Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

HAKIKAT SILA PANCASILA

Dosen Pengampu:

M. Mutjaba Habibi, S.Pd, M.AP

Oleh:

Brian Ardiansyah (210211602847)

Gilang Wahyu Hidayatullah (210221604459)

Nurochman Fibrianto (210211602871)

OFFERING H4

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Hal itu juga berarti bahwa
Pancasila merupakan jati diri bangsa, ideologi dan sebuah alat pemersatu bangsa.
Pancasila memiliki sila-sila yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Sila-sila tersebut saling menjiwai dan dijiwai oleh sila-sila lainnya.

Tanpa sebuah dasar negara, mungkin NKRI yang sekarang sudah tidak
ada lagi, karena peran penting Pancasila yang dapat mempersatukan segala
perbedaan yang ada. Namun tidak jarang juga, masih banyak terjadi sebuah
pelanggaran terhadap sila-sila Pancasila tersebut. Pelanggaran tersebut juga
merupakan salah satu faktor yang akan membuat terpecahnya sebuah bangsa yang
telah bersatu.

Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap sila-sila Pancasila harus


ditindak dengan tegas. Hal tersebut akan berdampak untuk kedepannya yaitu
tentang kemajuan bangsa kita. Semakin banyak yang menerapkan nilai-nilai dari
Pancasila, maka hal itu juga merupakakan sebuah langkah untuk memajukan
bangsa Indonesia

Sebagai warga Indonesia yang mencintai tanah airnya, hendaknya kita


terus dan tetap memperjuangkan dan meneruskan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
bisa kita lalui yaitu pertama-tama dengan menerapkan segala nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila.

b. Rumusan Masalah
 Apa pengertian hakikat sila Pancasila?
 Bagaimana kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur yang bersifat hierarkis
dan berbentuk piramida?
 Bagaimana hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi?

II. Kerangka Teoritik


a. Pengertian Hakikat Sila Pancasila
Kata ‘hakikat’ dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu
itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak. Ditunjukkan oleh
Notonagoro (1975: 58), hakikat segala sesuatu mengandung kesatuan mutlak dari
unsur-unsur yang menyusun atau membentuknya.

Terkait dengan hakikat sila-sila Pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat


dipahami dalam tiga kategori, yaitu:

1) Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat
abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2) Hakikat pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus, artinya terikat
kepada barang sesuatu. Hakikat pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri
khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat,
nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada
bangsa Indonesia sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
yang lain di dunia. Sifat-sifat dan ciri-ciri ini tetap melekat dan ada pada
bangsa Indonesia. Hakikat pribadi inilah yang realisasinya sering disebut
sebagai kepribadian, dan totalitas kongkritnya disebut kepribadian Pancasila.
3) Hakikat kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara. Dalam realisasinya, Pancasila adalah pedoman praktis, yaitu
dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara
Indonesia yang sesuai dengan kenyataan seharihari, tempat, keadaan dan
waktu.
Jika dimaknai satu per satu (tiap sila), maka penjabaran tentang hakikat sila
Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Sila yang pertama berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dari sila
tersebut memiliki arti atau hakikat yang bertujuan untuk mengatur
kehidupan beragama rakyat Indonesia dan pelaksanaan ibadah serta amal
kebaikan yang di perintahkan dalam agamanya dan juga menghormati
agama atau keyakinan yang dipeluk orang lain.

2. Sila ke 2 yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab", mewakili


hakikat pancasila sebagai pandangan hidup serta kepribadian warga negara
Indonesia dalam berperilaku baik, hidup di masyarakat dengan
memerhatikan norma adab dan etika yang berlaku.
3. Yang ke 3 adalah "Persatuan Indonesia", dimana sila ini memiliki artian
sebagai simbol persatuan seluruh rakyat Indonesia dalam perilaku yang
suportif, menjunjung tinggi toleransi tanpa memandang suku,ras, dan
agama serta melestarikan budaya yang masih kita miliki saat ini.

4. Lalu ada sila ke 4 yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan". Sila ini memiliki
kandungan makna bermusyawarah dan berpendapat dalam masyarakat
sebagai gaya hidup. Yang dalam kata lain sila ini mengatur jati diri
Indonesia sebagai negara yang memegang teguh prinsip musyawarah
untuk mufakat yang berarti dalam penyelesaian suatu masalah tidak dapat
di genapkan oleh 1 pihak namun harus ada pertimbangan serta
penyampaian aspirasi dari segala sisi yang terlibat untuk menghindari
konflik serta disentegrasi.

5. Sila yang terakhir yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Sila ini memiliki hakikat atas keadilan serta pemerataan yang juga berarti
seluruh rakyat Indonesia berhak atas keadilan mereka tanpa adanya
diskriminasi agama,ras,suku dan sebagainya dan mereka juga berhak atas
pendidikan dan perlakuan sosial yang menjunjung tinggi rasa keadilan
serta kemanusiaan.

b. Kesatuan Sila-sila Pancasila dalam Struktur yang Bersifat Hierarkis dan


Berbentuk Piramida
Hal yang dimaksud dengan pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk
piramida adalah dalam pancasila ini berarti memiliki hubungan antara kelompok
sila yang ada dalam pancasila dan bersifat erat. Hirarkis sendiri memiliki arti
yaitu pengelompokan / penggolongan.

Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan dan tak dapat
dipisahkan:
 Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan
menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai
ketuhanan Yang Maha Esa.
 Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab yang diliputi sila
ke-1 dan isinya meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna
bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara
ini mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat
manusia.
 Sila ketiga tertulis persatuan Indonesia yang diliputi dan dijiwai sila 1, 2
yang meliputi dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai
makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan
maupun beragama yang berbeda.
 Sila keempat diliputi dan dijiwai sila 1, 2, 3 yang meliputi dan menjiwai
isi dari sila kelima. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada
karena rakyat maka dari itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya
negara ini.
 Sila kelima yang bertuliskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
itu diliputi dan dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung
makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat
Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.

c. Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling


Mengkualifikasi
Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan
cerminan dari satu sila yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata
lain bahwa sebuah sila pasti mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
Sebagaimana seperti berikut :

a) Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang


berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruhrakyat
Indonesia;

b) Sila kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;

c) Sila ketiga; persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-KetuhananYME,


berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
d) Sila keempat; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;

e) Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan (Notonagoro, 1975: 43-44).

III. Analisis Kasus


1. Patung di Pura Semeru Agung Lumajang Dirusak dengan Kapak

TEMPO.CO, Lumajang - Patung di Pura di Desa Senduro, Kecamatan Senduro,


Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dirusak orang tak dikenal pada Ahad, 18
Februari 2018. Perusakan terjadi pada dua patung yang ada di pintu depan gapura
Pura Mandara Giri Semeru Agung.

Kamari, seorang kuli pengecatan rumah yang bekerja persis di depan Pura
Mandara Giri Semeru Agung mengatakan ada sebuah kapak dengan gagang kayu
tertancap di kepala patung pura terbesar di Jawa Timur ini. "Kejadian dugaan
perusakan itu baru diketahui pada Minggu pagi kemarin," kata Kamari yang
ditemui Tempo, Senin pagi ini, 19 Februari 2018.

Kamari mengatakan, kalau tidak ada kapak yang ditancapkan di bagian kepala
patung itu mungkin tidak banyak orang yang tahu. "Namun karena ada kapak
yang ditancapkan, maka patung itu jadi banyak yang nonton," kata Kamari disela
mengecat rumah depan pura, Senin pagi ini. Tidak hanya patung di pintu gerbang
pura yang dirusak, dua patung di depan Hotel Somenake, tak jauh dari pura juga
ikut dirusak. Hingga Senin pagi ini, belum diketahui pelaku perusakan patung-
patung tersebut.

Kamari menduga perusakan patung itu diduga terjadi menjelang Subuh. Karena
persis di depan pura ada warung kopi yang baru tutup pada pukul 02.00 WIB.
"Kemungkinan terjadi setelah itu," kata Kamari.

Kepala Desa Senduro, Farid mengatakan hingga saat ini masih belum diketahui
para pelaku perusakan. "Aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan dalam
kasus ini," kata Farid.

Wira, pengelola Hotel Somenake, juga tidak mengetahui perusakan patung itu.
"Waktu kejadian, saya sedang tidur kemudian dibangunkan pegawai saya," kata
Wira. Kejadian pengerusakan itu, kata Wira, sekitar pukul 02.30 WIB.
"Situasinya gelap, pelaku melarikan diri dengan mengendarai motor ke arah
Utara," kata Wira.

Kepala Kepolisian Resor Lumajang, Ajun Komisaris Besar Rachmad Ichwan


Nusi mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus
perusakan Pura itu. "Sejumlah barang bukti sudah kami amankan. Beberapa saksi
juga kami mintai keterangan," ujar Rachmad di Hotel Somenake, Kamis pagi ini.
Dia mengatakan situasi masih kondusif. "Masyarakat juga ikut membantu,"
katanya. Menurut Rachmad, bersama dengan Kodim 0821 Lumajang, pihaknya
berupaya untuk menetralisir situasi.

Analisis Kasus:
Contoh kasus di atas merupakan bukti pelanggaran pada sila-sila Pancasila.
Pelanggaran yang pertama adalah pelanggaran terhadap sila kesatu. Perusakan
patung di pura yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab di atas
merupakan salah satu bentuk pelanggaran sila Ketuhanan. Selain menyalahi nilai
pada sila pertama, perbuatan demikian juga bisa merembet ke sila-sila yang lain.
Dalam nilai persatuan, sikap demikian bisa menyebabkan renggangnya persatuan
di masyarakat yang notabene terdiri dari masyarakat heterogen. Jika dibiarkan,
maka nantinya juga bisa merembet ke sila yang lain, seperti kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan. Keterkaitan tersebut terjadi karena nilai-nilai Pancasila
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan. Lalu
bagaimana cara agar kejadian di atas tak terulang kembali? Pelaku perusakan
rumah ibadah bisa dikenai Pasal 410 KUHP dan Pasal 175 KUHP. Selain dengan
penegakan hukum sesuai undang-undang yang berlaku, hal terpenting yang perlu
dilakukan adalah dengan menanamkan sikap toleransi dan saling menghormati
antar sesama. Penanaman sikap tersebut dapat dimulai dari lingkungan paling
kecil, yaitu rumah. Jika setiap warga Indonesia memiliki jiwa toleransi yang
tinggi, maka kejadian tersebut tidak akan terjadi.

2. Cerita Marsinah Pahlawan Buruh yang Terbunuh pada 8 Mei 1993


KOMPAS.com - "Aku melihat begitu banyak tangan berlumuran darah..... Aku
melihat bagaimana keserakahan boleh terus berlangsung. Para pemilik modal
boleh terus mengeruk keuntungan, para manager dan para pemegang kekuasaan
boleh terus-menerus bercengkerama diatas setiap tetes keringatku. Tapi seorang
buruh kecil seperti diriku berani membuka mulutnya menuntut kenaikan upah?
Nyawanya akan terenggut," Itu merupakan perkataan Marsinah dalam sebuah
petikan dialog dari naskah monolog berjudul Marsinah Menggugat karya Ratna
Sarumpaet. Hari ini 27 tahun yang lalu, tepatnya pada 8 Mei 1993 menjadi
tanggal kelam dalam sejarah penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

Seorang buruh perempuan yang lantang menyuarakan tuntutan pekerja atas


kesejahteraan harus kehilangan nyawanya. Pada 9 Mei 1993, jasad Marsinah
ditemukan di hutan Dusun Jegong, Nganjuk, Jawa Timur. Namun, hasil olah
forensik pada saat itu menunjukkan bahwa Marsinah tewas sejak sehari
sebelumnya. Jasadnya dipenuhi luka-luka dan hasil forensik juga menyatakan
bahwa Marsinah sempat diperkosa sebelum kehilangan nyawa. Hingga saat ini,
pelaku kekejaman itu tidak pernah terungkap dan mendapat hukuman yang
semestinya.

