Anda di halaman 1dari 19

BAGAIMANA MANUSIA

BERTUHAN
a. Konsep Spiritualitas Sebagai Landasan
Kebertuhanan
 Doe (dalam Muntohar, 2010 : 36) mengartikan bahwa
spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai,
moral dan rasa memiliki.
 Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan.
 Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non-
fisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita; suatu
kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan
: atau sesuatu unsur yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita.
Roh dalam perspektif Islam
 Dalam perspektif Islam, “spirit" sering dideskripsikan sebagai
jiwa halus yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri manusia.
Al-Qusyairi dalam tafsirnya Latha 'if al-lsyarat menunjukkan
bahwa roh jiwa halus yang ditempatkan oleh Tuhan dalam diri
manusia sebagai potensi untuk membentuk karakter yang
terpuji.
 Roh merupakan fitrah manusia, yang dengan roh manusia
mampu berhubungan dengan Tuhan sebagai kebenaran sejati .
 Karena adanya roh, manusia mempunyai bakat untuk
bertuhan, artinya roh-lah yang membuat manusia mampu
mengenal Tuhan sebagai potensi bawaan sejak lahir.
 Dengan adanya roh, manusia mampu merasakan dan meyakini
keberadaan Tuhan dan kehadiran Nya dalam setiap fenomena
di alam semesta ini. Atas dasar itulah, sebenarnya manusia
memiliki fitrah sebagai manusia yang bertuhan.
Dalam sebuah ayat dijelaskan ;
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Ruum/30: 30)
Yang dimaksud fitrah Allah pada ayat di atas
adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama
tauhid .
b. Alasan Mengapa Manusia Memerlukan
Spiritualitas
 1.Karena manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki
keterbatasan.
 2.Untuk menjaga integritas diri kita di tengah realita dunia yang
dikuasai kemajuan ilmu dan teknologi yang melahirkan sikap
hidup yang materialistis, hedonis, konsumtif, mekanis, dan
individualistis.
 3.Untuk mengembangkan hati nurani yang takut akan Tuhan.
 4.Untuk mengendalikan dorongan ego dalam diri kita.
 5.Menyadarkan bahwa hidup kita adalah anugerah pemberian
dari Tuhan.
 6. untuk menggapai ketenangan dan kedamaian yang
merupakan kebutuhan masyarakat yang paling penting.
c. Menggali Sumber Psikologis, Sosiologis,
Filosofis,danTeologis tentang Konsep Ketuhanan
1.Bagaimana Tuhan dirasakaan kehadirannya dalam Perspektif
Psikologis?
 Manusia secara nature dapat merasakan Yang Gaib karena di dalam
dirinya ada unsur spirit. Roh merupakan semacam sim card ketuhanan
yang dengannya manusia mampu berhubungan dengan Tuhan
sebagai kebenaran sejati.
 Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an
katsuradzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai’an fa huwa `abduhu).
 Kata Nabi juga,ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1)lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding
dengan yang lain,
(2)lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding
dengan yang lain, dan
(3)lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding
kemauan orang lainbahkandaripadadirinyasendiri.
 Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka
ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan
membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan
Allah SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah
Allah SWT daripada perintah yang lain saat itulah kehadiran
Allah dapat kita rasakan.
2.Bagaimana Tuhan Disembah Masyarakat
Dalam Perspektif Sosiologis?

Dalam Sosiologis, Agama dipandang sebagai


sistem kepercayaan yangdiwujudkan
dalam perilaku sosial tertentu. Berkaitan
dengan pengalaman manusia, baik sebagai
individu maupun kelompok. Oleh karena itu,
setiap perilaku yang diperankan akan terkait
dengan sistem keyakinan dari ajaran Agama
yang dianut.
3.Bagaimana Tuhan Dirasionalisasikan
Dalam Perspektif Filosofis
 Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan
pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut
sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan
menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya.
 Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia
dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan
secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada
kebenaran tentang Tuhan.
4.Konsep tentang Tuhan dalam Perspektif
Teologis

 Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan


keberagamaan harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang
dianggap sakral dan dikultuskan karena dimulai dari atas (dari
Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Artinya, kesadarantentang Tuhan,
baik-buruk, cara beragama hanya bisa diterima kalau berasal dari
Tuhan sendiri.
 Tuhanmemperkenalkandiri-Nya,konsep baik-
buruk,dancara beragamakepadamanusiamelalui berbagaipernyat
aan,baik yangdikenalsebagaipernyataanumum,sepertipenciptaan
alamsemesta, pemeliharaanalam, penciptaansemuamakhluk,maup
un pernyataankhusus,sepertiyangkitakenalmelaluifirman-
Nyadalamkitabsuci.
d. Membangun Argumen tentang Cara
Manusia Meyakini dan Mengimani Tuhan

meyakini atau memercayai Tuhan artinya


pengikatan dan pembatasan terhadap
Wujud Mutlak Tuhan yang gaib dan
transenden yang dilakukan oleh subjek
manusia melalui kreasi akalnya, menjadi
sebuah ide, gagasan, dan konsep tentang
Tuhan.
Iman terbentuk karena peran Tuhan dan
manusia.
Peran Tuhan dalam pembentukan iman
terletak pada karunia-Nya berupa akal dan
potensi kebertuhanan yang disebut dengan
roh, sehingga manusia mempunyai potensi
keimanan kepada Allah.
Potensi tersebut kemudian dipersepsi
dengan cara tertentu oleh manusia
sehingga menjadi keyakinan, maka iman
pun membutuhkan peran manusia.
Pembentukan iman juga dipengaruhi
Proses pembelajaran, pembiasaan,
pengalaman, dan indoktrinisasi yang
dilakukan oleh guru, orang tua, orang-
orang di lingkungan sekitar, dan
kebiasaan social.
 Orang yang beriman adalah orang yang
berkarakter. Beriman kepada Allah berarti
memiliki karakter bertuhan.
Oleh karena itu, orang beriman kepada Tuhan
atau memiliki karakter bertuhan adalah
seseorang yang meyakini Tuhan sebagai
sumber kebenaran dan kebajikan tertinggi,
mengidentikkan diri dengan cara banyak
meniru akhlak Tuhan dalam bersikap dan
berperilaku, dan memiliki komitmen kepada
nilai-nilai tersebut.
Aspek keimanan manusia

 Keimanan dua aspek, yaitu keyakinan dan indikator


praktis.
1. keyakinan dimaknai sebagai pembenaran terhadap
suatu konsep (dalam hal ini konsep tentang Tuhan)
sehingga ia menjadi aturan dalam hati yang menunjukkan
hukum sebab akibat, identitas diri, dan memengaruhi
penilaian terhadap segala sesuatu, serta dijalankan
dengan penuh komitmen.
2. Iindikator praktis keimanan merupakan sikap dan
perilaku yang dilakukan manusia.
e. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi
Ilahi untuk Membangun Dunia yang Damai

Agar manusia dapat tetap konsisten dalam


kebaikan dan kebenaran Tuhan, maka
manusia dituntut untuk membangun relasi
yang baik dengan Tuhan. Manusia tidak akan
mampu membangun relasi yang harmonis
dengan Tuhan apabila hidupnya lebih
didominasi oleh kepentingan ragawi dan
bendawi. Oleh karena itu, sisi spiritualitas harus
memainkan peran utama dalam kehidupan
manusia sehingga ia mampu merasakan
kehadiran Tuhan dalam setiap gerak dan
sikapnya.
Apabila manusia telah mampu mengasah
spiritualitasnya sehingga ia dapat merasakan
kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat
segala sesuatu dengan visi Tuhan (Ilahi). Visi Ilahi
inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat
manusia sehingga setiap tindak tanduk dan
sikap perilaku manusia didasari dengan
semangat kecintaan kepada Tuhan sebagai
manifestasi kebenaran universal dan
pengabdian serta pelayanan kepada sesame
ciptaan Tuhan, dengan begitu akan tercipta
dunia yang damai.

Anda mungkin juga menyukai