Di zaman super modern dan melenial ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya melalui proses yang sangat
panjang oleh para pendiri negara ini. Sejarah perumusan yang penuh pengorbanan tersebut akan
sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yakni. Pancasila merupakan rangkaian kesatuan
dan kebulatan tekad yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung
empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya
atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis,
yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang
bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian
susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya
kita fahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa
sebutan berbeda, seperti:
- Pancasila sebagai jiwa bangsa,
- Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
- Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
- Pancasila sebagai way of life bangsa
Tentang hal jiwa menurut Agus mustofa jiwa adalah pelaku utama dalam diri seorang
manusia. Jika Pancasila sebagai jiwa bangsa dalam ungkapan beliau bahwa jiwa bukanlah badan,
karena kalua badannya dipotong-potong pun aku masih hidup dan masih tetap ada. Jiwa juga
bukanlah sang roh, karena roh adalah zat Ketuhanan sebagian dari Dirinya yang hidup dalam
badan1
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk Pancasila bukanlah merupakan suatu
kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan akan makna dari
Pancasila bagi bangsa Indonesia. Karena hal yang terpenting adalah perbedaan penyebutan itu
1Ibid, h. 33.
tidak mengaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya yaitu sebagai dasar negara. Tetapi
pengertian pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan dapat
mengaturkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar negara, seperti yang pernah terjadi
di masa lalu. Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama
untuk senantiasa menjaga kelestarian nilai – nilai pancasila sehingga apa yang pernah terjadi di
masa lalu tidak akan teredam di masa yang akan datang.
Pancasila adalah nilai-nilai kebersamaan masyarakat yang diwujudkan menjadi suatu
wadah bersama dari berbagai suku, ras, daerah, dan agama yang memiliki dasar bertuhan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Berjanji setia memiliki paham yang sama dalam menghayati kehidupan
warga bangsa yang plural (beraneka ragam suku dan agama). Penghayatan tersebut diabadikan
dalam lambang Garuda Pancasila yang gagah perkasa mampu mencengkeram dengan kuat nilai-
nilai kebersamaan dengan satu semboyan” Bineka Tunggal ika”.
Pancasila sebagai dasar negara telah menopang dan mengakomodir berbagai suku, ras,
dan agama seluruh masyrakat yang ada di Indonesia. Pancasila merupakan wadah yang berupa
anugrah sangat sesuai dan tepat untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang
ada
diIndonesia. Ini menyiratkan bahwa Islam adalah sebuah agama dan Pancasila adalah ideologi.
Pancasila akan tidak menjadi sebuah agama dan agama akan tidak menjadi sebuah ideologi.
Karena Sila Ketuhanan meminjam ungkapan Bung Hatta, hanya menjadi dasar hormat-
menghormati antar pemeluk agama melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan
kebenaran, adilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan, yang dalam dinamika Indonesia bermakna persatuan wilayah, bangsa dan negara
Indonesia. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi,
politik, sosial, dan budaya serta keamanan.
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia yang
bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara
yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Semangat persatuan dahulu merupakan kunci yang menentukan dalam terwujudnya
Indonesia merdeka, kini persatuan atau nasionalisme merupakan hal pokok ynag harus ada dan
ditingkatkan demi kelangsungan pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Akan tetapi paham
persatuan kebangsaan Indonesia tidaklah sempit atau chauvinistik, melainkan dalam arti
menghormati bangsa lain sesuai dengan sifat kehidupan bangsa itu sendiri. Nasionalisme
Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa, dalam upaya membina tumbuhnya persatuan
dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu, tidak terpecah-pecah.
Hal ini sesuai dengan ada nya alinea IV Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang
berbunyi: “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap 1.16 Pancasila bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia” Persatuan merupakan prinsip terpenting dalam membangun komunitas, kelompok,
organisasi dan Negara. Dalam Alquran, ditemukan banyak sekali anjuran untuk bersatu dan
kecaman terhadap perpecahan. Bahkan persatuan disebut Alquran sebagai tali Allah. Hal
demikian seperti yang dapat kita lihat pada Q.S. Al-Hujarat/49:13 yang artinya Wahai manusia
sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal . Dalam berbagai
ayat-ayat Alquran hal lain tentang keadilan dapat dilihat pada beberapa ayat seperti Ali
Imran/3:103 dan 105. Q.S. al-An’am/6:153, Q.S. Al-Bayyinah/98:4 dan lain-lain.