Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UAS PENGANTAR ILMU POLITIK

Nama : Annisya Dekawati Zulkifli


NIM : 010001600046
Dosen : Dr. Drs. Trubus Rahardiansah, SH, MS

Bab I
Ilmu Politik

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya politik memiliki ruang lingkup yang sangat luas tidak hanya suatu
cara untuk mewujudkan tujuan, tetapi juga membicarakan negara, karena mempelajari politik pasti
akan juga menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat, jadi
negara dalam keadaan bergerak. Selain itu politik menyelidiki ide-ide, asas-asas, sejarah
pembentukan negara, hakikat negara serta bentuk dan tujuan negara, di samping menyelidiki
pressure group, interest group, elit politik, peranan partai politik (parpol), dan pemilihan umum
(pemilu).

 Ilmu Politik Sebagai ilmu Pengetahuan

- Menurut The Liang Gie


Ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur yang membahas sesuatu sasaran tertentu dengan
pemusatan perhatian kepada satu atau segolongan masalah yang terdapat pada sasaran itu untuk
memperoleh keterangan-keterangan yang mengandung kebenaran.
- Menurut Van Poelje
Ilmu adalah tiap kesatuan pengetahuan, di mana masing-masing bagian bergantung satu sama lain
yang teratur secara pasti menurut asas-asas tertentu.
- Menurut Mohammad Hatta
Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut bangunnya dari dalam.
- Menurut S. Abu Bakar
Ilmu adalah suatu pendapat atau buah pikiran yang ilmiah, yaitu pendapat
atau buah pikiran, yang memenuhi persyaratan ilmu pengetahuan terhadap suatu
bidang masalah tertentu.
- Menurut Soerjono Soekanto
Secara pendek dapat dikatakanlah bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang
tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan, di mana selalu
dapat diperiksa dan ditelaah (dikontroe) dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.
Perumusan tadi sebetulnya jauh dari sempurna, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa
perumusan tersebut telah mencakup beberapa unsur yang pokok. Unsur-unsur (elements) yang
merupakan bagian-bagian yang tergabung dalam suatu kebulatan adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge).
b. Tersusun secara sistematis.
c. Menggunakan pemikiran.
d. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (obyektif).
- Menurut Sondang Siagian
llmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok
prinsip, dalil, rumus yang melalui persobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji
kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari.
- Menurut Sutrisno Hadi
Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah suatu kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan dalam suatu bangunan yang
teratur.
Serangkaian pengetahuan akan layak untuk disebut ilmu pengetahuan, jika ia memenuhi
atau dapat member jawaban atas tiga unsur pokok atau kajian pokok alam sebuah ilmu, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

 Definisi Ilmu Politik

Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari politik atau politics  atau kepolitikan. Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita mengenal sebuah pepatah “gemah
ripah loh jinawi”. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai  en
dam onia atau the good life.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa politik dalam suatu negara (state) berkaitan dengan
masalah kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public
policy) dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution). 
Para sarjana yang menekankan negara sebagai inti dari politik (politics), memusatkan
perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formalnya. Negara itu sendiri adalah
suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh
rakyatnya.
Definisi-definisi ilmu politik kategori ini belakangan juga dinilai masih bersifat tradisional dan
agak sempit ruang lingkupnya. Pendekatan ini dinamakan Pendekatan Institusional (institutional
approach). Berikut adalah beberapa defenisi ilmu politik dengan Negara sebagai konsep utamanya :
a. Roger F Soltau (dalam buku Introduction to Politics):
“Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara... dan lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganya serta hubungan
antarnegara (Political science is the study of the state, its aim and purposes...the institutions by
which these are going to be realized, its relations with its individual members, and other state).
b. J Barents (dalam Ilmu Politika):
“Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan bermasyarakat... dengan negara sebagai
bagiannya (en maatschappelijk leven... waarvan de staat een onderdeel vornt); ilmu politik
mempelajari negara dan bagaimana negara tersebut melakukan tugas serta fungsinya (De
wetenschap der politiek is de wetenshcap die het leven van de staat een onderdeel vormt. Aan het
onderzoek van die staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek gewijd).”
c. Harold D. Laswell dan A. Kaplan (dalam buku Power and Society):
“Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”
d. W.A. Robson (dalam The University Teaching of Social Sciences):
“Ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, ... yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses,
ruang lingkup, dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik... tertuju pada
perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan, atau
pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu. (Political science is concerned
with the study of power in a society... its nature, basis, processes, scope and result. The focus of
interest of the political scientist... centres on the struggle to gain or retain power, to exercise power
or influence over others, or to resist that exercise).”
e. Deliar Noer (dalam Pengantar ke Pemikiran Politik):
“Ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau
masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula
pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta
sebelum negara ada, masalah kekuasaan itupun telah pula ada. Hanya dalam zaman moderen inilah
memang kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.”
f. Ossip K. Fletchteim (dalam Fundamental of Political Science):
“Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang
tidak resmi yang dapat mempengaruhi negara (Political science is that specialized social science that
studies the nature and purpose of the state so far as it a power organization and the nature and
purpose of other unofficial power phenomena that are apt to influence the state).” Fletchteim juga
menekankan bahwa kekuasaan politik dan tujuan politik saling mempengaruhi dan bergantung satu
sama lain.
g. Joyce Mitchell (dalam buku Political Analysis and Public Policy):
“Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat
seluruhnya (politics is collective decision making or the making of public policies for an entire
society).”
h. Karl W. Deutsch
Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum (Politics is the making of decisions by
public means).” Dikatakan selanjutnya bahwa keputusan semacam ini berbeda dengan pengambilan
keputusan pribadi oleh seseorang, dan bahwa seseorang dari keputusan semacam itu merupakan
sektor umum atau sektor publik (public sector) dari suatu negara. Keputusan yang dimaksud adalah
keputusan mengenai tindakan umum atau nilai-nilai (public goods), yaitu mengenai apa yang akan
dilakukan dan siapa mendapat apa. Dalam arti ini politik terutama menyangkut kegiatan pemerintah.
Oleh Deutsch dan kawan-kawan, negara dianggap sebagai kapal, sedangkan pemerintah bertindak
sebagai nakhodanya. Pendekatan ini berdasarkan cybernetika (cybernetics), yaitu ilmu komunikasi
dan pengendalian (control).

 MAKNA POLITIK DAN ILMU POLITIK

1. Makna Politik
Menurut Ramlan Surbakti ada 6 pendekatan untuk memahami arti politik.
a. Pendekatan kekuasaan
b. Pendekatan institusional
c. Pendekatan moral
d. Pendekatan konflik
e. Pendekatan fungsional
f. Pendekatan analisis wacana politik
2. Makna Ilmu Politik
Ilmu politik dapat diberikan makna (penafsiran yang berbeda), tergantung pada perspektif atau
sudut pandang yang digunakan. Oleh karena itu, ada 9 rumusan ilmu politik menurut para ahli yaitu :
a. Negara Menurut Roger F. Soltau, ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan
lembaga-lembaga negara yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara
negara dengan warga negaranyaserta dengan negara-negara lain.
b. Pemerintah Ilmu politik adalah ilmu tentang pemerintah (oleh R. M. Mac Iver)
c. Kekuasaan Ilmu politik mempelajari kekuasaan masyarakat (WA. Robson)
d. Fakta Politik Ilmu politik adalah fakta-fakta politik (Charles Eisenmann)
e. Kegiatan politik Ilmu politik mempelajari tentang kegiatan politik (Dillon Leiden & Stewart)
f. Organisasi Masyarakat Ilmu politik mempelajari organisasi masyarakat (Kogegar)
g. Pengambilan keputusan/kebijakan umum Ilmu politik mempelajari keputusan atau kebijakan
umum

 HAKIKAT ILMU POLITIK

Hakikat politik adalah power atau kekuasaan. Tetapi tidak semua kekuasaan adalah kekuasaan
politik, kekuasaan politik pada hakikatnya ada pada proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik. Keputusan politik selalu menyangkut kepentingan publik. Hakikat ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari mengenai proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Bab II
Negara

Negara merupakan salah satu konsep dasar dalam kajian ilmu politik. Pengertian Negara adalah
suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh
rakyatnya. Sebagai sebuah organisasi masyarakat, negara memiliki kewenangan untuk  mengatur
dan menyelenggarakan hubungan  manusia dalam  masyarakat  dan  menertibkan  gejala-gejala yang
timbul dalam masyarakat.
Pada sisi lain, negara dapat disebut sebagai sebuah integrasi kekuatan politik yang ada
dalam masyarakat.  Pada posisi itulah, maka peran negara  adalah menjadi agency bagi proses
pelaksanaan kepentingan politik, atau aspirasi masyarakat.  Negara  menjadi sebuah kekuatan politik
yang sah untuk memobilisasi kepentingan menjadi sebuah kenyataan.
Negara merupakan salah satu konsep dasar dalam kajian ilmu politik. 

 Pengertian Negara 

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyatnya. Sebagai sebuah organisasi masyarakat, negara memiliki kewenangan
untuk mengatur dan menyelenggarakan hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala yang bul dalam masyarakat.
Pada sisi lain, negara dapat disebut sebagai sebuah integrasi kekuatan politik yang ada dalam
masyarakat.  Pada posisi itulah, maka peran negara  adalah menjadi agency bagi proses pelaksanaan
kepentingan politik, atau aspirasi masyarakat.  Negara  menjadi sebuah kekuatan politik yang sah
untuk memobilisasi kepentingan menjadi sebuah kenyataan.
1. Negara di pandang secara ‘legalistik’, yaitu  yang terdiri dari lembaga-lembaga pemerintahan
yang terdiri dari eksekutif, legislative, yudikatif dan alat-alat negara.  Kelompok yang menjadi
alat negara itu, adalah tentara, kepolisian dan birokrasi. Sementara masyarakat adalah
kelompok non-pemerintahan, yang berada di luar kekuasaan.
2. Negara yang ditinjau dari sudut pandang Marxiani. Dari sudut pandang ini,  negara
diposisikan sebagai alat borjuasi untuk menguasai  entra-sentra produksi. Negara adalah
pemegang kedaulatan kapitalisme. Kendatipun tidak dijelaskan posisi dan pengertian
masyarakat, namun sudah sangat jelas bahwa dalam perspektif  Marxian ini negara menjadi
alat penghisap, eksploitasi kepada kelas bawah. Dalam konteks relasi kekuasaan ekonomi
seperti inilah, posisi masyarakat menjadi sangat lemah.
3. Negara  dipandang sebagai hegemoni. Pandangan ini dikemukakan oleh Anthoni Gramsci.
Dalam pandangan ini, negara bukan hanya dialamatkan pada lembaga pemerintahan, tetapi
kepada pemegang kekuasaan secara lebih luas. Kelompok pemegang modal, kekuatan atau
penguasa sumber-sumber  hegemonic, dikategorikan sebagai negara. sedangkan rakyat
adalah kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber  hegemonic itu sendiri.

 Unsur Negara

Sebuah negara, dalam kajian ilmu politik atau ilmu negara, memiliki unsur pokok sebagai sebuah
negara. Unsur-unsur pokok tersebut, ada empat hal yaitu :
1. Wilayah, artinya sebuah sebuah negara sah bila memiliki suatu lokasi geografik yang jelas
batas dan luasnya.
2. Penduduk, yaitu  sejumlah orang-orang yang bertempat tinggal pada wilayah negara
tersebut.
3. Pemerintahan, yaitu  organisasi yang berwenang merencanakan, merumuskan,
mendokumentasikan,  melaksanakan  dan mengevaluasi keputusan-keputusan  yang 
mengikat  bagi seluruh penduduk di wilayah negara yang bersangkutan.
4. Kedaulatan, yaitu  kekuasaan tertinggi untuk membuat dan melaksanakan Undang-Undang
Dasar, termasuk  didalamnya kekuasaan untuk memaksa semua warga negara yang berada
di  negaranya  untuk mentaati   peraturan/undang-undang yang berlaku.
5. Kelayakan sebuah negara dipengaruhi pula oleh adanya pengakuan dari   negara lain. Syarat
ini menjadi penting bagi sebuah negara (baru), khususnya bila dikaitkan ke dalam dua hal,
yaitu
(a) fungsi untuk komunikasi dan interaksi nasional, dan
(b) kepentingan politis ke luar. Sebuah negara yang diakui oleh negara lain, akan
memiliki  kekuatan politik yang kuat, baik ke internal maupun ke eksternal negara itu
sendiri.
Khusus untuk konteks Indonesia, maka negara diposisikan sebagai alat untuk mewujudkan,
menjalankan kebijakan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembukaan UUD  1945 alinea keempat yang
menyatakan bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia,  memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta memelihara perdamaian dunia.

 Peran Negara sebagai Konsep Politik di Negara Demokrasi

Peran negara dalam negara demokrasi antara lain :


a. Kewibawaan pemerintah harus dimunculkan dalam kekuasaan negara
b. Menumbuhkan kebebasan yang sebesar-besarnya
c. Perlu membina ekonomi yang kuat
Menurut Van Vallen Hoven, peran negara antara lain :
a. Regelling (membuat peraturan)
b. Bestur (menyelenggarakan pemerintahan)
c. Rechstpraak (mengadili)
d. Politie  (keamanan dan ketertiban)
Negara juga harus membagi wilayah kekuasaannya dalam tiga dunia,yaitu :
a. Dunia legislatif à yaitu berfungsi membuat UU
b. Dunia eksekutif à yaitu berfungsi melaksanakan UU
c. Dunia yudikatif/pengawas à mengawasi pelaksanaan dari UU

 Demokrasi Indonesia

Demokrasi di Indonesia biasanya disebut demokrasi Pancasila. Menurut seminar AD II tahun 1966
bulan Agustus, bahwa demokrasi pancasila berarti sesuai yang termaktub dalam UUD 1945 adalah
menegakkan kembali asas-asas hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga
negara dimana HAM baik dalam aspek kolektif maupun aspek perseorangan dijamin dan dimana
penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindari secara konstitusional. Menurut Hatta (melalui Ahmad
Syafi’i Ma’arif, 1985) sumber demokrasi di Indonesia ada tiga, yaitu:
a. Sosialisme barat yang membela prinsip-prinsip humanisme dan prinsip ini juga dipandang
sebagai tujuan
b. Ajaran Islam tentang kebenaran
c. Pola hidup dalam kolektivisme sebagaimana terdapat di desa-desa di Indonesia.
Prinsip demokrasi Indonesia :
a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri dan orang lain
d. mewujudkan rasa keadilan sosial
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah
f. Mengutamakan persatuan dan kekeluargaan
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional

 Pelaksanaan negara sebagai konsep politik di Indonesia

Melihat pelaksanaan negara sebagai konsep politik di Indonesia apabila melihat pendapat
Isjawara (1980 : 98), secara normatif peran negara sebagai konsep politik telah tercapai dimana
memenuhi kriteria penduduk, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Dalam konsep
demokrasinya pun secara normatif juga telah mengena dimana kekuasaan dibagi tiga, yaitu
kekuasaan secara legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Rakyat pun juga telah memiliki kebebasan yang
luas, terbukti dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, tidak lagi dilakukan MPR, namun
dilakukan sendiri oleh rakyat, anggota-anggota MPR pun juga dipilih sendiri oleh rakyat.
Tetapi pelaksanaan secara empirik tidak demikian sesuai aspek normatifnya. Tugas dari masing-
masing badan legislatif, eksekutif, maupun yudikatif belum sepenuhnya tercapai maksimal karena
kebanyakan orang yang duduk pada lembaga-lembaga tersebut tidak melaksanakan tugasnya tetapi
malah memanfaatkan posisinya itu untuk memperoleh kekuasaan yang semakin banyak. Negara
yang seharusnya menjadi tempat untuk mencapai kemakmuran rakyatnya justru dipakai sebagai
ladang mata pencaharian atau untuk menambah kekayaan dan menigkatkan kehormatan mereka.
Dalam demokrasi di Indonesia juga memiliki banyak kelemahan, diantaranya terjadi jebakan
demokrasi prosedural. Dalam penyaluran aspirasi suara rakyat (Pemilu) juga terjadi logika pasar
parpol yang mana seharusnya rakyat sebagai pembeli bebas memilih parpol mana yang sesuai
dengan nurani mereka, tetapi parpol sebagai penjual justru merayu dengan segala cara agar
parpolnya terpilih. Begini keadaan Indonesia yang mana secara normatif, negara sebagai konsep
politik sudah sangat sempurna, tetapi dalam pelaksanaannya atau empiriknya banyak yang
menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai