Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 2

1.Decky Gustiawan
2.Fadillah S
3.Novita Yusak Nenogasu
4.Nur Hatika
5.Sentia
6.Sri Wahyuni
7.Triayu Meilina
HAKIKAT
SILA-SILA
PANCASILA
HAKIKAT PANCASILA
Hakikat adalah sesuatu hal yang ada pada diri seseorang
atau sesuatu hal yang harus ada dalam diri sendiri.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia, Pancasila
diibaratkan sebagai pondasi, jadi semakin kuat pondasi
tersebut maka akan semakin kokoh suatu negara. Pancasila
juga mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia
karena didalamnya terdapat butir-butir yang apabila
diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat Pancasila
adalah sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang terdapat pada sila
Pancasila yang harus dijadikan sebab, sehingga dijadikan sebagai dasar negara.
Pancasila menunjukan hakikat atau subtansi Pancasila yaitu dasar atau kata dasar
Tuhan, manusia, rakyat, dan adil.
Menurut Notonagoro (dalam susanti, 2013:28) hakikat atau subtansi dibagai
menjadi tiga macam yaitu:
1. Hakikat Abstrak
2. Hakikat Pribadi
3. Hakikat Konkrit
1. Kesatuan Sila-Sila Dalam
Struktur Hierarkis Dan Piramida
Susunan secara hierarkis mengandung pengertian bahwa sila sila Pancasila memiliki
tingkatan berjenjang, yaitu sila yang ada di atas menjadi landasan sila yang ada di
bawahnya. Sila pertama melandasi sila kedua, sila kedua melandasi sila ketiga, sila ketiga
melandasi sila keempat, dan sila keempat melandasi sila kelima.
Berbentuk piramida, artinya gambaran hubungan hierarkis sila-sila Pancasila setiap sila
merupakan pengkhususan dari sila-sila yang ada sebelumnya. Dalam susunan hierarkis dan
piramida, sila Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia,
kerakyatan dan keadilan sosial. Sebaliknya, Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan; membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia;
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
2. Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila
Saling Mengisi Dan Mengkualifikasi

Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam


hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi, dalam kerangka
hubungan hierarkis piramida seperti di atas.
a. Sila pertama
Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila ketiga
Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila keempat
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-
Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak sanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
 Agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia
maupun di akhirat." Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal
sebagai berikut.

Pertama, hakikat sila Ketuhanan, terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya, setiap makhluk hidup,
termasuk warga negara, harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan, keman dirian) di
satu pihak, dan berkesadaran sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang akan dimintai
pertanggung jawaban atas semua tindakan yang dilakukan. Artinya, kebebasan selalu
dihadapkan pada tanggung jawab dan tanggung jawab tertinggi adalah kepada sang Pencipta.

Kedua, hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas tiga
monodualis, yaitu susunan kodrat jiwa dan raga (jasmani dan rohani), sifat kodrat adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Karena
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk Tuhan
inilah, maka secara hierarkis, sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa mendasari dan
menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang lain.
Ketiga, hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu tanah air
riil, formal dan mental. Tanah air riil adalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air formal adalah negara bangsa yang
berundang-undang dasar, dengan manusia Indonesia menjadi salah seorang warganya.

Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan
yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat. Bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.

Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal dan
komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang bersifat membagi, dari negara kepada
warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara (keadilan
bertaat). Keadilan komutatif adalah keadilan antar sesama warga negara.
 Tokoh yang pertama kali memiliki pemikiran filosofis mengenai Pancasila adalah pencetusnya
sendiri, yakni Ir. Soekarno. Anda bisa mempelajari pemikiran filosofis Soekarno dalam pidato 1
Juni 1945, saat ia menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka. Dalam
pidatonya, Soekarno bertanya apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu
orang, untuk sesuatu golongan? Sudah tentu tidak. Kita hendak mendirikan suatu negara "semua
buat semua". Negara yang disepakati bersama baik oleh kaum Islam maupun oleh kaum
kebangsaan. Maka yang kita dirikan adalah satu negara kebangsaan Indonesia. Soekarno
menyebutnya juga nationale staat.
Soekarno menyimpulkan, kita sudah mempunyai empat prinsip, yaitu :
a) kebangsaan Indonesia,
b) internasionalisme atau perikemanusiaan,
c) mufakat atau demokrasi,
d) kesejahteraan sosial.
Tetapi itu saja belum cukup, dibutuhkan "prinsip Indonesia merdeka dengan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa". Itulah prinsip Ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia ber-
Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Soekarno
menegaskan, "segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tidak ada
egoisme agama. Dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang ber-Tuhan".
Dengan mengemukakan ini, Bung Karno ingin menegaskan sikap toleransi
(verdraagzaamheid) antar para penganut agama yang berbeda-beda itu.
Pendeknya, prinsip kelima dari negara kita ialah Ketuhanan yang
berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, Ketuhanan yang
hormat-menghormati satu sama lain. Prinsip Ketuhanan harus berjiwa gotong
royong. Ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran, bukan
Ketuhanan yang saling menyerang dan mengucilkan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai