Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fiqran Mau Ratu Wara

NIM : 20521219
Kelas : Pendidikan Pancasila B
Jurusan : Tekhnik Kimia 2020
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Kuis : II. 1 (Filsafat Pancasila)
1. B
2. B
3. B
4. C
5. C
6. A
7. C
8. B
9. B
10. A
11. B
12. C
13. B
14. A

1. Pancasila telah memenuhi sistem filsafat karena sila sila filsafat merupakan satu keutuhan
yang bulat dan utuh,sila sila pancasila bereksitensi dalam keteraturan,ada kerjasama antar
sila-sila untuk mencapai tujuan. Pancasila adalah Sistem Filsafat Secara material-
substansial dan intrinsik nilai Pancasila adalah filosofis; misal hakikat Kemanusiaan yang
adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah metafisis/filosofis.Secara
prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai
Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.Secara
formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat
negara) RI.Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan
bangsa dan budaya manapun.
2. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia.Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta
sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila
pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya.
3. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan norma dan etika. Dalam pengertian inilah
maka kita memasuki wilayah norma sebagai penutup sikap dan tingkah laku manusia.
Sedangkan hubungan moral dengan etika sangat erat sekali dan kadangkala kedua hal
tersebut di samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan.
Moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wewenang-wewenang, patokan-patokan,
kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan Etika tidak berwenang
menentukan apa yang boleh atau tidak boleh di lakukan oleh seseorang. Nilai, norma dan
moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang cukup erat, karena
masing-masing akan menentukan etika bangsa ini.
4. Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi, pendapat saya adalah dapat memenuhi
sebagai syarat, karena adanya sifat-sifat yang telah melekat pada Pancasila maupun pada
kekuatan yang termuat dalam Pancasila, yakni pemenuhan persyaratan kualitas tiga
dimensi. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia
yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Pada Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-
masing. Kemudian pada Sila Persatuan Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman
dalam satu kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing sepert apa
adanya.
5. Dengan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Pancasila
harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam
Pancasila tidak dapat di-antitesis-kan satu sama lain.
6. Sila kedua pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung pengertian
bahwa seluruh manusia merupakan mahkluk yang beradab dan memiliki keadilan yang
setara di mata Tuhan. Dengan kata lain, seluruh manusia sama derajatnya baik perempuan
atau laki-laki, miskin maupun kaya, berpangkat maupun yang tidak. Di negara kita ini
sejatinya tidak diperbolehkan adanya diskriminasi terhadap suku, agama, ras,
antargolongan, maupun politik. Sila kedua juga bermakna bahwa manusia Indonesia
seharusnya diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memliki derajat yang sama, mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan.

Anda mungkin juga menyukai