Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

NILAI NILAI PANCASILA

DI SUSUN OLEH:

NAMA: MUHAMAD ALWI

NIM : 70300118020

KELAS: KEPERAWATAN A

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Salawat dan
salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita
dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai ”NILAI NILAI PANCASILA”. Makalah
ini telah dibuat berdasarkan sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................1

KATA PENGANTAR ........................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah .................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi pancasila…………………………………………………….

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia………

BAB III PENTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai
dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan
masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan dan pembawaan
serta watak orang Indonesia. Dengan kata lain masyarakat Indonesia mempunyai ciri sendiri,
yang merupakan kepribadiannya.

Dengan nilai-nilai pulalah rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah kehidupan
ini untuk mengarahkan dan mempedomani dalam kegiatan kehidupannya bermasyarakat.
Demikianlah mereka melaksanakan kehidupan yang diyakini kebenaranya. Itulah pandangan
hidupnya karena keyakinan yang telah mendarah daging itulah maka pancasila dijadikan dasar
negara serta ideologi negara. Itulah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada
Tanggal 18 agustus 1945 melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan
bersama tersebut sifatnya luhur, tiada boleh diganti ataupun dirubah. Masyarakat pancasila
pulalah yang hendak kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan
nilai luhur tersebut.

Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi norma-
norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap
warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis
dinegara kita.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi pancasila

2 untuk mengetahuai Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui makana dari pancasila

2. Untuk mengetahui makana dan nila-nilai dari pancasila


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pancasila

Istilah “Pancasila “ yang sekarang menjadi nama resmi dasar filsafat negara,
dahulunya mempunyai banyak proses perkembangan , baik ditinjau dari segi bahasa
maupun sejarahnya dari segi penulisan maupun penggunaannya, oleh karena itu pancasila
ini akan dibicarakan secara etimologis, historis, dan secara termilologis.

a. Secara Etimologis

Secara etimologis “pancasila “bersal dari bahasa india, yakni bahasa Sanskerta,
bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat ialah Prakerta,

Menurut muhammad Yamin di dalam bahasa Sanskerta perkataan pancasila ada dua
macam arti: Panca = lima , syila = dengan huruf i biasa artinya “ batu sendi” atau dasar.
Dan Syiila , dengan huruf i panjang artinya peraturan tingkah laku yang penting , dan
kata syiila ini di dalam bahasa Indonesia menjadi susila “ tingkah laku yang baik”

Dengan uraian di atas maka perkataan pancasila dengan huruf i besar berarti “
berarti batu sendi yang lima” sedangkan “panca syiil dengan huruf i dua berarti lima
aturan tingkah laku yang penting.

b. Secara Historis

Secara historis istilah “pancasila” mula – mula dipergunakan oleh masyarakat india
yang memeluk agama budha, pancasila berarti lima aturan atau “five moral principles”
yang harus ditaati dan dianut biasa (awam) Agama Budha yang dalam bahasa aslinya
yaitu bahasa pali “panca- sila” yang berisi lima larangan yang bunyinya menurut kamus
enclyclopaedia atau kamus Buddhiesme adalah sebagai berikut;

1. Panatipa veramani sikkhapadam samadiyami; artinya ; jangan menyabut nyawa setiap


yang hidup/ dilarang membunuh.

2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami , artinya ; jangan mengambil barang


yang tidak dierikan; dilarang mencuri.

3. Kemshu micchacara varemani sikkhapadam samadiyami, artinya; jangan berhubungan


kelamin yang ditak sah dengan perempuan ; dilarang berzinah.

4. Musawada varemani sikkhapadam samadiyami, artinya; jangan berkata palsu ; dilarang


berdusta.
5. Sura-meraya- majja- pamadatthana varemani sikkhapadam samadiyami, artinya ;
janganlah minum yang menghilangkan pikiran.

