Anda di halaman 1dari 3

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MATERI 3
PEMAHAMAN SILA 1 DAN 2 PANCASILA

Telah disampaikan dalam materi sebelumnya mengenai katerkaitan antara sila 1 dengan sila 2
Pancasila, intinya bahwa sila 1 Pancasila dipahami dari sudut pandang manusia yang dibahas pada sila
2 Pancasila. Walaupun pancasila secara susunan sistematis, artinya sila sebelumnya harus dipahami
sebagai dasar pemahaman dari sila selanjutnya namun untuk pembahasan sila 1 dilakukan sekaligus
dengan sila 2 Pancasila karena setiap pembahasan mengenai manusia pada akhirnya akan selalu
membahas mengenai Tuhan, seolah-olah tidak dapat dipisahkan antara manusia dengan Tuhan.

Dalam sistematika Pancasila sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab seharusnya
adalah hasil dari pemahaman akan Ketuhanan yang Maha Esa, sehingga mudahnya dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud kemanusiaan yang adil dan beradab adalah pemahaman kemanusiaan yang
diamanatkan oleh sila pertama atau dengan kata lain bahwa manusia yang adil dan beradab adalah
manusia yang sesuai dengan apa yang diinginkan Tuhan.

Menurut Notonagoro, manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat
manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah
maka secara hieraekhis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai pancasila,
sehingga mutlak harus dapat dipahami.

Pembahasan mendasar mengenai mengapa manusia diciptakan oleh Tuhan di muka bumi ini tentu
tidak dapat dijawab oleh manusia dengan sudut pandang Tuhan, karena hanya Tuhan yang tahu,
namun manusia yang diciptakan Tuhan dengan kelebihan berupa akal dan pikiran harus dapat
menterjemahkan menggunakan akal dan pikirannya sehingga manusia dapat menjalankan fungsinya
dengan baik di muka bumi ini baik itu dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun
alam sekitarnya.
Konsep Manusia

Manusia menurut ilmu biologi masuk dalam kelas mamalia, sama dengan sapi, kambing, kucing, dan
mamalia lainnya, yang berbeda dari manusia adalah manusia memiliki akal dan pikiran. Secara kodrati
manusia terlahir tanpa kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman yang ada disekitarnya,
tidak seperti mamalia lain yang terlahir dengan alat untuk dapat mempertahankan diri dari ancaman
disekitarnya, manusia terlahir sangat lemah bahkan tidak dapat mempertahankan diri dari ancaman
cuaca dingin sekalipun, sehingga manusia membutuhkan peran dari manusia lainnya untuk dapat
bertahan hidup. Hal ini pun mejadi dasar pemikiran mengenai adanya lembaga perkawinan dalam
tatanan kehidupan manusia, manusia memiliki tanggungjawab yang disadari oleh akal dan pikirannya.
sehingga dapat dikatakan peran akal dan pikiran manusia dalam kehidupannya sangat besar, jika tidak
berpikir, maka belum dapat dikatakan sebagai manusia, sebagai contoh memperlakukan sebongkah
daging sebagai makanan, manusia memiliki pola yang berbeda dengan mamalia lainnya, jika kucing
sebagai mamalia akan memakan mentah daging tersebut, jika manusia tentu akan melewati proses
memasak sebelum dimakan, yang membuat manusia berlaku seperti itu adalah akal dan pikirannya.
jadi esensi dasar manusia adalah akal dan pikiran, manusia adalah makhluk yang berpikir.

Manusia dan Agama

Perlu disadari bahwa membahas agama dan Tuhan adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan karena
sifatnya sangat subjektif. Sifat subjektif ini pun merupakan sebuah bukti bahwa manusia memiliki
hubungan yang sangat personal sekali dengan Tuhannya. Sekalipun dalam satu agama yang sama
namun hubungan manusia dengan Tuhan dapat dikatakan sangat personal, tidak ada satu manusia
pun yang mengetahui hubungan manusia lainnya dengan Tuhan. Sehingga Pancasila hanya memuat
Ketuhanan yang Maha Esa dalam sila pertama nya sebagai bentuk penegasan bahwa manusia
Indonesia harus mengenal Tuhan, dalam prosesnya hal ini terkait erat dengan Agama.

Dalam perjalanan akal dan pikiran manusia, agama memegang peranan yang sangat penting, agama
adalah “bahasa” Tuhan yang diturunkan kepada manusia untuk membantu manusia dalam
menjalankan fungsi dan peranannya di muka bumi. Agama terlahir dari proses manusia dalam mencari
Tuhan. Dapat dikatakan bahwa Tuhan adalah Zat yang selalu dicari oleh manusia, manusia
membutuhkan Tuhan, ada bagian dari akal pikiran manusia yang mendorong manusia untuk mencari
Tuhan. Hal ini terbukti dengan adanya ajaran-ajaran ketuhanan yang lahir jauh sebelum ajaran agama
yang kita kenal sekarang muncul, seperti aliran animisme dan dinamisme (aliran kepercayaan), ini
bukti bahwa manusia selalu mencari Tuhan sejak awal kehidupannya.
Agama adalah jalan manusia untuk mengenal Tuhan dalam prosesnya mengenal Tuhan manusia dapat
memahami esensi Tuhan dan esensinya sebagai manusia. Dengan kata lain Agama adalah petunjuk
manusia, dan kitab suci agama adalah buku petunjuk manusia. Artinya kitab suci bukan hanya
petunjuk tata cara peribadatan, namun jauh lebih mendasar adalah buku petunjuk mengenai esensi
dasar manusia. Sebagai contoh dalam ajaran agama Islam, kitabnya adalah Kitab Suci Al Quran, surat
pertama adalah pembukaan, surat selanjutnya adalah Al baqarah (Sapi Betina), dan surat terakhir
adalah An Nas (manusia), secara subjektif dapat dikatakan bahwa kitab Suci Al Quran mengajarkan
manusia dari mamalia yang disimbolkan dengan Sapi Betina untuk menjadi Manusia.

Kaitan Sila 1 dengan Sila 2 Pancasila

Dari contoh pemahaman diatas mengenai kitab suci lebih lanjut dapat dikatakan bahwa Manusia yang
Adil dan Beradab adalah manusia yang ada dalam surat An Nas. Selanjutnya dimaknai bahwa manusia
yang adil dan beradab adalah manusia yang dapat menghargai manusia lainnya sebagai sesama
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, pernyataan ini bermakna bahwa manusia yang adil adalah manusia
yang dapat memperlakukan manusia lainnya sebagaimana dirinya ingin dan harus diperlakukan oleh
manusia lainnya, kemudian pernyataan manusia yang beradab adalah manusia yang memiliki adab
atau aturan, dalam hal ini manusia yang beradab seharusnya dapat saling bekerjasama dengan saling
memperlakukan manusia lainnya secara adil.

Dari pemahaman sila kedua ini yang didahului oleh pemahaman sila pertama ini dapat dilihat bahwa
pancasila memberikan langkah yang harus ditempuh oleh manusia Indonesia untuk dapat mencapai
tujuan besar negara kesatuan Republik Indonesia. Sampai batas sila kedua ini pancasila hanya
berbicara mengenai kualitas manusia, belum berbicara mengenai kelompok manusia atau negara.
Seolah-olah syarat untuk membentuk kelompok manusia dan negara yang dicita-citakan, sila pertama
dan kedua ini menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Namun dalam konteks kenegaraan dapat
dipahami bahwa Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan
kenegaraan terutama dalam pengaturan perundang-undangan negara harus mewujudkan
tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia
sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara. Dalam
kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan antara lain dalam
kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
serta dalam kehidupan keagamaan. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa
hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.

Anda mungkin juga menyukai