Oleh :
Aulia Febri Saputri (11200510000062)
KPI 1C
BAB I: PENDAHULUAN
A. Pengantar
Pancasila sebagai kepribadian bangsa yang merupakan perwujudan dari jiwa bangsa dari
jiwa bangsa dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan adalah merupakan filsafat
hidup bangsa dan dasar filsafat Negara. Pancasila sebagai filsafat hidup, dan juga sebagai
ideology dan moral Negara harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia. Pengembangan
Pancasila sebagai filsafat hidup atau disebut juga dengan pengembangan filsafat Pancasila, pada
dasarnya untuk mengimbangi filsafat komunis maupun liberalis yang keduanya merupakan suatu
sistem kemasyarakatan yang berbeda sama sekali.
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” (dari: philen =
mencintai, philia = cinta, dan Sophia = kebijaksanaan) yang melahirkan kata Inggris
“philosophy” atau kata Arab “falsafah” dan biasanya diterjemahkan dengan “cinta
kebijaksanaan”. Kebijaksanaan yang dimaksudkannya adalah melakukan perbuatan atas
dorongan kehendak yang baik berdasarkan putusan akal yang benar sesuai dengan rasa
kemanusiaan. Jadi filsafat adalah mencintai perbuatan yang baik berdasarkan putusan akal yang
sesuai dengan kemanusiaan.
Istilah Pancasila berasal dari kata Sansakerta “pancasyla” (panca = lima, sylle = dasar atau
asas atau diartikan juga prinsip) yang diartikan “lima dasar” atau “lima prinsip”. Selanjutnya
kedua istilah itu digabungkan menjadi “Filsafat Pancasila” yang ecara etimologis berarti “cinta
kebijaksanaan yang berdasarkan lima dasar” atau diartikan juga “cinta kebijaksanaan dengan
berpedoman pada lima prinsip”.
Secara terminologis ataui berasarkan apa yang terkandung dalam istilahnya, kata “filsafat”
banyak artinya, semua aliran filsafat mempunyai definisi sendiri-sendiri. Jika filsafat hukum itu
adalah hukum, dan jika filsafat Pancasila maka sesuatu itu adalah Pancasila, sehingga Ifilsafat
pancasila adalah pemikiran secara kritik dan sistematik untuk mencari hakikat atau kebenaran
dari lima prinsip kehidupan manusia. Tujuan filsafat Pancasila yang sekaligus merupakan dasar
dikembangkannya filsafat pancasila adalah untuk memahami dan menjelaskan lima prinsip
kehiduopan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara, mengajukan kritik dan menilai prinsip
2
Orientasi Filsafat Pancasila
tersebut, menemukan hakikatnya secara manusiawi serta mengatur semuanya itu dalam bentuk
yang sistematik sebagai pandangan dunia.
3
Orientasi Filsafat Pancasila
kebiasaan, dan kebiasaan ini dicari intinya yang akan dirumuskan sebagai pedoman,
dan dikemukakan juga tujuannya.
c. Pengetahuan esensi. Pengetahuan esensi merupakan pengetahuan ilmiah yang
menelaah tentang unsure dasar atau hakikat atau juga inti-mutlak yang menjadikan
halnya iu ada, sebagai jawaban atas pertanyaan ilmiah apa.
d. Pengetahuan kausal. Pengetahuan kausal merupakan pengetahuan ilmiah yang
mempelajari tentang asal-mula atau sebab-musabab dari halnya, atas dasar pertanyaan
ilmiah mengapa.
1. Ciri-ciri filsafat
a. Sistem filsafat harus bersifat koheren: Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan kefilsafatan haruslah bersifat koheren, yakni berhubungan satu dengan
lainnya secara runtut tidak mengandung pernyataan-pernyataan dan hal-hal yang
saling bertentangan.
b. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh; Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan filsafat harus bersifat menyeluruh, yakni memadai semua hal dan gejala
yang tercakup dalam permasalahannya sehingga tidak ada sesuatu yang di luar
jangkaunnya.
4
Orientasi Filsafat Pancasila
c. Sistem filsafat harus bersifat mendasar: Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan kefilsafatan harus bersifat mendasar, yakni mendalam sampai ke inti-
mutlak dari permasalahannya sehingga merupakan hal yang sangat fundamental.
d. Sistem filsafat harus bersifat spekulatif: Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan kefilsafatan adalah bersifat spekulatif, yakni merupakan buah pikir hasil
perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal serta pangkal tolak
pemikiran sesuatu hal.
Hakikat kodrat manusia yang bersifat sebagai dasar filsafat Pancasila, menurut
ahli piker Indonesia, Notonagoro (1905-1981), adalah monopluralis, yaitu terdiri atas
beberapa unsure menjadi satu kesatuan. Hakikat monopluralis ini dikelompokkan
menjadi ttiga kelompok:
a. Susunan kodrat manusia monodualis. Manusia hakikatnya adalah tersusun atas jiwa
dan raga. Jiwa manusia ini tersusun atas sumber daya: akal rasa kehendak. Sedangkan
raga manusia tersusun atas: zat benda mati, zat nabati, dan zat hewani.
b. Sifat kodrat manusia monodualis. Manusia hakikatnya adalah bersifat individu dan
juga bersifat sosial. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sewaktu-waktu sifat individunya
yan lebih besar dan dapat juga sewaktu-waktu sifat sosialnya yag lebih dominan. Dua
sifat jodrat ini tidak dapat dihilangkan salah satu atau kduanya karena merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai unsure kodrat manusia.
c. Kedudukan kodrat manusia monodualis. Manusia hakikatnya adalah berkedudukan
sebagai pribadi mandiri dan juga sebagai makhuk Tuhan. Dua unsur ini terbukti
bahwa manusia adalah pribadi berdiri sendiri dapat berkreasi dan bertanggung jawab
atas perbuatannya sendiri dan juga enyadari sebagai makhluk Tuhan. Dua hal ini
tidak dapat diingkari memang demikian kenyatannya. Manusia harus bertanggung
jawab terhadap diri sendiri dan juga kepada Tuhan.
5
Orientasi Filsafat Pancasila
Penalaran filsafat merupakan bagian dari pemikiran pada umumnya yang khusus
berhubungan dengan penyimpulan. Penalaran filsafat atau nsecara luas dinyatakan pemikiran
filsafat, haruslah bersifat koheren, dalam arti runtut dan tidak bertentangan di dalamnya.
1. Prinsip-prinsip Pemikiran
6
Orientasi Filsafat Pancasila
a. Metode Analisis
b. Metode Sintesis
c. Metode Analitiko-Sintetik
Analitiko-sintetik merupakan suatu metode gabungan antara analisis dan sintesis,
yaitu perincian secara konsepsional makna istilah-istilah dalam suatu pernyataan yang
kemudian mengumpulkan kembali semua pengetahuan atas istilah-istilah tersebut
untuk menysusn suatu rumusan umum sebagai pedoman hisup. Menote analitiko-
sintetik menurut seorang filsuf Indonesia, Notonagoro (1905-1981) adalah yang
paling tepat untuk mengembangkan filsafat Pancasila yang secara manusiawi.
7
Orientasi Filsafat Pancasila
8
Orientasi Filsafat Pancasila
Pada dasarnya Pancasila merupakan sistem filsafat yang bersifat praktis, yaitu
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat digunakan langsung sebagi pedoman kehidupan
bangsa Indoensia dalam bernegara untuk mencapai masyarakat adil makmur sejahtera
lahiriah batiniah. Filsafat praktis sebagai pandangan hidup bangsa dalam bernegara
disebut dengan ideology, yang selalu diartikan dengan Negara. Memang setiap ideology
selalu dikaitkan dengan pandangan hidup bangsa sebagai pendukungnya, yang didasarkan
pada keyakinan filsafati tertentu, yaitu dikaitkan dengan pandangan tentang hak dan
kewajiban pribadi terhadap masyarakat dan Negara yang berorientasi terwujudnya
masyarakat yang dicita-citakan dengan latar belakang penjelmaan sifat kodrat manusia.
1) Unsur-unsur Ideologi
9
Orientasi Filsafat Pancasila
10
Orientasi Filsafat Pancasila
11
Orientasi Filsafat Pancasila
1) Teori Koherensi
12
Orientasi Filsafat Pancasila
dari rumusan tersebut. Sebagai contoh rumusan sila keempat yang sebagai
landasan demokrasi Pancasila itu, harus sesuai dengan rumusan “kerakyatan yang
dipimpinolrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Dengan
dasar rumusan ini, maka semua analisis isi arti sila keempat sebagai landasan
demokrasi Pancasila harus berpangkal pada rumusan tersbut, jika menggunakn
rumusan yang lain berarti salah.
2) Teori Korespondensi
3) Teori Pragmatis
13
Orientasi Filsafat Pancasila
14
Orientasi Filsafat Pancasila
(2) Kausa Finalis asalah mula berupa tujuan bagi Pancasila, ialah sebagai dasar filsafat negara
yang telah diusulkannya oleh anggota BPUPKI dalam rapat pada tanggal 29 Mei 1945 dan
pada tanggal 1 Juni 1945.
(3) Kausa Formalitas, asal mula berupa bentuk bagi pancasila yakni berupa lima dasar sebagai
kesatuan yang telah dirumuskan oleh panitia sembilan dalam piagam Jakarta pada tanggal
22 Juni 1945 dan disahkan oleh BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.
(4) Kausa Efisien asal mula berupa karya bagi Pancasila, yakni suatu usaha yang telah
menjadikannya Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia oleh pembentuk negara,
yakni PPKI pada waktu menetapkan Pembukaan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945,
yang sebelumnya hanya merupakan calon dasar filsafat negara.
A. Inti Mutlak Kehidupan Manusia
Tiga persoalan hidup manusia yang menimbulkan adanya lima hal sebagai inti-
mutlaknya Pancasila dalam kehidupan manusia, secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Persoalan hidup menghadapi diri sendiri, yaitu persoalan dalam memenuhi tuntutan diri
pribadi termasuk juga hubungan dengan makhluk lain. Rasa yang demikian ini disebut
berkemanusiaan yang adil terhadap diri sendiri, yaitu memenuhi tuntutan dirinya.
(2) Persoalan hidup menghadapi sesama manusia, yaitu persoalan hidup manusia sebagai
penjelmaan makhluk sosial, yang cara hidup manusia ini bersama dengan manusia yang
lain. Sikap hidup yang demikian ini disebut ber-perikemanusiaan dan ada yang
menamakan sikap hidup yang humanistis, yang arti kedua istilah ini dapat dinyatakan
dengan istilah kemanusiaan yang beradap.
Selain itu di dalam hidup bersama ini dengan modal rasa cinta-kasih sesama manusia,
maka muncullah adanua ingin hidup bersatu dalam kesatuan persyerikatannya, sebagai
pengkhususan pencerminan rasa cinta kasih, baik kesatuan dalam keluarga maupun sebagai
warga negara.
Selanjutnya di dalam persatuan itu, secara alamiah muncul keinginan adanya suatu aturan-
aturan hidup bersama yang manusiawi berdasarkan warga sendiri.
Di dalam hidup bersama dalam persatuan, setiap manusia menginginkan dan menuntut
perlakuan secara adil dan dirinya dituntut juga oleh masyarakat untuk bersikap adil.
15
Orientasi Filsafat Pancasila
(3) Persoalan hidup menghadapi Tuhan, yaitu persoalan menghadapi sesuatu Dzat yang
berkuasa di luar diri manusia. Adapun pengakuan dan keyakinan tentan adanya Dzat Tuhan
yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang disebut dengan istilah berketuhanan.
Manusia setelah meyakini adanya Dzat Tuhan, dia menginginkan suatu kebahagian serta
pertolongan dari-Nya, dan manusia berkeyakinan juga bahwa apabila memenuhi tuntutan-Nya
niscaya akan dipengaruhi pula keinginan manusia itu. Oleh karenanya, disamping manusia
meyakini adanya Tuhan, juga ada kesadaran untuk memenuhi tuntutan tuhan.
16
Orientasi Filsafat Pancasila
(1) Hakikat konkrit, menunjuk ke “hal”nya suatu kenyataan yang berkualitas(bentuk, berat,
rupa) dan bereksistensi(berada dalam waktu dan tempat tertentu, mempunyai hubungan
dengan obyek yang lain). Misal manusia, kera, pulau dan lain-lain.
(2) Hakikat abstrak, menyatakan suatu kualitas yang terlepas dari eksistensi tertentu, misal:
kemanusiaan, persatuan, roh, makmur dan lain-lain.
b. Sifat Abstrak Pancasila
(1) Sifat konkrit, yaitu menunjuk pen”sifatan”nya suatu kenyataan yang berkualitas dan
bereksisrensi, misal berbadan, berindra dan lain-lain.
(2) Sifat abstrak, menyatakan pensifatan yang tidak bereksistensi, misal kebijaksanaan,
kesederhanaan dan lain-lain.
B. Ekstensi Inti-mutlak Pancasila
Ekstensi adalah keseluruhan hal yang dirujuk oleh term, atau dengan kata lain
keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Term atau konsep berdasarkan
ekstensinnya dapat dibedakan menjadi:
1. Term umum
Universal: sifat umum yang berlaku didalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu,
misal: kerayaktan, bangsa, manusia dan lain sebagainya.
Kolektif: sifat umum yang berlaku di dalamnya hanya menjunjuk pada suatu kelompok
tertentu sebagai kesatuan, misal: bangsa Cina, rakyat Indonesia.
2. Term khusus
Partikular: sifat khusus yang berlaku didalamnya hanya menujuk sebagai tidak tertentu dari
suatu keseluruhan, misal: sebagian manusia, ada mahasiswa.
Singular: sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menujuk pada satu hal tertentu,
misal: seorang proklamator yang menjadi presiden.
C. Dua sifat umum dalam Pancasila
Inti-mutlak Pancasila mempunyai sifat universal, berikut sifat keumumannya:
(1) Ketuhanan, pengakuan dan keyakinan terhadap tuhan.
(2) Kemanusiaan, sikap dan perbuatan yang sesuai dengan manusiawi.
(3) Persatuan, kesadaran untuk mengusahakan suatu keseluruhan rakyat.
(4) Kerakyatan, sifat yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan rakyat.
(5) Keadilan, keadaan sesuai hakekat adil untuk mengakui hak semua.
17
Orientasi Filsafat Pancasila
Isi arti Pancasila yang akstrak umum umiversal adalah tetap tidak berubah dan dapat
berlaku di mana saja. Sehingga dari sifat abstrak umum universal dapat disusun isi arti
Pancasila umum kolektif sebagai pelaksanaan dalam kedudukannya dasar filsafat negara. Isi
arti pancasila umum kolektif adalah merupakan wujud pelaksanaan atau penjelmaan sebagai
pedoman praktis bagi penyelenggaraan negara. Berikut bagaimana kemungkinannya dapat
digunakan Pancasila sebagai dasar filsafat:
(1) Isi-arti umum universal, tidak hanya digunakan di Indonesia tapi juga bangsa-bangsa lain,
yaitu rumusan sila:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaaan dalam permusyawaratan perwakilan
(2) Isi-arti umum kolektif, hanya berlaku untuk suatu kelompok tertentu, yaitu rumusan sila:
Persatuan Indonesia
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Sifat umum bagi Pancasila yang dibedakan dua macam diatas, jika menjadi satu kesatuan
sebagai perkalian logisnya hanya dinyatakan bersidat umum kolektif, walaupun ada yang
universal tetapi karena ada yang berlaku dalam lingkungan rertentu.
1.2. Perkembangan Inti-Mutlak Pancasila
A. Fase Berburu
Merupakan fase pertama dari hidup manusia bermasyarakat, yaitu sejak manusia pertama
ada, manusia hidup dengan bebas, tidak ada ikatan, segala sesuatunya tersedia di alam semesta
dengan bebas. Ketuhanan, jiwa ketuhanan dalam fase ini sudah ada, tetapi mereka belum dapat
memikirkan bagaimanakah tuhan yang berkuasa itu. Dengan kata lain jiwa ketuhanan mereka
belum dapat menembus di balik alam yang ada karena alam pemikiran mereka masih bersifat
kebendaan.Kemanusiaan, sesama manusia hanya saling mencintai dalam lingkungan keluarga,
namun tidak untuk manusia lain. Dalam fase ini sering teriadi manusia memburu manusia lain
yang tidak dikenal, dan saling membunuh. Persatuan, persatuan manusia yang kuat untuk
mempertahankan hidup dari serangan-serangan dari luar. Dan ini hanya bersatu dalam
lingkungan keluarga besar itu sendiriKerakyatan, dalam istilah ini disebut dengan
kekeluargaan. Keadilan, dilaksanakan penuh dalam lingkup keluarga besar itu sendiri.
B. Fase Berternak
18
Orientasi Filsafat Pancasila
Ketuhanan, yang dulunya menyembah pohon atau sungai, dalam fase ini mereka berilih
menyembah binatang. Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan mereka sudah mulai
tumbuh tak hanya di lingkup keluarga tapi ke manusia lain juga.
C. Fase Cocok Tanam
Pada fase ini manusia sudah mulai bertempat tinggal. Ketuhanan, pengetahuan tuhan
mereka tidak hanya dengan melihat benda-benda saja melainkan akan sesuatu hal atau dzat
yang dianggap merubah sesuatu yaitu mereka telah percaya akan dewa. Kemanusiaan, mereka
juga saling menghargai walaupun mereka tak kenal manusia tersebut. Persatuan, mereka juga
saling bergotong-royong bersama. Kerakyatan, kelompok manusia yang sama-sama menempati
suatu daerah. Keadilan, karena pada fase ini sudah ada pimpinan, maka mereka memperhatikan
rakyat nya dengan lebih baik.
D. Fase Kerajinan
Fase ini tumbuh suatu kelas yang mengutamakn hidup dengan membuat suatu peralatan
berupa kerajinan atau alat pakai seperti pedang, cangkul, bajak dan lain-lain. Dan dalam kelima
sila, tentu juga semakin mengalam perkembangan dibandingkan fase cocok tanam.
E. Fase Industri
Fase industri ini sudah termasuk seperti zaman sekarang. Dan dalam kelima sila sudah
pasti mengalami perkembangan pesat. Mulai dari ketuhanan, menusia mempercayai hal gaib.
Serta rasa kemanusiaan, perstuan, kerakyatan dan keadilan juga sudah semakin berkembang.
F. Tinjauan Inti-Mutlak Kehidupan Manusia
Di dalam tiap fase itu, perkembangan kelima hal sebagai landasan Pancasila tidak
serentak bersama-sama.
19
Orientasi Filsafat Pancasila
ditafsirkan supaya dapat dimengerti betul maknanya secara tepat dan hal-hal yang terkandung
didalamnya.
a. Ketuhanan
Ketuhanan berarti keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan
terhadap Dzat Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta. Dalam sila pertama ini ajaran agama untuk
mengetahui bagaimana maksud iman terharap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pemikiran tentang adanya Tuhan
Hal yang tidak terbatas yang membatasi dan mewujudkan adanya himpunan sebab-akibat
ini disebut dengan istilah Yang Tak Terbatas, dan Yang Tak Terbatas inilah yang disebut
Tuhan. Jadi Tuhan itu tidak dapat dilukiskan dengan bentuk apapun, dan Tuhan itulah yang
menciptakan adanya rentetan sebab-akibat dalam alam semesta ini, dan Tuhan itu pula
merupakan sebab yang tidak disebablan oleh hal lain.
c. Yang Maha Esa
Yang Maha Esa berarti uang Maha Tunggal, tiada tersusun, tiada duanya, tunggal dalam
Dzat-Nya(tidak terdiri dari beberapa unsur), tunggal dalam sifat-Nya(sifat Tuhan yang
sempurna tidak menyerupai makhluk lain) dan tunggal dalam perbuatan-Nya(tidak ada
dorongan dari yang lain).
d. Hukum Bukti Ke-Esaan Tuhan
Akal pikiran manusia hanya mengakui satu Tuhan tiada duanya, hanya saja akal manusia
tidak tahu apa dan siapa nama Tuhan Yang Maha Esa itu. Dan karana akal manusia terbatas,
maka petunjuk Tuhan dibutuhkan untuk mengetahui dan menyebut nama Tuhan Yang Maha
Esa itu.
e. Ajaran Tentang Ke-Esa-an Tuhan
Adapun ajaran setiap agama, seperti:
1. Dalam ajaran Hindu-Dharma, dalam kitab suci Chandogya Upanisad, dijelaskan bahwa
Tuhan itu tunggal.