Perkembangan selanjutnya “pancasila” masuk dalam khazanah kesusasateraan


Jawa kuno pada zaman Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.
Istilah pancasila terdapat dalam buku keropak Negarakertagama yang berupa syair pujian
ditulis oleh pujangga istana bernama Empu Prapanca selesai pada tahun 1365, dalam
sarga 53 bait ke 2 yang berbunyi sebagai berikut;

“yatnanggegawani pancasila kertasangskarabhisekakakrama”

Artinya ; raja menjalankan ke lima pantangan itu begitupula upacara-upacara dan


penobatan-penobatan.

Kata “pancasila” juga ada dalam buku Sutasoma karangan empu Tantular, yang artinya
“berbatu sendi yang lima “ juga mempunyai arti “peladsanaan kesusilaan yang lima”

Demikianlah perkembangan istilah pancasila dari bahasa sansekerta menjadi bahasa Jawa
Kuno yang artinya tetap sama terdapat pada zaman Majapahit. Karena kehidupannya
yang rukun dan damai, sedangkan Empu Prapanca sendiri menjabat sebagai
Dharmadyaksa ring Kasogatan yaitu penghulu / kepala urusan agama Budha.

c. Secara Terminologis

Berdasarkan istilahnya yang digunakan di Indonesia, dimulai sejak sidang Badan


penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 1 juni 1945.
Istilah pancasila digunakan oleh Bung Karno untuk memberi nama pada lima dasar
Negara Indonesia Merdeka yang diusulkannya, sedangkan istilah tersebut menurut Bung
Karno adalah bisikan dari temannya seorang ahli bahasa.

Pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia merdeka dan keesokan harinya pada 18
agustus disahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang sebelumnya masih merupakan
rancangan dasar hukum serta dalam pembukaannya memuat lima dasar Negara Republik
Indonesia yang diberi nama pancasila, sejak itulah “pancasila” secara formal masuk ke
dalam bahasa Indonesia walaupun di dalam pembukaan UUD 1945 itu tidak disebutkan
nama pancasila.

Pacasila dalam bahasa Indonesia dan secara yuridis yang dimaksudkannya adalah;

1. Ketuhanan yang maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan indonseia

4. Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan


/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

d. Penggunaan Terakhir

Demikianlah sedikit tentang pembicaraan istilah “pancasila” yang semula


berasal dari bahasa sansekerta yang berarti lima aturan tingkah laku yang pentiang , dan
selanjutnya masuk dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti lima pantangan yang
kesemuanya itu dipergunakan dalam Agama Budha. Akhirnya “Pancasila “ menjadi
bahasa Indonesia yang dipakai sebagai istilah untuk nama Dasar Filsafat Negara
Republik Indonesia sampai sekarang ini.

Dengan uraian di atas jelaslah bahwa pencasila yang dinyatakan sebagai


dasar negara dan juga sebagai pandangan hidup bangsa adalah merupakan hasil
kesepakatan bersama menjelang Proklamasi Kemerdekaan, bukan berasal dari buku
Sotasoma dan juga bukan dari buku Negarakertagama. Karena jelas materinya berbeda
dan juga makna yang dimaksudkannya juga berbeda. Sehingga dinyatakan sudah ada
pernyataan sejak zaman Majapahit adalah tidak benar, walaupun materinya ada dalam
kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu tetapi rumusanny baru kemudian.

Istilah pancasila penulisannya juga mengalami proses perkembangan.


Menurut ejaan aslinya ditulis “ panca-syila “. Kemudian disesuaikan dengan bahasa
indonesia lama menjadi “pantja-sila”. Dan karena istilah “pantja-sila “ dipakai nama
Dasar Filsafat Negara yang isinya merupakan kesatuan, maka menurut Notonagoro
(1905-1981) seorang ahli pikir pancasila secara kefilsafatan, penulisannya tidak
dipisahkan, tetapi harus dirangkai menjadi satu yaitu “pantjasila “ kemudian
disempurnakan dengan ejaan bahasa Indonesia sekarang ditulis dengan “pancasila”

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia

a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahuan Yang Maha
Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa
Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang salah paham mengartikan
makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum
kita diajarkan bahwa arti dari Ketahuan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau
Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta ataupun
Pali, Ketahuan Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu.
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –
an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari
kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –andapat
memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…

Kata ketuhanan yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna
sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang
berhubungan dengan tuhan.

Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau
besar( bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga
berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam
jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian
keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this- Inggris). Sedangkan kata
“satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Pali adalah kata
“eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata
yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”.

Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari
Ketahuan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu
pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya
Ketahuan Yang Maha Esa

berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan
pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.

B. Makna sila Ketahuan Yang Maha Esa

Makna sila ini adalah

1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-maisng menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan


kepercayaan masing-masing

4) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

5) Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki
agama monoteis namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama.

6) Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
7) Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.

8) Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

9) Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agama masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka
dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan
memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam
Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang
memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam
masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur
dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri
manusia dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (di
atas / di luar yang kodrat) dan yang transeden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah
dipahami oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal
paham animisme, dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja
berkembang di dunia sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha, Islam, Nasrani ke
Indonesia, sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat.
Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketahuan Yang
Maha Esa

Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaban daripada makhluk


hidup dan siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru
disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu
sebagai penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain. Dengan
demikian Ketahuan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan
diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini adalah
manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan
selainNya adalah terbatas.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan


Ketahuan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada
warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya trkandung dalam:
1. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan
bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan
agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.

2. Pasal 29 UUD 1945

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan
Yang Maha Esa, anti agama. Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang
Maha Esa ini hendaknya diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh
toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-
masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama .

Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model hidup yang meliputi:

1. Kerukunan hidup antar umat seagama

2. Kerukunan hidup antar umat beragama

3. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah

Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa.

Di dalam memahami sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka
agama senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama
masing-masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.

Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing
perwujudan dan Sila II sampai dengan Sila V.

C. Pokok-pokok Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945 dimana
perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD 1945 itu
sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut :
“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”

Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis
constitutional ini, mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Dengan demikian dasar ini merupakan kunci dari keberhasilan bangsa Indonesia
untuk menuju pada apa yang benarm baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moril
bagi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).

Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa


konsekuensi pemerintah sebagai berikut:

Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan


keagamaan yang sehat.

Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran


agama, baik penyebaran agama dalam arti kwalitatif maupun kwantitatif.

Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.

Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.

Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa


Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan
beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus dapat menyehatkan
pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju
terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila
pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila
yang lain.

3. Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas
kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk agama,
saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk
agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-masing.

4. Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan


duniawi/kemasyarakatan. Dua-duanya merupakan satu system sebagaimana satunya jiwa
dan raga dalam kehidupan manusia. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di
dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Kehidupan beragama tidak
bias lepas dari pembangunan masyarakat itu sendiri, bangsa dan Negara demi
terwujudnya keadilan dan kemakmuran materiil maupun spiritual bagi rakyat Indonesia.
Semakin kuat keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya
kepada Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan terwujudnya
kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri.

D. Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.

Kita melaksanakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

Kita harus membina adanya saling menghormati antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita harus membina adanya saling kerjasama dan toleransi antara sesame
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
hak pribadi yang paling hakiki.

Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.

Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.

2.makana sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sederetan kata yang merupakan
suatu frase, unsur inti sila tersebut adalah kata kemansiaan yang terdiri atas kata dasar
manusia berimbuhan ke-an. Makna kata tersebut secara morfologis berarti “abstrak” atau
“hal”. Jadi kemanusiaan berarti kesesuaian dengan hakikat manusia. Arti kemanusiaan
dalam sila kedua mengandung makna : kesesuaian sifat – sifat dan keadaan negara
dengan hakikat (abstrak) manusia. Isi arti sila – sila pancasila adalah suatu kesatuan
bulat dan utuh. Oleh karena itu sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah dijiwa dan
didasari oleh sila ‘ Ketuhanan yang Maha Esa ’, dan mendasari sila Persatuan Indonesia
karena persatuan tersebut maka sila ‘ Kemausiaan yang adil dan beradab ’ senantiasa
terkandung didalamnya keempat sila yang lainnya. Maka sila kedua tersebut :
Kemanusiaan yang adil dan beradab yang Berketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipmpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka sila kedua megandung cita – cita kemanusiaan yang lengkap yang bersumber pada
hakikat manusia. Adapun makna sila ke dua antaralain :

