Anda di halaman 1dari 8

Materi Tema, Topik, dan Kerangka karangan

1.1. Topik

Menilik dari asal usul kata, kata topik berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti
tempat, hal ini berarti menjadi tempat dalam tulis menulis pokok pembicaraan atau sesuatu yang
menjadi landasan penulisan suatu artikel. Topik juga bisa diartikan sebagai pokok pembicaraan
atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan.
Topik karangan adalah suatu hal yang akan dianggap menjadi karangan. Topik karangan
merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? Atau Hendak menulis
tentang apa?

Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik
karangannya. Permasalahan di sekitar kita dapat dijadikan ide untuk menjadi sebuah topik,
contohnya, seperti putus sekolah, pengangguran, kenaikan harga, keluarga berencana, polusi,
kenakalan remaja, dan sebagainya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat
umum dan belum terurai.

Topik memiliki ciri utama, yaitu harus menarik perhatian penulis itu sendiri. Topik yang
menarik perhatian penulis, akan memungkinkan pengarang berusaha secara terus menerus
mencari data-data untuk mengucapkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan
didorong terus menerus agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya. Sebaliknya suatu
topik yang sama sekali tidak disenangi akan menimbulkan kesalahan bila terdapat hambatan-
hambatan. Penulis tidak akan berusaha sekuat tenaga dalam menemukan data dan fakta untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.

1.2. Menentukan Topik


Dalam memilih sesuatu topik haruslah mengikuti aturan pembatasan dan penyempitan
sehingga pembahasan yang nantinya menjadi spesfik dan tidak melebar. Untuk menentukan
topik, dapat dilakukan dengan dua metode berikut ini.

 Mempersempit topik
Untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat dilakukan dengan memecah
pokok pembicaraan menjadi bagian-bagian yang makin kecil yang disebut
subtopik.
 Menuliskan pokok umum dan membuat daftar aspek khusus
Dengan cara mengikuti apa saja pokok bahassan tersebut secara berurutan
kebawah. Dari daftar itu dapat dipilih salah satu aspek untuk dijadikan topik
karangan.
 Mengajukan 5 pertanyaan berikut mengenai pokok pembicaraan : apa, siapa,
dimana, kapan, dan bagaimana. Pokok pembicaran ditulis diatas, lalu dibawahnya
disediakan kolom-kolom untuk menjawab kelima pertanyaan itu. Dalam setiap
kolom dituliskan aspek-aspek khusus dari pokok pembicaraan. Dengan cara itu
akan diperoleh satu aspek untuk diangkat menjadi pokok pembahasan karangan.

Kemudian, metode kedua dapat dilakukan dengan cara menentukan mengikuti sesuai
aspek berikut ini,
a) Menurut tempat: negara tertentu lebih khusus daripada dunia; Jakarata lebih terbatas dari
pada pulau Jawa. Topik “Pulau Jawa sebelum Indonesia merdeka” dapat dipersempit
menjadi “Jakarta sebelum Indonesia Merdeka”.
b) Menurut waktu/periode/zaman: “Kebudayaan Indonesia” dapat dipersempit atau
dikhususkan menjadi “Seni Patung Zaman Kerajaan Hindu”.
c) Menurut hubungan sebab akibat: “Dekadensi Moral di Kalangan Muda-mudi” menjadi
“Pokok Pangkal Timbulnya Krisis Moral di Kalangan Muda-mudi”.
d) Menurut pembagian bidang kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, kebudayaan,
agama, kesenian, ... dan sebagainya. Karangan tentang “Usaha-usaha Pemerintah dalam
bidang Ekonomi dapat dikhususkan menjadi “Kebijaksanaan Deregulasi di Bidang
Ekonomi Selama Pelita V”.
e) Menurut aspek khusus-umum: individual-kolektif: “Pengaruh Siaran Televisi terhadap
Masyarakat Jawa Timur” dapat dipersempit menjadi “Pengaruh Siaran Televisi terhadap
Kaum Tani di Jawa Timur”.
f) Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan yang
dibicarakan; objek formal ialah sudut dari mana bahan itu kita tinjau, misalnya:
“Kesusastraan Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut Gaya Bahasanya (objek
formal). Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-kader Baru; Keluarga
Berencana Ditunjau dari Segi Agama”.

