PANCASILA
Disusun oleh :
Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
2019/2020
1. PEMBAHASAN
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa
serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara Indonesia.
Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Pancasila
merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari
bangsa ini.
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat maupun
kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara konkrit. Menurut kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan
kesusilaan yang lima”.
Pancasila memiliki lambang pada setiap silanya, dan juga memiliki arti.
4. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar KEPALA BANTENG yang melambangkan
sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan
hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus
berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
5. Di sebelah kiri bawah terdapat PADI dan KAPAS yang melambangkan sila kelima,
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama
untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
Hanya saja, persatuan bukanlah suatu kondisi statis. Ia ditentukan dari sikap
orang-orang di dalamnya untuk mau setia bersatu. Maka, persatuan niscaya adalah suatu
proses aktif dan dinamis. Proses terus menerus tanpa akhir yang daya tahannya hanya
ditentukan dari kehendak untuk bersatu warganya sendiri. Dalam konteks itu, beragam
kepentingan warga yang mendiami rumah persatuan memerlukan manajemen
pengelolaan yang memadai agar tenun persatuan bangsa tidak terkoyak. Para pendiri
bangsa kita dalam sila ke empat mengajukan mekanisme bermusyawarah bermufakat.
Bermusyawarah atau berembuk memang gaya hidup khas (budaya) orang-orang di dalam
keutamaan kelompok (komunitarian) seperti bangsa Indonesia. Yang seringkali luput dari
perhatian kita bahwa proses bermusyawarah mesti dipimpin oleh sikap bijaksana.
Putusan yang bijaksana tercermin dari diutamakannya kepentingan/kebaikan bersama
(bonum commune), bukan golongan tertentu.
Itu artinya, memenangkan kebaikan bersama hanya mungkin tercapai jika
diterangi oleh sikap adil. Kehidupan bersama di tanah Indonesia yang dihuni oleh
keberagaman identitas dan aspirasi kebutuhan, persatuan bangsa ditentukan—salah
satunya—dari kebijakan-kebijakan negara yang adil, yang membuat setiap warganya
merasa “betah” karena diurus dengan layak oleh negara. Saya tidak masuk ke dalam
perdebatan mengenai hakikat yang adil, melainkan saya hendak mengajukan sebuah
indikasi bagi terwujudnya sila ke lima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
yaitu kesempatan dan kemampuan materiil (ekonomi) maupun immateriil (politik,
hukum, pendidikan, kesehatan dan agama) yang terdistribusikan secara proporsional
kepada setiap warga negara Indonesia, terutama kepada mereka yang lemah dan marjinal.
Di situ ada penekanan kepada kaum lemah, karena bagaimanapun, sila keadilan
mengamanatkan sikap solidaritas dan keberpihakan negara untuk mengangkat harkat dan
martabat rakyatnya terutama yang tidak berdaya.
Pada akhirnya, kelima sila itu secara hakiki memuat faktor vertikal dan horisontal.
Makna-makna yang terkandung dalam kelima sila sebagaimana sudah diuraikan di atas
menyediakan orientasi (arah) bagi manusia Indonesia untuk berwatak religius dan
humanis baik di dalam hidup pribadi maupun bersama di negeri ini secara konsisten.
Pancasila dengan muatan makna-makna berharga di dalamnya—bagaikan mutiara—
adalah pandangan mendasar (gagasan filosofis) bangsa Indonesia yang ditangkap dan
diolah oleh founding fathers kita. Dan apakah mutiara itu masih tetap memancarkan
kemilaunya? Sungguh bergantung kepada kita anak-anak bangsa untuk merawatnya.
Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila.
Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia
Pancakarsa.
Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terselip nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis, baik nilai nilai vital, material, nilai kebenaran(kenyataan) , nilai etis, nilai estetis,
maupun nilai religius.
Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang ter-dalam.
Pancasila yang tersimpan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar.
Inti dari nilai Pancasila akan terus ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif menjelaskan bahwa keberadaan nilai-nilai
Pancasila bergantung pada bangsa Indonesia sendiri. Dapat dijelaskan sebab:
Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan UUD memuat isi yang mewajibkan pemerintah,
penyelenggara Negara termasuk juga pengurus partai dan golongan fungsional untuk menjaga
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pelajari juga mengenai Pengertian Demokrasi agar lebih paham mengenai demokrasi yang
sekarang ini.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
1. Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan adat
istiadat (SARA)
2. Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti kita di dalam
berbagai kondisi.
3. Tidak melakukan diskriminasi pada siapapun. Diskriminasi yang dimaksud adalah pembedaan
perlakuan terhadap sesama warga negara, entah perbedaan karena tingkat pendidikan, kondisi
ekonomi, dan lain sebagainya.
4. Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan dari seseorang sesuai dengan
adab yang berlaku di tengah masyarakat.
5. Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan sampai hak dan
kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.
3. Penerapan Pancasila: Sila Persatuan Indonesia
Persatuan di antara segenap rakyat Indonesia merupakan suatu kekuatan dasar dalam
mempertahankan keamanan dan pertahanan Indonesia dari ancaman baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Maka dari itu, menjadi penting bagi rakyat Indonesia
untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Berdasarkan sejarah,
kita mengetahui bahwa dulu perjuangan melawan penjajahan amat bersifat kedaerahan. Dengan
adanya Pancasila, seluruh wilayah di Indonesia disatukan di bawah bendera merah putih. Di
bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila persatuan Indonesia:
1. Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat karena
menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.
2. mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di dalam negara menjadi
lebih maju
3. Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional Indonesia.
4. Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa Indonesia baik di
tingkat nasional maupun internasional.
5. Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan bangsa Indonesia.
6. Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah
4. Penerapan Pancasila: Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat dari Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk
pemerintahan di negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia pun berbeda
dengan yang ada di luar sana. Indonesia menggunakan sistem demokrasi Pancasila dalam
pelaksanaan kedaulatan rakyatnya. Sila ini menginginkan segala kegiatan pemerintahan
diperuntukkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat sehingga dijadikanlah perwakilan dari
rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Berikut ini merupakan contoh penerapan sila
keempat dari Pancasila:
Pancasila merupakan dasar negara Bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila. Sila-sila
tersebut menggambarkan pandangan hidup Bangsa Indonesia serta menjadi ciri khas yang
membedakan Indonesia dengan negara lain. Lambang Pancasila yang terdiri dari bintang, rantai,
pohon beringin, kepala banteng, dan padi dan kapas. Memiliki makna yang mewakili jiwa dari
setiap sila-sila tersebut.