Analisis Kasus:
Dari kasus di atas, pelanggaran yang paling tampak adalah pelanggaran sila ke-2.
Penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan terhadap Marsinah merupakan
bentuk pelanggaran nilai kemanusiaan. Selain pelanggaran sila ke-2, kasus
Marsinah ini juga melanggar sila ke-4, dimana masyarakat Indonesia yang
seharusnya memiliki kebebasan dalam berpendapat ternyata malah didiskriminasi
dan diperlakukan demikian. Pelangaran selanjutnya adalah pelanggaran terhadap
sila ke-5 tentang keadilan, dimana pada saat itu Marsinah yang merupakan
seorang buruh yang hanya ingin meminta haknya berupa kenaikan upah pada
perusahaan ternyata malah diperlakukan tidak adil. Bahkan Marsinah malah
diculik dan disiksa oleh 5 orang algojo PT CPS. Yang lebih miris lagi, kasus
Marsinah sampai sekarang belum terpecahkan.

Pelanggaran-pelanggaran di atas menunjukkan bahwa kasus Marsinah tidak hanya


menyalahi satu sila, tetapi juga menyalahi sila yang lain. Hal ini terjadi karena
antar sila dalam Pancasila saling berkaitan satu sama lain. Nilai-nilai dalam sila
Pancasila merupakan satu kesatuan yang hirarkis, saling mengisi, dan saling
mengkualifikasi.
Berkaitan dengan kasus Marsinah, hal yang sepatutnya dilakukan adalah dengan
menegakkan hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang ada agar kejadian
seperti itu tidak terulang kembali. Para pelaku bisa dikenai Pasal 340 KUHP
tentang pembunuhan berencana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Sebagai bangsa
Indonesia, sudah selayaknya atau bahkan wajib kita mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar kejahatan kemanusiaan seperti kasus
di atas tidak terulang lagi.
IV. Penutup
Kesimpulan
Pada dasarnya, hakikat Pancasila menyangkut tentang 5 hal, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dalam pelaksanaan
nilai-nilai dari Pancasila harus berjalan sesuai dengan kenyataan sehari-hari,
tempat, keadaan, dan waktu. Semua sila Pancasila tidak dapat dipisahkan dan
saling mengikat satu sama lain.
Pelanggaran terhadap sila Pancasila harus ditindak tegas secara hukum
untuk menghindari kejadian yang serupa terulang. Hal itu juga karena dapat
merusak citra Pancasila sebagai pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk itu, kita sebagai warga Indonesia mari selalu menjunjung tinggi
Pancasila dan menjaganya. Menyalahi Pancasila juga berarti berperang dengan
bangsa sendiri yang nantinya akan menimbulkan kehancuran pada negeri ini.

Daftar Rujukan

_____2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. DIREKTORAT PEMBELAJARAN


DAN KEMAHASISWAAN, DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA.

Syamsuddin, Mukhtasar. HUBUNGAN SILA PANCASILA SALING MENGISI DAN SALING


MENGKLASIFIKASI. (Online), (https://www.coursehero.com/file/p59vg3e/2-Hubungan-
kesatuan-sila-sila-Pancasila-yang-saling-mengisi-dan-saling/) diakses 6 Maret 2022.

Hamdani, Rivi. 2014. PANDANGAN PANCASILA TERHADAP PRAKTEK POLITIK UANG


DI INDONESIA. (Online),
(https://www.academia.edu/35169100/PANDANGAN_PANCASILA_TERHADAP_PRAKTEK
_POLITIK_UANG_DI_INDONESIA) diakses 27 April 2022.

https://nasional.tempo.co/read/1062077/patung-di-pura-semeru-agung-lumajang-dirusak-dengan-
kapak
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/08/142047065/cerita-marsinah-pahlawan-buruh-
yang-terbunuh-pada-8-mei-1993

Anda mungkin juga menyukai