Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA

Disusun oleh :

Muhammad Abi Prasetyo (03021381924075)

Dosen Pembimbing : Yulia Djahid

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

2019/2020
1. PEMBAHASAN

Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa
serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara Indonesia.
Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Pancasila
merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari
bangsa ini.

Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat maupun
kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara konkrit. Menurut kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan
kesusilaan yang lima”.

Pancasila memiliki lambang pada setiap silanya, dan juga memiliki arti.

1. Bagian tengah terdapat simbol BINTANG yang


melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
yang MahaEsa.
Lambang bintang dimaksudkan sebagai
sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi
cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

2. Di bagian kanan bawah terdapat RANTAI yang


melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas
mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang
saling berkait membentuk lingkaran.

Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran


melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa
setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu
sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
3. Di bagian kanan atas terdapat gambar POHON BERINGIN yang melambangkan sila ketiga,
Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon
yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat
Indonesia bisa " berteduh " di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin
memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon
yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.

4. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar KEPALA BANTENG yang melambangkan
sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan
hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus
berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.

5. Di sebelah kiri bawah terdapat PADI dan KAPAS yang melambangkan sila kelima,
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama
untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.

HUBUNGAN SATU SILA DENGAN SILA LAINNYA


A. Sila 1 dengan Sila 2
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti dua hal: (1) bangsa
Indonesia menerima dan mengakui dimensi transendental (kemahakuasaan Tuhan).
Tuhan adalah satu-satunya pihak yang memiliki daya kuasa mutlak jauh melebihi di atas
ciptaanNya. Kuasa Ilahi diterima bangsa Indonesia dalam seluruh sendi kehidupannya;
sebuah sikap yang telah terbentuk sejak zaman kerajaan dahulu. (2) Di dalam kondisi
yang diwarnai dengan unsur religiusitas ini, setiap warga bangsa Indonesia memiliki
kebebasan beriman, memeluk ajaran dan menjalankan praktik keagamaan yang
dianutnya. Tidak saja negara memberikan jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan
beragama warganya, tetapi sesama warga bangsa wajib memegang prinsip hormat
terhadap kemerdekaan beragama setiap rekan-rekan sesama warga negara.
Yang mendasar bahwa perwujudan ketaatan kepada Yang Ilahi sejatinya terletak
pada dimensi sosial: relasi dengan sesama. Mengimani Tuhan justru menggerakkan orang
untuk memeluk nilai-nilai kemanusiaan. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab mengajarkan warga bangsa dalam hidup sosialnya untuk konsisten memiliki
sikap hormat terhadap sesama; menghormati harkat dan martabat manusia, yaitu secara
konkret: menghormati dan menjamin terselenggaranya pemenuhan hak-hak asasi
manusia, dan sikap demikian mencerminkan sifat warga bangsa yang beradab.

Bagi saya, semangat kemanusiaan yang menanungi jiwa seseorang akan


membentuk mata batin yang memandang orang lain apapun latar belakang pada dirinya
sebagai saudara. Semangat persaudaraan adalah sumber energi mutlak untuk keutuhan
eksistensi kehidupan bersama. Dalam arti itu, sila ketiga: Persatuan Indonesia,
mengingatkan warga negeri ini bahwa Indonesia yang secara faktual given terbentuk dari
keanekaragaman budaya dan identitas primordial tidak akan tercerai-berai hanya jika
setiap warganya secara sadar dan suka rela setia mengikatkan diri kepada satu tubuh
himpunan bangsa Indonesia semata-mata karena semangat persaudaraan yang melandasi
ruang batinnya. Spirit persaudaraan adalah sikap mendasar yang diminta ibu pertiwi dari
anak-anak bangsanya. Dan itu terwujud di dalam sikap gotong-royong yang boleh kita
banggakan sebagai kekayaan budaya negeri ini yang sejatinya memancarkan nilai
persaudaraan. Persaudaraan yang kuat dan tulus sungguh adalah roh persatuan yang
darinya keutuhan Indonesia memiliki jaminannya.

