ﺻﺪﻗﺎﺕ‬, artinya sedekah atau derma.46 Sedangkan menurut W.J.S. Poerwodarminta,
sedekah (1) berarti derma kepada orang miskin dan sebagainya (berdasarkan cinta kasih), (2)

43Ibid, hlm. 93. 44Ibid, hlm. 97. 45Ibid, hlm. 100. 46 Mahmud Yunus,
op.cit., hlm. 214

31

berarti selamatan yaitu selamatan memperingati atau mendo’akan arwah, juga berarti makanan (bunga-
bungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus (penunggu)47 Kaitannya dengan sedekah
laut atau dinamakan juga selamatan sedekah laut mempunyai pengertian suatu selamatan atau kenduri
dengan memberikan sajian yang dipersembahkan kepada penguasa laut (danyang laut) agar melindungi
dan tidak murka baik pada dirinya maupun lingkungannya. Dari pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa sedekah laut atau selamatan sedekah laut mengandung maksud untuk melakukan
suatu penghormatan terhadap penguasa laut (danyang laut) dengan mengadakan upacara yang disertai
memberikan sesaji dengan tujuan untuk memperoleh berkah dan keselamatan. 2. Eksistensi Sedekah
laut Manusia pada dasarnya ingin hidup damai berbahagia serta tentram dan selamat dari berbagai
marabahaya. Hal yang demikian terutama bagi orang-orang yang berfaham animisme dan dinamisme
dalam kelompok masyarakat yang memegang tradisi dengan jalan memberikan sesaji kepada roh halus
yang dianggap mempunyai kelebihan yang dapat menunggu, menjaga, dan melindungi dirinya. Orang-
orang sekarang yang menghaturkan sesaji kepada tempat-tempat yang angker atau tempat- tempat
yang gawat, kepada batu besar dan gunung-gunung atau makam, tidak lain maksudnya adalah sama
seperti orang primitif yang menghaturkan sesaji kepada dewa-dewanya. Orang-orang sekarangpun takut
kepada tempat-tempat angker atau takut kepada penghuni yang mbaureksa tempat itu.48 Dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat melihat sendiri perbuatan- perbuatan seperti itu di sekeliling kita mulai
dari hal-hal yang besar seperti

47W.J.S. Poerwodarminta, op.cit., hlm. 883 48Umar Hasyim, Syetan sebagai


Tertuduh dalam Masalah Tahayyul, Perdukunan, Azimat, Bima Ilmu, Surabaya, tt, hlm. 95

32

menanam kepala kerbau pada awal bangunannya sebuah proyek besar sampai menaruh jajan pasar
lengkap dengan cermin dan telur dipematang sawah untuk menambah hasil panen, terutama oleh
masyarakat Jawa. Karena kuatnya tradisi tentang kepercayaannya kepada roh atau makhluk halus yang
dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Roh-roh atau makhluk halus yang dipercayai oleh masyarakat
Jawa adalah seperti yang tertulis oleh Clifford Geetz dalam bukunya “The Religion of Java”, yang sudah
di Indonesiakan menjadi Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Dia menggambarkan makhluk
halus itu sebagai berikut : a. Memedi (roh yang menakut-nakuti) Memedi disebut juga hantu (spooks)
yaitu makhluk halus yang hanya menakut-nakuti dan mengganggu orang, tetapi biasanya tidak merusak
benar dan tidak begitu membahayakan. Sebagaimana namanya memedi secara harfiah berarti tukang
menakut-nakuti. Memedi laki-laki disebut ”gendruwo” dan memedi perempuan dinamakan “wewe”
antara gendruwo dan wewe mempunyai anak dinamakan “tuyul”.49 b. Lelembut (roh yang
menyebabkan kesurupan) Yaitu jenis roh yang menyebabkan orang kesurupan. Jenis roh ini biasanya
terdiri dari gendruwo, setan, demit dan jin. Roh ini dianggap sangat berbahaya bagi manusia karena
apabila bertemu dan masuk dalam tubuh manusia akan menyebabkan sakit, gila dan bisa berakhir
dengan kematian. c. Tuyul (makhluk halus yang karib) Yaitu anak-anak kecil yang telanjang tapi bukan
manusia oleh orang- orang Jawa disebut anak wewe, tuyul tidak menakut-nakuti atau menyakiti bahkan
sebaliknya dapat dimintai bantuan untuk mencari harta dan ingin cepat kaya. Orang biasanya
berhubungan dengannya dengan cara bersemedi.

