Dosen Pengampu:
Oleh:
OFFERING H4
Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Hal itu juga berarti bahwa
Pancasila merupakan jati diri bangsa, ideologi dan sebuah alat pemersatu bangsa.
Pancasila memiliki sila-sila yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Sila-sila tersebut saling menjiwai dan dijiwai oleh sila-sila lainnya.
Tanpa sebuah dasar negara, mungkin NKRI yang sekarang sudah tidak
ada lagi, karena peran penting Pancasila yang dapat mempersatukan segala
perbedaan yang ada. Namun tidak jarang juga, masih banyak terjadi sebuah
pelanggaran terhadap sila-sila Pancasila tersebut. Pelanggaran tersebut juga
merupakan salah satu faktor yang akan membuat terpecahnya sebuah bangsa yang
telah bersatu.
b. Rumusan Masalah
Apa pengertian hakikat sila Pancasila?
Bagaimana kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur yang bersifat hierarkis
dan berbentuk piramida?
Bagaimana hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi?
1) Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat
abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2) Hakikat pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus, artinya terikat
kepada barang sesuatu. Hakikat pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri
khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat,
nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada
bangsa Indonesia sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
yang lain di dunia. Sifat-sifat dan ciri-ciri ini tetap melekat dan ada pada
bangsa Indonesia. Hakikat pribadi inilah yang realisasinya sering disebut
sebagai kepribadian, dan totalitas kongkritnya disebut kepribadian Pancasila.
3) Hakikat kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara. Dalam realisasinya, Pancasila adalah pedoman praktis, yaitu
dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara
Indonesia yang sesuai dengan kenyataan seharihari, tempat, keadaan dan
waktu.
Jika dimaknai satu per satu (tiap sila), maka penjabaran tentang hakikat sila
Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Sila yang pertama berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dari sila
tersebut memiliki arti atau hakikat yang bertujuan untuk mengatur
kehidupan beragama rakyat Indonesia dan pelaksanaan ibadah serta amal
kebaikan yang di perintahkan dalam agamanya dan juga menghormati
agama atau keyakinan yang dipeluk orang lain.
4. Lalu ada sila ke 4 yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan". Sila ini memiliki
kandungan makna bermusyawarah dan berpendapat dalam masyarakat
sebagai gaya hidup. Yang dalam kata lain sila ini mengatur jati diri
Indonesia sebagai negara yang memegang teguh prinsip musyawarah
untuk mufakat yang berarti dalam penyelesaian suatu masalah tidak dapat
di genapkan oleh 1 pihak namun harus ada pertimbangan serta
penyampaian aspirasi dari segala sisi yang terlibat untuk menghindari
konflik serta disentegrasi.
5. Sila yang terakhir yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Sila ini memiliki hakikat atas keadilan serta pemerataan yang juga berarti
seluruh rakyat Indonesia berhak atas keadilan mereka tanpa adanya
diskriminasi agama,ras,suku dan sebagainya dan mereka juga berhak atas
pendidikan dan perlakuan sosial yang menjunjung tinggi rasa keadilan
serta kemanusiaan.
Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan dan tak dapat
dipisahkan:
Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan
menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai
ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab yang diliputi sila
ke-1 dan isinya meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna
bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara
ini mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat
manusia.
Sila ketiga tertulis persatuan Indonesia yang diliputi dan dijiwai sila 1, 2
yang meliputi dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai
makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan
maupun beragama yang berbeda.
Sila keempat diliputi dan dijiwai sila 1, 2, 3 yang meliputi dan menjiwai
isi dari sila kelima. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada
karena rakyat maka dari itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya
negara ini.
Sila kelima yang bertuliskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
itu diliputi dan dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung
makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat
Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.
b) Sila kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;
e) Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan (Notonagoro, 1975: 43-44).
Kamari, seorang kuli pengecatan rumah yang bekerja persis di depan Pura
Mandara Giri Semeru Agung mengatakan ada sebuah kapak dengan gagang kayu
tertancap di kepala patung pura terbesar di Jawa Timur ini. "Kejadian dugaan
perusakan itu baru diketahui pada Minggu pagi kemarin," kata Kamari yang
ditemui Tempo, Senin pagi ini, 19 Februari 2018.