1.3. Ciri ciri Topik


a. Topik harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa
keingintahuan si pembaca.
b. Mencakup keseluruhan isi cerita/tidak boleh menyimpang
c. Harus sesuatu yang nyata/tidak boleh abstrak
d. Topik tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi
berbentuk kata yang singkat.
1.4. Manfaat Topik
a. Dapat memahami secara langsung gagasan dalam isi karangan tersebut
b. Dapat memahami keseluruhan maksud dalam isi karangan
c. Dapat mengetahui informasi penting

2. 1. Tema

Secara etimologis, kata “tema” berasal dari bahasa Yunani yaitu “tithenai” yang


berarti ”sesuatu yang telah diuraikan”. Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh
seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis.
Jadi jika diandaikam seperti sebuah rumah, tema merupakan fondasinya. Pokok pemikiran
tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan.

Tema dapat juga diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan. Walaupun tema itu
sebenarnya berada di dalam pikiran penulis, sebaiknya tema tetap dirumuskan secara eksplisit
dalam bentuk kalimat yang panjang lebar, terutama bagi penulis pemula. Perumusan tema secara
eksplisit itu akan digarapnya.
Dengan demikian dapat dikatan bahwa tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan
tertentu yang akan dituangkan oleh penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang
melatar belakangi dan mendorong seseorang menuliskan karangannya. Dalam tulisan akan
menuangkan pokok pemikirannya untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Pokok pemikiran itulah
yang disebut tema. Tema dapat diperoleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut
tema akhir. Dalam karya ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui
oleh dosen pembimbing karya tulis. Perumusan tema akan memudahkan penulis menyusun
dalam kerangka karangan. Seperti halnya topik, tema pun perlu dibatasi dan diarahkan pada
fokus atau titik perhatian tertentu.

2.2. Menentukan Tema

Sebuah tema hanya akan dinilai setinggi-tingginya bilah telah dikembangkan secara jujur
dan segar, digarap secara terperinci dan jelas, sehingga dapat menambah informasi yang
berharga bagi perbendaharaan pengetahuan pembaca. Tema yang dikembangkan dengan
memenuhi hal-hal tersebut dapat disebut sebagai sebuah tema yang baik. Sebuah tema yang baik
dapat dinilai dari dua sudut, pertama dari sudut karya yang sudah siap, dan kedua dari syarat-
syarat yang dipenuhi pada saat sebuah tema mulai disusun. Atau penilaian itu dapat dilakukan
dengan mempersoalkan apakah sebuah karya itu bernilai atau tidak.

Sebuah karya dianggap tidak bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis dengan
tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya mengungkapkan beberapa pernyataan
yang lepas. Sedangkan sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisnya
tidak berusaha memeras pikirannya sendiri, tidak berusaha mencari informasi-informasi untuk
meyakinkan dirinya bahwa ia mengetahui persoalan itu.

Selain dari sudut pandang tersebut, terdapat beberapa syarat dari tema yang baik dan
benar, di antaranya sebagai berikut.

a) Kejelasan

Kejelasan dapat dilihat pertama-tama melalui gagasan sentralnya. Apakah ada satu topik
dengan tujuan utama yang akan disampaikan kepada para pembaca. Kemudian, kejelasan sebuah
tema dapat pula dlihat melalui subordinasi atau perincian-perinciannya. Apakah hubungan antara
perincian-perincian itu dengan tesis itu baik.

b) Kesatuan

Kesatuan pertama-tama dilihat dari adanya satuan gagasan sentral yang menjadi landasan
seluruh karangan itu. Kesatuan dilihat semata-mata dari persoalan bahwa hanya ada satu gagasan
sentral dalam setiap karangan atau tema. Tiap perincian hanya menunjang satu gagasan tadi.
Kesatuan gagasan sentralnya merupakan suatu hal yang esensil.
c) Perkembangan

