Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
MATERI PKN UNTUK SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI DARAT
DI BALI
DENPASAR, 2020/2021

Ir. I Dewa Putu Punia Asa.,M.T

Tema :
Kedudukan Pancasila
Dalam NKRI
6.3. Kedudukan Pancasila dalam NKRI
Ada beberapa kedudukan dan fungsi yang dimiliki Pancasila dalam NKRI
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 menegaskan Pancasila sebagimana
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah Dasar Negara NKRI. Sebagai
Dasar Negara, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum dan
segala aspek penyelenggaraan pemerintahan harus sesuai dgn nilai-nilai
Pancasila.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa (Way of life)
Pancasila mrpk kristalisasi nilai-nilai yg diyakini kebenarannya oleh BI,
dan bertekad unt mewujudkan dlm pola tingkah laku dan tindakannya. Sbg
pandangan hidup, Pancasila mampun mempersatukan masy. Indonesia
yang beragam.
3. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Pancasila yang disetujui wakil-wakil bangsa Indonesia baik sebelum
maupun sesudah proklamasi, merupakan warisan, karena Pancasila digali
dari nilai-nilai luhur budaya bangsa yang sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia dan telah teruji kebenarannya.
4. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Berbeda halnya dengan ideologi besar lainnya yg merupakan hasil
pemikiran individu/kelompok, tetapi Pancasila sebagai Ideologi
merupakan karya besar anak bangsa. Sebagai ideologi bangsa berarti
Pancasila memuat cita-cita yang ingin diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana dirumuskan
dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.

5. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa


Pancasila menjadi ciri khas atau identitas bagi bangsa Indonesia, yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bengsa-bangsa lainnya di dunia.
Nilai-nilai Pancasila secara terpisah mungkin saja dimiliki oleh bangsa
lainnya. Akan tetapi nilai-nilai kelima sila dalam Pancasila merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Itulah yg menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
6.4. Pancasila Sebagai Sebuah Sistem Filsafat.
Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakekatnya mrpk sebuah sistem
filsafat. Artinya tiap-tiap sila sebagai mrpk satu kesatuan yg tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Sila-sila dalam Pancasila memiliki fungsi masing-masing, saling
berhubungan dan bekerja sama untukmencapai suatu tujuan dan kesemuanya itu mrpk
satu kesatuan yang utuh.
Suatu sistem pada umumnya memiliki beberapa ciri, antara lain
1. bagian-bagian mrpk satu kesatuan
2. masing-masing bagian memiliki fungsi tersendiri
3. saling berhubungan, saling ketergantungan, dan saling bekerja sama.
4. Ada tujuan yang ingin diwujudkan.
5. terjadi dalam lingkungan yang komplek (lihat Kaelan, 2019).

Sila-sila Pancasila sbg sebuah sistem filsafat pada dasarnya mrpk satu kesatuan
organik. Antara sila-sila Pancasila saling terkait, saling berhubungan, bahkan saling
mengkualifikasi (saling memberi nilai atau memberikan bobot sila lainnya).
Pancasila sbg sebuah sistem filsafat dapat dipahami dari pemikiran
dasar yg terkandung dlm Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dlm
hubungannya dgn Tuhan Yang Maha Esa, dgn dirinya sendiri, dengan
sesama manusia dan masy bangsa lainnya yg nilai-nilainya telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian Pancasila mrpk suatu sistem dalam
pengertian kefilsafatan sebagaimana sistem kefilsafatan lainnya, spt
materialis, komunis, liberalisme, hedonisme dan sebagainya.

6.5. Susunan Sila-sila Pancasila Bersifat Hirarkhi dan Berbetuk


Piramida
Kalau dilihat urutan sila-sila Pancasila menunjukan suatu rangkaian
tingkat, dalam, luas, dan sifat-isinya merupakan pengkhususan dari sila-sila
di depannya. Jika urutan sila-sila Pancasila dipandang mempunyai maksud
yang demikian, maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat satu
sama lainnya, sehingga sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
bulat.
Dalam susunan hirarkhis dan piramida ini, sila Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi basis sila-sila lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan,
persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan sosial. Demikian juga sebaliknya
Ketuhanan Yang Maha Esa juga akan dipengaruhi oleh sila-sila lainnya, sehingga
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun
dan memelihara persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiap-tiap sila akan mengandung sila-sila
lainnya.