Hanya saja, persatuan bukanlah suatu kondisi statis. Ia ditentukan dari sikap
orang-orang di dalamnya untuk mau setia bersatu. Maka, persatuan niscaya adalah suatu
proses aktif dan dinamis. Proses terus menerus tanpa akhir yang daya tahannya hanya
ditentukan dari kehendak untuk bersatu warganya sendiri. Dalam konteks itu, beragam
kepentingan warga yang mendiami rumah persatuan memerlukan manajemen
pengelolaan yang memadai agar tenun persatuan bangsa tidak terkoyak. Para pendiri
bangsa kita dalam sila ke empat mengajukan mekanisme bermusyawarah bermufakat.
Bermusyawarah atau berembuk memang gaya hidup khas (budaya) orang-orang di dalam
keutamaan kelompok (komunitarian) seperti bangsa Indonesia. Yang seringkali luput dari
perhatian kita bahwa proses bermusyawarah mesti dipimpin oleh sikap bijaksana.
Putusan yang bijaksana tercermin dari diutamakannya kepentingan/kebaikan bersama
(bonum commune), bukan golongan tertentu.
Itu artinya, memenangkan kebaikan bersama hanya mungkin tercapai jika
diterangi oleh sikap adil. Kehidupan bersama di tanah Indonesia yang dihuni oleh
keberagaman identitas dan aspirasi kebutuhan, persatuan bangsa ditentukan—salah
satunya—dari kebijakan-kebijakan negara yang adil, yang membuat setiap warganya
merasa “betah” karena diurus dengan layak oleh negara. Saya tidak masuk ke dalam
perdebatan mengenai hakikat yang adil, melainkan saya hendak mengajukan sebuah
indikasi bagi terwujudnya sila ke lima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
yaitu kesempatan dan kemampuan materiil (ekonomi) maupun immateriil (politik,
hukum, pendidikan, kesehatan dan agama) yang terdistribusikan secara proporsional
kepada setiap warga negara Indonesia, terutama kepada mereka yang lemah dan marjinal.
Di situ ada penekanan kepada kaum lemah, karena bagaimanapun, sila keadilan
mengamanatkan sikap solidaritas dan keberpihakan negara untuk mengangkat harkat dan
martabat rakyatnya terutama yang tidak berdaya.

Pada akhirnya, kelima sila itu secara hakiki memuat faktor vertikal dan horisontal.
Makna-makna yang terkandung dalam kelima sila sebagaimana sudah diuraikan di atas
menyediakan orientasi (arah) bagi manusia Indonesia untuk berwatak religius dan
humanis baik di dalam hidup pribadi maupun bersama di negeri ini secara konsisten.
Pancasila dengan muatan makna-makna berharga di dalamnya—bagaikan mutiara—
adalah pandangan mendasar (gagasan filosofis) bangsa Indonesia yang ditangkap dan
diolah oleh founding fathers kita. Dan apakah mutiara itu masih tetap memancarkan
kemilaunya? Sungguh bergantung kepada kita anak-anak bangsa untuk merawatnya.

B. Sila 1 dengan Sila 3


Ketuhanan yang Maha Esa juga memiliki nilai kesatuan atas perbedaan agama-
agama di Indonesia. Persatuan Indonesia juga merupakan wujud adanya sikap saling
menghargai keyakinan yang berbeda di tengah masyarakat.
C. Sila Pertama dan Sila Keempat
Dalam pembuatan peraturan perundangan yang berlandaskan Ketuhanan,
pemerintah juga harus memperhatikan musyawarah sebagai cara mencapai mufakat.
Tidak boleh landasan atau etik agama apapun yang dilanggar dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan
D. Sila Pertama dan Sila Kelima
Adanya kebebasan untuk beribadat menghasilkan keadilan yang akan dirasakan
bagi warga negaranya. Jika negara Indonesia memaksakan suatu keyakinan, maka
masyarakat akan mengeluhkan keadilan.
E. Sila Kedua dan Sila Ketiga
Masyarakat harus menjunjung sikap adil agar tercipta kesatuan antar warga
negaranya. Jika setiap masyarakat merasa diperlakukan adil oleh masyarakat lainnya,
maka akan tercipta suatu persatuan yang diinginkan.
F. Sila Kedua dan Sila Keempat
Keadilan juga pastinya dibutuhkan dalam pelaksanaan musyawarah mufakat.
Tujuan utama musyawarah adalah tercapainya kesepakatan bersama yang paling tidak
memberikan keadilan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan mempertimbangkan
keadilan itulah maka akan tercipta mufakat.
G. Sila Kedua dan Sila Kelima
Dalam dua sila ini, sama-sama disebutkan kata “adil” yang artinya terdapat
hubungan paling erat antara sila kedua dan kelima ini. Keadilan memang sangat
dibutuhkan oleh negara demokrasi.
H. Sila Ketiga dan Sila Keempat
Persatuan Indonesia adalah wujud atau cita-cita yang dapat dicapai melalui
pelaksanaan musyawarah mufakat. Dengan mempertimbangkan suara dari semua
kalangan, maka akan terbentuk kesepakatan yang menguntungkan semua pihak – dan
mewujudkan persatuan.
I. Sila Ketiga dan Sila Kelima
Masyarakat harus menjunjung sikap adil agar tercipta kesatuan antar warga
negaranya. Jika setiap masyarakat merasa diperlakukan adil oleh masyarakat lainnya,
maka akan tercipta suatu persatuan yang diinginkan. Ketika tercipta persatuan dan
kesatuan tercipta, maka terciptalah manusia hebat dan bijak. Manusia yang hebat dan
bijak akan melahirkan pula masyarakat yang adil dan makmur
J. Sila Keempat dan Sila Kelima
Dengan mencapai mufakat, maka akan terbentuk keadilan bagi setiap warga
negara. Bayangkan jika keputusan pemilihan pemimpin hanya berdasarkan paham
nepotisme, maka tidak akan terbentuk negara yang demokratis.

BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila.

Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia
Pancakarsa.

I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA


Td 4 butir:
1 Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Td 8 butir:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA


Td 5 butir:
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
Td 7 butir:
1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Td 12 butir:
1.Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Inilah nilai dasar untuk kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terselip nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis, baik nilai nilai vital, material, nilai kebenaran(kenyataan) , nilai etis, nilai estetis,
maupun nilai religius.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi sendiri bersifat objektif dan subjektif.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif maksudnya:

 Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang ter-dalam.
 Pancasila yang tersimpan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar.
 Inti dari nilai Pancasila akan terus ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif menjelaskan bahwa keberadaan nilai-nilai
Pancasila bergantung pada bangsa Indonesia sendiri. Dapat dijelaskan sebab:

 Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia.


 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya memuat nilai- nilai kerohanian.
 Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya merupakan nilai yang digali , tumbuh dan berkembang
dari budaya bangsa Indonesia

Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan UUD memuat isi yang mewajibkan pemerintah,
penyelenggara Negara termasuk juga pengurus partai dan golongan fungsional untuk menjaga
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.

Pelajari juga mengenai Pengertian Demokrasi agar lebih paham mengenai demokrasi yang
sekarang ini.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara

1. Fungsi pancasila menjadi sumber dari segala sumber hokum di Indonesia.


2. Suasana kebatian dari UUD.
3. Penyemangat bagi UUD, pemerintah, dan MPR dengan ketetapan No. XVIIV MPR/1998
4. Mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara RI.
5. Memiliki norma yang harus dipegang teguh oleh pemerintahan dan penyelenggara untuk
cita-cita moral seluruh rakyat.
6. Sebagai cita-cita hokum bagi hukum dasar Negara Indonesia.

PENERAPAN SILA PANCASILA

1. Penerapan Pancasila: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari haruslah menjadi sesuatu yang harus
kita lakukan. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa yang harus
menjiwai setiap aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih mengenai perkara
ketuhanan, ia menjadi sila pertama dalam Pancasila karena ketuhanan merupakan dasar dari
kehidupan spiritual dari manusia. Sila ini menjamin kebebasan beragama. Makna kemerdekaan
beragama bagi bangsa Indonesia sangatlah besar. Berikut ini merupakan uraian lebih lanjut
mengenai apa saja hal-hal yang termasuk kategori penerapan Pancasila khususnya sila ketuhanan
yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari:
1. Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersebut. Kepemilikan terhadap
agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada Tuhan.
2. Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak mengganggu
ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat
3. Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama agar tercapai
kedamaian dan kenyamanan bersama.
4. Saling bekerja sama antar umat beragama dalam hal yang bersifat untuk memajukan kepentingan
umum, misalnya untuk kerja bakti di desa
5. Tidak memaksa seseorang untuk masuk ke dalam agama tertentu. Karena sesuai dengan UUD
1945, setiap orang berhak untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
Sila pertama sangat mengutamakan aspek ketuhanan dalam setiap segi kehidupan kita. Oleh
karena itu, menjadi seseorang yang tidak menganut agama merupakan salah satu bentuk
penyimpangan terhadap Pancasila. Karena hal inilah, ideologi komunis, marxisme, dan leninisme
tidaklah mungkin untuk diterapkan di Indonesia yang teramat kental dengan berbagai corak
keagamaannya.