- Mengembangkan sikap tenggang rasa

- Saling mencintai sesama manusia

- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

- Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

- Tidak semena-mena terhadap orang lain

- Berani membela kebenaran dan keadilan

- Mampu melakukan yang baik demi kebenaran

- Menjaga kepercayaan orang

- Ramah dalam bermasyarakat

Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui
adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki
kedudukan, dan derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan
yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki
daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan.

Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan
setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut :

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama


manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.


6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat.
Dengan sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk
sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Atas dasar sikap perikemanusiaan
ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup bangsa lain menurut aspirasinya
masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Hal itu
dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.

1. Alasan pentingnya keberadaan sila kedua

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman


hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat
yang heterogen (beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia, Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya
sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Setiap sila Pancasila mengandung nilai-
nilai yang menjadi dasar norma dan aturan dalam kehidupan sehari-hari dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab dan harus kita terapkan, antara lain: Mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Disamping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di Indonesia
yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh asing untuk
dikotak kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap ke
Tuhanan Yang Maha Esa.

Pemahaman nasionalisme yang berkurang turut menjadikan sila kedua Pancasila


merupakan sesuatu yang amat penting untuk dikaji. Di saat negara membutuhkan
soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama
justru yang ada di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya, golonganya
bahkan negara lain dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap
komponen masyarakat saling berinterospeksi diri untuk dikemudian bersatu bahu
membahu membawa bangsa ini dari keterpurukan dan krisis multidimensi.

Dari beberapa butir isi dari sila ke 2 Pancasila kita dapat merasakan adanya
degradasi (kemunduran) perilaku masyarakat Indonesia. Pada butir pertama kita
diharapkan dapat mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat
martabatnya sebagai mahluk Tuhan. Pada era sekarang ini hal ini tampak sangat sulit
sekali ditemui, banyaknya prilaku chaos di dalam masyarakat membuktikan bahwa butir
pertama ini sudah dilupakan. Sama seperti butir pertama, butir-butir dari sila ke dua
Pancasila sudah mulai tidak diperhatikan oleh masyarakat dalam kehidupan
bernegaranya. Sebagai warga Negara kita memiliki kewajiban untuk hidup bernegara
sesuai dengan dasar-dasar Negara kita. Perilaku-perilaku yang menyimpang seperti
adanya sikap premanisme yang brutal seperti yang kita lihat dalam kejadian “Kasus
sidang Blowfish di daerah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa
perlunya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat baik itu di jenjang pendidikan
formal ataupun pendidikan berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat.

2. pokok pikiran dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Adapun pokok pikiran dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebagai
berikut :

- Menempatkan manusia sesuai dengan tempatnya sebagai mahluk Tuhan,


maksudnya itu mempunyai sifat universal.

- Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. ini juga


universal,bila di terapkan di indonesia barang tentu bangsa indonesia menghargai dari
setiap warga negara dalam masyarakat indonesia. sila ini mengandung prinsip menolak
atau menjauhi suatu yang bersumber pada ras dan mengusahakan kebahagiaan lahir dan
batin.

- Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah yang dituju bangsa
indonesia adalah keadilan dan peradapan yang tidak pasif, yaitu perlu pelurusan dan
penegakan (hukum) yang kuat jika terjadi penyimpangan. Keadilan harus direalisasikan
dalam kehidupan masyarakat.

Manusia di tempatkan sesuai dengan harkatnya manusia mempunyai derajat yang sama
dengan hukum. Hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi dengan adanya prinsip
ini jika dalam masyarakat ada kelompok ras, kita tidak boleh bersifat ekslusif menyendiri
satu sama lain. Di indonesia dasar hidup masyarakat persatuan dan kesatuan yang jika di
hubungkan dengan prinsip kemanusiaan itu, maka rasionalisme harus tidak ada, oleh
karena itu di indonesia diharapkan selalu tumbuh dan berkembang kebahagiaan lahir dan
batin.

Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah berarti diusahakan


perwujudannya secara positif. jika ada hal yang menyimpang dari norma-norma
dan nilai-nilai yang berlaku, harus dilakukan tindakan yang setimpal. Prinsip
manusia adalah nilai-nilai yang sudah terpelihara dalam masyarakat indonesia
sejak dahulu. Nilai-nilai itu di perkuat dengan datangnya agama besar di
indonesia dan di anut bangsa indonesia. suasana demikian itu menumbuhkan
suasana keakraban, walaupun pada masa dahulu semangat ini mulai
kendor, karena fenomena disintregasi yang menampilkan konflik yang disertai
dengan tindakan anarkis kekerasaan dan tindakan yang merendahkan martabat
manusia. Landasan kehidupan masyarakat indonesia beranjak dari senasib dan
sepenanggungan dan kemanusiaan dalam arti luas persaudaraan dalam arti luas
dan meneruskan kebiasaan setia secara mufakat.

3. Hakikat “adil dan beradab” dalam sila ke dua

Rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki makna kesesuaian
sifat-sifat dan keadaan serta hakikat Negara dengan hakikat manusia yang bersifat ‘
Monopluralis ’. Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa pengertian hakikat manusia
monopluralis tersimpul hubungan manusia selengkapnya yaitu meliputi hubungan :

-Manusia dengan dirinya sendiri

-Manusia dengan manusia lainnya

-Manusia dengan Tuhannya.

Berkaitan dengan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan pengertian adil dan
beradab sebagai berikut:

- Adil

Adil dalam kaitannya dengan kemanusiaan yaitu adil terhadap dirinya sendiri, terhadap
sesama manusia dan terhadap Tuhannya.

- Beradab

Beradab yaitu terlakusannya semua unsur – unsur hakikat manusia yaitu jiawa, akal, rasa
dan kehendak.
Dalam kaitannya dengan pelaksnaan dan penyelenggaraan hakikat harus senantiasa
mengarahkan dan mewujudkan hakikat manusia yang beradab. Realisasi kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, dalam melaksanakan dan
penyelenggaraan Negara mengandung pengrtian bahwa Negara Indonesia bukanlah
Negara individualis liberalis. Demikian juga Negara Indonesia bukan lah Negara klasa,
Negara sosialis yang hanya mengakui manusia sebagai makhluk social saja, namun
Negara Indonesia mengakui hakikat manusia sebagai makhluk individu maupun sebagai
makhluk social, secara selaras, serasi dan seimbang. Selain itu nilai-nilai hakikat manusia
menurut kedudukan kodratnya sebagai makhluk berpribadi berdiri sendiri dan makhluk
tuhan, mengandung konsekuensi bahwa Negara Indonesia mengakui adanya tuhan dan
harus senantiasa sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan ( pokok fikiran IV yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 ).

Jadi Negara Indonesia harus senantiasa meletakkan dasar dan asas perlaksanaan
dan penyelenggaraan Negara, termasuk kerangka operasional dalam GBHN, untuk
mewujud kan tujuan pembangunan nasional harus senantiasa dijiwai dan diwujudkan
nilai-nilai keadilan dan peradaban yang terkandung dalam sila kedua yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab.

C. makan dari sila persatuan indonesia

Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari beberapa


bagian yang sudah bersatu, sedangkan Kesatuan ialah ke-Esaan, sifat tunggal atau
keseutuhan (WJS. Poerwadarminta, 1987).

Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam semboyan pada


lambang Negara Republik Indonesia yaitu ”BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang
keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti beraneka
tetapi satu (Ensiklopedia Umum, 1977). Semboyan tersebut menurut Supomo,
menggambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan suku-suku
bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D, 1928).
Lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma
Mangrva. Hal tersebut merupakan kondisi dan tujuan kehidupan yang ideal dalam
lingkungan masyarakat yang serba majemuk.

Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara,


berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan,
merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa
Indonesia, menuju cita-cita Nasional kita adalah masyarakat Adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi
dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa
terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia
sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali.

Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa
gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang
dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol


ialah sebagai berikut:

1. Perasaan Senasib.

2. Kebangkitan Nasional

3. Sumpah Pemuda

4. Proklamasi Kemerdekaan

C. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia

Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah. Jika
persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut
nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan
seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Oleh karena rasa satu yang begitu kuatnya,
maka dari padanya timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi perlu diketahui
bahwa rasa cinta bangsa dan tanah air yang kita miliki di Indonesia bukan yang menjurus
kepada chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dengan
merendahkan bangsa lain. Jika hal ini terjadi, maka bertentangan dengan sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Walaupun ditulis cinta bangsa dan tanah air, tidak
dimaksudkan untuk chauvimisme. Dengan demikian jelaslah bahwa konsekuensi lebih
lanjut dari kedua hal tadi adalah menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada
akhir – akhir ini justru menunjukkan gejala disintegrasi bangsa. Hal ini sejalan dengan
pengertian persatuan dan kesatuan. Secara keseluruhan arti dan makna Pancasila sila
ketiga, adalah:

1. Nasionalisme

2. Cinta bangsa dan tanah air


3. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan


warna kulit,

5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenangungan

6. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut


agamanya.

7. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

8. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

9. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing

10. Menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia

11. Rela berkorban demi bangsa dan negara.

12. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.

13. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

D. Cara Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi


kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki
kualitas diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan
masa depan yang kian kompetitif. Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan
kesatuan paling kurang terdapat sepuluh hal yang perlu dilakukan:

1. Berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan;

2. Bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja;

3. Bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah;

4. Selalu membuat perencanaan;

5. Memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi;


6. Menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain;

7. Rasional dan percaya kepada kemampuan iptek;

8. Menjunjung tinggi keadilan; dan

9. Berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

D. makna kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak
diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwusyawaratan
perwakilan”.Sila ke-4 merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara
Indonesia.Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara
Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.Berkat sifat
persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-4 mengandung pula sila-sila lainnya,
sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Binatang banteng (Latin:Bos javanicus)
atau lembu liar merupakan binatang sosial, yang sama halnya dengan manusia . Pertama
kali dicetuskan oleh Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan
bersama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas
bangsa Indonesia.

Sila ke-4 pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :

• Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


• Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
• Bermusyawarah sampai mencapai katamufakat diliputidengan semangat
kekeluargaan.

Sila ke-4 yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.Sebuah kalimat yang secara bahasa
membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi.
Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai
filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak
hanya itu, sila ini menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam
menjalankan setiap tindakannya.Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem
demokrasi itu sendiri.Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang berarti setiap
langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya dengan unsur dari, oleh dan untuk
rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya
menjadi realita yang membangun bangsa.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan
keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan
suara.Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan,
maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada
tangan rakyat atau masyarakat.Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi.
Demokrasi yang mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat
adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-
hal yang bersifat fisik/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang
berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara
demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa profesional dilakukan melalui tatanan
dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI
sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa
melalui sistem musyawarah. Sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang
Maha Besar menurut keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai
kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia, serta memperhatikan penguatan dan
pelestarian kesatuan nasional menuju keadilan sosial.

1. Nilai dan Butir - Butir Sila Ke-4 Pancasila

Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila ketuhanan yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, dan mendasari
serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia
dalam suatu wilayah negara.Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok
negara.Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah
merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat adalah :

• Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara
moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
• Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
• Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
• Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
adalahmerupakan suatu bawaan kodrat manusia.
• Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku, maupun agama.
• Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
• Menjunjung tinggi atas musyawarah, sebagai moral kemanusiaan yang beradab.
• Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar
tercapainya tujuanbersama.

Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:


• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
• Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
• Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
• Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
• Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
• Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
• Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bersama.
• Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

2.Sikap-Sikap Positif Hak Dan Kewajiban Sesuai Sila Ke-4

Dalam berbangsa dan bernegara sebagai Warga negara Indonesia (WNI) kita
harus selalu bersikap positif agar tercipta persatuan, kedamaian, dan kesejahteraan rakyat.
Sikap- sikap positif tersebut adalah :
• Mencintai Tanah Air (nasionalisme).
• Menciptakan persatuan dan kesatuan.
• Ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan.
• Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
• Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
• Mengeluarkan pendapat dan tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
• Memperoleh kesejahteraan yang dipimpin oleh perwalian.

3. Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila

Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masingmasing, dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun
pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah;

1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak
dan
kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil
keputusan
musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.

4. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser
dari fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah
dianut oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi
termasuk negara berkembang, pun di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad
menganut demokrasi masih dalam proses demokratisasi. Artinya sistem demokrasi
Amerika serikat sedang dalam proses dan masih memakan waktu yang cukup lama untuk
menjadi Negara yang benar- benar demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia,
demokratisasi di Amerika sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan bagi
negaranya.Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa
Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita
terdahulu.Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4
adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam
hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam
sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat
enggan lagi percaya kepada pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya
mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan da
kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang
merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan
bersama atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.

D. makna keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Sila ke-5 berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” memiliki
Lambang Padi dan kapas.
Pada umumnya nilai pancasila digali oleh nilai nilai luhur nenek moyang bangsa
Indonesia termasuk nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Karena digali oleh
nilai nilai luhur bangsa Indonesia pancasila mempunyai kekhasan dan kelebihan,
sedangkan Prinsip keadilan yaitu berisi keharusan/tuntutan untuk bersesuaian dengan
hakikat adil (Sunarjo Wreksosuharjo,2000:35).
Dengan sila ke lima ini, manusia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk semua orang,
tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia spritual, lahir
dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain
apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya
kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi
mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi berbuat
untuk kepentingan bersama.
Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat
keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta
hubungan manusia dengan Tuhannya.oleh karena itu manusia dikatakan pula sebagai
makhluk Monopruralisme

Keadilan social berarti keadaan yang seimbang dalam suatu masyarakat, namun
ternyata dalam prakteknya sila ke-5 masih memiliki banyak kekurangan. Perwujudan
suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 72 tahun merdeka masih
belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan oleh penyelanggara NKRI dari
saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai saat ini. Hal ini ditandai oleh kurang lebih
100juta rakyat Indonesia ( menurut Bank Dunia) berada di bawah garis kemiskinan, hal
ini menandakan masih besarnya kesenjangan social di Indonesia. Secara garis besar sila
ke-5 mengalami masalah atau kekurangan dalam kesejahteraan social yang tidak merata
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai
Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu
diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu
mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat
diminimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia,
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

SARAN

Sudah sepatutnya seluruh masyarakat Indonesia mengubah pikiran yang berpikir


pancasila hanya untuk para pelajar dan mahasiswa, dan mula memahami nilai-nilai serta
butir-butir pancasila tersebut dan mengamalkannya untuk mencapai satu tujuan bersama
yakni, menjadi Bangsa yang Makmur aman sejahtera , dengan seribu pulau, budaya, dan
berbagai agama. BHINEKA TUNGGAL IKA.
DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.ictsleman.net/normatif/ppkn/1_1_cinta_tanah_air/ppkn102_04.htm

http://www.scribd.com/doc/23348603/MAKALAH-PANCASILA

http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm

http://jeffany-jefanny.blogspot.com/2012/04/pancasila-implementasinya.html diakses

tanggal 23 desember 2013

Anda mungkin juga menyukai