Anda di halaman 1dari 10

Tugas Pendidikan Agama Islam

Nama : Dian Putri Utami


NIM : 64211288
Kelas : 64.2A.06

ِ ‫س ِم ٱهَّلل ِ ٱل َّر ْح َم ٰـ ِن ٱل َّر ِح‬


‫يم‬ ْ ِ‫ب‬

Bagaimana Cara Manusia Bertuhan


Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan sangat sempurna oleh Allah
SWT. Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, pikiran dan mampu
berpikir mana yang baik dan buruk bagi dirinya sendiri sehingga Tuhan telah
menciptkan manusia dengan sangat sempurna sehingga kita sebagai manusia
harus senantiasa beriman dan bertaqwa dengan sang pencipta kita yaitu Allah
SWT, yaitu Tuhan pemilik segala isi alam dan dunia ini. Sehingga secara nyata
kita manusia memiliki sisi spiritual untuk meyakini akan kepercayaan dan
keimanan. Jika kita bisa menerima bahwa kita adalah makhluk spiritual yang
hidup dalam tubuh fisik diri kita sendiri maka, spiritualitas adalah tentang
persatuan, kebenaran, tanggung jawab pribadi, pengampunan, kehendak bebas,
cinta dan kedamaian. Yang paling penting, spiritualitas adalah tentang
menciptakan realitas kita sendiri, mengalami realitas-realitas menjadi
kebijaksanaan yang hidup dalam hukum alam semesta sehingga kita dapat
berkembang secara rohani dan kembali ke Penciptaan Allah SWT. Spiritual diri
kita adalah diri sejati yang ada di dalam lubuk hati dan suatu kepercayaan di
dalam diri, bukan tubuh kita. Tubuh hanya sebagai kendaraan bagi jiwa kita.
Pengalaman-pengalaman negatif dan positif dapat membantu jiwa kita
berkembang, kearah mana yang akan di tempuh dalam perjalanan hidup ini
yang selama ini kehidupan sudah kita jalani dan membuktikan bahwa kita
sebagai manusia harus memiliki keyakinan terhadap tuhan.
Agama adalah seperangkat doktrin, kepercayaan, atau sekumpulan norma dan
ajaran yang bersifat universal dan mutlak kebenarannya. Adapun keberagaman
adalah penyikapan atau pemahaman para penganut agama terhadap doktrin,
kepercayaan, atau ajaran Tuhan itu, yang tentu saja menjadi bersifat relatif, dan
sudah pasti kebenarannya pun menjadi bernilai relatif. Hal ini disebabkan
karena setiap penyikapan terikat oleh sosio-kultural, dan setiap lingkungan
sosio-kultural tertentu sangat mempengaruhi.
pemahaman seseorang terhadap agamanya. Dari sinilah muncul keragaman
pandangan dan paham keagamaan. Manusia adalah mahluk yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan makhluk tuhan yang lainnya. Mengapa demikian? ,
tentu jawabannya karena manusia telah diberkahi dengan akal dan fikiran yang
bisa membuat manusia tampil sebagai khalifah dimuka bumi ini. Akal dan
fikiran ini lah yang membuat manusia bisa berubah dari waktu ke waktu. Dalam
kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan kelakuannya bisa berubah
sewaktu-waktu. Kadang dia baik, dan tidak bisa bisa dipungkiri juga banyak
manusia yang jahat dan dengki pada sesama manusia dan makhluk tuhan
lainnya. Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha besar. kepercayaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini
sebagai kontrol manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai
norma yang mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak.
Sudah menjadi fitrah serta batin manusia itu sendiri, manakala seseorang
mendapati kesulitan dan kesungkaran dalam menyelesaikan suatu masalah di
kehidupannya sendiri, seseorang mengandaikan adanya kekuatan lain diluar
dirinya untuk membantu menyelesaikan problematika tersebut seperti kekuatan
alam dan semesta di luar kendali manusia. Ini artinya manusia secara
naluriahnya membutuhkan yang lain yang dapat mengatasi dan melampaui
batas-batas kelemahan dan keterbatasan manusia. Dengan demikian tuhan
dihadirkan dalam kehidupan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusia yang terbatas. Kebutuhan manusia yang terbatas akan tetapi harapan
dan cita-cita yang ada di dalam diri manusia ini diluar kemampuan batas di diri
kita. Semakin banyak kesadaran akan kelemahan diri, maka semakin seseorang
butuh terhadap tuhan, semakin tinggi pula ketergantunganya terhadap tuhan.
Sehingga hal tersebut dapat kita yakini dalam surat al-Fatihah ayat 5:

ْ َ‫ِإيَّا َك نَ ْعبُ ُد وَِإيَّا َك ن‬


٥ ُ‫ستَ ِعين‬
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.
Dengan pengertian surat tersebut sudah kita bisa ambil kesimpulan bahwa kita
sebagai manusia hanya menyembah Tuhan dan Tuhan kita adalah Allah SWT
yang maha besar yang mempunyai alam semesta yang begitu indahnya yang
kini kita tempati dan kita singgahi di alam dunia beserta akhirat. Kepatuhan dan
ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai
Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai
kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Dan kita manusia yang beragama hanya
meminta pertolongan kepada Allah SWT diluar kendali kita hanya Allah SWT
yang mampu menolong hambanya.
Secara keilmuan dan tata cara pengetahuan dunia, Tuhan tak pernah dan
tak mungkin menjadi objek kajian ilmu, karena kajian ilmu selalu parsial,
terukur, terbatas dan dapat diuji secara berulang-ulang pada lapangan atau
laboratorium percobaan keilmuan sehingga objel kajian ilmu ini memiliki
susunan yang pasti dan terbukukan. Dengan demikian, kehendak untuk
membuktikan adanya Tuhan melalui pendekatan ilmu, akan mengalami
kegagalan, karena sudah sejak dari awal tidak benar secara metodologis. Jika
ilmu tidak bisa menghadirkan Tuhan dalam laboratoruium untuk diujicobakan,
bukan berarti Tuhan lantas tidak ada, karena yang terjadi adalah kesalahan pada
pendekatan metodologisnya. Oleh karena itu, dalam filsafat hakikat Tuhan telah
menjadi bahan perenungan yang sangat intens, sejak Yunani kuno bahkan
hingga sampai saat ini. Kita resapi dan kita rasakan menggunakan hati kita ini
bahwa Tuhan itu selalu ada bersama kita, dimanapun dan kapanpun kita berada.
Kita meyakini bahwa suatu ajaran agama Islam telah menjadi cahaya penerang
kita untuk mendapatkan keilmuan agama, kehidupan yang baik, peraturan yang
menjaga kita dari bahayanya dunia ini serta ajaran agama yang mampu
mengubah kehidupan lebih penuh kedamaian dan keterangan hati berserta jiwa
dan raga. Pada umumnya, manusia mengambil keyakinan mereka dari orang
disekelillingnya dan juga dari orang tuanya. Ia mengimani apa yang mereka
imani. Ada kelompok yang mau menerima hanya apa yang bisa memuaskan
akalnya, dan bisa menenangkan hatinya. Mereka mengkaji secara bebas dan
percaya berdasarkan kepastian. Dalam proses kehidupan, bertuhan memiliki
setidaknya tiga aspek makna eksistensial yang hal ini sangat mempengaruhi
pola keberagamaan.
Aspek makna eksistensial
a. Memiliki Tuhan.
b. Hidup bersama Tuhan.
c. Mengabdi kepada Tuhan.
Dalam setiap agama selalu diajarkan tentang Tuhan, sebagai suatu prinsip dasar
dari ajaran agama itu sendiri dan Tuhan dinyatakan adanya sebagai pencipta
semua yang ada ini. Semua agama prinsip dasarnya adalah keyakinan terhadap
Tuhan. Persepsi tentang Tuhan yang dibentuk agama ini, akan sangat tergantung
bagaimana ajaran tentang Tuhan itu dikemas oleh suatu agama jika Tuhan
diajarkan sebagai yang maha kuasa maka dengan sendirinya manusia
menempatkan dirinya yang berlawanan yaitu yang maha lemah. Kita pun
meyakini bahwa kita sebenarnya sangat lemah dibandingkan dengan sang
pencipta segala bumi beserta dengan isinya. Dengan hal tersebut kita harus
senantiasa beriman, bertaqwa dan berterima kasih kepada Tuhan yaitu Allah
SWT.
Tuhan dirasakan kehadirannya dalam perspektif psikologis (jiwa). Secara
naluriah, manusia selalu berusaha menyandarkan hasrat kehidupannya kepada
sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan yang berada di dalam dirinya dan
diluar dirinya. Hal ini bisa terlihat dalam rentangan sejarah kehidupan manusia,
baik pada zaman klasik sampai kepada kondisi kekinian. Pada zaman klasik,
manusia banyak menyandarkan keyakinannya kepada benda-benda yang
dinggap sakti, keramat dan lain sebagainya. Pada zaman modern, dikarenakan
rasionalitas manusia sudah mengalami kemajuan, kepercayaan seperti ini sudah
tidak begitu kental berada ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa tanpa adanya ajaran agama langit yang berkembang dalam
suatu komunitas masyarakat, mereka akan berusaha membentuk sebuah
keyakinan berdasarkan kemampuan, pengalaman dan ilmu yang mereka miliki.
Dalam Islam, potensi kebertuhanan manusia ini difasilitasi dan dibimbing
agar menjadi suatu keyakinan yang benar dan lurus. Bimbingan terhadap
manusia ini langsung berasal dari Allah sebagai zat yang Maha Tinggi, maha
Kuasa, Maha Mengetahui. Namun bimbingan itu bukan dalam bentuk Allah
yang membimbing manusia, tetapi melalui risalah yang dibawa oleh para Nabi
dan Rasul Allah Swt. Para Nabi dan rasul dalam mengemban amanah dakwah
mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia adalah mengabdi dan menyembah
Allah.

