Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENGAMALAN PANCASILA

ANALISIS HAKIKAT PANCASILA

Disusun Oleh :

Khusna Haibati L. (1800031117)


Muhammad Imam H. (1800031126)
Rifki Syahputra (1800031140)
Wildan Taufiq (1800031149)
Nursiah (1800031157)
Risky Prana P. (1800031160)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Universitas Ahmad Dahlan


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidaya-Nya kami dapat bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Analisis Hakikat Pancasila”.

Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Nufikha Ulfah,
M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
dengan ini kami bisa mengetahui dan mengerti hakikat pancasila.

Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca, penulis diperlukan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

Yogyakata, 6 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………….……..……………….………… i

Daftar isi ……………………………….…….………………….….……… ii

Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang …………………………………….……….......………..………. 1

1.2 Rumusan masalah ………………….……………….…………..............…..………..1

1.3 Tujuan Penulis ……………………………………………….......………….……1

Bab II Pembahasan ……………………………….…………………..……………… 2

2.1. Hakikat Pancasila Sila ……………………………………………………........……2

2.2. Hakikat dan pengamalan Tiap – Tiap Sila Pancasila .................................................3

Bab III Penutup ……………………….........................................……………………..7

Kesimpulan …………………………………….................................................……….7

Daftar Pustaka ………………………………………........……......................................8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa. Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting, karena mengingat
pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan
sarat dengan ajaran moralitas.

Pancasila merupakan satu kesatuan, sila yang satu tidak bisa dipisahkan dari sila
yang lainnya. Keseluruhan sila di dalam pancasila merupakan satu kesatuan organis,
atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Patut kita sayangkan jika bangsa
Indonesia yang mengakui pancasila sebagai dasar Negara Indonesia yang ada
sekarang ini tidak tahu akan hakekat pancasila yang sebenarnya dan perwujudannya
dalam undang – undang 1945. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang hakekat
pancasila akan dibahas dalam bab selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

a) Apa yang di maksud dengan Hakikat Pancasila ?


b) Bagaimana penjabaran Hakikat Pancasila dari tiap – tiap sila ?
c) Bagaimana Pengamalan Pancasila ?

1.3. Tujuan Masalah


a) Untuk mengetahui pengertian Hakikat Pancasila

b) Untuk mengetahui penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila


c) Untuk mengetahui pengamalan pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Sila – sila Pancasila


Pancasila merupakan suatu kesatuan, sila yang satu tidak bisa pisahkan dari sila
yang lainnya; keseluruhan sila di dalam pancasila merupakan suatu kesatuan
organis,atau suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Adapun susunan sila-sila Pancasila
adalah sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila Pancasila itu menunjukan suatu
rangkaian urut-urutan yang bertingkat (hierarkhis). Tiap-tiap sila mempunyai
tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu. Sehingga tidak dapat
digeser-geser atau dibalik-balik. Sekalipun sila-sila di dalam Pancasila itu merupakan
suatu kesatuan yang tidak bisa dilepas-pisahkan satu dari yang lainya, namun dalam hal
memahami hakekat pengertiannya sangatlah diperlukan uraian sila demi sila.
Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
Sila I :”Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi dan menjiwai sila II,III,IV, dan V
Sila II :”Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab” diliputi dan dijiwai sila I,meliputi dan
menjiwai sila III,IVdan V
Sila III :”Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, dan II,meliputi dan menjiwai
sila IVdanV
Sila IV:”Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan” diliputi dan dijiwai sila I,II,II, meliputi dan

menjiwai sila V.

Sila V:”Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” diliputi dan dijiwai sila
I,II,III,dan IV
Contohnya sebagai berikut: faham kemanusiaan dimiliki oleh bangsa-bangsa
lain, tetapi bagi bangsa Indonesia faham kemanusiaan sebagai yang dirumuskan dalam
sila II adalah faham kemanusiaan yang dibimbing oleh ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Inilah yang dimaksud dengan
sila II diliputi dan dijiwai oleh sila I, begitu pula sila-sila yang lainnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sila II,III,IV,V pada hakekatnya merupakan
penjabaran dan penghayatan dari sila I.
B. Hakikat dan pengamalan tiap – tiap sila Pancasila
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam
zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan
tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah
sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-
Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan
yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.
Atas dasar tersebut Negara Indonesia memberi jaminan kebebasan kepada
setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya. Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan
yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara republic
Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat
Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat.
Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan
hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Pendukung pokok
dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan
kodrat manusia adalah sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan
antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah
sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk
manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro)
Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena Negara adalah lembaga
masyarakat dan masyarakat terdiri atas manusia-manusia, adapun keberadaan nilai-
nilai yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki
hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara
sebagai akibat langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan.
Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai
agama yang berasal dari tuhan.
Pengamalan sila Pertama :
 Menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat – sifatnya Yang
Mahasempurna, yaitu Mahakasih, Mahakuasa, Mahaadil, dan Mahabijaksana.
 Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yaitu menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya.
 Mengakui atas kebebasan beragama, saling menghormati dan bersifat toleran,
serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama itu dapat dilaksanakan
oleh masing-masing pemeluk agama.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradap


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai
potensi , rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat
yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi
nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti
bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif
tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.
Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa
sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama
norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan
kesusilaan atau moral.
Di dalam sila kedua kemanusiaan yang adil yang beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat
mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa
kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka
konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat
Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para
penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat
manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang
terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan
mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek
penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia
Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih sentral
pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu
manusia sebagai individu dan makhluk social.
Pengamalan Sila Kedua :
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membeda – bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa,
dan tidak semena – mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanuisaan.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah
persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi
satu kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan
makna bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham
kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya
persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh
sebab apapun.
Pengamalan sila ketiga :
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
 Mengembangkan rasa cinta tanah air
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika

4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam
suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa
“kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti
penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan
sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara
khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal
berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan
kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti
tata cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.
Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya
melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan
musawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada
Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
Pengamalan sila keempat :
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiapp keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah
 Dengan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan
5. Sila kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia
berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang
berada di luar negeri. Jadi sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi
dan kebudayaan.
Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya
ialah tata masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila.
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan
keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan
hak dan wajib pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup
manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam
hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia
dengan dirinya sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang
terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan
beradab. Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila
kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga
apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti sila keadilan social adalah
memenuhi hakikat adil.
Pengamalan sila kelima :
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
 Menghormati hak orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha – usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
 Melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila mendasari dan menjiwai semua proses penyelenggaraan Negara dalam


berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam bersikap dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila memberikan suatu arah dan criteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya
suatu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia dalam kehidupan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi
kehidupan politik, akan tetapi kehidupan politik di setiap Negara tentu saja berbeda. Salah satu
penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi.
Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila yang
merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut,
proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di Negara kita ini harus diarahkan pada
proses implementasi sistem politik Pancasila yang handal.
DAFTAR PUSTAKA

 M.S, Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.


 Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta
 Notonegoro. 1985. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila. Yogyakarta
 Sonoto. 1985. Mengenal Filsafat Pancasila. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai