PIRAMIDAL)
Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, suatu ideologi yang
dianut dan dijadikan sebagai pandangan dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu
panca yang dalam bahasa Indonesia bermakna 5 (lima) dan syila yang bermakna batu
sendi / alas / dasar, dari dua kata itulah pancasila tersusun. Pancasila memiliki arti lima dasar
yaitu meliputi :
1.
2.
3.
Persatuan Indonesia
4.
5.
piramidal Pancasila ialah: Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan
basis atau pokok pangkalnya, dan tiap sila merupakan pengkhususan dari sila di mukanya.
Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4,
dan 5, begitu pula sila- sila berikutnya saling berkaitan erat dan menjiwai satu dengan yang
lain.
Referensi
Sumber Internet :
Athoullah Mondir. Kamis 30 Juni 2011. PANCASILA BERSIFAT HIRARKIS DAN
BERBENTUK PIRAMIDAL. Vandome Blogger
Agus Nugraha. Kamis 2 Mei 2013. Makalah lengkap tentang pancasila : PANCASILA
SEBAGAI
SISTEM
FILSAFAT.
Master
SEO
Blogger
Nurwendah Wulandari. Rabu 11 Januari 2012. Bentuk dan Susunan Pancasila. Blogger
Byung Febriant. Kamis 10 Mei 2012.Pancasila Hierarkis Piramidal. Blogger
Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
GBHN1993 adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dapat dideskripsikan sebagai
berikut : beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai
semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa
pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Seiring dengan tujuan pendidikan nasional, Tirtaraharja. U dan La Sulo. S, (2005),
menyatakan bahwa pembanguan nasional termasuk pendidikan adalah pengamalan Pancasila dan
untuk itu pendidikan nasional mengusahakan pembentukan manusia Pancasila. Tujuan pendidikan
yang telah dirumuskan terkait menjadikan manusia Pancasila berpedoman pada lima sila yang
kemudian dijabarkan menjadi 36 butir-butir nilai.
diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Jika kurang perhatian, maka tidak
heran kalau pendidikan banyak melahirkan orang pintar namun tidak memiliki rasa
kemanusian. Ia hanya sibuk dengan bagaimana mencapai kebahagiaan individu dan lupa
bahwa disekelilingnya banyak individu lain yang perlu mendapat perhatian.
Jelas bahwa kejadian disekeliling kita menunjukan betapa rendahnya rasa
kemanusiaan. Contoh gampang misalnya terjadinya pembunuhan yang dilakukan anak
terhadap orang tua atau sebaliknya. Pendidikan disekolah adalah lembaga formal yang
berperan dalam penanaman nilai kemanusian terkait sila kedua. Minimal pada praktek
pendidikan tidak ada diskriminantif antara sikaya dan simiskin, atau adanya kesenjangan
antara akibat suku, agama dll. Hadirnya sekolah dengan kulitas tinggi yang hanya bisa diikuti
siswa yang mampu sebenarnya salah satu andil pendidikan menciptakan linturnya nilai-nilai
kemanusiaan dalam pendidikan.
Profesionalisme pendidik juga sangat dibutuhkan disini, tidak hanya sekedar
kemampuan kognitif aja. Sebagai pendidik harus mampu menanamkan nilai-nilai yang
terkandug dalam sila dua. Pendidik disetiap kesempaatan wajib menanamkan rasa
kemanusiaan kepada peserta didiknya. Perlu dihindari adaanya anak emas ketika mengajar,
karena hal ini akan mendorong ketidak nyamanan pada peserta didik yang lain.
3. Sila Persatuan Indonesia dan Pendidikan
Sila ketiga dari Pancasila terkandung semangat patriotisme yang sudah ditunjukan
oleh para pahlawan dalam heroiknya perjuangan kemerdekaan. Tanpa semangat patriotisme
para pahlawan mustahil bangsa ini bisa menikmati kemerdekaan sepeeri saat ini. Semangat
patrotisme tersebut terinspirasai dari rasa persatuan, rela berkorban, cinta tanah air dan
bangga terhadap bangsa.
Satu steatmen yang sering kita dengar bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarah. Pendidikan merupakan wadah yang sangat tepat memberikan
pemahaman kepada peserta didik akan pentingnta nilai-nilai terkandung pada sila ke tiga ini.
Lewat kurikulum yang memuat pendidikan sejarah sebenarnya implikasi nyata upaya
pemerintah untuk mengenalkan sejarah perjungan para pahlawan yang diilhami sila ketiga.
Sejarah perjuangan bangsa perlu diketahui untuk dasar menumbuhkan rasa cinta, rela
berkorban, rasa persatuan dan kebanggan terhadap tanah air. Pendidikan formal menjadi ring
pertama yang bisa memberikan wawasan kebangsaan kepada peserta didik. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa semangat yang terkandung dalam sila ke tiga ini begitu rendah. Rasa cinta
tanah air terganti dengan rasa cinta terhadap produk luar negeri. Bahkan nama-nama pejuang
saja tidak banyak yang diketahui masyarakat apalagi memahami perjuangan sampai
meneruskan amanat perjuangannya.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat permusyawaratan dan Perwakilan dan
Pendidikan
Sila ke empat mengajarkan kepada kita pentingnya praktek demokrasi dalam
kehidupan. Setiap keputusan yang diambil harus bisa mengakomodir kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan. Musyawarah menjadi cara penting dalam
pengambilan kebijakan yang diperuntukan pada kepentingan orang banyak. Setelah
mengutamakan muswarah maka keputusan tersebut menjadi keputusan yang bisa
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia.
Terkait dengan sila ini pendidikan pada pelaksanaanya telah banyak berkontribusi
terhadap penitingnya semangat musyawarh yang dilandasi saling menghargai pendapat.
Hadirnya berbagai organisasi siswa seperti OSIS, PMR dll pada llingkup sekolah, secara
nyata memperaktekan semangat sila ke empat ini. Praktek pengajaran disekolah juga sering
menggunakan prinsip sila keempat seperti diskusi, pembelajaran kooperatif dll.
5. Sila Kedailan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dan Pendidikan
Sila kelima Pancasila merupakan landasan dalam keadilan sosial yang seajarnya
menjadi hak bagi setiap warga negara. Dapat dipahami bahwa manusia adalah mahluk soial,
yang tidak bisa lepas dari berbagai interkasi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Butir-butir
dalam sila kelima diantaranya menjelaskan perlunya pengembangan sikap-sikap luhur
cerminan rasa kekluargaan dan kegotong royongan. Terkait dengan kepribadian sangat
penting mengembangkan sikap nyata dalam menghargai hak dan kewajiban orang lain, suka
memberi petrtolongan, menghindari sikap boros dan mewah. Akhir dari sila ke lima adalah
terciptanya stabilitas sosial yang merupakan komitmen bersama dari masing-masing individu.
Pendidikan dilihat dari tujuannya terkait sila kelima adalah menciptakan rasa
kesetiakawanan nasional. Kesetiakawanan nasional akan tercipta jika adanya rasa
kekeluargaan, tolong menolong, saling menghargai, dll seperti termuat dalam sila ke lima.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Asumsi-asumsi filosofi seperti metafisika, epistemologi dan aksiologi Pancasila
mengimplikasi terhadap pendidikan nasional yang meliputi tujuan pendidikan, isi atau
kurikulum pendidikan, metode pendidikan dan peran pendidik serta peserta didik.
2. Ideologi Pancasila yang mengandung nilai-nilai positif karakter bangsa tidak dipraktekan
masyarakat dalam kehidupan sehari. Prilaku yang ditunjukkan masyarakat berbanding
terbalik dengan Pancasila itu sendiri. Hal ini merupakan kegagalan dalam upaya
pengkarakteran ideologi Pancasila ditengah kehidupan.
3. Upaya pengkarakteran ideologi lewat pendidikan Pancasila dikatakan gagal karena dinamika
pendidikan Pancasila mengikuti trend kurikulum pendidikan nasional yang berlaku.
Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan Pancasila selama ini bersifak kognitif belum
menyentuh ranah avektif dan psikomotor.
4. Tidak adanya suritauladan menyebabkan tidak ada panutan dalam penerapan ideologi
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik, maka perlu adanya wacana repitalisasi
pendidikan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional. Revitalisasi pendidikan Pancasila
bisa berupa kebijakan kurikulum yang diharapkan menjadikan Pancasila sebagai entry poin.