Agama merupakan sebuah realitas yang telah hidup dan mengiringi


kehidupan manusia sejak dahulu kala. Bahkan Agama akan terus mengiringi
kehidupan manusia entah untuk beberapa lama lagi. Fenomena ini akhirnya
menyadarkan manusia bahwa baik Agama maupun manusia tidak dapat
dipisahkan, keduanya saling membutuhkan. Sebaliknya, manusia tidak akan
menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang manusiawi jika Agama tidak
mengajarkan manusia bagaimana cara menjadi manusia yang menusiawi
tersebut. Secara harfiah Agama dapat diartikan yaitu sebuah “aturan atau
tatacara hidup manusia yang di percayainya yang bersumber dari Yang Maha
Kuasa untuk kebahagian dunia dan akhirat.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan)
di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain
Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ َأ ْن َدا ًدا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح ِّب هَّللا‬


ِ ‫س َمنْ يَتَّ ِخ ُذ ِمنْ د‬
ِ ‫َو ِم َن النَّا‬
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Orang yang beriman yang pertama harus menyatakan keislaman secara lisan
harus berlandaskan ilmu yang kuat yang diantaranya adalah ilmu teologi islam
atau ilmu kalam. Kedua, melaksanakan keislaman dengan fisik dengan
berlandasakan ilmu yang hak yaitu ilmu fiqhi. Dan yang ketiga adalah
membenarkan islam dalam hati yang berdasarkan kepada ilmu tassawuf.
Sehingga sangat penting sekali mempelajari ilmu teologi islam dalam pencarian
kebenaran, keyakinan atau keberagamaan dan juga teologi islam dapat
meningkatankan aqidah dan memberi ukhwah islamiyah. Selain itu dengan
mempelajari ilmu teologi islam akan mencegah terjadinya konfilk ataupun
diskriminasi antara satu aliran dengan aliran yang lain.
Manusia bertuhan menurut ajaran Islam yaitu terdapat dalam rukun islam
dan rukun iman. Sebagai seorang muslim sejati, kita mesti mengetahui
pengertian dan makna dari rukun Islam. Setelah memahaminya, mari diamalkan
dengan sebaik-baiknya. Ciri seorang pemeluk Agama Islam bisa ditakar lewat
rukun Islam. Sebab, pada dasarnya rukun Islam adalah pondasi atau dasar yang
setiap muslim wajib mengerjakannya. Jika tak mengerjakan salah satu di
antaranya, status kemusliman orang tersebut patut dipertanyakan. Rukun adalah
sesuatu yang kewujudan sesuatu yang lain adalah terhenti di atas
kewujudannya, sedangkan ia menjadi sebahagian dari hakikat sesuatu itu. Jadi
dapat dimengerti bahwa rukun adalah sesuatu yang menjadi asas kepada
kewujudan sesuatu biarpun ia berada di luar dari pada hakikat sesuatu itu. Islam
merupakan agama Allah SWT yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang
berdasarkan Al-Qur’an dan hadist. Maka dapat diartikan, rukun Islam adalah
tiang-tiang atau dasar dan asas bangunan keiaslaman seseorang. Seseorang
dikatakan beragama islam apabila dia telah memenuhi rukun Islam. Islam
dibangun di atas lima dasar asas yaitu syahadat, mendirikan shalat, membayar
zakat, berpuasa dan berhaji (bila mampu).

Urutan dari rukun Islam itu sendiri, yaitu:

1. Mengucapkan syahadat.
2. Mendirikan salat.
3. Membayar zakat.
4. Berpuasa.
5. Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, Syahadat adalah pernyataan


kepercayaan dalam keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai rosulnya dan
merupakan asas dan dasar bagi rukun islam lainnya. Syahadat merupakan ruh,
inti dan landasan seluruh ajaran islam. Syahadat sering disebut dengan
syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat, yaitu asyhadu an-laa ilaaha illallaah.
Artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah. Kalimat Pertama
menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai
Allah sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang
menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya
Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup. Kalimat kedua : wa asyhadu
anna muhammadan rasuulullaah. Artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad
saw adalah Rasul / utusan Allah. Kalimat Kedua menunjukkan pengakuan
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allâh. Dengan mengikrarkan kalimat ini
seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang
disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadis
Muhammad saw. Rukun Islam yang kedua yaitu mendirikan shalat, karena
shalat adalah kewajiban kita sebagai umat muslim untuk beriman kepada Allah.
Salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Arti pentingnya shalat dapat
dinilai dari kenyataan bahwa merupakan kewajiban pertama.

Rukun Islam ketiga adalah menunaikan Zakat. Zakat adalah jumlah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya)
menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Zakat merupakan rukun ketiga dari
Rukun Islam. dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam.
Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Rukun Islam keempat adalah Berpuasa di
Bulan Ramadhan. Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat
islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan
cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat
membatalkan puasa sejak terbit matahari atau fajar hingga subuh sampai
matahari terbenam atau maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap
hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur
kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat. Rukun
Islam ke-lima adalah Pergi Haji (Bagi yang Mampu). Rukun Islam yang kelima
kelima adalah haji (ziarah) ke Baitullah di Mekkah sekali seumur hidup.
Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat
begitu banyak sekali dan makna yang terkandung ketika pergi berhaji. Haji ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-
amalan ibadah tertentu pula. Haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah
syahadat, salat, puasa dan zakat. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik,
dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di
beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim
haji (bulan Zulhijah). Sehingga bisa kita simpulkan bahwa dengan
mengamalkan rukun Islam maka ini adalah cara manusia untuk bertuhan.

Rukun Iman :

1. Iman kepada Allah.


2. Iman kepada Malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada para Rasul.
5. Iman kepada hari Kiamat.
6. Iman kepada Takdir.
Rukun Iman ada 6, yakni Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman
kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada para Rasul, Iman kepada hari Kiamat
dan Iman kepada Takdir. Rukun ini menjadi dasar akan Islam itu sendiri.
Rukun yang ada pada rukun iman adalah dasar, landasan, atau asas. Yang
memiliki arti 6 hal yang telah disebutkan dalam rukun iman yaitu landasan yang
dasar dan utama dalam beragama. Rukun iman pertama yaitu Iman kepada
Allah yaitu Seorang yang mengaku muslim tidak akan dikatakan beriman
kepada Sang Khalik apabila tidak meyakini dan mengimani 4 hal, beriman akan
adanya Allah, beriman pada rubbubiah Allah, dimana tidak ada dzat lain yang
menciptakan, menguasai, dan mengatur seluruh alam  semesta kecuali Allah
SWT. Dimana tidak ada sembahan yang patut disembah kecuali Allah dan kita
pun harus mengingkari sesembahan selain Allah SWT. Iman kepada Allah SWT
merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena
iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka
keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri
seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar,
maka ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti
iman kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari
kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah
seseorang secara keseluruhan.

Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang


tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama
Islam. Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang
tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan
pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus
tertanam dengan benar kepada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah
SWT tidak tertanam dengan benar, maka ketidak-benaran ini akan berlanjut
kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-
kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada
akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan. Di masyarakat
tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.

Rukun Iman kedua adalah Iman kepada Malaikat yaitu Malaikat adalah
makhluk Allah yang sepanjang hidupnya selalu patuh dan taat kepada Allah.
Untuk itu, kita sebagai seorang muslim harus mengimani adanya malaikat-
malaikat Allah. Kita juga harus percaya bahwa malaikat memiliki wujud.
Malaikat telah Allah ciptakan dari cahaya. Rukun Iman ketiga adalah Iman
kepada kita-kitab Allah yaitu Seorang muslim harus mengimani dan meyakini
bahwa al - Qur’an adalah penghapus hukum dari semua kitab – kitab yang
sudah turun sebelumnya. Untuk itu, agar menjadi muslim yang baik lagi
sempurna, marilah kita isi hari-hari kita dengan memperbanyak membaca al -
Qur’an. Berpedoman kepada al -Qur’an akan menjadikan hidup lebih berkah
dan bermanfaat. Selain itu kita menjadi semakin dekat dengan Allah. Rukun
iman keempat adalah Iman kepada para Rasul yaitu Rukun Iman ke-4 ini
menegaskan kita akan keharusan beriman pada Rasul-Rasul Allah. Di antara
laki- laki terpilih ini telah Allah tugaskan untuk menjadi perantara untuk diri-
Nya dengan seluruh makhluk-Nya. Kita harus mempercayai bahwa wahyu yang
telah diberikan kepada Nabi dan Rasul ialah benar dan bersumber dari Allah
SWT. Dengan demikian bisa dikatakan jika seseorang mengingkari salah satu
dari Rasul-Rasul Allah, maka sama artinya seseorang tersebut telah
mengingkari semua Nabi dan Rasul Allah yang lain. Rukun Iman kelima adalah
Iman kepada hari kiamat yaitu Sebagai muslim yang bertaqwa, kita harus
percaya akan adanya kehidupan setelah kematian. Yakni alam barzakh ( alam di
antara dunia dan akhirat). Kita juga harus mempercayai dan mengimani akan
adanya tanda- tanda hari akhir. Selain itu, wajib pula bagi kita untuk
mempercayai adanya hari kebangkitan di Padang Mahsyar, dan akan berakhir di
Surga atau Neraka. Rukun Iman keenam adalah percaya kepada hari akhir.
Seseorang yang meyakini Qada’ dan Qadar Allah tidak akan menjadi muslim
yang sering mengeluh, sebab mereka meyakini bahwa semua kejadian yang
baik atau buruk adalah dari Allah SWT. Allah telah menetapkan takdir baik dan
buruk untuk semua makhluk-Nya, bahkan jauh sebelum kita lahir ke dunia ini.
Sehingga dengan kita percaya terhadap rukun Iman merupakan cara manusia
untuk bertuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada bersama kita sebagai umat
islam Allah adalah Tuhan semesta alam beserta isinya.

Dengan hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa cara manusia bertuhan yaitu
menurut kepercayaan dari manusia itu sendiri kita meyakini dan mempercayai
bahwa Allah SWT adalah tuhan dari segala semesta alam dan isinya. Dengan
kita memiliki keyakinan dan keimanan kepada tuhan maka hidup akan semakin
tenang, tentram dan mengetahui akan tujuan hidup tersebut. Agama Islam sudah
memberi arahan cara umatnya untuk melakukan proses bertaqwa kepada Allah
SWT terdapat dalam ajaran agama islam, rukun iman, rukun islam serta ajaran
agama islam lainnya seperti sejarah, buku, filsafat, al-Qur’an. Untuk itu kita
sebagai manusia bukti terimakasih dan cintanya kita terhadap diri sendiri dan
sekeliling kita dengan kita beriman kepada Tuhan yaitu Allah SWT. Dengan
begitu kita akan menjadi makhluk yang penuh anugerah dan ketentraman dalam
hidupnya kita bisa bercerita dengan Allah SWT meminta segala pertolongan
agar dimudahkan setiap langkah kita menuju kehidupan yang di inginkan.

Anda mungkin juga menyukai