SEMESTER 115
1. Jelaskan !
Jawaban : Rod Hague berpendapat bahwa politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan
mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-
anggotanya. Menurut Aristoteles politik adalah suatu usaha untuk mencapai suatu yang
dikehendaki. Sedangkan menurut Robert, politik adalah suatu seni dalam memerintah dan
mengatur masyarakat. Secara umum Ilmu Politik dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.
Jawaban : Alasan umum dalam mempelajari ilmu politik adalah agar kita sebagai manusia
mengetahui segala permasalahan yang berkaitan dengan ketatanegaraan dan pengaturan
kehidupan kolektif. Alasan mahasiswa penting untuk memahami ilmu politik adalah agar
mahasiswa cerdas dalam memahami realitas politik yang ada dan tidak mudah terpengaruh
terhadap gerakan-gerakan menyimpang dalam dunia politik.
c. Sebutkan konsep dasar ilmu politik.
Jawaban :
2. Jelaskan !
Jawaban : Menurut Roger H. Soltau negara adalah agen atau kewewenangan yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Menurut Max
Weber negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan isik secara sah dalam sesuatu wilayah. Menurut Robert M. Maclver negara adalah
asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa. Secara umum negara dapat diartikan sebagai
daerah yang masyarakatnya dipimpin oleh sejumlah pejabat yang berhasil menuntut rakyatnya
untuk melakukan ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan terhadap
kekuasaan sah.
Jawaban :
Sifat-sifat negara :
1. Sifat Memaksa : Dalam menjalankan peraturan yang ada dan mewujudkan ketertiban di
dalam masyarakat, maka negara harus memiliki sifat memaksa. Memaksa di sini dapat
diartikan sebagai suatu kekuasaan yang dilegalkan untuk melakukan kekerasan fisik
dalam penerapan suatu aturan. Dalam hal ini negara dibantu oleh kepolisian, tentara, dan
sebagainya.
2. Sifat Monopoli : Dalam mewujudkan tujuan bersama dalam masyarakat, negara
memiliki hak untuk memonopoli segala peraturan yang dianggap dapat mendorong
terwujudnya kepentingan masyarakat dan melarang segala sesuatu yang dianggap sebagai
penghambat dalam mewujudkan kepentingan masyarakat.
3. Sifat Mencakup Semua : Semua kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah
mencakup seluruh anggota masyarakat di dalam suatu negara tanpa terkecuali. Hal ini
dilakukan karena apabila tidak mencakup keseluruhan masyarakat maka usaha negara
untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.
Unsur-unsur negara :
1. Wilayah : Suatu negara pasti menempati suatu wilayah di muka bumi. Wilayah tersebut
tidak hanya mencakup daratan saja, namun lautan dan udara juga masuk kedalam
komponen wilayah di suatu negara. Ada beberapa variabel yang dapat dilihat untuk
memahami perwilayahan di suatu negara. Pertama, besar kecilnya suatu wilayah negara
yang berpengaruh terhadap hubungan politik antara satu negara dengan negara lainnya,
seperti negara kecil yang berusaha memelihara hubungan baik dengan tetangganya yang
merupakan negara besar. Kedua, iklim dan sumber daya alam yang terkadang menjadi
suatu permasalahan. Ketiga, perbatasan wilayah.
2. Penduduk : Suatu negara tidak dapat berdiri apabila tidak memiliki penduduk. Oleh
karena itu, suatu negara sangat membutuhkan peran penduduk di dalamnya. Kekuasaan
suatu pemerintahan mencakup seluruh penduduk yang ada di dalam wilayah territorial
negara tersebut. Ada beberapa variabel yang dapat digunakan dalam mengkaji
kependudukan pada suatu negara, seperti kepdatan penduduk, tingkat kecerdasan,
homogenitas, dan nasionalisme. Penduduk pada suatu negara memiliki perbedaan dengan
penduduk di negara lain. Hal ini dapat dilihat dari konteks kebudayaan, nilai-nilai politik,
atau identitas nasional.
3. Pemerintah : Suatu organisasi yang berwenang dalam merumuskan dan menjalankan
kebijakan yang mengikat bagi seluruh penduduk yang ada di dalam wilayah kekuasaan
negara. Pada dasarnya, kebijakan-kebijakan yang dibuat bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita masyarakat dan ketertiban umum.
4. Kedaulatan : Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat suatu
peraturan/undang-undang dan menjalankan dengan segala cara yang tersedia termasuk
dengan cara paksaan.
Jawaban :
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut trias politika. Hal ini dapat diihat di
dalam UUD 1945 sebelum amandamen di BAB III tentang kekuasaan pemerintah negara,
BAB VII tentang dewan perwakilan rakyat, dan BAB IX tentang kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan legislatif dijalankan oleh presiden dan DPR, kekuasaan eksekutif dijalankan oleh
presiden dan menteri, dan kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan lembaga
kehakiman lainnya. Selain itu pada era ini kabinet tidak bertanggung jawab kepada DPR
sehingga tidak dapat dijatuhkan olehnya, presiden juga tidak dapat membubarkan DPR, dan
presiden bertanggung jawab kepada MPR.
