Anda di halaman 1dari 6

Filsafat Pancasila Prof.Dr.Mr.Drs.

Notonegoro
(Pancasila Dasar Falsafah Negara, CV Pancuran Tujuh Jakarta, t.th)
1. Pancasila Sebagai Filsafat
Kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksud sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar
sila-sila Pancasila. Menurut Notonegoro, hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia,
karena Pancasila merupakan subyek hukum pokok sila-sila Pancasila. Dijelaskan bahwa
berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah
manusia.
Sebagai alat pemersatu pancasila sudah semestinya mengandung persatuan, kesatuan
didalam diri pribadinya sendiri serta pula mempunyai dasar yang mengandung persatuan,
kesatuan yang kokoh dan kekal, agar supaya persatuan, kesatuan indonesia kokoh dan kekal
juga.
*Satu pancasila pemersatu bangsa indonesia
a. Istilah dan susunan persatuan, kesatuan daripada pancasila dalam keadaannya
sebagaimana terdapat pada dirinya sendiri.
Pancasila sebagai perkataan adalah suatu sebutan, suatu istilah untuk memberi nama
kepada dasar filsafat atu dasar kerohanian negara kita. Didalam nama itu tidak tersimpul isi
dari pada dasar negara filsafat negara, melainkan hanya ditunjukkan, bahwa dasar filsafat
negara kita tersusun atas lima hal, yang masing-masing merupakan suatu sila, suatu asas
peradaban, suatu asas keadaban.Sila-sila itu bersama-sama merupakan bagian-bagian dari
suatu keutuhan, merupakan bagian-bagian dalam hubungan kesatuan.Negara kita mempunyai
satu dasar yang susunannya tidak tunggal, akan tetapi majemuk tunggal.oleh sebab itulah
pancasila diartikan sebaagai eka-pancasila
b. Pancasila adalah asas persatuan,kesatuan,damai, kerjasama, hidup bersama
dari bangsa indonesia yang warga-warganya sebagai manusia memang
mempunyai bawaan kesamaan dan perbedaan.
Sudah

seharusnya

ada

kesediaan

dan

kecakapan

serta

usaha

untuk

membangkitkan,memelihara dan memperkuat,memperkembangkan niat untuk bersatu, untuk


melaksanakan pertalian kesatuan kebangsaan.Memang pribadi kita sebagai manusia
mempunyai sifat kodrat sebagai warga hidup bersama,sebagai makhluk sosial.Kedua sifat ini
seharusnya dilaksanakan dalam hidup kita dalam kesatuan yang seimbang, tidak berat
sebelah, tetapi dalam kesamaan kedudukan dan peranan, yang ketika proklamasi

kemerdekaan sering disebut dengan gotong royong,secara kekeluargaan satu buat lain,
satu buat semua, semua buat satu, semua buat semua, didalam negara yang sama-sama kita
selenggarakan dan kita perkembangkan.
c. Bangsa indonesia ber.pancasila dalam tri-prakara, yang saling memperkuat
dan memperkembangkan
Dapat diistilahkan, bahwa kita ber.pancasila dalam tri-prakara, dalam tiga jenis, yang
bersama-sama kita miliki, maka tidak ada pertentangan antara pancasila Negara,pancasilaadat-kebudayaan dan pancasila-relegius.Ketiga-tiganya saling memperkuat.Negara berpancasila berarti memperkuat dan memperkembangka bangsa indonesia beragama dan
berkebudayaan, bangsa indonesia beragama dan berkebudayaan berarti memperkuat dan
memperkembangkan pancasila negara dan negara, jadi juga bangsa indonesia sendiri.
*Dua isi arti pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama mutlak bagi seluruh bangsa
dan tumpah darah indonesia
d. Pancasila

sebagai

dasar

filsafat

negara

mempunyai

isi

arti

yang

abstrak,umum,universal, tetap tidak berubah.


Dasar filsafat negara kita, sampai saatnya untuk kita tujukan kepada isinya atau hal-hal
yang termuat didalamnya. Lebih daripada yang sudah-sudah, uraian ini memerlukan
pemikiran.Kata-kata itu da yang mempunyai arti umum dan ada yang mempunyai arti khsusu.
Umum maksudnya ialah, apabila dipergunakan untuk menyebut lebih dari satu barang atau
satu jenis barang, seperti misalnya kata beras, dapat dikatakan dari beras bulu, dari beras
cempa.Sedangkan kataberas cempa itu mempunyai sifat khusus, hanya mengenai beras
jenis tertentu, yang paling khusus kalau orang menggunakan kata beras ini, yang
dimasudkan melalui beras yang di tunjuk itu saja.Kata-kata yang dipergunakan untuk
mengistilahkan sila-sila daripada pancasila adalah termasuk dalam kata-kata yang
mempunyai arti yang umum.
e. Pancasila

dalam

ujud

pelaksanaanya

sebagai

pedoman

praktis

bagi

penyelenggaraan negara mempunyai isi arti yang umum kolektif.


Sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian negara, yang merupakan cita-cita
bangsa,pancasila tidak boleh dibiarkan saja, akan tetapi harus dilaksanakan yang maujud
dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan, kebngsaan dan kemasyarakatan kita.Akan tetapi
tidak boleh tetap harus mengandung unsur-unsur persatuan dan kesatuan, maka didalam
isinya harus terdapat pula unsur-unsur yang umum.Isi daripada pancasila adalah umu
kolektif, merupakan penjumlahan atau pengumupulan dari isi yang diberikan oleh masingmasing pihak yan berbeda.