2. Dalam Bible kitab suci Kristiani, dalam kitab Ulangan 4:35 dijelaskan bahwa Allah ialah
Tuhan, tiada yang lain melainkan Ia.
20
Orientasi Filsafat Pancasila
3. Dalam Al-quran kitab suci Islam, terdapat banyak ajaran salah satunya Surat Al-Ikhlas
ayat 1 menjelaskan bahwa “Katakanlah Dialah Allah tuhan yang Esa”.
f. Ketuhanan Yang Maha Esa
Yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa ialah keyakinan dan pengakuan yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap suatu Dzat Yang Maha Tunggal tiada suanya,
yang Sempurna sebagai Penyebab Pertama.
Tiap sila di Pancasila memiliki fungsi sendiri dan tidak saling bertentangan tetapi saling
melengkapi. Sila pertama sebagi nilai moral bangsa, sila kedua juga sebagai moral bangsa,
sila ketiga sebagai dasar negara, sila keempat sebagai sistem negara, dan sila kelima sebagai
tujuan negara.
Fundamen moral atau asas moral negara, adalah pokok pikiran keempat. Pokok pikiran
keempat divdalamnya terkandung tiga hokum, yaitu: hokum Tuhan, hokum kodrat dan
hukum etik.
Hukum Tuhan adalah aturan hidup berdasarkan firman – firman Tuhan, tujuannya
ketaqwaan. Hokum kodrat adalah aturan –aturan hidup bersama berdasarkan pertimbangan
hati nurani manusia, yang bentuk konkritnya hak asasi manusia, tujuannya adalah keadilan.
Hokum etik adalah aturan – aturan hidup bersama berdasarkan pertimbangan baik dan buruk
dalam masyarakat, tujuannya keadaban.
21
Orientasi Filsafat Pancasila
22
Orientasi Filsafat Pancasila
23
Orientasi Filsafat Pancasila
24
Orientasi Filsafat Pancasila
Penjelasan UUD 1945 menyatakan, “Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat” yang menegaskan bahwa kedudukan MPR berada diatas lembaga-
lembaga tinggi negara. MPR sebagai jelmaan seluruh rakyat dalam memegang kekuasaan
negara, yang memilih dan mengangkat Presiden sebagai mandataris MPR dan Wakil Presiden
untuk membantu Presiden. Selain itu, MPR juga memberikan mandat untuk melaksanakan Garis-
Garis Besar Haluan Negara dan putusan-putusan majelis lainnya kepada Presiden, sehingga
pemerintahan yang dipegang oleh Presiden adalah pemerintahan atas dasar kehendak rakyat.
d. Pemerintahan yang Bertanggungjawab
Presiden ialah penyelenggara Pemerintahan Negara yang tertinggi dibawah MPR, yang
memiliki tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa Garis-Garis Besar Haluan
Negara atau ketetapan lainnya. Presiden dalam menjalankan Pemerintahan Negara, kekuasaan
dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden, dan Presiden bertanggunjawab kepada MPR.
e. Pemerintahan Berdasarkan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia.
Demokrasi Pancasila dilaksanakan dengan permusyawaratan dimana warga negara
melaksanakan hak-hak yang sama melalui wakil-wakilnya yang dipilih oleh dan
bertanggungjawab kepada rakyat melalui proses pemilihan yang bebas. Hal ini merupakan
Pemerintahan yang berdasarkan permusyawaratan perwakilan.
f. Sistem Pemerintahan Presidensial
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi menurut UUD 1945 dan dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, pelaksanaannya dibantu oleh menteri-menteri negara.
Menteri sebagai pembantu presiden dan tanggung jawab tetap ada di tangan di Presiden
25