Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN 1

Disusun Oleh:

Istiqomah Wulandari

010002200243

Ilmu Hukum
Pengertian dan Sejarah Pancasila
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, tidak mudah
terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara. Tentu setiap
negara perlu memiliki dasar dan ideologi yang kuat dan kokoh serta sebagai jati diri dan
harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa
yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Dalam hal ini, semua peran tersebut
dirangkum sedemikian rupa sebagai dasar negara dan identitas bangsa yaitu Pancasila.
Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis rasional
melainkan diambil dari nilai nilai yang sejak lama hadir dalam kehidupan masyarakat
nusantara. Pancasila sendiri berasal dari kata Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu
panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, asas atau prinsip. Jadi Pancasila
berarti lima asas atau lima prinsip atau lima dasar. Pancasila telah menjadi dasar bangsa
dan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia dan standar kehidupan masyarakat. Maksud
dari Ideology itu sendiri merupakan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dipegang oleh suatu masyarakat sebagai wawasan dan pandangan hidup
mereka. Pada tahun 1945, para pendiri negara menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara. Lima sila inilah yang menjadi fondasi di mana kita berdiri dalam semua masalah
kehidupan publik. Semua warga negara bebas menyampaikan pikiran dan pendapatnya.
Tapi kalau soal kehidupan bernegara dan bermasyarakat sebagai bangsa, kita harus
berpedoman kepada Pancasila.
Semua undang-undang, peraturan, dan kebijakan pemerintah harus ditelusuri
kembali ke asalnya yaitu berpedoman terhadap Lima Sila Pancasila. Yang berarti
kehadiran Pancasila memang dilaksanakan dalam penyelengaraan pemerintahan Negara
di segala bidang agar suatu bangsa dapat memecahkan semua permasalahan. Maka Inilah
makna Pancasila sebagai dasar suatu bangsaan Pancasila. Latar belakang Pancasila
sebagai dasar Negara tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Pancasila tidak hadir secara instan, perumusan pancasila harus melalui proses yang
panjang sebagai dasar Negara. Pada awal mulanya sidang BPUPKI dibentuk oleh
pemerintahan Jepang dengan tujuan untuk mengkaji,mendalami,serta menyelidiki bentuk
dasar yang cocok guna kepentingan sistem pemerintahan Negara Indonesia pasca
kemerdekaan. Disini sebenarnya Pancasila sudah hadir dalam keseharian masyarakat.
Dalam menegakkan pancasila,para Proklamator merangkum pengalaman bangsa
Indonesia dalam memerangi penjajahan. Mereka membaca sejarah negara kita yang hidup
sengsara di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Ia meneliti bagaimana orang Indonesia
ditindas oleh priyai lokal yang mengabdi kepada Belanda. Ia mengeksplorasi mengapa
kolonialisme dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia.Sukarno juga mencatat upaya
sukarela rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dia menyaksikan
gempuran banyak orang yang berjuang dengan gagah berani melawan segala bentuk
kolonialisme. Ia belajar dari pengalaman bangsa Indonesia yang sejak awal abad ke-20
ingin membangun masyarakat adil dan makmur yang bebas dari segala penindasan. Dari
situ, Sukarno, pada Musyawarah BPUPKI 1 Juni 1945, menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara kita.