*Tiga landasan daripada pancasila sebagai dasar filsafat negara


f. Sila-sila daripada pancasila sebagai dasar filsafat negara berlandaskan pada
adanya tuhan, manusia, satu, rakyat serta adil, dalam arti ada dalam
objektivanya, dalam kenyataan yang sesungguhnya, tidak dalam arti ada dalam
angan-angan, tidak dalam arti ada dalam kemungkinan
Pembicaraan tentang isi arti daripada pancasila sampai kini mengenai hal-hal yang samasama bersangkutan dengan lima sila semuanya. Ini sangat pentingnya, karena merupakan
sifat mutlak dari hal-hal yang menjadi landasan dari pada pancasila.Soal ada itu suatu hal
yang muluk-muluk atau suatu hal yang jarang di jumpai dalam hidup atau suatu hal yang
tidak mempunyai arti yang praktis dan bermanfaat. Jadi sungguh, ada itu ialah suatu hal
yang paling bisa buat segala sesuatu dan buat kita manusia dan yang paling sederhana isi
artinya, yang oleh setiap orang dimengerti.
*Cabang-cabang utama:
A. Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat
mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai
berikut: Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab,

yang

berpersatuan,

yang

berkerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmah

permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia (Notonegoro,


1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung
pokok Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah
jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah
manusia.
B. Dasar Epistemologis
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila. Sumber pengetahuan pancasila
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain,
namun dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara. Dengan
kata lain perkataan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai kausa matereais pancasila.
Sebagai suatu system pengetahuan maka pancasila memiliki susunan yang bersifat formal
logi baik dalam arti susunan sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila. Dasar-dasar
rasional logis pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila pancasila. Susunan isi arti pancasila
meliputi tiga hal yaitu :

Isi arti pancasila yang umum universal, yaitu intisari atau esensi pancasila sehingga
merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada bidang-bidang
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai

bidang kehidupan kongkrit.


Isi arti pancasila yang kolektif, yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman kolektif

Negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.


Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit, yaitu isi arti pancasila dalam
realisasi praksis dalam berbagai kehidupan ehingga memeliki sifat yang khusus

kongkrit serta dinamis (Notonegoro, 1975).


C. Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga
merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Menurut Prof.Dr.Drs.Notonegoro,S.H, dalam bukunya Pancasila Dasar Falsafat Negara
(1974), nilai-nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan
suatu kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
*Nilai kerohanian dapat dibagi atas empat macam yaitu,
a)
b)
c)
d)

Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia
Nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia
Nilai moral atau kebaikan yang berunsur dari kehendak atau kemauan manusia
Niali religius, yaitu merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak

yang bersumber dari keyakinan atau kepercayaan manusia.


2. Pemikiran Ilmiah Prof. Notonagoro mengenai Pancasila
Salah satu pemikiran Prof. Notonagoro tentang filsafat Pancasila adalah pengertian
tentang isi pokok filsafat Pancasila itu sendiri, berikut penjabarannya yang dimulai dari sila
15:
I.

Sila I, Ketuhanan Yang Maha Esa


Kesesuain sifat dan keadaan dengan hakekat Tuhan yang hanya satu dan merupakan

II.

asal mula segala sesuatu dan bersifat abadi, maha sempurna, dan maha kuasa.
Sila II, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat manusia sebagai makhluk yang tersusun
atas raga dan jiwa dengan daya cipta, rasa, dan karsa, serta hakekat manusia sebagai

III.

makhluk sosial.
Sila III, Persatuan Indonesia

Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat yang satu, yaitu diri pribadi dengan ciri

IV.

khas tersendiri.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

Perwakilan
Kesesuaian sifat keadaan dengan hakekat rakyat sebagai warga negara, bukan satu

V.

golongan.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat adil bagi masyarakat dan negara
terhadap warganya; keadilan warga terhadap masyarakat dan negara; dan keadilan
sesama warga dalam masyarakat dan negara

Kesimpulan:
Bahwa bagi pancasila, bagi bangsa indonesia, bagi negara indonesia adanya Tuhan,
adanya manusia, adanya satu, adanya rakyat, adanya adil tu dalam arti ada dalam
dirinya sendiri,dalam obyektifitasnya, terlepas dari hubungannya dengan manusia,,
diketahui atau tidak dirasai atau tidak, dikehendai atau tidak, dipercayai atau tidak,
dianggap atau tidak, diangan angankan atau tidak, pendek kata sama sekali tidak
dipengaruhi oleh manusia.
Bahwa karena demikian itu halnya kita rakyat indonesia, kita bangsa indonesia,
penguasa negara kita Indonesia, didalam menyelenggarakan segala sesuatu mengenai
kehidupan rakyat, kehidupan rakyat, kehidupan bangsa, kehidupan masyarakat dan
kehidupan negara kita, seharusnya berpikir, berasa, berangan angan, berkehendak,
bersikap, berbuat, bertujuan, pendek kata berpribadi yang sesuai dengan segala
kenyataan dalam obyektifitasnya yang telah dijadikan landasan daripada dasar filsafat
negara kita itu.
Daftar Pustaka
Notonegoro. 1975. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pancuran Tujuh, .
Notonegoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafat Negara. Jakarta. Bhina Aksara.
SOSIOLOGI
TUGAS FILSAFAT PANCASILA MENURUT NOTONEGORO (PANCASILA DASAR
FALSAFAH NEGARA, CV PANCURAN TUJUH JAKARTA T.TH)

FAKHRI FERIAL DWISURYA


155120307111047
C-1 PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

Anda mungkin juga menyukai