Namun, setelah melewati lika-liku permasalahan yang ada di Indonesia, makna dan
penerapan dari trias politika berangsur-angsur mulai kabur. Pada era demokrasi terpimpin,
secara terang-terangan presiden soekarno menolak dengan keras konsep trias politika untuk
diterapkan di Indonesia melewati pidatonya di dalam upacara pelantikan menteri kehakiman
pada tahun 1963 yang berbunyi, “Kita kembali pada UUD 1945, trias politika kita tinggalkan
sebab asalnya datang dari pemahaman liberalisme”. Lalu munculnya UU NO. 19 tahun 1964
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman yang berbunyi, “Trias politika tidak
mempunyai tempat sama sekali dalam hukum nasional Indonesia. Presiden/pemimpin besar
revolusi harus dapat melakukan campur tangan dalam pengadilan, yaitu dalam hal-hal
tertentu”. Selain itu, anggota dari DPR-GR dan MPR-S diberi kedudukan sebagai menteri
yang mengakibatkan terjadinya peran ganda, yaitu eksekutif dan legislatif. Kemudian ketua
MA juga diberikan status sebagai menteri yang mengakibatkan peran ganda juga, yaitu
yudikatif dan eksekutif. Hal tersebut lah yang melahirkan kerancuan-kerancuan dalam proses
ketatanegaraan yang ada di Indonesia pada saat itu.
Setelah presiden soekarno lengser dan digantikan oleh presiden soeharto, kerancuan-
kerancuan yang ada pada era demokrasi terpimpin mulai diluruskan kembali. UU NO,19
tahun 1964 dicopot dan kebebasan hakim dikembalikan. Namun, setelah tahun 1970, presiden
soeharto menjadi otoriter. Walaupun terdapat 3 lembaga negara, namun didominasi oleh
eksekutif yang mengakibatkan terjadinya executive heavy. Hal ini lah yang mengakibatkan
sukarnya untuk melakukan check and balance oleh lembaga yudikatif dan legislatif pada era
itu.
Setelah orde baru runtuh, masuklah Indonesia ke era reformasi. Era reformasi menjadi
angin segar bagi trias politika di Indonesia. Mulai tertatanya kembali mekanisme check and
balance dengan adanya 4 kali amandemen UUD 1945, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001,
dan 2002. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya melakukan perubahan pada UUD
1945, seperti lemahnya check and balance pada institusi ketatanegaraan, executive heavy,
pengaturan yang terlampau fleksibel, dan terbatasnya pengaturan hak-hak asasi manusia.
Pada era modern ini kita bisa melihat bahwa lembaga eksekutif (Rule Application
Function) dipegang oleh presiden dan kabinetnya, lembaga legislatif (Rule Making
Function) dipegang oleh MPR, DPR, dan DPD, dan lembaga yudikatif (Rule Adjudication
Function) dipegang oleh MA, MK, dan Komisi Yudisial.
4. Demokrasi memberikan Rakyat kebebasan dan aspirasi terhadap pemerintah, apabila
melewati batas dalam penyampaian. Bagaimana menurut pendapat anda dalam
penyelesaian?
Jawaban :
Demokrasi memang memberikan ruang kebebasan pada rakyat untuk memberikan aspirasi
dan kritik terhadap pemerintahan. Hal ini dapat terlihat dari konsep demokrasi yang berawal
dari pemahaman akan kebebasan yang dimiliki oleh seorang individu. Namun, kebebasan
yang dimaksud bukan lah kebebasan tanpa adanya batasan, akan tetapi kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan dengan batasan-batasan yang sesuai dengan nilai-nilai dan
kebijakan tertentu yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Dalam hal mengkritik
pemerintah pun kita memiliki batasan-batasan dalam penyampaiannya dan tidak serta merta
bebas begitu saja. Ada banyak cara yang baik dalam menyampaikan kiritik dan aspirasi tanpa
perlu melakukan hal-hal yang mengakibatkan kontroversi, seperti melakukan konferensi
tertutup antara pemerintah dengan orang yang ingin menyampaikan aspirasi. Apabila cara-
cara baik tersebut tidak dapat mengetuk hati penguasa, maka kita sebagai umat beragama
dapat mendoakan para penguasa agar dibukakan pintu hatinya oleh tuhan yang maha kuasa.
Terkadang masyarakat tidak bisa membedakan mana yang disebut kritik dan mana yang
disebut ujaran kebencian. Banyak dari masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa ujaran
kebencian adalah bentuk kritik terhadap penguasa. Akhirnya masyarakat berlomba-lomba
untuk melontarkan kata demi kata untuk menghina para penguasa. Hal inilah yang
mengakibatkan terganggunya stabilitas nasional, Untuk menyelesaikan permasalahan ini,
langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan terhadap pelaku
yang melakukan ujaran kebencian. Pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk nasehat
maupun edukasi. Jika hal tersebut masih dilakukan olehnya, barulah menggunakan proses
hukum. Hal ini dilakukan agar memberi efek jera kepada pelaku dan agar sang pelaku tidak
melakukan hal buruk tersebut dikemudian hari. Selain itu, dengan adanya proses hukum,
diharapkan tidak ada yang mengikuti jejak pelaku tersebut.