Di samping perincian-perincian yang konkrit, perkembangan juga dapat dijamin dengan


mengurutkan perincian-perincian itu secara logis. Demikian pula susunan itu harus
memperlihatkan transisi yang jelas dan lancar, baik antara tema dengan tema, maupun antara
bagian dengan bagian.

d) Keaslian

Tema yang baik harus mengandung ukuran lain yaitu keaslian atau originalitas. Keaslian
dapat diukur dari beberapa sudut, pertama dari pilihan pokok persoalannya, dari sudut
pandangnya, pendekatannya, dari rangkaian kalimat-kalimatnya, dari pilihan kata, dsb.

2. 3. Ciri-ciri Tema

a. Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang
dikemukakan.
b. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain,
bagaimana cerita diselesaikan.
c. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai
kemanusiaan yang terdapat dalam    cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak
dalam sebuah cerita.

2. 4. Manfaat Tema

a. Dapat Mengembangkan ide dan gagasan pemikiran secara langsung


b. Dapat secara langsung menggugah isi karangan
c. Dapat memperluas bagian hal yang terpenting

3. 1. Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang ada.
Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam
perencanaan karangan. Dengan cara ini pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum
menulis.
Kerangka karangan mengandung rencana kerja bagaimana menyusun karangan.
Kerangka akan membantu penulis menggarap karangan yang logis dan teratur serta
memungkinkan penulis membedakan ide-ide utama dari ide-ide tambahan.
 
Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-menerus untuk mencapai suatu
bentuk yang lebih sempurna. Kerangka yang belum final disebut outline sementara, sedangkan
kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline  final atau kerangka mantap.
Dalam proses penyusunan karangan ada tahapan yang harus dijalani, yaitu memilih topik dan
merumuskan tema, mengumpulkan data/informasi, mengatur strategi penempatan gagasan, dan
menulis karangan itu sendiri

3.2 Macam-macam Susunan Kerangka Karangan


a. Pola Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh
karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
1) Berdasar urutan ruang.
Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan,
dari timur ke barat, urutan geografis.
Contoh
Topik : Gempa.
Tujuan : Untuk mengetahui lokasi Gempa.
Tema : Beberapa lokasi terdampak Gempa di Sumatera Barat.
2) Urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setiap peristiwa hanya menjadi
penting dalam hubungannya dengan yang lain.
Contoh
Topik : Masyarakat
Tujuan : untuk mengetahui perkembangan masyarakat
Tema : Perkembangan masyarakat  dari zaman ke zaman.
b. Pola Logis
Di atas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir
manusia. Cara dalam berpikir bermacam-macam yaitu bergantung pada sudut pandangnya.
Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks –antiklimaks, sebab – akibat, pemecahan
masalah, dan umum – khusus.
Contoh 1 (Urutan Klimaks)
Topik : Kejatuhan Soeharto
i. Praktik KKN Merajalela
ii. Keresahan di dalam Masyarakat
iii. Kerusuhan Sosial di Mana-mana
iv. Tuntutan Reformasi Menggema
v. Kejatuhan yang Tragis

Contoh 2 (Urutan Pemecahan Masalah)


Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ectasy
2.1 Pengaruh Ecstasy Terhadap Syaraf Pemakainya
2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap masyarakat
2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy
4. Kesimpulan dan Saran

3. 3. Syarat Kerangka Karangan yang Baik dan Benar

a.    Pengungkapan maksudnya harus jelas.


b.    Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
c.    Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
d.   Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.
3. 4. Manfaat Kerangka Karangan

a) Mempermudah pembahasan tulisan.


b) Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
c) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
d) Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
e) Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
f) Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.

Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai
butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan
miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan
dipertimbangkan secara menyeluruh.

Sumber :

Finoza, L. (2003). Komposisi Bahasa Indonesia 2003-2004, Insan Maulia, Jakarta.

Ahyar, J. (2014). Modul Menulis Karangan Ilmiah, Lhokseumawe.

Anda mungkin juga menyukai