Noto Negoro sebagaimana dikutif dalam Kaelan (2016: 11) mengatakan


Pancasila sebagai suatu sistem yang bersifat hirarkhi dan berbentuk piramida adalah,
bahwa hakikat adanya Tuhan adalah karena dirinya sendiri (causa prima), Adanya
manusia juga karena adanya Tuhan (Sila 1). Manusia Adalah subjek pendukung
negara (Sila 2). Adanya negara karena adanya manusia yang bersatu (Sila 3). Manusia
yang bersatu yang mengakui adanya negara adalah rakyat (Sila 4). Tumbuhnya
kemauan hidup bersama diantara manusia yang ada dalam satu negara, karena ada satu
tujuan yang ingin dicapai yaitu keadilan (Sila 5).
HIRARKHI DAN BENTUK PIRAMIDA
DARI SILA-SILA PANCASILA

Ketuhanan Yang Maha Esa

Kemanusiaan yang
adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


6.6. Nilai-nilai Kepribadian Pancasila
Sebagimana telah diuraikan di atas, bahwa Pancasila sbg dasar filsafat
bangsa Indonesia pada dasarnya bersumber dari nilai-nilai budaya dan
keagamaan yg dimiliki bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa
Indonesia. Sebagai kepribadian bangsa, maka nilai-nilai Pancasila
merupakan prinsip dasar bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara yang sudah tentu berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya di
dunia.
Nilai-nilai Pancasila secara tersendiri mungkin saja dimiliki oleh bangsa
lain, akan tetapi nilai-nilai Pancasila mrpk satu kesatuan yg utuh yang tidak
bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya. Nilai-nilai esensi tersebut adalah
Ketuhanan; Kemanusiaan; Persatuan; Kerakyatan dan Keadilan, yang
dalam kenyataan secara obyektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala.
Frans Magnis Suseno dalam Budi Hardiman (ed.) 2016: 71, mengatakan bahwa
Pancasila adalah etika bangsa Indonesia, karena Pancasila memuat nilai-nilai dasar
dan cita-cita sbg penuntun perilaku masyarakat Indonesia dan menjadi arah yang
harus diwujudkan
Frans Magnis Suseno, membandingkan Nilai-nilai Pancasila dengan prinsip2
etis, sebagai berikut.

No Pancasila Prinsif Etis


1. Sila 1. Kebebasan beragama
Ketuhanan Yang Maha Esa Pluralisme
2. Sila 2 Pengakuan HAM
Kemanusiaan yang adil dan Nilai2 Kemanusiaan Universal
beradab Penolakan thd kekerasan

3. Sila 3 Nasionalisme
Persatuan Indonesia Cinta Tanah Air
4. Sila 4 Demokrasi
Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawatan perwakilan

5. Sila 5 Solidaritas bangsa


Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Kesejahteraan
Indonesia
Sebagaimana yang dikatakan Frans Magnis Suseso bahwa Pancasila
adalah etika bangsa Indonesia, karena Pancasila memuat nilai-nilai dasar
dan cita-cita sbg penuntun perilaku masyarakat Indonesia dan menjadi
arah yang harus diwujudkan.
Timbul pertanyaan, sudahkan sebagai bangsa kita menjadikan
Pancasila sebagai penuntun perilaku ? Jika kita lihat berbagai
peristiwa di bawah ini.
DI BALI
2016 2.02 % = 62.447 (PRK 11)
2017 1,6 & = 50.937 (PRK 23)
POLTRADA BALI 2021

SEKIAN
OM SHANTIH SHANTIH SHANTIH OM

Anda mungkin juga menyukai