PERTEMUAN 9
3
iman akan Tuhan Yang Maha esa hanya dinyatakan saja. Perlu juga
diterangkan, apa arti “Tuhan” dan apa isi iman kepada-Nya.
Dalam kajian metafisika agama dan khususnya Islam, salah satu
tujuannya adalah untuk menegakkan fondasi teologis dan tauhid secara
benar karena tauhid merupakan dasar dari ajaran Islam. Metafisika sering
disebut sebagai disiplin filsafat yang terumit dalam membahas tentang Tuhan
pada agama-agama dan memerlukan daya abstraksi sangat tinggi. Ibarat
seorang untuk mempelajarinya menghabiskan waktu yang tidak pendek.
Sehingga peran metafisika baik sekali dipakai dalam memecahkan
nilai- nilai ketuhanan yang terlukis dalam sila pertama dalam Pancasila untuk
dapat dipantulkan keseluruh masyarakat berbangsa bernegara bahkan
keseluruh dunia agar pemahaman nilai-nilai KYME dilanjutkan dalam
memperaktekannya. Hal ini bertujuan untuk membangun terwujudnya
harmonisasi peroses kehidupan manusia yang dalam kontek pengabdiannya
kepada Tuhan, karena alat pemersatu nilai-nilai harmonisasi sudah
disepakati dalam sila pertama dari Pancasila yitu Tuhan yang maha esa.
Sebelum adanya metafisika eksakta yang digagas guru besar UNPAB,
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Kita banyak tenggelam dengan kehabatan cara
berpikir dengan filsafat ang luar biasa, yang saat ini filsafat masih
merupakan ilmu menginspirasi hasrat dalam menghidupkan masyarakat
beragama, yaitu pemikiran filsafati (kritis, analitis, rasional) tentang gejala
agama yaitu hakikat agama sebagai objek dari pengalaman religius manusia,
hakikat hubungan manusia dengan Tuhan yang suci, sehingga sering juga
kita dengar dengan istilah falsafah Pancasila atau juga dengan istilah falsafah
Ketuhanan yang Maha Esa
Namun jika kita mempelajari filsafat akan membutuhkan energi
intelektual yang sangat besar dan waktu yang lama, sehingga membuat tidak
4
semua orang berminat menekuninya. Namun setelah metafisika eksakta ada,
kini semua hal yang dulu masih dianggap mustahil, gaib dan mistik, kini
dapat ditelusuri dan dipahami dengan pendekatan ilmu eksakta yang sangat
menarik minat anak melenial dizaman now ini. Karena metafisika yang
digagas oleh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ini hanya satu-satunya didunia
yang sanggup menjawab permasyalahan hidup sekarang ini.
7
lebih besar lagi, yakni, membawa manusia kepada kebesaran Tuhannya
dalam meningkatkan imannya menjadi taqwa.
Demikian juga perspektif Tentang Al-Hadis Sejak dulu Hadis
memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Baik umat Islam
maupun kalangan orientalis. Tentu saja maksud dan titik berangkat dari
kajian tersebut berbeda pula. Umat Islam didasarkan pada rasa tanggung
jawab yang begitu besar terhadap ajaran agama. Sedangkan orientalis
mengkajinya hanya untuk kepentingan ilmiah. Bahkan terkadang hanya
untuk mencari kelemahan ajaran agama itu lewat ajaran agama itu sendiri.
Oleh sebab itu umat beragama perlu melakukan studi mendalam terhadap
kitab sucinya, literatur hadis dengan berpedoman langsung kepada Nabi
sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk menafsirkan wahyunya.
Hal ini sangat besar faedahnya dalam memahami nilai-nilai hidup dari
prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang dikemukakan Alquran.
Pendapat Ulama tentang Hadis, yaitu cara Nabi dalam menyampaikan
dakwahnya dengan memperhatikan kebiasaan, cara-cara dan keganjilan yang
dihadapinya ketika itu.
Selain itu juga para ulama mengajak untuk mencontoh cara Nabi
sangat memperhatikan sekali adat istiadat penduduk setempat. Dalam
penyampaiannya Nabi lebih menekankan pada prinsip-prinsip dasar
kehidupan sosial bagi seluruh umat manusia, tanpa terkait oleh ruang dan
waktu.
Jadi peraturan-peraturan tersebut khusus untuk umat yang dihadapi
Nabi. Untuk generasi selanjutnya, pelaksanaannya mengacu pada prinsip
kemaslahatan, dari pandangan seorang filosof seperti Iqbal menganggap
wajar saja kalau Abu Hanifah lebih banyak mempergunakan konsep istihsan
dari pada Hadis yang masih meragukan kualitasnya.
8
Ini bukan berarti Hadis-Hadis pada zamannya belum dikumpulkan,
karena Abu Malik dan Az-Zuhri telah membuat koleksi Hadis tiga puluh
tahun sebelum Abu Hanifah wafat. Sikap ini diambil Abu Hanifah karena Ia
memandang tujuan-tujuan universal Hadis daripada koleksi belaka.
Metafisika yang dikenal sekarang adalah metafisika teologi yang selalu
berupaya merealistiskan semua perihal yang gaib. Sehingga ilmu metafisika
ini bukan bagian fisika yang ilmiah dan bukan pula bagian ajaran ketuhanan
yang benar. Beberapa ilmuwan Barat sendiri menolak keberadaan metafisika.
Ilmu metafisika adalah ilmu yang melebihi fisika. Berbeda dari pengertian
ilmu metafisika dalam khasanah western science, falsafah metafisika Islam
adalah ilmu filsafat yang dilanjutkan atau diintegritaskan sehingga masuk ke
dalam ilmu metafisika. Berkaitan dengan konsepsi keagamaan maka dengan
ilmu metafisika akan terungkap apa itu agama secara lebih komprehenshif.
Dengan ilmu metafisika jelas bahwa agama tidak lain berdiri dari
hukum-hukum yang secara konseptual nyata seperti juga alam jagad raya
yang tidak lain terdiri dari hukum-hukum fisika, kimia dan biologi. Hanya
saja martabat dan dimensi hukum-hukum agama itu lebih tinggi dan bersifat
hakiki, obsalut serta jika dilihat secara ilmiah nampaklah sangat sempurna
alam ini. Tujuan pembahasan metafisika adalah membangun suatu sistem
alam semesta yang dapat memadukan ajaran agama dengan tuntutan akal.
Dengan penjelasan yang mudah masuk akal bersifat falsafis metafisis
logis maka ajaran-ajaran agama dapat diterangkan secara logis sehingga
keimanan semakin meningkat. Tanpa penjelasan yang falsafi metafisis logis
maka ajaran agama menjadi dogma. Tanpa penjelasan yang logis falsafah
dan metafisis, maka ajaran agama juga sekeddar pil yang harus di telan
sehingga tidak akan dapat dihayati maksud lain tujuan ilmiah umat
9
beragama. Dengan metafisika ilmiah ini maka kita bisa melihat bahwa tanpa
adanya agama maka manusia tidak mungkin pecaya kepada Tuhan.
Menurut Al-Attas (2010), masalah kekeliruan ilmu merupakan
masalah yang paling mendasar dalam kehidupan masyarakat modern di era
globalisasi saat ini. Kekeliruan ini disebabkan masuknya faham sekuler yang
dibawa oleh peradaban barat ke dalam ilmu kontenporer khususnya dalam
bidang pendidikan. Akibatnya dari kekeliruan ilmu adalah munculnya
tindakan manusia yang keliru sehingga menghilangkan kemampuan manusia
untuk melakukan tindakan yang benar (loss of akhlak or adab). Tindakan ini
akan memberikan kesengsaraan bagi manusia sendiri. Hal ini dibuktikan
dengan semakin berkembang sains dan tekhnologi di era ini, manusia bukan
meraih kebahagiaan melainkan merasakan keresahan dari kekeringan jiwa
serta kerusakan alam yang semakin menjadi-jadi. Kerusakan lingkungan,
wabah penyakit, bencana alam, deradasi moral, kriminalitas dan peperangan
erus menerus terjadi.
Berbeda dengan paham sekuler, semua konsep Islam dibangun dalam
kaitanya dengan Tuhan. Oleh karena itu semua urusan di dalam Islam adalah
religius. Demikian juga pandangan Islam mengenai alam. Di dalam Islam,
alam bukan sekedar materi tanpa makna, melainkan tanpa (ayat) tanpa
kehadiran dan kebesaran Allah. Oleh karena itu ketika seseorang meneliti
dan mempelajari fisika bearti ia sedang berusaha mengenal Tuhanya. Hal ini
ditegaskan dalam Firman Tuhan Q, S. Ali-Imran/ 3:191 yang artinya:
”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka
10
Ayat ini menegaskan bahwa kegiatan ibadah (mengingat Allah)
berjalan bersamaan dengan kegiatan penelitian alam (memikirkan penciptaan
langit dan bumi). Sedangkan ujung dari kedua kegiatan ini adalah mengenal
semakin dekat dan mengenal Allah Pada titik inilah fisika dan metafisika
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahka (tauhid). Oleh karena itu
dalam Islam tidak dikenal istilah “fisika untuk fisika”, artinya penelitian
fisika bukanlah untuk sekedar kesenangan memecahkan misteri alam.
Sebabnya di sepanjang sejarah Islam tidak mengenal ada ilmuan Muslim
yang menjadi anti Tuhan setelah menguasai ilmu fisika, atau ilmu apapun,
karena landasan mempelajarinya berangkat dari keimanan dan pengabdian
kepada Tuhan.
Di dalam negara yang mayoritas Muslim seperti Indonesia walaupun
tidak sampai meragukan Tuhan, umumnya ilmuwan Muslim kurang
menguasai ilmu agama yang bernuansakan metafisika. Sekularisme telah
menyebabkan timbulnya kepribadian ganda (split personality) dalam diri
ilmuan tersebut. Hal ini karena visi sekuler selalu memandang realitas secara
dikotomis. Menurut sebahagian mereka sains adalah sains, agama adalah
agama. keduanya tidak berkaitan, sehingga wahyu tidak ada hubunganya
dengan sains yang rasioanal dan empiris metafisika. Terdapat perbedaan-
perbedaan yang selalu terjebak dengan peragmatisme kepentinga individu
dan kelompok. Oleh hal tersebut harus ada yang peduli untuk meningkakan
kemampuan jiwa dalam hal mencintai nilai-nilai luhur KYME sebagai bagia
utamakan.
11