2. Penerapan Pancasila: Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan yang adil dan beradab teramat mewakili keinginan bangsa Indonesia
untuk berada di posisi yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Ketika negara
Indonesia dijajah oleh bangsa lain, seketika itu pula posisi Indonesia dianggap lebih rendah dari
posisi negara lain. Selama lebih dari 350 tahun bangsa Indonesia dihinakan. Sila kedua dalam
Pancasila ini juga menjunjung tinggi kesetaraan hak dan kewajiban di antara penghuni negeri ini.
Di bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:

1. Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan adat
istiadat (SARA)
2. Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti kita di dalam
berbagai kondisi.
3. Tidak melakukan diskriminasi pada siapapun. Diskriminasi yang dimaksud adalah pembedaan
perlakuan terhadap sesama warga negara, entah perbedaan karena tingkat pendidikan, kondisi
ekonomi, dan lain sebagainya.
4. Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan dari seseorang sesuai dengan
adab yang berlaku di tengah masyarakat.
5. Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan sampai hak dan
kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.
3. Penerapan Pancasila: Sila Persatuan Indonesia
Persatuan di antara segenap rakyat Indonesia merupakan suatu kekuatan dasar dalam
mempertahankan keamanan dan pertahanan Indonesia dari ancaman baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Maka dari itu, menjadi penting bagi rakyat Indonesia
untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Berdasarkan sejarah,
kita mengetahui bahwa dulu perjuangan melawan penjajahan amat bersifat kedaerahan. Dengan
adanya Pancasila, seluruh wilayah di Indonesia disatukan di bawah bendera merah putih. Di
bawah ini merupakan contoh penerapan Pancasila sila persatuan Indonesia:

1. Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat karena
menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.
2. mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di dalam negara menjadi
lebih maju
3. Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional Indonesia.
4. Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa Indonesia baik di
tingkat nasional maupun internasional.
5. Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan bangsa Indonesia.
6. Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah
4. Penerapan Pancasila: Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat dari Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk
pemerintahan di negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia pun berbeda
dengan yang ada di luar sana. Indonesia menggunakan sistem demokrasi Pancasila dalam
pelaksanaan kedaulatan rakyatnya. Sila ini menginginkan segala kegiatan pemerintahan
diperuntukkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat sehingga dijadikanlah perwakilan dari
rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Berikut ini merupakan contoh penerapan sila
keempat dari Pancasila:

1. Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan


setiap permasalahan dalam kehidupan kita, apabila hal tersebut berkenaan dengan kepentingan
dua orang atau lebih.
2. Ikut serta dalam pemilihan umum dengan kita menggunakan hak pilih atau mengajak orang lain
untuk menggunakan hak pilihnya
3. Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan tertentu sebagai
salah satu perwujudan demokrasi.
4. Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar orang menyetujui apa yang kita katakan ataupun
lakukan. Begitupun sebaliknya, tidak ada yang dapat memaksakan kehendaknya pada kita
5. Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita dan
melaksanakannya dengan sepenuh hati.
6. Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang
dilakukan oleh pemerintah.
5. Penerapan Pancasila: Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adanya keadilan tentunya menjadi sesuatu yang dicita-citakan oleh semua orang.
Terlebih oleh segenap bangsa Indonesia. dari sejarah kemerdekaan Indonesia kita mengetahui
bahwa pengalaman dijajah selama ratusan tahun membuat keadilan menjadi sesuatu yang terus
diperjuangkan oleh bangsa kita. Maka dari itu, para pendiri bangsa menjadikan rumusan dari sila
terakhir Pancasila seperti yang tertera sebelumnya. Adanya sila ini diharapkan dapat
mewujudkan kondisi yang berkeadilan bagi rakyat maupun di tengah masyarakat. Di bawah ini
merupakan contoh penerapan Pancasila sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
1. Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang sedang dilanda
kesulitan.
2. Meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiatan yang dapat membantu sesama
seperti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan lain sebagainya.
3. Berusaha untuk adil dalam aktivitas apapun yang kita lakukan dan seperti apapun orang yang
kita hadapi, jangan sampai kita memberikan perlakuan yang tidak adil pada siapapun.
4. Tidak mengganggu orang lain dengan apapun yang kita lakukan dan menegur siapapun yang
mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
5. Menghargai karya atau hasil karsa cipta yang dimiliki orang lain. Hargai pula karya yang kita
hasilkan sendiri.
6. Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dan
membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.
KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar negara Bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila. Sila-sila
tersebut menggambarkan pandangan hidup Bangsa Indonesia serta menjadi ciri khas yang
membedakan Indonesia dengan negara lain. Lambang Pancasila yang terdiri dari bintang, rantai,
pohon beringin, kepala banteng, dan padi dan kapas. Memiliki makna yang mewakili jiwa dari
setiap sila-sila tersebut.

Anda mungkin juga menyukai