Simbol Pancasila
Setiap dinding kelas di hampir setiap sekolah di Indonesia dihiasi dengan kertas
berbingkai dengan potret presiden dan wakil presiden. Kertas ini menampilkan elang
kuning cerah. Dari pelajaran sekolah, semua orang tahu bahwa Garuda adalah lambang
negara. Namanya Garuda Pancasila. Jika Anda membuka buku teks pendidikan
kewarganegaraan, Anda akan menemukan bahwa hitungan bulu Garuda mencerminkan
sejarah penting bangsa Indonesia. Pada setiap sayap terdapat 17 bulu, 8 pada ekor, 19
pada pangkal ekor, dan 45 pada leher. Susun angka dan hasilnya adalah 17-8-1945. Inilah
hari proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, tahun dimulainya kemerdekaan negara
Indonesia dari belenggu penjajahan. Seekor burung bernama Garuda Pancasila adalah
lambang seluruh bangsa kita. kita adalah negara Indonesia merdeka sejak 17 Agustus
1945. Kita adalah elang yang berani dan brilian. kita adalah bangsa muda segera setelah
kemerdekaan dan menatap masa depan dengan harapan yang terdiri dari berbagai ras,
agama dan kepercayaan, jadi kita tidak takut menghadapi dunia. Kita berbeda, tapi kita
satu. Maka, Inilah semboyan nasional kita yang ditenun di atas kain putih oleh Garuda:
"Bhinneka Tunggal Ika". Kita adalah bangsa yang merdeka. Jiwa kita adalah jiwa elang
yang terbang mengelilingi bumi. Keberanian didasarkan pada apa yang ada di hati Anda.
Dada Garuda memiliki perisai berlambang bintang, kalung, pohon beringin, dua kepala
banteng, dan ranting padi dan kapas. Dari buku-buku pelajaran, kita tahu bahwa lambang
perisai Garuda adalah lambang pendirian bangsa kita, Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika Garuda adalah lambang seluruh bangsa Indonesia, maka Pancasila adalah dasar hidup
berdampingan secara nasional. Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan atas dasar
Pancasila. Berdasarkan Pancasila, kita aktif sebagai warga negara. Berbekal lima simbol
tersebut, Garuda menatap masa depan dengan penuh percaya diri, siap melebarkan
sayapnya untuk membangun dunia baru serta mewujudkan masyarakat adil dan makmur
tanpa penjajahan.
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila
a. Sila Pertama
Dalam konteks nasional, kepercayaan ini diwakili oleh adanya enam agama yang
diakui secara resmi oleh pemerintah: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Nilai takwa mengandung makna kebebasan setiap warga negara untuk
beribadah menurut agamanya. Hal ini sejalan dengan kewajiban UUD 1945, khususnya
Pasal 28E(1): “Setiap warga negara berhak menganut dan beribadat menurut agamanya.”
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta ideologi agama dan politik, menyatakan bahwa tidak ada
alasan bagi kelompok agama mana pun untuk berbenturan dengan keyakinan di atas
dasar negara-bangsa yang mapan. Dalam buku Islam, Pancasila, dan Deradikalisasi
Syaiful Arif, ia memaparkan wacana Islam dan nasionalisme dalam konteks 'd-radikalisasi'
agama. Menurut TAP MPR No. I/MPR/2003, pokok-pokok pelaksanaan sila pertama
Pancasila adalah:
1. Rakyat Indonesia Menyatakan Ketuhanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Masyarakat Indonesia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut agama dan kepercayaannya masing-masing, menurut prinsip
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan gotong royong kepada Tuhan Yang
Maha Esa antar pemeluk agama dan pemeluk agama lain
4. Mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama sesama manusia dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan hal-hal yang
mempengaruhi hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
6. Menumbuhkan sikap saling menghargai kebebasan menjalankan ibadah menurut
agama atau kepercayaan masing-masing
7. Jangan memaksakan agama atau kepercayaan Anda kepada Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

b. Sila Kedua
Pada Sila ke 2, Nilai ini termaktub di Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab.” Adanya nilai tersebut mengandung makna bahwa kemanusiaan haruslah
diutamakan dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi negeri ini
berdiri di atas berbagai macam perbedaan, seperti yang tersurat dalam semboyan negara
Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika”. Nilai-nilai kemanusiaan memastikan bahwa sesama
manusia diperlakukan secara adil, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, ras, golongan,
atau agama. Selain itu, hak asasi manusia dilindungi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Dalam
konteks nasional, Indonesia juga memastikan bahwa semua warga negara memiliki status
yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan ini sesuai dengan Pasal 27(1) UUD
1945, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan,
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
Pengamalan Nilai Kaidah Kedua Pancasila dijabarkan sesuai dengan TAP MPR No.
I/MPR/2003 sebagai berikut:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2. Pengakuan persamaan, persamaan hak dan kewajiban semua manusia tanpa
diskriminasi berdasarkan ras, asal usul, agama, kepercayaan, jenis kelamin, status
sosial, warna kulit, dll.
3. Menumbuhkan sikap saling mengasihi sesama
4. Menumbuhkan Sikap Saling Toleransi
5. Menumbuhkan sikap tidak sewenang-wenang terhadap orang lain
6. Pemeliharaan nilai-nilai kemanusiaan
7. Menyukai pekerjaan kemanusiaan
8. Keberanian membela kebenaran dan keadilan
9. Orang Indonesia merasa menjadi bagian dari seluruh umat manusia
10. Mengembangkan sikap saling menghormati dan kerjasama dengan negara lain

c. Sila Ketiga
Sila ketiga Pancasila, 'Persatuan Indonesia', mengandung nilai persatuan ini.
Implikasinya, seluruh rakyat Indonesia harus bersatu tanpa membedakan suku, bahasa,
agama, atau latar belakang budaya lainnya. Menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, salah satu nilai persatuan dapat diwujudkan melalui rasa nasionalisme yang
tinggi. Nasionalisme sendiri berarti cinta tanah air Indonesia. Pengamalan Nilai Pancasila
sila ketiga dijelaskan dalam butir-butir menurut TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai
berikut:
1. Kemampuan untuk mengutamakan solidaritas, kohesi, kepentingan nasional dan
nasional serta keamanan sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
individu dan kolektif.
2. Kemampuan dan kemauan untuk berkorban, bila perlu, untuk kepentingan
negara dan bangsa;
3. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebangsaan
4. Menumbuhkan kebanggaan bangsa dan tanah air Indonesia
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial
6. Pengembangan satuan bahasa Indonesia berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan persatuan untuk kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat
Nilai kerakyatan terkandung pada sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Nilai ini berarti
bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Nilai-nilai rakyat terkait erat dengan
pemerintah Indonesia. Pemerintah menerapkan sistem demokrasi: pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Selain nilai-nilai tersebut, sila ke-4 juga berarti bahwa
keputusan dari pendapat yang berbeda diprioritaskan melalui mekanisme musyawarah.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga
menganalisis makna dari perintah keempat sebagai berikut.
- Kebijaksanaan Kata kebijaksanaan didefinisikan sebagai menggunakan akal sehat
dalam segala hal. Musyawarah diartikan sebagai musyawarah untuk mengambil
keputusan dan mencapai mufakat
- Keterwakilan mengacu pada sistem yang dianut yaitu wakil rakyat.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila sila ke-4 dijelaskan dalam butir-butir menurut TAP MPR
No. I/MPR/2003 sebagai berikut:
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, semua orang Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
2. Jangan memaksakan kehendak Anda pada orang lain
3. Mengutamakan saran dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum
4. Pemikiran mufakat dijiwai oleh semangat kekeluargaan
5. Menghormati dan mendukung keputusan yang dibuat sebagai hasil konsultasi
6. Menerima dan melaksanakan konsekuensi keputusan konsultasi secara jujur dan
bertanggung jawab
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu dan kelompok
dalam konseling
8. Konsultasikan dengan akal sehat dan akal sehat
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan martabat
manusia, kebenaran dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bangsa.
10. Mengandalkan perwakilan tepercaya untuk berkonsultasi.

e. Sila Kelima
Nilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.” Makna nilai tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan. Mewujudkan rakyat yang sejahtera tanpa
kesenjangan ekonomi, sosial, budaya, juga politik, merupakan tujuan dari bangsa
Indonesia. Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga merupakan amanah dari
Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi:

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Butir-butir sila ke- 5 Pancasila dirumuskan oleh TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai
berikut:
1. Mengembangkan perilaku luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong
2. Menumbuhkan sikap adil terhadap orang lain
3. Seimbangkan hak dan kewajiban
4. Hormati hak orang lain
5. Suka membantu orang lain
6. Jangan menggunakan hak kepemilikan perusahaan untuk memeras orang lain
7. Jangan menggunakan hak milik untuk benda boros dan gaya hidup boros
8. Tidak menggunakan hak milik untuk merugikan atau merugikan kepentingan
umum
9. Suka bekerja keras
10. Suka menghargai karya orang lain dan berkontribusi untuk kemajuan dan
kemakmuran kita bersama
11. Suka terlibat dalam kegiatan yang membawa kemajuan yang adil dan keadilan
sosial.

Kesimpulan
Pancasila adalah falsafah dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
pedoman bagi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya,
nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam praktik kehidupan komunitas. Seiring dengan arus
globalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat,
sehingga Pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal
ini juga meliputi para generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini dengan
berpedoman pada Pancasila, akan tetapi para pemuda saat ini kian jauh dari nilai-nilai
Pancasila.
Daftar Pustaka
Ahmad. (2021). Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Retrieved
from Gramedia Blog: https://www.gramedia.com/literasi/pengamalan-nilai-nilai-
pancasila/

Pancasila, P. P. (2017). Kisah Pancasila. Kemendikbud.

Sarbaini, R. F. (2018). Pendidikan Pancasila Berbasis Nilai-Nilai. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai