PERTEMUAN 5
PANCASILA DALAM PRESFEKTIF AGAMA
Di zaman super modern dan melenial ini makna Pancasila seolah-olah
terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah
perumusannya melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara
ini. Sejarah perumusan yang penuh pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila
kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang
termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yakni. Pancasila
merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan tekad yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan
kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya
atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat
sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu
menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana
tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan
kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila
adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua
pengertian tersebut sudah selayaknya kita fahami akan hakikatnya. Selain
dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda,
seperti:
- Pancasila sebagai jiwa bangsa,
- Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
- Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
- Pancasila sebagai way of life bangsa
1
Tentang hal jiwa menurut Agus mustofa jiwa adalah pelaku utama
dalam diri seorang manusia. Jika Pancasila sebagai jiwa bangsa dalam
ungkapan beliau bahwa jiwa bukanlah badan, karena kalua badannya
dipotong-potong pun aku masih hidup dan masih tetap ada. Jiwa juga
bukanlah sang roh, karena roh adalah zat Ketuhanan sebagian dari Dirinya
yang hidup dalam badan1
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk Pancasila bukanlah
merupakan suatu kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan
sebagai suatu kekayaan akan makna dari Pancasila bagi bangsa Indonesia.
Karena hal yang terpenting adalah perbedaan penyebutan itu tidak
mengaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya yaitu sebagai dasar
negara. Tetapi pengertian pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang
orang karena akan dapat mengaturkan maknanya dan pada akhirnya
merongrong dasar negara, seperti yang pernah terjadi di masa lalu. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama untuk
senantiasa menjaga kelestarian nilai – nilai pancasila sehingga apa yang
pernah terjadi di masa lalu tidak akan teredam di masa yang akan datang.
Pancasila adalah nilai-nilai kebersamaan masyarakat yang diwujudkan
menjadi suatu wadah bersama dari berbagai suku, ras, daerah, dan agama
yang memiliki dasar bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berjanji setia
memiliki paham yang sama dalam menghayati kehidupan warga bangsa yang
plural (beraneka ragam suku dan agama). Penghayatan tersebut diabadikan
dalam lambang Garuda Pancasila yang gagah perkasa mampu
mencengkeram dengan kuat nilai-nilai kebersamaan dengan satu semboyan”
Bineka Tunggal ika”.
1Ibid, h. 33.
2
Pancasila sebagai dasar negara telah menopang dan mengakomodir
berbagai suku, ras, dan agama seluruh masyrakat yang ada di
Indonesia. Pancasila merupakan wadah yang berupa anugrah sangat sesuai
dan tepat untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang
ada
diIndonesia. Ini menyiratkan bahwa Islam adalah sebuah agama dan Pancasil
a adalah ideologi.
Pancasila akan tidak menjadi sebuah agama dan agama akan tidak menjadi s
ebuah ideologi. Karena Sila Ketuhanan meminjam ungkapan Bung Hatta,
hanya menjadi dasar hormat-menghormati antar pemeluk agama melainkan
menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, adilan, kebaikan,
kejujuran, dan persaudaraan.
3
pada pengetahuan yang benar dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-
kaidah logika. Karena keyakinan yang demikianlah, maka negara Indonesia
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada kitab suci umat Islam didalam beberapa surah dan ayatnya
selalu meminta kepada
umatnya agar selalu mengesakan Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam
Q.S. AlBaqarah/2:163. Yang artinya; Dan Tuhan Kamu adalah Tuhan Yang
maha Esa
Karena itu, sila pertama dari Pancasila jelas sangat bersesuaian sekali
dengan pandangan Islam dan semangat kemahaesaan Tuhan yang
digaungkan dalam berbagai ayat-ayat Alquran. Hal lain tentang ke-esaan
Tuhan dapat dilihat pada beberapa ayat seperti Q.S. An-Nisa/4:36, Q.S. Al-
An’am/6:151, Q.S. An-Nur/24:55, Q.S. Yusuf/12:40, Q.S. Ali Imran/3:64
dan masih banyak lainnya. Semua ayat ini mengandung arti perintah selalu
untuk mengesakan Tuhan.
Berdasarkan aqidah, kaidah serta dan kutipan Alquran dan Hadist,
dapatlah dipahami dan dimengerti serta memiliki hakikat nilai menurut
perso-nalitas bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa; Allah Yang
Maha Tunggal; Allah Yang Maha Esa. Faham kemahaesaan, serta nilai
kemaha Tunggalan Allah SWT sangat jelas dalam ajaran Islam.
Secara personalitas didalam Islam tidak ada istilah Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang ada ialah Tuhan Yang Maha Esa atau Allah Yang Maha Esa.
Dalam kitab-kitab suci agama Samawi serta ucapan-ucapan
(pengakuan) Para Rasul dan Nabi dikatakan bahwa Allah Maha Pencipta
telah menciptakan langit dan alam semesta beserta isinya dan diantaranya
termasuk bumi dan manusia. Dalam menciptakan Adam AS, Isa AS dan
manusia lainnya, Allah juga mempergunakan para malaikat sebagai
4
petugasNya. Para petugas Allah ini juga diciptakan oleh Allah dan juga milik
Allah. Oleh karenanya dalam hal penciptaan serta kepemilikan Tuhan (Allah
SWT) dapat dipakai istilah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikian juga dalam hal pengaturan, mengatur seluruh yang
diciptakan dan dimiliki Allah SWT, melibatkan para Malaikat, para Rasul,
para Nabi, para Aulia sebagai Hamba (pelayan) dibawah kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa. Keadaan demikian dapat dipergunakan istilah Ketuhanan
Yang Maha Esa. Bila dikaitkan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa mengartikan bahwa umat Islam sesuai dengan aqidah dan
kaidahnya pada hakikatnya dapat memahami dan menghayati :
- Menurut personalitas adalah Tuhan Yang Maha Esa,
- Menurut penciptaan serta kepemilikan adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa,
- Menurut pengaturan serta kekuasaan adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Kesimpulannya, secara hakiki bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Pan-casila dapat diterima umat Islam di Indonesia sejalan dengan
aqidah serta kaidahnya pada pemahaman dan penghayatan terhadap
penciptaan, kepe-milikan dan pengaturan serta kekuasaan.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak terpecah-
pecah. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan, yang dalam dinamika Indonesia
bermakna persatuan wilayah, bangsa dan negara Indonesia. Persatuan
Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi,
politik, sosial, dan budaya serta keamanan.
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan
bangsa Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi.
Semangat persatuan dahulu merupakan kunci yang menentukan dalam
terwujudnya Indonesia merdeka, kini persatuan atau nasionalisme
merupakan hal pokok ynag harus ada dan ditingkatkan demi kelangsungan
pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Akan tetapi paham persatuan
kebangsaan Indonesia tidaklah sempit atau chauvinistik, melainkan dalam
arti menghormati bangsa lain sesuai dengan sifat kehidupan bangsa itu
7
sendiri. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa,
dalam upaya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu
bangsa yang padu, tidak terpecah-pecah.
Hal ini sesuai dengan ada nya alinea IV Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 yang berbunyi: “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap 1.16 Pancasila
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”
Persatuan merupakan prinsip terpenting dalam membangun komunitas,
kelompok, organisasi dan Negara. Dalam Alquran, ditemukan banyak sekali
anjuran untuk bersatu dan kecaman terhadap perpecahan. Bahkan persatuan
disebut Alquran sebagai tali Allah. Hal demikian seperti yang dapat kita lihat
pada Q.S. Al-Hujarat/49:13 yang artinya Wahai manusia sungguh kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling
mengenal. Dalam berbagai ayat-ayat Alquran hal lain tentang keadilan dapat
dilihat pada beberapa ayat seperti Ali Imran/3:103 dan 105. Q.S.
al-An’am/6:153, Q.S. Al-Bayyinah/98:4 dan lain-lain.
10
kerja atau perwakilan seperti yang dapat kita temukan pada Q.S.
An-Nisa/4:35 dan Q.S. Yusuf/12:55.
13
Alquran dan sunnah Nabi untuk menjalin dan menjaga persatuan dari tataran
terkecil sampai tataran terbesar.
Oleh hal tersebut, bagi yang tidak menyukai dan merasa bahwa
Pancasila bukan merupakan yang paling baik dan nomor satu didunia ini.
berarti dengan sendirinya kita mendukung perpecahan dan kerusakan dan itu
artinya kita dapat pula disebut sebagai pembuat keonaran dan pemecah belah
umat. Jadi banyak sekali ayat-ayat Alquran yang memerintahkan kita hidup
dengan tujuan beragama dengan menegakkan nilai-nilai yang baik dan benar.
Bagi mereka yang tidak Pancasilais, berarti mereka mengabaikan
keadilan dan membela kezaliman. Lebih jauh lagi, menolak UUD 45 yang
bersemangat anti penindasan dan penjajahan, berarti dengan sendirinya kita
pro penindasan dan pro penjajahan. Jika demikian halnya, sebagian kita yang
melakukan aksi-aksi penindasan yang mengatasnamakan Islam sebenarnya
merupakan musuh Islam yang nyata dan musuh bagi Indonesia yang islami
ini. Dengan pemahaman metafisika pendalam teologis terhadap Pancasila
dan UUD 45 melalui semangatnya yang sangat religious dan penuh dengan
keterkaitanya degan firman-firmanTuhan dalam kitab suci Alquran, jelaslah
bahwa tidak tepat jika kedua dasar sistem kenegaraan kita ini dianggap
sebagai tidak Islami.
14