Seiring dengan kebijakan kurikulum, perlu kiranya paradikma pendidikan Pancasila tidak
hanya berkutat pada kawasan kognitif, tapi perlu menyentuh kawasan avektif dan
psikomototik bahkan lebih ke arah humanis.
DAFTAR PUSTAKA
http://sayidiman.suryohadiprojo.com. Hilangnya Pendidikan Pancasila Dari Stuktur
Kurikulum KBK dan KTSP oleh : Sardjono. S. Diakses tanggal, 14 October
2008.
Kesuma, D dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah.Cetakan ke-2. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-16. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Suwarno, W. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Cetakan ke-3. Yokyakarta : Ar. Ruzz Media
Group.
Tirtarahardja, U dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Wahyudin, D. 2010. Buku Materi Pokok Pengantar Pendidikan. Cetakan ke-9. Jakarta :
Universitas Terbuka.
http://www.anakciremai.com. Makalah Landasan Pendidikan Pancasila. Diakses tanggal, 01
Oktober 2011.
http://www.fai.umj.ac.id. Buku Daras Ilmu Pendidikan Islam (Pengertian, Ruang Lingkup, dan
Tujuan Serta Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam).
Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Ideologi yang dapat menyesuaikan diri
dari perkembangan zaman tanpa mengubah nilai dasar pancasila. Makna pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah Pancasila dapat menyesuaikan dan diterapkan dari dinamika di
Indonesia dan didunia. Tetapi tidak merubah nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri. Sehinga
pancasila dapat digunakan dan diterapkan dalam berbagai zaman.
A. Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Pancasila dikatakan sebagai ideologi
terbuka, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai Ideologi terbuka antara lain sebagai
berikut...
Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang tidak
berubah
Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih kreatif dan dinamis
ke bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan peraturan perundang-undangan lainnya
Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-hari, baik di
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif bersifat abstrak, seperti mengormati,
kerja sama, dan kerukunan. Hal ini dapat dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan,
dan tingkah laku sehari-hari.
Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang
berasal dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis untuk mencapai
tujuan nasional
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia
Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan
campur tangan atau paksaan dari sekelompok orang.
Isinya tidak operasional
Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Pancasila
Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang berlatakng
belakang dan budaya yang berbeda.
Ideologi Terbuka
Ideologi Terbuka adalah sebuah ideologi yang mampu tetap bertahan dan mengikuti perkembangan
zaman yang bersifat dinamis. Ideologi jenis ini bisa "menempatkan"ajaran atau nilai nilainya
walaupun zaman telah berubah tanpa merubah nilai dasar dari ideologi itu sendiri.
Idiologi terbuka adalah idiologi yang tidak dimutlkakkan dimana nilainya tidak
dipaksakan dari luar, bukan pemberian negara tetapi merupakan realita masyarakat
itu
Adapun ciri-ciri ideologi terbuka adalah :
a. Merupakan kekayaan rohani, budaya ,masyarakat.
b. Nilainya tidak diciptakan oleh negara, tapi digali dari hidup masyarakat itu.
9
c. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkan
nya menurut zamannya.
d. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.
e. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh
berbagai latar belakang agama atau budaya.
Pancasila sebagai idiologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideologi yang
mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai
dasarnya. Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang
sejak tahun 1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri
ditetapkan
sebagai
dasar
Negara. .
Indonesia menganut ideologi terbuka karena Indonesia menggunakan sistem
pemerintahan demokrasi yang didalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk
berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai keinginannya masing-masing. Maka
dari itu, ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling tepat
digunakan Indonesia.
ALAT PEMERSATU
Bangsa Indonesia dengan beraneka ragam suku agama dan ras memerlukan tali pengikat
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan agar tercipta kehidupan yang harmonis di
antara warga masyarakat. Tali pengikat itu adalah cita-cita, pandangan hidup yang dianggap
ideal, dan sesuai dengan falsafah bangsa. Pancasila dianggap sebagai alat pemersatu karena
berisi cita-cita dan gambaran tentang nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan bangsa ini.
Pancasila melandasi semua kehidupan kenegaraan, berbangsa, dan bermasyarakat, oleh
karena itu fungsi dan kedudukannya adalah sebagai alat pemersatu bangsa, untuk
menyatukan semua perbedaan yang ada di Indonesia.
Seloka Bhineka tunggal Ika memang sangat tepat untuk direnungkan
kembali
esensi
dan
kebenaran
yang
terkandung
di
dalamnya. Karena pada hakekatnya semua bangsa, semua manusia
memerlukan
persatuan
dan
kerjasama
di
antara
umat
manusia.
Kerjsama butuh persatuan, dan persatuan butuh perdamaian. Oleh
sebab itu perpecahan sebagai lawan dari persatuan mutlak perlu
dihindari dan disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dari penjelasan ini, kita semakin tahu dan sadar,
bahwa
Sila
Persatuan
Indonesia
sangat
tepat
dicantumkan
dalam
dasar negara, mengingat kebenaran dan kebutuhan yang dihadapi
oleh
seluruh
umat
manusia.
Penutup
Sebagai
pemersatu
bangsa,
Pancasila
mutlak
diperlukan
oleh
seluruh generasi bangsa. Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang
10
2.
Etika adalah kelompok filsafat praktis yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Pengertian politik berasal dari
kataPolitics, yang memiliki makna bermacam macam kegiatan dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan tujuan.
Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau
perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau buruknya. Filsafat politik
adalah seperangkat keyakinan masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dibela dan
diperjuangkan oleh para penganutnya, seperti komunisme dan demokrasi.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjeksebagai
pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik berkaitan eratdengan bidang
pembahasan moral.hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertianmoral senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajibanmoral dibedakan
dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yangdimaksud adalah
kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam hubungannyadengan masyarakat,
bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan dasarfundamental manusia
sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politikbahwa kebaikan
senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yangberadab dan
berbudaya berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsamaupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.
11
Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama
dan untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang adil. Etika
politik membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan
kolektif, dan struktur-struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini
menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya sekadar etika
individual perilaku individu dalam bernegara. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika
Politik. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan:
1.
Legitimasi hukum
2.
Legitimasi demokratis
3.
Legitimasi moral
Etika Politik
Setelah penjelasan kedua poin di atas, maka tibalah pada intisari penting, yaitu
etika politik. Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika, yakni manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat
dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian
moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Dapat disimpulkan
bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan
akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai
makhluk beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara
yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter. Dalam suatu masyarakat negara
yang demikian ini maka seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandan g
tidak baik menurut negara serta masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika
politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai
manusia (Suseno, 1987: 15)[12].
(keadilan sosial) sebagaimana terkandung dalam sila ke V. Negara adalah berasal dari
rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat
(sila VI)[13].
Prinsip-prinsip dasar etika politik itu telah jelas terkandung dalam Pancasila.
Dengan demikian, Pancasila adalah sumber etika politik yang mesti direalisasikan. Para
pejabat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, pelaksana aparat dan penegak hukum
harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasar pada legitimasi moral yang memang pembentukan dari nilai-nilai serta
dikongkretisasi oleh norma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai adalah kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik
lahir maupun bathin. Sedangkan norma adalah perwujudan kongkrit dari nilai. Nilai dan
norma, keduanya berkaitan dengan moral dan etika. Moral merupakan baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi
pekerti; susila serta etika ialah pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran -ajaran dan
pandangan-pandangan moral.
Etika politik adalah suatu pemikiran kritis tentang moral yang cakupannya kepada
legitimasi hukum, legitimasi demokratis, dan legitimasi moral. Ketiga legitimasi ini
dimiliki oleh Pancasila dimana Pancasilalah sumber etika politik itu sendiri.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Iqbal, M.M, 2002, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, penerbit
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Budiyono, Dr. H. Kabul, M.Si, Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa
Indonesia, 2007, penerbit Alfabeta, Bandung.
Drs.
H.
Kaelan,
M.S,
2000, Pendidikan
Pancasila,
penerbit
Paradigma,Yogyakarta.
Drs.
H.
Kaelan,
M.S,
2001, Pendidikan
Pancasila,
penerbit
Paradigma,Yogyakarta.
Drs. H. Kaelan, M.S, 2010, Pendidikan Pancasila, penerbit Paradigma,
Yogyakarta.
14