Kamari mengatakan, kalau tidak ada kapak yang ditancapkan di bagian kepala
patung itu mungkin tidak banyak orang yang tahu. "Namun karena ada kapak
yang ditancapkan, maka patung itu jadi banyak yang nonton," kata Kamari disela
mengecat rumah depan pura, Senin pagi ini. Tidak hanya patung di pintu gerbang
pura yang dirusak, dua patung di depan Hotel Somenake, tak jauh dari pura juga
ikut dirusak. Hingga Senin pagi ini, belum diketahui pelaku perusakan patung-
patung tersebut.
Kamari menduga perusakan patung itu diduga terjadi menjelang Subuh. Karena
persis di depan pura ada warung kopi yang baru tutup pada pukul 02.00 WIB.
"Kemungkinan terjadi setelah itu," kata Kamari.
Kepala Desa Senduro, Farid mengatakan hingga saat ini masih belum diketahui
para pelaku perusakan. "Aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan dalam
kasus ini," kata Farid.
Wira, pengelola Hotel Somenake, juga tidak mengetahui perusakan patung itu.
"Waktu kejadian, saya sedang tidur kemudian dibangunkan pegawai saya," kata
Wira. Kejadian pengerusakan itu, kata Wira, sekitar pukul 02.30 WIB.
"Situasinya gelap, pelaku melarikan diri dengan mengendarai motor ke arah
Utara," kata Wira.
Analisis Kasus:
Contoh kasus di atas merupakan bukti pelanggaran pada sila-sila Pancasila.
Pelanggaran yang pertama adalah pelanggaran terhadap sila kesatu. Perusakan
patung di pura yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab di atas
merupakan salah satu bentuk pelanggaran sila Ketuhanan. Selain menyalahi nilai
pada sila pertama, perbuatan demikian juga bisa merembet ke sila-sila yang lain.
Dalam nilai persatuan, sikap demikian bisa menyebabkan renggangnya persatuan
di masyarakat yang notabene terdiri dari masyarakat heterogen. Jika dibiarkan,
maka nantinya juga bisa merembet ke sila yang lain, seperti kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan. Keterkaitan tersebut terjadi karena nilai-nilai Pancasila
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan. Lalu
bagaimana cara agar kejadian di atas tak terulang kembali? Pelaku perusakan
rumah ibadah bisa dikenai Pasal 410 KUHP dan Pasal 175 KUHP. Selain dengan
penegakan hukum sesuai undang-undang yang berlaku, hal terpenting yang perlu
dilakukan adalah dengan menanamkan sikap toleransi dan saling menghormati
antar sesama. Penanaman sikap tersebut dapat dimulai dari lingkungan paling
kecil, yaitu rumah. Jika setiap warga Indonesia memiliki jiwa toleransi yang
tinggi, maka kejadian tersebut tidak akan terjadi.
Analisis Kasus:
Dari kasus di atas, pelanggaran yang paling tampak adalah pelanggaran sila ke-2.
Penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan terhadap Marsinah merupakan
bentuk pelanggaran nilai kemanusiaan. Selain pelanggaran sila ke-2, kasus
Marsinah ini juga melanggar sila ke-4, dimana masyarakat Indonesia yang
seharusnya memiliki kebebasan dalam berpendapat ternyata malah didiskriminasi
dan diperlakukan demikian. Pelangaran selanjutnya adalah pelanggaran terhadap
sila ke-5 tentang keadilan, dimana pada saat itu Marsinah yang merupakan
seorang buruh yang hanya ingin meminta haknya berupa kenaikan upah pada
perusahaan ternyata malah diperlakukan tidak adil. Bahkan Marsinah malah
diculik dan disiksa oleh 5 orang algojo PT CPS. Yang lebih miris lagi, kasus
Marsinah sampai sekarang belum terpecahkan.
Daftar Rujukan
https://nasional.tempo.co/read/1062077/patung-di-pura-semeru-agung-lumajang-dirusak-dengan-
kapak
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/08/142047065/cerita-marsinah-pahlawan-buruh-
yang-terbunuh-pada-8-mei-1993