NPM:217006516031
MK: Pendidikan Pancasila R.14
Dosen: Dr. Andi Yusran, M.Si.
Tugas 1 (Sebelum UTS)
BAB 1 (Sejarah Pancasila)
1. Istilah Pancasila Dalam Kitab “Negarakertagama”
Kitab Negara Kertagama atau disebut juga dengan "Kakawin Negarakertagama"
memiliki judul asli Desawarnana, kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca ini merupakan sumber
sejarah yang begitu dipercaya. Kitab negarakertagama ini ditulis pada masa kerajaan
Majapahit masih berdiri di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara atau dikenal juga dengan
nama Hayam Wuruk. Kitab ini menceritakan banyak hal-hal yang penting yang diantaranya
mengenai istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota Raja,Candi Makam Raja, upacara Sradha,
wilayah Kerajaan Majapahit, negara-negara bawahan Majapahit dan hal-hal lainnya. Judul
kitab atau "kakawin" ini adalah, kata Negarakertagama memiliki arti "Negara dengan tradisi
(Agama) yang suci".
Naskah kitab ini selesai ditulis pada bulan Aswina di tahun Saka 1287 bertepatan
dengan bulan September. Oktober 1365 Masehi, penulis kitab ini memakai nama Prapanca
sebagai nama samaran, berdasarkan hasil penelitian kesejarahan yang sudah dilakukan,
diketahui bahwa penulis dari naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, ia merupakan mantan
petinggi urusan agama Buddha di istana Majapahit. Kitab ini menceritakan bagaimana
keadaan di keraton Majapahit Pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, seorang raja
yang agung di tanah jawa dan juga di Nusantara. Kitab ini berisi syair yang bersifat
pujasastra, artinya karya sastra yang berisi mengagung-agungkan Raja Majapahit Hayam
Wuruk, serta kewibawaan dari kerajaan Majapahit.
Kitab ini disusun murni dari kehendak seorang pujangga Mpu Prapanca yang ingin
mengajukan bakti pada sang mahkota raja dan berharap sang raja membalas budi kepadanya.
Naskah kitab ini disusun oleh Mpu Prapanca setelah ia pensiun dengan mengundurkan diri
dari istana kerajaan. Karena bersifat pujasastra, tentu hanya hal-hal yang baik saja yang
dituliskan, hal-hal yang kurang membantu bagi kewibawaan Majapahit, walaupun mungkin
hal itu diketahui Mpu Prapanca sang pujangga. Karena hal itu peristiwa Pasundan Bubat tidak
ditulis dalam kitab Negarakertagama, walaupun itu merupakan peristiwa yang sangat
bersejarah.
Hal itu tidak ditulis karena menyakiti hati Hayam Wuruk, terlepas dari itu, kitab
negara kertagama masih dianggap sangat berharga karena memberikan sejarah dan laporan
langsung mengenai kehidupan di masa pemerintahan Majapahit. Dengan demikian, Pancasila
(Pancasila) pada waktu B berarti lima dasar atau lima peraturan tingkah laku yang
penting/baik Di negara kita, istilah Pancasila pertama kali ditemukan dalam buku Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Kerajaaan Majapahit (abad 14). Hal ini
membuktikan bahwa Pancasila yang kita jadikan dasar negara sudah ada pada masa itu.
Dalam kitab Negarakertagama karangan dari Mpu Prapanca (1365) disebutkan di dalamnya
terdapat istilah Pancasila, disini Pancasila diartikan sebagai lima perintah yang berisi lima
larangan, yakni sebagai berikut:
1) Dilarang melakukan kekerasan.
2) Dilarang mencuri.
3) Dilarang berjiwa dengki.
4) Dilarang berbohong.
5) Dilarang mabuk karena minuman keras.
Kitab Negarakertagama yang judul aslinya Desawarnana ditulis oleh Mpu Prapanca adalah
merupakan sumber sejarah yang terpercaya, karena ditulis pada saat kerajaan Majapahit
masih berdiri di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk).