49Cliffor Geertz, op.cit., hlm. 19

33

d. Demit (makhluk halus yang menghuni suatu tempat) Yaitu makhluk halus dan mungkin mau
membantu keinginan manusia. Mereka bertempat tinggal di tempat-tempat keramat yang disebut
“punden” yang di tandai dengan reruntuhan candi (mungkin sebuah patung kecil yang sudah rusak),
pohon beringin besar, kuburan tua, sumber air yang hampir tersembunyi, dan beberapa fotografis
semacam itu. e. Danyang (roh pelindung) Danyang pada umumnya adalah nama lain dari demit (yang
akar Jawa berarti “roh”). Dia bertempat tinggal tetap pada sebuah punden. Dia tidak mengganggu atau
menyakiti orang melainkan bermaksud melindungi. Berbeda dengan demit, danyang adalah roh tokoh
desa yang pada masa hidupnya sebagai pendiri desa. Mereka menerima permohonan orang yang minta
tolong dan sebagai imbalannya adalah menerima selamatan.50

Pada umumnya untuk berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut maka orang jawa mengadakan
“Selamatan”. “Selamatan” adalah upacara makan bersama, yang dalam bahasa Jawa disebut
“wilujengan” (Jawa) adalah suatu upacara pokok atau unsur terpenting dari hampir semua ritus dan
upacara sistem religi orang Jawa pada umumnya dan penganut agami Jawi pada khususnya.51
Selamatan dapat dilaksanakan untuk memenuhi hajat seseorang, sehubungan dengan sesuatu kejadian
yang ingin diperingati, di tebus atau di sucikan. Kejadian itu semacam perkawinan, khitanan, kematian,
mendirikan bangunan, sakit dan lain sebagainya. Dalam setiap selamatan ada hidangan khas (masing-
masing selamatan berbeda-beda menurut maksud selamatan itu).52

50 Ibid., hlm. 32 51 Koentjoroningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka,


Jakarta, 1984, hlm. 343 52 Clifford Geertz, op.cit., hlm. 13
34

Sebagian masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di tepi pantai melaksanakan tradisi turun-
temurun sejak nenek moyang mereka. Namun dalam eksistensinya selamatan seperti ini merupakan
salah satu dari beberapa selamatan yang ada dalam masyarakat diantaranya sebagai berikut : (1)
Selamatan tingkeban Yaitu selamatan yang diselenggarakan pada bulan ketujuh kehamilan. Selamatan
ini diperuntukkan hanya apabila anak yang dikandung adalah anak pertama dari si ibu dan si ayah.53 (2)
Selamatan perkawinan Yaitu selamatan yang diselenggarakan pada malam hari menjelang upacara
sebenarnya. Selamatan itu disebut “midodareni”, menggunakan do’a-do’a tradisional mengharap-kan
agar pasangan tidak berpisah lagi.54 (3) Selamatan kematian Yaitu selamatan untuk mendo’akan orang
yang telah meninggal. Selamatan ini dilaksanakan pada hari pertama, ketiga, ketujuh, keempat puluh,
keseratus dan hari ulang tahun kematiannya.55 (4) Selamatan desa (bersih desa) Yaitu selamatan yang
berhubungan dengan pengkudusan dan pembersihan suatu wilayah. Clifford Greetz menuliskan bahwa
yang ingin di bersihkan adalah roh-roh jahat atau roh yang berbahaya dengan mengadakan selamatan,
dimana hidangan dipersembahkan kepada danyang desa (roh penjaga desa) di tempat
pemakamannya.56 (5) Selamatan weton (hari kelahiran) Yaitu selamatan yang diselenggarakan untuk
memperingati hari kelahiran. Selamatan weton berbeda dengan hari ulang tahun
53 Ibid., hlm. 48 54 Ibid., hlm. 71 55 Ibid., hlm. 96 56 Ibid., hlm. 110

35

tradisi orang-orang barat. Dalam tradisi Jawa hari kelahiran didasarkan pada hari dan pasarannya
menurut tahun Qomariyah. Sedangkan perayaan ulang tahun didasarkan pada tanggal dan bulan
menurut tahun syamsiyah. (6) Selamatan Sedekah bumi Yaitu berhubungan dengan pengudusan
perhubungan dalam ruang, dengan merayakan dan memberikan batas-batas kepada salah satu dasar
kesatuan teritorial struktur orang Jawa – Desa. Selamatan ini diadakan setahun sekali, pada masing-
masing desa mengambil bulan dan hari yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi setempat. Atas dasar
beberapa jenis selamatan tersebut selamatan sedekah laut adalah sejenis dengan selamatan sedekah
bumi. Sebab di dalam berhubungan dengan suatu kesatuan teritorial tertentu yaitu wilayah laut.
Selamatan sedekah bumi bertujuan untuk menghormati kepada penjaga desa ( danyang desa ).
Sedangkan selamatan sedekah laut bertujuan untuk memohon berkah kepada danyang laut agar
terhindar dari marabahaya dengan memberikan sesaji yang dibuang ke tengah laut. Pada dasarnya
selamatan sedekah laut mempunyai dua fungsi, yaitu: (a) Fungsi Teologis, yaitu sebagai sarana
hubungan antara manusia dengan sang khalik. (b) Fungsi Sosial, yaitu untuk meningkatkan solidaritas
atau hubungan antara manusia dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai