ILMU NEGARA
Disusun Oleh :
Joko Prasetyo
18.1.03.4.1.031
Kelas B
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas topik tentang “Apakah itu negara ?‟, dibawah ini
disajikan beberapa rumusan mengenai negara itu sendiri.
Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat (The state is
an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf
of and in the name of the community).
Negara mempunyai sifat khusus yang merupaka manifesti dari kedaulatan yang
dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada
asosiasi atau organisasi lainnya. Umumnya dianggap bahwa setiap negara
mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli, dan sifat mencakup semua.
Sifat memaksa. Agar peraturan perundangan-undangan ditaati dan dengan
demikian dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta
timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam
arti mempunyai kekuasaan untuk memakai
kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara, dan
sebagainya. Organisasi dan asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai
aturan, akan tetapi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh negara lebih
mengikat.
I. Batasan Institusional
Mempelajari lembaga-lembaga politik, Negara merupakan lembaga-lembaga pra-
exellence, maka negaralah yang menjadi pusat perhatian. Karena itu pembatasan
dimulai dengan asal mula negara, hakikat negara, sejarah serta tujuan dan bentuk-
bentuk negara yang akhirnya sampai kepada penyusunan deduksi tentang
pertumbuhan dan perkembangan negara.
Atas batasan tersebut di atas timbullah kritik dari Thomas I Cook dalam bukunya
The Methods of Political Science. Pada pokoknya kritik tersebut didasarkan atas
tiga hal, yaitu:
1. bahwa negara itu terbatas dalam waktu,
2. bahwa negara itu bersifat partikularistis, dan
3. bahwa ilmu politik yang memusatkan penyelidikan pada negara tidak
dapat menghasilkan analisis-analisis yang sesuai dengan kenyataan.
Yang menjadi hakikat politik ialah kekuasaan (macht atau power), maka karena
itu politik merupakan ”perjuangan untuk memperoleh kekuasaan” atau ”teknik
menjalankan kekuasaan-kekuasaan” atau ”masalah pelaksaan dan kontrol
kekuasaan” atau ”pembentukan dan penggunaan kekuasaan”.
Selanjutnya jika diperhatikan batasan tersebut di atas dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yakni:
· Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara dalam Arti Luas
Ilmu negara yang merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dapat memberikan dasar-dasar
teoretis yang bersifat umum untuk hukum tata negara. Oleh karena itu agar dapat
mengerti dengan sebaik-baiknya dan sedalam-dalamnya sistem hukum
ketatanegaraan sesuatu negara tertentu, sudah sewajarnyalah kita terlebih dahulu
kita harus memiliki pengetahuan segala hal ikhwalnya sevara umum tentang
negara yang didapat dalam ilmu negara.
· Kultursysteme
Yaitu masyarakat tempat pergaulan hidup memiliki rangka dan di dalam
rangka itu terdapat: agama, moral, ilmu pengetahuan, kesenian dan lain
sebagainya yang secara bersama-sama merupakan suatu tata (systimatisch
geheel) dalam kebudayaan; dan
· Recht:
Yaitu hukum yang dalam hal ini dapat dilihat hakikat hukum.
Berdirinya suatu negara tentu memiliki tujuan. Pada hakikatnya, tujuan setiap
negara berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Hal ini disesuaikan
dengan pandangan hidup rakyat yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa.
Tujuan masing-masing negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan
pengaruh dari penguasa negara yang bersangkutan.
Berdasar pada Pancasila dan UUD NRI 1945, NKRI bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Tujuan NKRI sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD RI 1945 alinea IV adalah “…melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluru tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
II.11 Konstitusi
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan
baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara
penyelenggaraan suatu pemerintahan.
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut.
2. K.C. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
· Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik masyarakat.
· Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah
yang hidup di dalam mayarakat.
· Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu
naskah sebagai undang-undang.
4. C.F. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan pada
kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian konstitusi, yaitu
· Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar
(hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak
tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan yang
diselenggarakan di dalam suatu negara;
· Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen
yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaran suatu negara.
Kedudukan Konstitusi
Jenis-jenis Konstitusi
Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.
- Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta
menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut. Konstitusi
tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
- Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang
ada dan dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara.
Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.
Unsur-unsur Konstitusi
Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman
adalah:
· Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian
dari kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
· Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu
hak dan kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
· Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka
pembangunan pemerintah.
Sifat Konstitusi
Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu
konstitusi dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah
prosedur untuk mengubah konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat
undang-undang di negara yang bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat
dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
Tujuan Konstitusi
Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan
penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat
menjamin hak-hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan
yang dinamakan dengan konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme
adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah (penyelenggara pemerintahan)
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.
Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
· Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
· Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang
dicita-citakan dalam tahap berikutnya.
· Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya, baik penguasa maupun rakyat (sebagai landasan struktural).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial yang
sudah dikenal cukup tua. Ilmu Negara ini sebagai suatu ilmu yang
memahami manusia dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.
Negara dalam arti luas merupakan kesatuan sosial yang diatur secara
konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama.
Objek kajian Ilmu Negara itu sendiri adalah Negara dalam
pengertian yang abstrak, umum dan universal. Ilmu Negara mempelajari
bahan-bahan mengenai kenegaraan yang tidak ditujukan kepada negara-
negara tertentu, namun lebih ditujukan kepada bentuk, dan hakikat negara
pada umumnya. Metode dalam penyelidikan Ilmu Negara pun meliputi,
metode deduksi, induksi, dialektis, filosofis, perbandingan, sejarah,
sistematik, sinkretis, fungsional dan hukum.
3.2 Saran
1. Diharapkan agar kita dapat memehami konsep mengenai Ilmu Negara.
2. Untuk dapat bisa menerapkan apa yang dipelajari dalam konsep Ilmu
Negara, di dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian kesimpulan dan saran-saran yang kami sampaikan,
semoga hal tersebut menjadi bahan masukan bagi kita semua. Tidak
lupa kami pun ingin menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan, baik dalam sikap maupun dalam tutur
kata. Hal ini dikarenakan kami masih dalam taraf belajar. Semoga
segala yang telah kami lakukan akan memperoleh balasan yang
setimpal dari Allah SWT, serta tercatat sebagai satu amal kebajikan.
Amin.