2. Istilah Pancasila Dalam Kitab “Sutasoma”
Pancasila tidak bersumber dari berbagai paham tersebut, meskipun diakui bahwa
terbentuknya dasar negara Pancasila memang menghadapi bermacam-macam pengaruh
ideologi pada masa itu. Selanjutnya istilah " sila" sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang
melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan menurut adab
(sopan-santun), dasar; adab; akhlak; dan moral. Istilah "Pancasila" pertama kali dapat
ditemukan dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit
(abad ke-14). Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan "Pancasila"
memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya "lima", "syila" vokal ""
pendek artinya "batu sendi", "alas", atau "dasar" "syila" vokal i panjang artinya "peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh".
Menurut Muhammad Yamin dalam bahasa sansekerta perkataan pancasila memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca "artinya lima" "syila" vokal i pendek artinya
"batu sendi`, "alas", atau "dasar*" "syila" vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku
yang baik, yang penting atau yang senonoh" Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa
Indonesia terutama dalam bahasa jawa diartikan "susila" yang memiliki hubungan dengan
moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata "pancasila" yang dimaksudkan adalah istilah
"panca syila" dengan vokal i pendek yang memiliki makna leksikal " berbatu sendi lima",
atau secara harfiah "dasar yang memiliki lima unsur". Istilah Pancasila telah dikenal sejak
zaman Majapahit sebagaimana tertulis dalam buku NegaraKertagama karangan Mpu
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma karangan Mpu
Tantular, istilah Pancasila mempunyai arti berbatu sendi yang lima, pelaksanaan kesusilaan
yang lima. Istilah Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca berarti lima
dan Sila berarti dasar atau asas.
Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan
"susila" yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologi kata
"pancasila" yang dimaksud adalah istilah "panca syila" dengan vokal i yang memiliki makna
leksikal "berbatu sendi lima" atau secara harfiah "dasar yang memiliki lima unsur". adapun
istilah "panca syiila" dengan huruf Dewanagari i bermakna "lima aturan tingkah laku yang
penting" "Panatipata veramani sikhapadam samadiyani" artinya "jangan mencabut nyawa
makhluk hidup" atau dilarang membunuh. Perkataan pancasila mula-mula terdapat dalam
perpustakaan Budha India.
Ajaran pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five
moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganutnya. Larangannya
sebagai berikut:
1) "Dinna dana veramani sikhapadam samadiyani" artinya "jangan mengambil barang yang
tidak diberikan. " maksudnya dilarang mencuri.
2) "Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani? artinya jangan berbuat zina.
3) "Musavada veramani sikhapadam samadiyani artinya jangan berkata bohong atau dilarang
berdusta.
4) "Sura eraya pasjja pamada tikana veramani? artinya janganlah minum-minuman yang
memabukkan.
5) "Sura meraya masjja pamada tikana veramani? artinya: janganlah meminum minuman
yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman keras
pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama
Hindu dan Budha. Sejak saat itu pula Pancasila digunakan sebagai nama dari dasar falsafah
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, meskipun untuk itu terdapat beberapa tata
urut dan rumusan yang berbeda.
Sejarah rumusan Pancasila itu tidak dapat kita pisahkan dengan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dan tidak dapat pula dipisahkan dari sejarah perumusan Undang-Undang
Dasar 1945.
3. Penggunaan Usulan Pancasila sebagai Nama Dasar Negara
Pada Tanggal 1 Juni menjadi tanggal yang sangat penting, karena. Kendati
demikian, dalam perkembangan selanjutnya pemerintah orde baru justru mengembangkan
Pancasila dengan memperkenalkan Eka Prasetya Panca Karsa, yang menjadi materi dalam
penataran. P4 yang sifatnya wajib bagi semua instansi, baik pemerintah maupun
swasta. Sejak masa pemerintahan orde baru, sejarah tentang rumusan-rumusan awal Pancasila
didasarkan pada penelusuran sejarah oleh Nugroho Notosusanto melalui buku Naskah
Proklamasi yang Otentik dan Rumusan Pancasila yang Otentik.
Setelah reformasi 1998, muncul banyak gugatan tentang hari lahir Pancasila yang
sebenarnya. Setidaknya ada tiga tanggal yang berkaitan dengan hari lahir Pancasila, yaitu
tanggal 1 Juni 1945, tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada tanggal
tersebut kata Pancasila pertama kali diucapkan oleh Bung Karno yang saat itu belum diangkat
menjadi Presiden pada saat mengucapkan kata Pancasila pada sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bahwa dasar negara itu hendaknya
jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.
a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. kepercayaan bangsa Indonesia kepada Tuhan dan
secara ikhlas berbakti kepada-Nya, hukumNya.
b) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Perikemanusiaan). Adalah sifat bangsa
Indonesia yang asli untuk membantu orang yang ada dalam kesukaran (miskin, terlantar, turut
berusaha untuk membina suasana.
c) Sila Persatuan (Kebangsaan) Indonesia. Adalah suatu sifat Bangsa Indonesia untuk
bekerja sama secara gotong-royong.
Uraian tersebut di atas dalam bahasa Indonesia disebut istilah atau kata secara
“semantik Bahasa”. Dari uraian semantik bahasa makna kata “ideologis” dapat diartikan
sebagai “gagasan yang masuk akal” atau “cita-cita yang realistic”. Secara harfiah, ideologi
berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita
yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita
yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau paham.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ideologi adalah:
1. kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup
2. cara berpikir seseorang atau suatu golongan
3. paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik
Politik adalah:
1. sistem kepercayaan yang menerangkan dan membenarkan suatu tatanan politik yang ada
atau yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur, rancangan, instruksi, serta
program untuk mencapainya;
2. himpunan nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan
problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politik.
a. Macam-macam Ideologi
Ideologi adalah gagasan mengenai kebaikan bersama atau mengenai masyarakat dan
negara yang dianggap sangat baik. Negara-negara yang ada di dunia ini bermacam-macam
menganut ideologi yang diyakininya sebagai cita-cita dan pandangan hidup bangsa dan
negara untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Dalam perkembangannya sekarang ini
terdapat beberapa ideologi yang berkembang, yaitu diantaranya ideologi liberal, ideologi
komunis, ideologi sosialis, dan ideologi agama.
1) Ideologi Liberal; liberal berarti bebas. Para penganut liberalisme ini percaya bahwa
untuk menciptakan tatanan dunia yang bagus dan maju harus didasarkan pada
kebebasan baik kebebasan dalam pandangan politik bahkan agama 16, Paham ini
berdasarkan bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Para tokoh Ideologi Liberal adalah John Locke, Montesquieu, dan J.J. Rousseau. Di
dalam paham liberalism ini terdapat tiga nilai pokok utama yang menjadikannya kuat
yaitu life, liberty dan property.
2) Ideologi Komunis; Komunisme merupakan salah satu ideologi besar yang digunakan
oleh beberapa negara di dunia ini. Awal ajarannya berasal dari Karl Marx dan
Friedrich Engels dimana fokus utama tujuan dari ideologi ini adalah untuk
memperjuangkan hak semua kelas sosial yang ada di dalam masyarakat menjadi kelas
sosial yang sama tanpa adanya perbedaan sesuai dengan hak dan kewajiban warga
negara.
3) Ideologi Agama; Ideologi agama adalah ajaran yang bersumber dari ajaran agama
yang dianut masyarakat masyarakat yang bersumber dari kitab suci masing-masing
agamanya. Dalam negara yang menganut paham teologi, maka agama dijadikan
sebagai dasar dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Negara bertugas untuk mengembangankan ajaran agama dan membina
kehidupan masyarakat berdasarkan paham agama.
4) Ideologi Sosialis; Ideologi sosialis atau sosialisme in mungkin hampir sama
konsepnya dengan paham ideologi komunisme karena pada prinsipnya yaitu
mengutamakan kepemilikan segala sesuatu secara bersama tidak ada yang namanya
hak kepemilikan individu.
5) Ideologi terbuka dan ideologi tertutup; Dimuka sudah dibahas bahwa ideologi
adalah sebagai sebuah sistem dan gagasan, sebagai sebuah sistem dan gagasan,
ideologi terbuka adalah sebuah sistem dan gagasan yang bersifat terbuka. Ideologi
terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Sedangkan Ideologi tertutup adalah
ideologi yang bersifat mutlak.
6) Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif; Dari segi sosiologis, Karl
Mannheim membedakan dua macam kategori ideologi yaitu ideologi yang bersifat
partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif. Ideologi Partikular, adalah
sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat
dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat. Sedangkan Ideologi
Komprehensif adalah sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua
aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan
untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
7) Ideologi Pancasila; Pancasila sebagai dasar dan ideologi bagi bangsa dan negara
Indonesia dalam pelaksanaannya tidak harus dihafal oleh masyarakat. Ideologi
pancasila sebagai dasar negara juga harus dimengerti, dan dipahami maknanya oleh
seluruh warga negara Indonesia, sehingga makna positif yang terkandung dalam
ideologi Pancasila bisa benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Disamping itu Pancasila harus diamalkan dan dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Rakyat dan
bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh bertentangan dan
melanggar nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Sejarah Pancasila sebagai dasar negara secara yuridis hukum tercantum dalam
Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 menjelaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama bangsa Indonesia menjadi dasar
negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR disahkan pula oleh MPRS melalui
Ketetapan MPRS No. XXMPRS1966 jo Ketetapan MPR No. VMPR1973 dan Ketetapan No.
IXMPR1978 bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia yang
hakikatnya adalah sebuah pandangan hidup. 35 Dalam ketentuan Pasal 1 Ketetapan MPR No.
IIMPR2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
ditegaskan sebagai berikut
a Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan.
b Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
c Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Mengenai norma hukum, Hans Nawiasky menggunakan hirarkisitas hukum dapat terbagi
menjadi 4 empat tingkatan, yaitu
1. Staatsfundamentalnorm yang berupa norma dasar bernegara atau sumber dari segala
sumber hukum
2. Staatsgrundge Setze yang berupa hukum dasar yang apabila dituangkan dalam dokumen
negara menjadi konstitusi atau verfassung
3. Formelegezetze atau undang-undang formal yang pada peraturan tersebut dapat ditetapkan
suatu ketentuan yang bersifat imperative, dalam pengertian pelaksanaan maupun sanksi
hukum
4. Verordnung en dan autonome satzungen yakni aturan-aturan pelaksanaan dan peraturan
yang otonom, baik yang lahir dari delegasi maupun atribusi.
Sedangkan menurut Denny Indrayana dalam Kurnisar bahwa Inti dari konsep
Staatsfundamentalnorm norma fundamental negara dari Hans Nawiasky adalah
Pancasila dilihat sebagai cita hukum rechtsidee merupakan bintang pemandu. Posisi
ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam
Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya
Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan
pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Konsep staatsfundamentalnorm yang
dikemukakan Hans Nawiasky tersebut apabila diterapkan dalam sistem norma hukum di
Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 2 Ketetapan MPR No.
IIIMPR2000 tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan ditegaskan sebagai berikut
Tata urutan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam pembuatan aturan
hukum di bawahnya.
BAB 3 (Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa)
1. Makna Pandangan Hidup Bangsa
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk dalam
kehidupan sehari-ahari. Dimaknai sebagai pandangan hidup bangsa, maka dapat dipastikan
bahwa kehadiran Pancasila tersirat sebagai pedoman atau petunjuk dalam sendi-sendi
kehidupan manusia. Dalam pengertian yang demikian, maka Pancasila selain sebagai
pandangan hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi negara. Pandangan hidup yang
dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religius sebagai
keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan pandangan hidup diyakini inilah bangsa Indonesia
dapat dan mampu memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara tepat.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab dengan pandangan
hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki landasan fundamental yang
menjadi pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan pandangan
hidup yang jelas, bangsa Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana
mengenal serta memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum dan
persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju. Oleh karena itulah Pancasila
harus menjadi pemersatu bangsa yang tidak boleh mematikan keanekaragaman yang ada
sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa
yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi tingkah laku hidup sehari- hari dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara dapat disebut pula sebagai ideologi
bangsa dan negara. Sebagai ideologi, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Ini berati, sebagai halnya bendera merah putih sebagai ciri khas bangsa atau negara Indonesia
yang membedakan dengan bangsa atau negara lain, Pancasila juga merupakan ciri khas bang
Indonesia yang tercermin dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang senantiasa selaras,
serasi dan seimbang sesuai deng nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
2. Perlunya Pandangan Hidup bagi Suatu Bangsa
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pancasila sebagai pandangan hidup merupakan wujud
pencerminan dari kepribadian bangsa Indonesia yang luhur ini. Berikut ini adalah dasar-
dasar memahami Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dapat dipelajari
melalui fungsi-fungsi:
a) Bisa dijadikan petunjuk untuk menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalahan yang
ada di masyarakat.
b) Bangsa Indonesia mempunyai petunjuk atau cara untuk menyelesaikan persoalan budaya,
sosial, ekonomi, dan politik.
c) Bangsa Indonesia bisa membangun dirinya sesuai dengan kepribadian yang atau ciri khas
dari bangsa Indonesia. Sederhananya adalah pancasila merupakan pemersatu bangsa
Indonesia.
d) Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan luas. Memiliki ratusan adat istiadat,
mempunyai ratusan Bahasa dan sebagainya. Sederhananya adalah pancasila merupakan
pemersatu bangsa Indonesia.
Pandangan hidup bagi bangsa juga berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh rakyat indonesia
untuk mencapai cita-cita bangsa, sebagai pemecah masalah masalah politik agar tidak terjadi
perpecahan, dan juga sebagai pedoman bagi bangsa indonesia bagaimana untuk berlaku dan
bertingkah, agar tetap sesuai dengan falsafah negara. Dengan adanya pandangan hidup,
bangsa Indonesia memiliki tujuan yang jelas untuk berbangsa dan bernegara, serta bangsa
Indonesia mampu berkembang dan terus meningkat. Menurut Thomas hobes, pandangan
hidup adalah segala cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan
mengatur rakyatnya.
Manfaat pandangan hidup yaitu agar seseorang dapat memiliki petunjuk, pedoman, ataupun
arahan untuk menjalani hidupnya, agar tidak salah dalam menentukan masa depannya, dan
bisa menjalani hidupnya dengan baik.
3. Sumber Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki fungsi sebagai pegangan atau
acuan bagi manusia Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku, berkaitan dengan sistem
nilai, tentang baik dan buruk, tentang adil dan zalim, jujur dan bohong, dan sebagainya.
Dengan demikian membahas Pancasila sebagai pandangan hidup akan memasuki domein
etika, masalah moral yang menjadi kepedulian manusia sepanjang masa, membahas hal ihwal
yang selayaknya dikerjakan dan yang selayaknya dihindari. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia didasari oleh tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu:
a. Kesepakatan tujuan dan cita-cita bersama
b. Kesepakatan tentang the rule of same philosophy of government.
c. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan (the form of
institutions and procedure)
Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang pancasila dan nilai-nilai pancasila berakar pada
nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Soeryanto bahwa "Pancasila sebelum terbentuknya Negara dan
bangsa Indonesia pada dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan
bangsa dan tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua puluh maupun
sebelumnya, dimana masyarakat Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk
berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan lain". Hal ini dihubungkan dengan
unsur-unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa dan kepercayaan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila antara lain sebagai berikut:
A. Dalam sila 1 berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" terkandung nilai-nilai religius antara
lain:
1) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifat Nya Yang
Maha Sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha adil, Maha Bijaksana dan
lain-lain sifat yang suci.
2) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-
Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
3) Nilai sila I ini meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV dan V.
B. Dalam sila II yang berbunyi "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung nilai-nilai
kemanusiaan, antara lain:
1) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.
2) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
3) Nilai sila II ini diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.
C. Dalam sila III yang berbunyi "Persatuan Indonesia" terkandung nilai persatuan bangsa,
antara lain:
1) Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
2) Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia
3) Nilai sila ke III ini diliputi dan dijiwai sila I dan II, meliputi dan menjiwai sila IV
dan V.
D. Dalam sila IV yang berbunyi "Kerakyatan yang Dimpimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan" terkandung nilai kerakyatan antara lain:
1) Kedaulatan Negara adalah ditangan rakyat
2) Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil- wakil rakyat
3) Nilai sila IV ini diliputi dan dijiwai sila I, II, dan III, meliputi dan menjiwai sila V.
E. Dalam sila V yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" terkandung
nilai keadilan sosial, antara lain:
1) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atas kemasyarakatan meliputi
seluruh rakyat Indonesia
2) Cita-cita masyarakat adil, makmur, material, dan spiritual, yang merata bagi
seluruh rakyat Indonesia
3) Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain.
4) Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III, IV Pemahaman terhadap nilai-nilai
luhur Pancasila bagi warga Negara Indonesia merupakan hal yang seharusnya, karena
terkait dengan prilaku yang ditampilkan dalam tata pergaulan hidup sehari-hari
sebagai bangsa Indonesia.
Pemahaman nilai-nilai Pancasila merupakan pemahaman konsep Pancasila yang mengandung
gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang bulat, utuh dan mendasar mengenai eksistensi
manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat dipergunakan sebagai
landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai akibat terjadilah
pandangan tentang eksistensi diri manusia, serta sikap dan perilaku devosi manusia dalam
hubungannya dengan yang Maha Esa.
Konsep sovereinitas, suatu konsep yang menyatakan bahwa yang berdaulat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah rakyat, suatu konsep demokrasi, dengan ciri
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Proses sosial adalah cara cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan
kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup
yang ada.
proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama. Proses sosial juga dapat diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dilihat
apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yangakanterjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.
Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan
bersama. Oleh karena itu kemampuan sosial menjadi hal mendasar yang harus dimiliki dan
diimplementasikan sesuai dengan nilai- nilai yang di dapat selama proses sosialisasi di dalam
kehidupan masyarakat.
4. Terbentuknya Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang pancasila dan nilai- nilai pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Soeryanto bahwa: "Pancasila sebelum terbentuknya Negara dan
bangsa Indonesia pada dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan
bangsa dan tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua puluh maupun
sebelumnya, dimana masyarakat Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk
berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan lain". Selanjutnya nilai-nilai tersebut
dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu dasar negara, dan secara verbal
tercantum dalam pembuksaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Sebagai pegangan atau acuan bagi manusia Indonesia dalam bersikap dan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki fungsi bertingkah laku, berkaitan dengan sistem
nilai, tentang baik dan buruk, tentang adil dan zalim, jujur dan bohong, dan sebagainya.
Dengan demikian membahas Pancasila sebagai pandangan hidup akan memasuki domein
etika, masalah moral yang menjadi kepedulian manusia sepanjang masa, membahas hal ihwal
yang selayaknya dikerjakan dan yang selayaknya dihindari.
Pancasila sebelum terbentuknya Negara dan bangsa Indonesia pada dasarnya terdapat secara
sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan bangsa dan tersebar di seluruh kepulauan
nusantara baik pada abad kedua puluh maupun sebelumnya, dimana masyarakat Indonesia
telah mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan
lain. Selanjutnya nilai-nilai tersebut melalui para pendiri bangsa dan ini kemudian
dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu dasar negara, dan secara verbal
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal ini dihubungkan dengan unsur- unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, rasa,
karsa dan kepercayaan.
Pemahaman nilai-nilai Pancasila merupakan pemahaman konsep Pancasila yang mengandung
gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang bulat, utuh dan mendasar mengenai eksistensi
manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat dipergunakan sebagai
landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai akibat terjadilah
pandangan tentang eksistensi diri manusia, serta sikap dan perilaku devosi manusia dalam
hubungannya dengan yang Maha Esa. Konsep humanitas, suatu konsep yang mendudukkan
manusia dalam tata hubungan dengan manusia yang lain. Berdasarkan pernyataan di atas
bahwa pemahaman Pancasila adalah pemahaman terhadap cita-cita yang merupakan dasar,
pandangan, gagasan, atau paham.
Proses sosial adalah cara cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan
kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup
yang ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosial juga dapat diartikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa
yangakanterjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola
kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara
berbagai segi kehidupan bersama.